TINJAUAN TEORI
5. Patofisiologi
Gagal jantung terjadi sewaktuJantung tidak mampu memompa darah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Gagal
jantung disebabkan akibat disfungsi diastolik atau sistolik. (Corwin, 2014)
Gagal jantung diastolik dapat terjadi dengan atau tanpa gagal jantung
sistolik. Gagal jantung diastolik sering terjadi akibat hipertensi yang lama
(kronis). Ketika ventrikel harus memompa secara berkelanjutan melawan
kelebihan beban yang sangat tinggi (peningkatan resistensi). Sel otot
hipertrofi dan menjadi kaku. Kekuatan sel otot menyebabkan penurunan
daya regang ventrikel sehingga menurunkan pengisian ventrikel, Kelainan
relaksasi diastolik dan penurunan Penurunan volume sekuncup, MK:
Penurunan Curah Jantung. Volume diastolik-akhir pada ventrikel kiri
dan tekanan diastolik-akhir ventrikel kiri yang mengalami peningkatan
dan menyebabkan darah kembali ke atrium memantul kembali ke sirkulasi
paru, menyebabkan hipertensi paru. Karena volume sekuncup dan
akibatnya tekanan darah turun, reflek baroseptor teraktivasi.
Disfungsi sistolik sebagai Penyebab gagal jantung akibat cedera pada
ventrikel, biasanya berasal dari infark miokard. Kerusakan otot sehingga
tidak mampu berkontraksi secara penuh, dan sekali lagi, volume sekuncup
turun. Penurunan volume sekuncup menyebabkan penurunan tekanan
darah yang segera diikuti inisiasi respon reflek menyesuaikan untuk
mengembalikan ke kondisi sebelumnya. Karena ventrikel yang rusak tidak
mampu mengembalikan volume sekuncup, reflek tetap berlanjut.
Terutama stimulasi simpatis reseptor B, Jantung menjadi kronis.
Simulasi simpatis reseptor B merangsang pengeluaran katekolamin
kemudian terjadi vasokontriksi arteri perifer. Sehingga menurunkan aliran
darah ke ginjal. Lalu meningkatkan RRA (Renin-angiotensin aldosterone)
hal ini membuat ADH meningkat dan terjadi retensi natrium yang
mengakibatkan edema perifer atau sistemik MK: Kelebihan volume
cairan. Pasien yang mengalami edema perifer dan kurangnya perubahan
posisi akan terjadi MK: Kerusakan integritas kulit. Vasokontriksi Arteri
perifer juga membuat Perfusi ke otot rangka berkurang sehingga
menimbulkan kelemahan dan kelebihan MK: Keletihan dan intoleransi
aktivitas.
Pengaktifkan respon simpatis yang kronis Pada akhirnya menurunkan
kadar kalsium didalam dan pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasmik
sel-sel miokard. Penurunan kalsium otot jantung menyebabkan eksistasi-
kontraksi ganda, akhirnya produksi kekuatan otot jantung menghilang,
disritmia dan akhirnya terjadi disfungsi kontraktil serta perubahan bentuk
sel otot jantung.
Dengan demikian memburuknya proses penyakit gagal jantung juga
mempengaruhi peningkatan progresif volume diastolik akhir pada
peregangan sel otot jantung melebihi panjang optimumnya, akibatnya
tegangan yang dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel teregang
oleh darah. (Corwin, 2014)
6. Pathway
7. Tanda dan Gejala
Gejala sering tidak spesifik dan karenanya Tidak membantu membedakan
antara HF dan masalah lain. Gejala dan tanda-tanda gagal jantung akibat
retensi cairan dapat sembuh dengan cepat dengan terapi diuretik. Tanda-
tanda seperti tekanan Vena jugularis tinggi dan perpindahan impuls apikal,
Mungkin lebih spesifik Tetapi lebih sulit untuk mendeteksi dan memiliki
reproduktivitas yang buruk. Tanda dan gejala mungkin sangat sulit untuk
diidentifikasi dan ditafsirkan pada orang yang mengalami obesitas, Pada
orang tua dan pasien dengan memiliki paru-paru kronis. (Task et al., 2016)
Manifestasi Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) Adalah dipsnea,
retensi cairan dan kelelahan.Retensi cairan umumnya mengarah pada
kongesti paru dan edema perifer pada pasien dengan adhf. Pasien dapat
mengalamiPeningkatan berat badan yang progresif, edema ekstremitas
bawah, peningkatan dispnea saat beraktivitas atau dipsnea saat istirahat.
Pasien dapat melaporkan dipsnea nocturnal orthopnea dan paroksimal.
Pasien juga mengalami Perut kembung atau nafsu makan menurun.
Beberapa pasien mengalami kelelahan atau bahkan perubahan status
mental. Beberapa pasien datang dengan dispnea yang tiba-tiba muncul.
Faktor-faktor umum yang mengakibatkan Acut Decompensated Heart
Failure (ADHF) dapat termasuk ketidakpatuhan terhadap rejimen medis,
pembatasan natrium dan / atau cairan, sindrom koroner akut, tekanan
darah tinggi yang tidak dikoreksi, fibrilasi atrium dan aritmia lainnya,
embolus paru, penggunaan NSAID, penggunaan alkohol berlebih atau
penggunaan obat terlarang, kelainan endokrin, eksaserbasi penyakit paru-
paru, atau infeksi bersamaan seperti pneumonia (Fonarow, 2017).
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk kasus ADHF menurut Hanafiah (2006):
a. Laboratorium :
1) Hematologi : Hb, Ht, Leukosit.
2) Elektrolit : K, Na, Cl, Mg.
3) Enzim Jantung (CK-MB , Troponin, LDH).
4) Gangguan fungsi ginjal dan hati : B UN, Creatinin, Urine
Lengkap, SGOT, SGPT.
5) Gula darah.
6) Kolesterol, trigliserida.
7) Analisa Gas Darah
b. Elektrokardiografi, untuk melihat adanya :
1) Penyakit jantung koroner : iskemik, infark.
2) Pembesaran jantung (LVH : Left Ventricular Hypertrophy).
3) Aritmia.
4) Perikarditis.
9. Penatalaksanaan
a. Tatalaksana Non-Farmakologi
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan
pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna
perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup,
morbiditas dan prognosis. Manajemen perawatan mandiri dapat
didefinisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menjaga
stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi
dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.
1) Ketaatan pasien berobat
6) Latihan fisik
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian Primer
a. Airway
Kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan obstruksi jalan nafas,
adanya benda asing, adanya suara nafas tambahan.
b. Breathing
Frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada,
adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas,
kaji adanya suara nafas tambahan.
c. Circulation
Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya
perdarahan. pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit,
nadi.
Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia,
nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital
berubah pada aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit
jantung, bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada
kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda : TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan), Tekanan Nadi ;
mungkin sempit, Irama Jantung ; Disritmia, Frekuensi jantung ;
Takikardia , Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah, posisi
secara inferior ke kiri, Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4
dapat, terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah, Murmur sistolik dan
diastolic, Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik, Punggung kuku ;
pucat atau sianotik dengan pengisian, kapiler lambat, Hepar ;
pembesaran/dapat teraba, Bunyi napas ; krekels, ronkhi, Edema ;
mungkin dependen, umum atau pitting , khususnya pada ekstremitas.
c. Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan
dan mudah tersinggung.
d. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
e. Nutrisi
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa
sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan
diuretic.
Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites)
serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
f. Higiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
g. Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
h. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas
dan sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi
diri.
i. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis,
penggunaan bantuan pernapasan.
Tanda :
1) Pernapasan : takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum : Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
4) Bunyi napas : Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental : Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit : Pucat dan sianosis.
j. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan reflek
batuk, penumpukan secret.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus, meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
keperawatan hasil
1. Penurunan NOC : NIC :
curah jantung 1. Cardiac Pump Cardiac Care
berhubungan effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
2. Circulation Status
dengan (intensitas,lokasi, durasi)
3. Vital Sign Status
2. Catat adanya disritmia jantung
Perubahan
Setelah diberikan 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
kontraktilitas
asuhan keperawatan cardiac output
miokardial/per 4. Monitor status kardiovaskuler
selama ….x….
5. Monitor status pernafasan yang
ubahan
diharapkan tanda vital
menandakan gagal jantung
inotropik.
dalam batas yang dapat 6. Monitor abdomen sebagai indicator
diterima (disritmia
penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
terkontrol atau hilang)
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
dan bebas gejala gagal 9. Monitor respon pasien terhadap efek
jantung. pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk
Kriteria Hasil:
menghindari kelelahan
1. Tanda Vital dalam
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
rentang normal 12. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
(Tekanan darah, tekipneu dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
Nadi, respirasi)
2. Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan Vital Sign Monitoring
3. Tidak ada edema 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
paru, perifer, dan 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
tidak ada asites
4. Tidak ada atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
penurunan
bandingkan
kesadaran 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya puls paradoksus
8. Monitor adanya puls alterans
9. Monitor jumlah dan irama jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
2. Bersihan jalan NOC : NIC :
nafas tidak 1. Respiratory status : Airway suction
efektif Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
2. Respiratory status :
berhubungan suctioning
Airway patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
dengan
3. Aspiration Control
sesudah suctioning.
penurunan
Setelah diberikan 3. Informasikan pada klien dan keluarga
reflek batuk,
asuhan keperawatan tentang suctioning
penumpukan 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction
selama ….x….
secret. dilakukan.
diharapkan klien dapat
5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
menunjukkan
untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
keefektifan jalan napas 6. Gunakan alat yang steril sitiap
Kriteria Hasil : melakukan tindakan
7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
1. Mendemonstrasikan
napas dalam setelah kateter dikeluarkan
batuk efektif dan
dari nasotrakeal
suara nafas yang
8. Monitor status oksigen pasien
bersih, tidak ada 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
sianosis dan melakukan suction
10. Hentikan suksion dan berikan oksigen
dyspneu (mampu
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
mengeluarkan
peningkatan saturasi O2, dll.
sputum, mampu
bernafas dengan
Airway Management
mudah, tidak ada
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
pursed lips) lift atau jaw thrust bila perlu
2. Menunjukkan jalan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
nafas yang paten ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
(klien tidak merasa
alat jalan nafas buatan
tercekik, irama
4. Pasang mayo bila perlu
nafas, frekuensi 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
pernafasan dalam
suction
rentang normal,
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
tidak ada suara
suara tambahan
nafas abnormal) 8. Lakukan suction pada mayo
3. Mampu 9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah
mengidentifikasikan
NaCl Lembab
dan mencegah
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
factor yang dapat
keseimbangan.
menghambat jalan 12. Monitor respirasi dan status O2
nafas
Cerlinskaite, K. et al. 2018. Acute Heart Failure Management, 48(6), pp, 463-480
Putra, Semara. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien ADHF. Jakarta : ECG.
Yudanardi, M. R. R., Setiawan, A,. and Sofia, S. 2016. Hubungan Tingkat Adiksi
Merokok dengan Derajat Keparahan Aterosklerosis pada Pasien Penyakit
Jantung Koroner, Kedokteran Diponegoro, 5(4), pp.1207-1213. Available at :
http;//ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico.