Anda di halaman 1dari 3

ANALISA KASUS

A. Pembahasan
1. Karakteristik responden
Pasien Bernama Tn. Y, Berusia 46 Tahun, sebelum sakit Tn. M bekerja sebagai Buruh
harian lepas. BB pasien 58 kg, Tb 165 cm datang ke instalasi gawat darurat dengan
keluhan utama sesak nafas dan di rawat inap di bangsal rumah sakit. Saat dilakukan
pengkajian pasien terlihat sesak. Pasien mengatakan bahwa pasien dulunya
merupakan perokok aktif dan dilingkungannya pun merupakan lingkungan perokok.
Berikut ini adalah data hasil pemeriksaan pasien:
Sidik perfusi miokard dilakukan dalam dua tahap, yaitu stress ergocycle dengan
pemberian Tc-99m-MIBI. Disuntikkan 10mCi Tc 99m-MIBI. Tanda vital sebelum
Ergocycle test : TD 96/65 mmHg, HR 78 x/menit, ST-T depresi (-), Aritmia (-),
Ergocycle test disuntikkan 30 mCi Tc 99m-MIBI, 30 menit kemudian rest SPECT
Imaging.
Dari perbandingan pencitraan Stress (Ergocycle) dan Rest, tampak penangkapan
radioaktivitas:
Fixed Defect : tidak ada
Mild Fixed Defect : Basal Inferolateral, Basal Inferior, Mid Inferior
Partial defect : Basal anterior, Basal Anterolateral, Basal Anteroseptal, Mid
Anterolateral, Mid Inferolateral, Mid Inferoseptal, Apiko
Lateral, Apiko Inferior
Reversible Defect : Apiko Anterior, Apiko Septal, Apex

2. Sejarah penyakit
Berdasarkan hasil wawancara ditemukan data bahwa pasien telah didiagnosa CHF
sejak 5 tahun yang lalu. Awal mula Pasien mengetahui kondisinya yaitu pasien merasa
bahwa tubuhnya tidak seperti dahulu lagi, sering merasa sesak dan cepat lelah
akhirnya pasien memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan terdekat. Disana
pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium, radiologi serta EKG.
Ketika hasil keluar dokter menyatakan bahwa pasien menderita CHF, terdapat defect
di jantungnya. Pasien menyadari mungkin ini karena kebiasaan merekoknya yang
terkadang 1 bungkus habis dalam waktu satu hari dan sangat sulit untuk
meninggalkan kebiasaan itu.
Klien sudah menjalani pengobatan selama 5 tahun dan tak jarang dirawat inap secara
berulang karena adanya kekambuhan. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pasien
mengalami tingka depresi sedang. Pasien mengatakan bahwa terkadang ia merasa
lelah dan ingin menyudahi pengobatan serta memasrahkan semua kepada Tuhan
namun dengan dukungan keluarga pasien memiliki semangat kembali untuk hidup.

B. Hasil wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yaitu klien merasa lelah dan hampir putus asa dengan
kondisinya saat ini. Dia yang seharusnya menjadi kepala keluarga , mencari nafkah dan
menjadi tulang punggung keluarga justru sekarang menjadi beban untuk keluarganya.
Butuh waktu sekitar 2 tahun untuk pasien mampu menerima penyakitnya. Kesabaran
sangat pasien butuhkan dalam menjalani pengobatan tak jarang pasien menyesali kejadian
masa lalunya sebagai perokok aktif.
Pasien mengatakan bahwa dia tidak bisa menghadapi ini sendiri, pasien membutuhkan
dukungan keluarga terdekat untuk tetap bertahan dan menjalani proses pengobatan karena
terkadang perasaan lelah akan pengobatan muncul dipikiran pasien. Pasien juga
mengatakan bahwa dirinya rindu melakukan aktivitas-aktivitas seperti dulu ketika ia sehat.
Pasien kurang memahami aktivitas-aktivitas apa saja yang baik dilakukan oleh penderita
CHF yang tentunya tidak mengganggu kerja jantung. Selain itu, pasien mengeluh bahwa
semenjak sakit, dia tidak pernah tidur dengan nyenyak dan selalu merasa cemas.
Selama pasien sehat dulu, ia kurang memperhatikan kesehatannya. Pasien bekerja hingga
larut malam, aktivitas berat pasien selalu lakukan dengan mengabaikan jam istirahat.
Makan-makanan yang tidak sehat seperti makanan bersantan, berminyak dan tidak
memperdulikan asupan gizi yang masuk ke tubuhnya. Pasien juga sering minum minuman
penambah stamina karena ia percaya dengan meminumnya itu akan membuatnya bekerja
lebih semangat, mengurangi rasa lelah dan membuat tubuh jauh lebih segar. Jika pasien
sakit dulu ia jarang memeriksakannya ke pelayanan kesehatan, pasien hanya membeli
obat-obatan di warung sekitar rumahnya dan itu sering sekali pasien lakukan.

1. Bagaimana tingkat kecemasan pasien


Pasien sering cemas merasa ajalnya sudah dekat, rasa takut khawatir berpisah dengan
org yg ia sayangi, atau cemas misal keluarga bosan dengan keluhannya atau bosan
merawatnya...
2. Bagaimana pengaruh dukungan keluarga sejauh ini?
Keluarga selalu memberi motivasi terutama istri dan ibunya yang selalu menemani
dan mengantar berobat...
3. kesulitan apa yang dirasakan ketika harus mengubah pola makan? Dan bagaimana
sejauh ini pasien menanganinya?
Kesulitan karena jika mengikuti saran dokter tambah lemas dan kurang tenaga karena
tdk nafsu dgn menu yg di beri dokter . jadi kdg keluar dr menu demi untuk makan
sesuai selera...
4. Kalau kondisinya membaik apakah akan mengurangi depresi dan kecemasannya?
Depresi berkurang tapi cemas masih.
5. Untuk kecemasan dia menanganinya gimana? Apakah pakai obat-obatan dokter atau
tidak? Atau hanya berpasrah sama keputusan Tuhan?
Minum obat dari dokter
6. Apakah dengan harus hidup dengan obat memiliki dampak negatif terhadap dia secara
psikologis?
Ya berdampak khawatir dan takut kecanduan... atau ada organ yg rusak

Anda mungkin juga menyukai