Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS BREBES KABUPATEN BREBES

Disusun Oleh:

Alifiyah

Nim. P1337420219252

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI D3 KEPERAWATAN PUWOKERTO

TAHUN AJARAN 2019/2020


HIPERTENSI

Definisi
Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau
lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg
dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.

Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
Pathways

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (
efek kardiovaskuler )
Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama) :
IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
(USG): untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien.
Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
 Pemekaran pembuluh darah
 Perdarahan
 Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
 Malam banyak kencing
 Kerusakan sel ginjal
 Gagal ginjal
c. Jantung
 Membesar
 Sesak nafas (dyspnoe)
 Cepat lelah
 Gagal jantung

Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
f. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT
OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi:
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
(perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.

Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal
dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.

Perawatan Hipertensi
 Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
kegemukan).
 Batasi pemakaian garam.
 Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor
keturunan hipertensi dalam keluarga.
 Tidak merokok.
 Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
 Hindari minum kopi yang berlebihan.
 Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
 Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40
tahun.
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Ny. K
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Jagalempeni Rt 02 Rw 01, Wanasari,
Brebes
No. Medrek : 055347
Dx. Medis : Hipertensi
Tanggal pengkajian : 28 Oktober 2019 jam 09.00 WIB
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. E
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Jagalempeni Rt 02 Rw 01, Wanasari,
Brebes
Hubungan dengan klien : Anak
c. Keluhan utama
Pusing / sakit kepala
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 27 Oktober 2019 jam 11.00 WIB klien sedang
beraktivitas seperti biasa, beberapa saat kemudian klien merasakan
sakit kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang flu. Kemudian
sakit kepala yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan
mengguanakan air dingin. Kemudia pada tanggal 08 April 2011 jam
08.30 WIB oleh keluarga klien dibawa ke Puskesmas Jagalempeni,
pada saat dikaji jam 09.00 WIB keluarga klien mengatakan pada
malam harinya klien tidak bias tidur karena sakit kepala yang
dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5 tahun
yang lalu sejak usia klien 55 tahun, klien rutin mengontrol tekanan
darahnya karena klien mempunyai alat pengukur tekanan darah sendiri
dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan darahnya
170/100 mmHg. Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola
makan yang tidak teratur.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan di keluarga hanya klien yang mempunyai
riwayat hipertensi, dan di keluarga juga tidak mempunyai riwayat
penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma dan lain-lain.
g. Aspek psikologis
Keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika
mendengar sesuatu yang mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya
akan naik.
h. Aspek social
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anak mau
mengantarkan klien ke Puskesmas.
i. Aspek spiritual
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya
klien rajin beribadah, begitu juga selama dirawat di rumah sakit.

B. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos mentis
Nilai GCS : 15
- Respon membuka : 4
- Respon motorik :6
- Repon verbal :5
- TD : 180/100 mmHg
- R : 25x/menit
- N : 85x/menit
- S : 36oC
b. System pengindraan
1) Sistem penglihatan
Inspeksi : Bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil
klien baik, saat ada rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak
anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.
Palpasi : Tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan
nyeri tekan.
2) System pendengaran
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
cukup baik karena klien mampu mengerjakan apa saja yang
diperintahkan.
3) System penciuman
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan
alcohol dan kopi disertai dengan tulisan alcohol dan kopi, klien
dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.
4) System pengecapan
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan
garam dan gula disertai tulisan garam dan gula, klien dapat
menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.
5) System integument
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien
kembali ke semuala +/- 3-5 detik karena proses penuaan, tidak ada
lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit bersih,
kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.
6) System pencernaan
Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal,
jumlah gigi sudah tanggal, jumlah gigi susu dan gigi taring 4,
geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26, mukosa
bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus
10x/menit.
7) System pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan
cuping hidung, retraksi dada negative, tidak ada nyeri tekan pada
adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor pada
dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.
8) System kardiovaskuler
Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat
peningakatan vena juularis, tidak ada bunyi tambahan.
9) System perkemihan
Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak
ada nyeri pada aderah supra pubis, blas tidak teraba keras dan saat
di palpasi tidak terasa nyeri.
10) System persarafan
N1 (olfaktorius) : klien dapat membedakan bau minyak
kayu putih
N2 (optikus) : lapang pandang klien agak berkurang
behubungan dengan penuaan,
N3 (okulomotorius) : normal (bila terkena cahaya miosis
dan midriasis bila tidak terkena cahaya)
N4 (trakelis) : mata masih terkoordinasi sesuai
perintah.
N5 (trigeminus) : reflek mengunyah ada, kelopak
mata(+), rahang dapat mengatup secara simetris
N6 (abdusen) : klien dapat menggerakan bola mata ke
kiri dan ke kanan.
N7 (fasialis) : klien dapat menggerakan muka.
N8 (cochlealis) : pendengaran baik.
N9 (glosopharingeus) : ada reflek menelan.
N10 (vagus) : kemampuan menelan baik.
N11 (accesorius) : kedua bahu masih mampu mengatasi
tahanan dengan cukup baik.
N12 (hipoglosus) : pergerakan lidah normal.
11) System musculoskeletal
Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh,
tidak ada nyeri dan tidak ada luka.
C. Kebiasaan sehari-hari
No ADL(Activity Daily Living) Keterangan

1. Nutrisi
 Makan
- Frekuensi 3x/hari
- Jenis Nasi dan lauk-pauk (sayur,
- Porsi/Jumlah ikan, tempe, dll)
- Makanan pantangan Tidak Ada
 Minum
- Frekuensi 6-7 gls/hari
- Jumlah ± 1.500 – 1.750 ml/hari

2. Eliminasi
 BAB
- Frekuensi 1-2 x/hari
- Konsistensi Lembek
 BAK
- Frekuensi 1/2 -1 cc/kg berat badan/jam
- Jumlah urine output ± 900 – 1.000 ml/hari
- Warna Jernih
- Terpasang kateter Tidak
3.
Istirahat Tidur
21.00 – 05.00 WIB
 Waktu Tidur : Malam
12.00 – 13.00 WIB
 Siang
± 8 jam
 Lama Tidur : Malam
± 1 jam
 Siang
Tidak
 Masalah tidur

4. Personal Hygiene
 Mandi
- Frekuensi 2x sehari
- Penggunaan Sabun Ya
- Cara Sendiri
 Oral Hygiene
- Frekuensi 2x sehari
- Penggunaan pasta Ya
gigi
- Cara melakukan Sendiri
 Pemeliharaan Rambut
- Frekuensi 2x Seminggu
- Penggunaan shampoo Ya
- Cara melakukan
 Pemeliharaan Kuku Sendiri
- Frekuensi
- Cara melakukan Tidak tentu
sendiri
5. Aktivitas Klien mengatakan mulai
beraktivitas pada jam 05.30 –
16.30 WIB sebagai Petani

D. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium 08-04-2011
GD puasa = 105 mg/dl (75 – 105 mg/dl)

b. Terapi 08-04-2011
Clorotiazid 2×1
Ctm 3×1
Antasida doen 3×1
Pct 3×1
B1 3×1
E. Analisa data
No Data Masalah Penyebab

1. Subyektif: Nyeri Gangguan rasa

nyaman nyeri
Ny. K mengatakan sering mengeluh
sakit kepala

DO:

Ny. K Sering memegang kepala


bagian

belakang, Ny. K menyeringai

Obyektif:

TD : 180/90 mmHg

N : 88 x/menit

RR : 20 x/menit

2. Subyektif:- Resiko Resiko terjadinya

DO: - cidera cidera pada

Obyektif: - keluarga
F. Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas masalah
1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri belakang kepala,
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi dan mengenal masalah anggota keluarga dengan
hipetensi
2. Resiko terjadinya cidera pada anggota keluarga yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
dan mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi
G. Perencanaan
RENCANA TINDAKAN
NO DATA MASALAH TUJUAN KRITERIA EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN

DS: Nyeri TUM: Verbal 1. Anjurkan Ny. Tanggal Tanggal


1. Ny. K Setelah (Pengetahuan) K dan keluarga 1. Menganjurkan Ny. S: Klien
mengatakan dilakukan Perilaku melakukan K dan keluarga mengatakan sudah
sering tindakan (Psikomotor) teknik melakukan teknik memahami tentang
mengeluh sakit keperawatan relaksasi relaksasi cara mengurangi
kepala rasa nyeri 2. Anjurkan Ny. 2. Menganjurkan Ny. atau mencegah
DO: teratasi atau K dan keluarga K dan keluarga terjadinya nyeri
Ny. K Terlihat hilang menghindari menghindari kepala
sering TUK: perubahan perubahan posisi O: Klien dapat
memegangi Setelah posisi secara mendadak mengungkapkan
kepala bagian dilakukan mendadak 3. Menganjurkan Ny. kembali cara
belakang kunjungan 3. Anjurkan Ny. K untuk mengurangi/
mengkons
Ny. K rumah 3 kali K dan keluarga umsi mencegah
Menyeringai diharapkan untuk terjadinya nyeri
RENCANA TINDAKAN
NO DATA MASALAH TUJUAN KRITERIA EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN

2. TD : 180/90 keluarga mengkonsumsi makanan sesuai kepala


mmHg mampu makanan dengan diet A: Tujuan tercapai
N : 88 x/menit memberikan sesuai diet hipertensi sebagian
RR : 20 keperawatan hipertensi 4. Menganjurkan Tn. P:Lanjutkan/
x/menit pada Ny. K 4. Anjurkan Ny. P dan keluarga ulangi intervensi
dengan nyeri K dan keluarga untuk mengatur Anjurkan Ny. K dan
skunder untuk jadwal tidur keluarga melakukan
hipertensi mengatur 5. Menganjurkan Tn. teknik relaksasi
jadwal tidur P dan keluarga
5. Anjurkan pada mengontrol secara
keluarga teratur
mengontrol
secara teratur

Anda mungkin juga menyukai