Nama Dosen:
Nama Mahasiswa:
M. Pradipta Wirawan Nasution (117107033)
Taufiqurrohman Abildanwa (117207017)
JAKARTA
2020
I. PENDAHULUAN
I.1 Tes Non Kognitif
Azwar (2016) mengemukakan bahwa atribut psikologi yang tidak termasuk
kemampuan kognitif atau biasa dikenal dengan istilah non-kognitif disebut sebagai
atribut kepribadian atau atribut afektif. Dalam konteks metoda pengukuran dan konstruksi
instrumen, atribut non-kognitif dikenal sebagai performansi tipikal. tes yang mengukur
performansi tipikal, dirancang untuk mengungkap kecenderungan reaksi atau perilaku
individu ketika berada dalam situasi-situasi tertentu.
Secara tradisional, tes psikologi dikelompokkan menjadi dua macam menurut tujuan
ukurnya. Pertama adalah tes yang mengukur aspek kemampuan atau abilitas kognitif yang dalam
istilah Cronbach disebut performansi maksimal dan yang ke dua adalah tes yang mengukur aspek
bukan kemampuan atau non kognitif yang dalarn istilah Cronbach disebut sebagai performansi
tipikal (Cronbach, dalam Syaifudin Azwar, 2008).
1
II.1.1. Dimensi
Beaumont dan Stout (2003), membagi agreeableness menjadi enam dimensi berikut.
● Kepercayaan
Seseorang dengan kepercayaan tinggi berasumsi bahwa kebanyakan orang adalah niat
yang adil, jujur, dan dapat dipercaya. Orang yang memiliki kepercayaan rendah
melihat orang lain sebagai orang yang egois, licik, dan berpotensi berbahaya.
● Moralitas
Pencetak skor tinggi pada skala ini tidak melihat kebutuhan untuk berpura-pura atau
memanipulasi ketika berhadapan dengan orang lain dan karenanya mereka bersikap
jujur dan tulus. Pencetak skor rendah percaya bahwa sejumlah kecurangan dalam
hubungan sosial diperlukan. Orang-orang merasa relatif mudah untuk berhubungan
dengan pencetak skor tinggi skala ini. Mereka umumnya merasa lebih sulit untuk
berhubungan dengan skor rendah pada skala ini. Harus diperjelas bahwa pencetak skor
rendah tidak berprinsip atau tidak bermoral; mereka hanya lebih menjaga dan kurang
mau mengungkapkan secara terbuka seluruh kebenaran.
● Altruisme
Orang-orang altruistis menganggap bahwa membantu orang lain benar-benar
bermanfaat. Karena itu, mereka umumnya bersedia membantu mereka yang
membutuhkan. Orang yang altruistik menganggap bahwa melakukan sesuatu untuk
orang lain adalah bentuk pemenuhan diri daripada pengorbanan diri. Pencetak skor
rendah pada skala ini tidak terlalu suka membantu yang membutuhkan. Permintaan
bantuan terasa seperti pemaksaan daripada kesempatan untuk pemenuhan diri.
● Kooperatif
Individu yang mendapat skor tinggi pada skala ini tidak menyukai konfrontasi.
Mereka benar-benar mau berkompromi atau menyangkal kebutuhan mereka sendiri
untuk bergaul dengan orang lain. Mereka yang mendapat skor rendah pada skala ini
lebih cenderung mengintimidasi orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka
inginkan.
● Kerendahan Hati
Pencetak skor tinggi pada skala ini tidak suka mengklaim bahwa mereka lebih baik
daripada orang lain. Dalam beberapa kasus, sikap ini mungkin berasal dari
kepercayaan diri atau harga diri yang rendah. Meskipun demikian, beberapa orang
dengan harga diri yang tinggi menemukan kerendahan hati sebagai hal yang tidak
2
layak. Mereka yang memperlihatkan diri mereka sebagai seseorang yang superior
cenderung dipandang sebagai orang yang arogan oleh orang lain.
● Simpati
Orang-orang yang mendapat skor tinggi pada skala ini berhati lembut dan penuh kasih
sayang. Mereka merasakan penderitaan orang lain seperti penderitaan sendiri dan
dengan mudah tergerak untuk mengasihani. Pencetak skor rendah tidak terpengaruh
kuat oleh penderitaan manusia. Mereka bangga membuat penilaian obyektif
berdasarkan alasan. Mereka lebih mementingkan kebenaran dan keadilan yang adil
dari pada belas kasihan.
3
2. Meyakini membantu orang lain adalah bermanfaat
3. Merasa puas ketika membantu orang lain
4. Meyakini membantu orang lain adalah pengorbanan
5. Tidak suka membantu orang lain
6. Merasa terbebani jika diminta tolong
Kerendahan Hati 1. Tidak suka mengangap diri sendiri lebih baik dari orang lain
2. Merasa tidak percaya diri
3. Memiliki harga diri yang rendah
4. Merasa lebih superior dari orang lain
5. Memiliki harga diri yang tinggi
6. Merasa sering dianggap arogan
4
Dimensi Indikator Perilaku No. Aitem Bobot
5
4. Suka memulai konfrontasi 28
5. Suka bersikap egois 29
6. Suka mengintimidasi untuk mendapatkan 30
keinginannya
6
dilakukan dengan cara memberikan angka antara 1 (yaitu sangat tidak mewakili atau sangat tidak
relevan) sampai dengan 5 (yaitu sangat mewakili atau sangat relevan).
Tabel 3.1 berikut menyajikan validitas konstruk untuk alat ukur agreeableness dengan
menggunakan metode validitas isi Aiken’s V.
7
6. Favorable: Saya melihat sifat
6. Favorable : Meyakini
mudah mempercayai
orang-orang pada
orang lain sebagai sesuatu
dasarnya tidak bisa
yang berbahaya.
dipercaya
7. Favorable: Saya melihat diri
8
seseorang yang cenderung
tidak suka
mengungkapkan
kebenaran secara terbuka.
9
19 Unfavorable : Saya melihat
10
25. Unfavorable : Tidak 25. Unfavorable: Saya melihat
11
harga diri rendah.
32. Unfavorable : 32. Unfavorable : Saya melihat
Formula yang diajukan oleh Aiken adalah sebagai berikut (Azwar, 2016):
V = ∑ s / [n(c-1)]
S = r – lo
Dengan :
Lo = angka penilaian validitas yang terendah (misalnya 1)
C = angka penilaian validitas tertinggi (misalnya 5)
12
r = angka yang diberikan oleh penilai
n= jumlah penilai
Berdasarkan tabel 3.1 tentang validitas isi dengan metode Aiken’s V maka dapat dihitung nilai
V untuk masing-masing aitem berdasarkan formula yang diajukan oleh Aiken, sehingga didapatkan
nilai V pada tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Nilai V Dengan Metode Validitas Isi Aiken’s V
13
mudah mempercayai
orang-orang pada
orang lain sebagai sesuatu
dasarnya tidak bisa
yang berbahaya.
dipercaya
7. Favorable: Saya melihat diri 0,5
14
tidak suka
mengungkapkan
kebenaran secara terbuka.
15
19 Unfavorable : Saya melihat 0,75
16
suka mengangap diri diri saya tidak lebih baik
sendiri lebih baik dari dari orang lain.
orang lain
26. Unfavorable: Merasa 26. Unfavorable: Saya melihat 0,75
17
Memiliki belas kasih diri saya sebagai
terhadap orang lain seseorang yang ramah.
33. Unfavorable: Mudah 33. Unfavorable: Saya melihat 0,25
Dikarenakan rentang angka V yang dapat diperoleh adalah antara 0 sampai dengan 1,00
(Azwar,2016) maka berdasarkan tabel 3.2 tentang nilai V dengan metode Aiken’s V di atas, dapat
dilihat jika sebagian besar memiliki nilai V yang baik yaitu di atas 0,5, kecuali pada 2 dimensi dan 10
item yaitu pada dimensi kerendahan hati dan dimensi simpati memiliki nilai V dibawah 0,5 yaitu 0,25
dan 0 sehingga item tersebut harus diubah.
V. SKALA FINAL
18
Skala final disusun disusun dengan mengembangkan indikator perilaku menjadi butir-
butir pernyataan. Skala ini terdiri dari 36 pernyataan dengan lima pilihan jawaban untuk
masing-masing pernyataan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS),
sangat tidak setuju (STS). Aitem nomor 1-18 merupakan aitem favourable, sedangkan aitem
nomor 19-36 merupakan aitem unfavourable. Berikut skala final tes non kognitif mengenai
tingkat agreeableness.
Pernyataan SS S N TS ST
S
19
mengalah kepada orang lain demi menjaga hubungan
baik.
13. Saya melihat diri saya tidak lebih baik dari orang lain.
14. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang memiliki
kepercayaan diri rendah.
15. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang memiliki
harga diri rendah.
16. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang ramah.
17. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang mudah
merasa iba terhadap orang lain.
18. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang mudah
merasakan penderitaan orang lain.
19. Saya melihat orang-orang pada umumnya sebagai
individu yang egois.
20. Saya melihat orang-orang pada umumnya sebagai
individu yang licik.
21. Saya melihat sifat mudah mempercayai orang lain sebagai
sesuatu yang berbahaya.
22. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang tulus
kepada orang lain.
23. Saya melihat bahwa kebohongan dalam batas yang wajar
diperlukan dalam berhubungan sosial.
24. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang cenderung
tidak suka mengungkapkan kebenaran secara terbuka.
25. Saya menganggap memberikan bantuan kepada orang lain
sebagai suatu bentuk bentuk pengorbanan.
26. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang tidak suka
membantu orang lain.
27. Saya melihat permintaan tolong sebagai sesuatu yang
membebani.
28. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang suka
memulai pertengkaran dengan orang lain.
29. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang
20
mementingkan diri sendiri.
30. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang suka
mengintimidasi orang lain untuk mendapatkan yang saya
inginkan.
31. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang superior
dibandingkan dengan orang lain.
32. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang memiliki
harga diri yang tinggi.
33. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang sering
dianggap arogan oleh orang lain.
34. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang tidak
mudah terpengaruh dengan penderitaan orang lain.
35. Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang cenderung
membuat penilaian objektif yang lebih berdasarkan pada
alasan daripada perasaan.
36. Saya menganggap kebenaran dan keadilan lebih penting
dari belas kasih kepada sesama manusia.
VI.1. Penskoran
Tahap pertama dalam analisis aitem adalah menghitung skor responden. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert merupakan alat
ukur yang biasa digunakan dalam riset berupa survey untuk mengukur tingkat persetujuan
atau pertidaksetujuan responden terhadap objek sikap. Dalam alat ukur ini digunakan
lima pilihan skala yang menunjukkan sikap responden untuk setiap pernyataan, yaitu
sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju. Suatu jawaban positif
terhadap aitem yang favourable diperlakukan sama dengan jawaban negatif terhadap
21
aitem yang tidak favourable, yaitu diberi skor yang tinggi. Sebaliknya, suatu jawaban
negatif terhadap aitem yang favourable diperlakukan sama dengan jawaban yang positif
terhadap aitem yang tidak favourable, yaitu diberi skor yang rendah (Azwar, 2018).
Berikut nilai favourable dan nilai unfavourable dari tiap lima pilihan skala.
Sangat setuju 5 1
Setuju 4 2
Netral 3 3
Tidak setuju 2 4
22
Setelah penghitungan skor, analisis dilanjutkan dengan menghitung daya
diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana
kemampuan aitem dapat membedakan individu satu dengan lainnya berdasarkan atribut
yang diukur. Penghitungan daya diskriminasi aitem menentukan apakah aitem yang diuji
dapat digunakan atau tidak, dengan melihat koefisien korelasi aitem total, indeks daya
diskriminasi aitem, atau komparasi skor rata-rata tes. Dalam memilih aitem berdasarkan
koefisien korelasi aitem total (r iX), jika minimal nilai koefisien korelasi aitem total > 0,30
maka dianggap memuaskan (Azwar, 2012). Jika ada aitem dengan nilai koefisien korelasi
aitem total di bawah 0,3 maka akan dilakukan penghitungan ulang dengan terlebih dahulu
membuang aitem tersebut. Penghitungan dilakukan sampai semua aitem tersisa memiliki
nilai koefisien korelasi aitem total > 0,30. Berikut hasil penghitungan pertama daya
diskriminasi aitem.
Dari hasil penghitungan pertama terdapat 20 aitem yang gugur (nilai koefisien
korelasi aitem total di bawah 0,3). Penghitungan ulang akan dilakukan dengan
menggunakan 16 aitem tersisa. Berikut hasil penghitungan kedua daya diskriminasi
aitem.
23
Aitem r iX Aitem r iX
3 0.733 27 0.467
7 0.355 28 0.262
12 0.590 29 0.481
16 0.472 30 0.600
17 0.517 31 0.524
18 0.456 33 0.402
21 0.499 35 0.444
26 0.264 36 0.414
Dari hasil penghitungan kedua terdapat dua aitem yang gugur. Penghitungan ulang
akan dilakukan dengan menggunakan 14 aitem tersisa. Berikut hasil penghitungan ketiga
daya diskriminasi aitem.
Aitem r iX Aitem r iX
3 0.734 27 0.441
7 0.335 29 0.444
12 0.569 30 0.533
16 0.481 31 0.513
17 0.546 33 0.404
18 0.460 35 0.485
21 0.541 36 0.452
Dari hasil penghitungan ketiga didapatkan semua nilai koefisien korelasi aitem total
yang tersisa berada di atas 0,30, yang berarti aitem-aitem tersebut memiliki nilai yang
memuaskan dan dapat digunakan. Aitem-aitem tersebut adalah aitem nomor 3, 7, 12, 16,
17, 18, 21, 27, 29, 30, 31, 33, 35, dan 36. Keempatbelas aitem tersebut mewakili lima
dari enam dimensi agreeableness. Satu-satunya dimensi yang tidak terwakili adalah
dimensi Moralitas.
24
VII. KESIMPULAN HASIL
Dari hasil pengukuran validitas expert judgement terdapat ketidaksesuaian antara item
pernyataan dengan indikator sebanyak 10 item yaitu pada dimensi kerendahan hati dan dimensi
simpati. Hal ini menunjukkan bahwa item tersebut harus dirubah dan tidak dapat digunakan.
Dari hasil penghitungan daya diskriminasi aitem didapatkan bahwa tidak semua
dimensi alat ukur terwakili. Oleh karena itu proses analisis aitem tes dihentikan di tahap
ini. Selain itu, tidak terwakilinya semua dimensi juga membuat alat ukur ini tidak dapat
digunakan.
Daftar Pustaka
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi (Edisi II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2018). Metode Penelitian Psikologi (Edisi II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Beaumont, L.R., Stout, D. (2003). Five factor constellations and popular personality types.
Psychology 106, 1-29.
Azwar, Syaifuddin. (2008). The Quality Of The Tes Potensi Akademik (TPA) 07A. Jurnal Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan, Nomor 2, Tahun XII, 2008
25