Skizofrenia Paranoid
Oleh :
Penguji:
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN
KRIDA WACANA
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : Jumaat 12 Juli 2019
SMF PENYAKIT JIWA
RUMAH SAKIT : PSBL HS-III JAKARTA
...............................
I IDENTITAS PASIEN :
Nama (inisial) : Tn. AS
Tempat & tanggal lahir : Cianjur, 06 Oktober 1983 (36 tahun)
Jenis Kelamin : Laki - laki
Suku bangsa : Sunda; Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak ada
Status Perkawinan : Belum kawin
Alamat : Bogor
2
II RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis : Khamis 11 Juli 2019, pukul 13;00 WIB. Anamnesis dilakukan di PSBL
HS-III.
Alloanamnesis :-
A. KELUHAN UTAMA
Pasien merupakan warga binaan sosial dengan keluhan sering mendengar bisikan sejak satu
tahun yang lalu.
WBS mengatakan awalnya dia dibawa ke panti di daerah Cengkareng dan di rawat
selama 6 bulan di sana. Di panti itu, WBS menceritakan dia aktif mengikuti kegiatan di sana
dan sering dibawa kontrol ke RS Duren Sawit sekali per bulan. Kemudian WBS di pindah ke
Panti Cipayung selama 6 bulan sebelum di hantar ke Panti Sosial Bina Laras (PSBL). WBS
telah berada di PSBL kurang lebih sudah 1 tahun.
WBS menceritakan dia tidak pernah mengalami atau mempunyai riwayat keluarga
dengan gangguan kejiwaan tetapi sejak masuk ke Panti Cengkareng, WBS mulai mendengar
suara-suara bisikan dari laki-laki yang mana suara bisikan tersebut berupa suara yang
mengejek WBS bahkan sampai menyuruh pasien bunuh diri dan putus asa. Suara-suara
tersebut kedengaran pada waktu sore menjelang magrib saat sedang diam atau saat jeda
aktifitas dan ia sangat menganggu kegiatan WBS. WBS memberitahu dia merespond dengan
cara menutup kedua telinga nya dan bilang pergi. WBS juga menceritakan dia kadang melihat
bajuga menceritakan dia kadang melihat bayangan hitam sejak berada di panti tetapi tidak
mempedulikan bayangan tersebut.
3
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Riwayat gangguan psikiatrik
Sejak sekitar awal tahun 2018 pasien mulai mendengar suara bisikan laki-laki sejak pagi
hingga malam hari, suara bisikan muncul saat pasien sedang diam atau saat jeda aktifitas,
suara bisikan yang ada dianggap mengganggu pasien saat beraktifitas.
Suara bisikan yang ada cenderung mengomentari keadaan pasien dan juga pada waktu
tertentu meminta pasien untuk memilih mati daripada hidup, tetapi pasien masih bisa
mengkontrol dirinya.
Pada pemberian obat pasien mengaku masih tetap mendengar bisikan yang ada sampai
sekarang.
WBS pernah di bawa ke RS pada bulan puasa yang lalu karena pingsan dan disertai
dengan kejang-kejang namun tidak dirawat inap. Menurut pasien, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala, pingsan, ataupun kejang, dan penyakit seperti kencing manis dan
darah tinggi pun disangkal oleh pasien
4
2. Riwayat perkembangan kepribadian:
a. Masa kanak-kanak: Pasien mengatakan mengalami perkembangan kepribadian
seperti anak seusianya.
b. Masa Remaja: pasien mengatakan ia suka bergaul dan banyak teman. Namun iya
tidak melanjutkan pendidikan ke SMA
c. Masa Dewasa: pasien mengatakan ia suka bergaul dan banyak teman. Tapi ia tidak
memiliki pekerjaan.
3. Riwayat pendidikan
SD : Tamat sesuai waktu
SMP : Tamat sesuai waktu
SMA : Pasien tidak melanjutkan jenjang SMA
4. Riwayat pekerjaan
Pasien mengatakan ia sempat bekerja tiga kali.
Pertama sebagai buruh dipabrik sendal pada tahun 2000an selama satu bulan dengan
pendapatan upah sebesar Rp 97.500/ minggu.
Kedua sebagai penjual sendal dan topi (tahun lupa) selama satu tahun dengan gaji Rp
100.000/ bulan.
Ketiga sebagai penjual jamur kuping selama setengah tahun dengan pendapatan Rp
5.000/hari.
Dan pada ketiga pekerjaan berhenti karena gaji kecil.
5. Kehidupan beragama
Pasien beragama Islam, jarang beribadah. Tidak rutin sholat lima waktu, pada saat puasa
juga tidak sanggup untuk dapat berpuasa.
5
E. RIWAYAT KELUARGA
(Tunggal, dari pernikahan ayah ibu yang pertama, kedua orang tua bercerai, ibu menikah
lagi dan memiliki 4 saudara yang keseluruhan adalah perempuan.)
Keterangan:
Laki – laki Laki-laki dengan
gangguan jiwa
Perempuan
Pasien mengaku pada awalnya tinggal bersama kedua orang tuanya hingga akhirnya bercerai, pasien
kemudian tinggal ikut ayah kandung di Cianjur, namun setelah itu pindah mengikuti ibunya di Bogor.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Spontan, tidak kaku, volume suara cukup, artikulasi jelas,
menjawab sesuai pertanyaan.
b. Gangguan berbicara : Tidak terdapat hendaya atau gangguan bicara
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : WBS mendengar suara-suara bisikan yang mengomentar dan
mengejek WBS bahkan sampai menyuruh WBS bunuh diri (halusinasi auditorik)
WBS menceritakan pernah melihat bayangan hitam semasa di panti (Halusinasi Visual)
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
7
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan : Pasien hanya menyelesaikan pendidikan sampai SMP
2. Pengetahuan umum : Baik (Pasien tahu nama Presiden Indonesia dan gubernur
Jakarta sekarang)
3. Kecerdasan : Sesuai tingkat pendidikan
4. Konsentrasi : Baik
5. Orientasi
a. Waktu : Baik (pasien dapat membedakan waktu; dapat menyebutkan tanggal
dengan betul)
b. Tempat : Baik (pasien dapat mengetahui dirinya sekarang berada dimana)
c. Orang : Baik (mengetahui nama pedamping di panti, pasien mengetahui
sedang diwawancarai oleh siapa)
d. Situasi : Baik
6. Daya ingat
Jangka Panjang : Cukup (Pasien bisa menceritakan pengalamannya beberapa
tahun kebelakang namun tidak mengingat tahun dan alamat tempat tinggalnya
secara spesifik)
Jangka pendek : Cukup (Pasien dapat menyebutkan hal-hal apa saja menjelang
wawancara, termasuk kegiatan hari ini)
Segera : Baik (Pasien ingat apa urutan dan susunan kata yang diuji oleh
pemeriksa)
7. Pikiran abstraktif : Baik (dapat menyebutkan persamaan jeruk dan apel. Dapat
membedakan kucing dan burung)
8. Visuospatial : Baik (pasien dapat menggambar jam yang ditentukan pemeriksa).
9. Bakat kreatif : Cukup
10. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik (pasien bisa makan, mandi, buang air kecil
dan berpakaian sendiri)
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
Produktivitas : Miskin ide
Kontinuitas : Koheren
Hendaya bahasa : Tidak ada
8
2. Isi pikir
Preokupasi dalam pikiran : Tidak ada
Waham : Tidak ada
Obsesi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
Gagasan rujukan : Tidak ada
Gagasan pengaruh : Tidak ada
Idea of suicide : Tidak ada
G. DAYA NILAI
Daya nilai sosial : Baik, tidak terganggu
Uji daya nilai : Terganggu
Daya nilai realita : Terganggu
I. RELIABILITAS:
Baik
9
8. Sistem kardiovaskular : Dalam batas normal
9. Sistem respiratorius : Dalam batas normal
10. Sistem gastro-intestinal : Dalam batas normal
11. Sistem musculo-skeletal : Dalam batas normal
12. Sistem urogenital : Dalam batas normal
Kesimpulan: Hasil pemeriksaan pada status internus tidak didapatkan kelainan
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Dalam batas normal
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
Refleks fisiologis : Tidak dilakukan
Refleks patologis : Tidak dilakukan
3. Mata : Tidak ada kelainan
4. Pupil : Tidak dilakukan
5. Oftalmoscopy : Belum dilakukan
6. Motorik : Dalam batas normal
7. Sensibilitas : Dalam batas normal
8. Sistim saraf vegetatif : Tidak dilakukan
9. Fungsi luhur : Baik
10. Gangguan khusus : Tidak ada
Kesimpulan : Hasil pemeriksaan pada status neurologik tidak ditemui kelainan.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada.
10
luar. Kesadaran kompos mentis. Daya ingat dan orientasi baik. Dengan tilikan 1 dimana iya
menyangkal total terhadap penyakitnya.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I :
Berdasarkan iktisar penemuan bermakna, pasien pada kasus ini dapat dinyatakan
mengalami:
1. Gangguan jiwa, atas dasar adanya gangguan pada pikiran dan perilaku yang
menimbulkan penderitaan (distress) dan menyebabkan gangguan dalam kehidupan
sehari-hari (hendaya) pada fungsi psikososial dan pekerjaan.
2. Gangguan jiwa ini termasuk gangguan mental non-organik/GMNO, karena
Tidak terdapat adanya gangguan kesadaran neurologik.
Tidak tampak ada retardasi mental.
Tidak ada riwayat trauma kepala yang dapat menimbulkan disfungsi.
3. Gangguan kejiwaan ini akibat dari penggunaan zat psikoaktif tidak ada (-).
4. Menurut PPDGJ-III, pasien ini mengalami gangguan ke dalam F20. Skizofrenia
karena terdapat halusinasi auditorik dan visual yang berlangsung lebih dari satu
bulan.
5. Diberatkan pada F20.0 Skizofrenia Paranoid karena adanya halusinasi yang
menonjol
Differential Diagnosis :
Pedoman Diagnosis:
1. Kategori dipakai pada episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan untuk gangguan
yang berulang dimana sebagian besar episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
2. Afek Depresif yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depresif maupun
kelainan prilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif (F32).
3. Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya ada dua gejala
skizofrenia.
Pada pasien ini, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam pedoman diagnostik
skizofrenia, F20.-, (a) sampai (d)) menonjol.
Pada pasien ini tidak memenuhi kriteria pedoman diagnosis, karena gejala afek depresifnya yang
tidak terlalu menonjol walaupun gejala skizofrenianya mencukupi.
11
Aksis II : Gangguan kepribadian dan Retardasi
Tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis III : Kondisi medis umum
Tidak ditemukan adanya gangguan pada kondisi medik.
Aksis IV
Masalah dengan pekerjaan (menganggur)
Aksis V :
81-90 gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad Bondan
X. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik.
2. Psikologi/psikiatrik : Halusinasi auditorik dan visual
3. Sosial/keluarga : Tidak ada masalah
XI. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmako
R/ Risperidon tab 2 mg no XXVIII
S 2 dd tab 1 (pagi dan malam)
--------------------------------------------- (paraf)
12
R/ Trihexyphenidil tab 2 mg no XXVIII
S 2 dd tab 1 (pagi dan malam)
--------------------------------------------- (paraf)
R/ Clozapine tab 25 mg no XXX
S 1 dd tab 1 (malam)
--------------------------------------------- (paraf)
2. Psikoterapi
Suportif
Menjelaskan mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, dan efek
sampingnya, memberikan kepercayaan bahwa gejala-gejala akan hilang dengan minum
obat yang teratur, memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur.
Membantu pasien untuk mengenali pikiran-pikiran dan mengatasi dengan cara
mengalihkan pikiran tersebut dengan aktivitas.
Edukasi keluarga
Religius
Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang
dianutnya, yaitu menjalankan sholat 5 waktu.
Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan dan belajar selama di panti berupa pelatihan berbagai
macam keterampilan untuk bekal pasien nantinya diluar.
Konsultasi
Melibatkan dokter spesialis Kesehatan Jiwa dan Penyakit Saraf dalam tatalaksana dan
evaluasi perawatan terkait keadaan pasien.
13