Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Hasil pengamatan uji kontaminasi udara ruang penyajian

Pengamatan Waktu Jumlah mikroba Keterangan


kontak Kapang Khamir Bakteri
Hari ke-2 10 menit - - 1 Bakteri: berwarna putih
mengkilat, bentuk coccus
Kapang: berwarna putih,
bentuk bulat, berserabut.
Khamir : berwarna putih
kekuningan, bentuk bulat tidak
beraturan, dipinggir bergerigi.
20 menit 2 4 6
Hari ke-4 10 menit 1 - 2 Kapang: berwarna putih
keabuan, bentuk bulat
Khamir: berwarna putih
kekuningan, bentuk tidak
beraturan dan pinggir bergerigi
Bakteri : berwarna putih
mengkilat, bentuk bulat
20 menit 1 2 10
Hari ke-6 10 1 - 2 Bakteri : berwarna putih
menit mengkilat, bentuk bulat

20 menit 19 - 1 Kapang : bentuk bulat,


berserabut, warna putih
kehitaman

4.2 Pembahasan
Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau
mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut.
Sanitasi merupakan bagian yang terpenting dari proses pengolahan pangan yang harus dilaksanakan
dengan baik. Berkaitan dengan proses pengolahan pangan sanitasi sebagai penciptaan atau
pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit
yang disebabkan oleh makanan (Tamaroh, 2003). Jadi sanitasi ini sangat penting diaplikasikan dalam
berbagai aspek kehidupan ataupun lingkungan terlebih lagi yang berhubungan dalam bidang pangan.

Potensi mikroba untuk merusak pangan dan menimbulkan penyakit pada manusia,
organisme lain dan tanaman, berarti bahwa mikrobiologi harus memegang peranan yang sangat
penting dalam ilmu sanitasi. Oleh karena itu orang yang berkepentingan dalam sanitasi industri
pangan perlu memiliki pengertian dasar tentang mikroorganisme dalam lingkungan tertentu
seperti udara, ruangan, dan pekerjaan itu sendiri.
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi udara. Udara tidak
mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitar
mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi,
dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang digunakan
untuk mengolah pangan. Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada
bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984). Kehidupan
bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi
keadaan lingkungan. Misalnya bakteri thermogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat
ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut
perubahan secara kimia (Lay, 1992).
Dalam praktikum ini, dilakukan uji kontaminasi udara ruang penyajian di Kantin Balai dengan cara
meletakkan petridisk yang berisi media PDA di ruangan pengolahan dalam keadaan terbuka masing-
masing selama 10 menit dan 20 menit. Kemudian diinkubasi dan diamati pertumbuhan mikroba dalam
petridisk setiap 2 hari sekali selama 6 hari. Jadi ada 3 kali pengamatan.

Dari hasil pengamatan diketahui petridisk 1 (10 menit) pada hari ke-2 hanya 1 bakteri yang tumbuh.
Pada hari ke-4 ada 1 kapang dan 2 bakteri yang tumbuh. Pada hari ke-6 ada 1 kapang dan 2 bakteri.
Dibandingkan dengan petridisk 2 (20 menit), pada hari ke-2 terdapat 2 kapang, 4 khamir, dan 6 bakteri.
Pada hari ke-4, terdapat 1 kapang, 2 khamir, dan 10 bakteri. Pada hari ke-6 terdapat 19 kapang dan 1
bakteri.

Untuk mengidentifikasi perbedaan kapang, khamir dan bakteri dapat dilihat bahwa kapang
berwarna putih keabuan, sedikit berserabut dan bentuk bulat. Khamir berwarna putih
kekuningan, bentuk tidak beraturan dan pinggir bergerigi. Sedangkan bakteri berwarna putih
mengkilat, bentuk bulat.

Dari hasil praktikum dapat diketahui jumlah mikroba dalam petridisk 2 lebih banyak
dibandingkan petridisk 1. Hal ini disebabkan karena waktu petridisk menampung mikroba yang
lebih lama sehingga mikroba semakin banyak yang menempel dimana petridisk 2 dibiarkan
terbuka selama 20 menit sedangkan petridisk 1 dibiarkan terbuka 10 menit.

Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Boleh
dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan
dan mengidentifikasi suatu spesies mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus
dapat dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan
dalam biakan murni (Bonang, 1982). Oleh karena itu, mikroba yamg tumbuh dalam petridisk
tidak hanya 1 jenis saja.

Adanya sejumlah mikroba di udara ruang penyajian disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut
Pelczar (1994) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik adalah nutrient, air, suhu,
pH, oksigen, adanya zat penghambat misalnya desinfektan dan adanya jasad renik lain. Seperti
yang kita ketahui, ruang penyajian makanan adalah tempat menyimpan bahan baku dan
pengolahannya sekaligus dengan piring dan alat makan. Sehingga memberi kesempatan bakteri
untuk tumbuh dari adanya bahan baku tersebut. Suhu, air dan oksigen di ruangan ini sudah pasti
tersedia dari tempat pencucian piring atau piring dan gelas yang baru dicuci serta ventilasi udara
dari luar memudahkan mikroba untuk tumbuh dan masuknya mikroba dari luar ke dalam. Seperti
yang kita ketahui, udara yang terkontaminasi memungkinkan mikroba patogen untuk tumbuh.

Jadi, sangat perlu menjaga sanitasi udara dalam ruangan penyajian makanan untuk menghindari
efek negatif dari mikroba yang tidak diinginkan. Pada ruangan, hal yang penting untuk
diperhatikan adalah lantai, dinding, dan langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan
tepat, mudah dibersihkan. Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk
dibersihkan. Lantai yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan tidak ditiriskan
dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi bakteri dan serangga. Dinding dan
langit-langit yang kasar dapat membawa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding,
dan langit-langit yang konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi,
struktur yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan bila tidak
dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif. Selain itu, keluar-masuknya udara perlu
diperhatikan supaya dapat mengurangi masuknya mikroba luar ke dalam ruang penyajian dengan cara
membuat penutup pintu dan mengurangi aktivitas pekerja keluar-masuk dari ruang penyajian.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa ruang penyajian di kantin Balai
sudah terkontaminasi mikroorganisme baik itu bakteri, kapang, dan khamir. Petridisk 1 lebih sedikit
jumlah mikrobanya dibandingkan petridisk 2 (20 menit) karena waktu petridisk 2 menampung udara
kontaminasi lebih lama dibandingkan petridisk 1 (10 menit). Untuk mengurangi kontaminadi udara di
ruang penyajian dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan ruang penyajian mulai dari penyimpanan
bahan bakunya, penyimpanan alat masak dan alat makan seperti kuali, sendol dan piring yang harus
dipastikan telah kering sehingga tidak menjadi tempat mikroorganisme tumbuh. Selain itu keluar-
masuknya udara perlu diperhatikan supaya dapat mengurangi masuknya mikroba luar ke dalam ruang
penyajian dengan cara membuat penutup pintu dan mengurangi aktivitas pekerja keluar-masuk dari
ruang penyajian.

5.2 Saran

5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum ini ada baiknya praktikan lebih memahami cara melakukan inokulasi dari
udara.

DAFTAR PUSTAKA

Bonang, G., 1982, Mikrobiologi kedokteran. PT Gramedia, Jakarta.


Lay, Bibiana, W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Pt Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Pelczar, Michael W., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, UI Press, Jakarta.
Tamaroh S., 2003. Knowledge, Practices and Attitude on Food safety of Food handlers
in Catering Establishmen in Yogjakarta, Seminar Nasional PAPTI 30 – 31 Juli 2002,
Malang.

Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga,


Jakarta.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Tabel hasil pengamatan uji kontaminasi air

Pengamatan Pengen Jumlah mikroba Keterangan


ceran Kapang Khamir Bakteri
Hari ke-2 10-4 2 - 128 Bakteri : berwarna putih
mengkilat, bentuk bulat.
Kapang : berwarna putih, bentuk
agak bulat, berserabut.
10-5 2 - 110
Hari ke-4 10-4 1 1 30 Kapang : berwarna putih
keabuan,bentuk bulat tidak
beraturan, berserabut
Bakteri: berwarna putih
mengkilat, bentuk bulat
Khamir : berwarna kuning
mengkilat, bulat tidak beraturan
dan pinggirnya bergerigi
10-5 1 2 10
Hari ke-6 10-4 60 5 6 Kapang : berwarna putih
kehitaman,bentuk tidak beraturan,
berserabut
Bakteri: berwarna putih
mengkilat, bentuk bulat
Khamir : berwarna kuning
mengkilat, bentuk bulat tidak
beraturan dan pinggirnya
bergerigi
10-5 51 8 3

4.2 Pembahasan

Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau
mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut.
Sanitasi merupakan bagian yang terpenting dari proses pengolahan pangan yang harus dilaksanakan
dengan baik. Berkaitan dengan proses pengolahan pangan sanitasi sebagai penciptaan atau
pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit
yang disebabkan oleh makanan (Tamaroh, 2003). Jadi sanitasi ini sangat penting diaplikasikan dalam
berbagai aspek kehidupan ataupun lingkungan terlebih lagi yang berhubungan dalam bidang pangan
seperti air.

Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan jasad-jasad lain.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan
sebagainya. Air yang diperlukan adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik,
kimia, bakteriologis dan radioaktif. Air selain merupakan kebutuhan pokok bagi manusia juga dapat
menjadi sarana penyebaran penyakit ataupun keracunan (Ananda, 2012).
Air yang tidak tercemar didefinisikan sebagai air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu
dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat dipergunakan secara normal.
Air yang bersih dan berkualitas ialah air yang bebas bakteri dan racun serta mengandung berbagai jenis
mineral. Air yang ada di alam bukanlah air yang didapat sebagai air murni, melainkan sebagai air yang
mengandung berbagai macam zat baik yang terlarut maupun yang tersuspensi. Pengujian air secara
mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang sangat penting dalam
menunjang kehidupan makhluk hidup.

Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga merupakan suatu
substansi yang berbahaya karena air dapat membawa mikroorganisme patogen dari zat-zat kimia yang
bersifat racun. Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin
kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen sangat berbahaya untuk diminum. Ada
beberapa organisme yang termasuk katagori bakteri koliform yaitu Escherichia coli, Enterococcus dan
Clostridium. Di Indonesia bakteri indikator air terkontaminasi adalah Escherichia Coli (Gause, 2006).

Dalam praktikum ini, dilakukan uji kontaminasi air dengan cara menginokulasi mikroba dari air yang
minum yang ada di Kantin Balai dengan media PDA sebagai media pertumbuhannya. Air tersebut
diencerkan hingga 5 kali pengenceran. Yang pengenceran 10-4 dan 10-5 diinokulasikan dalam media PDA.
Lalu diinkubasikan dan diamati setiap 2 hari sekali selama 6 hari. Jadi ada 3 kali pengamatan.

Dari data hasil diketahui bahwa pada pengenceran 10-4 didapatkan data pada hari ke-2 terdapat mikroba
yang tumbuh yaitu 2 kapang dan 128 bakteri. Pada hari ke-4 terdapat 1 kapang, 1 khamir, dan 30
bakteri. Pada hari ke-6 terdapat 60 kapang, 5 khamir, dan 6 bakteri. Sedangkan pada pengenceran 10-5
didapatkan data pada hari ke-2 terdapat mikroba yang tumbuh yaitu 2 kapang dan 110 bakteri. Pada
hari ke-4 terdapat 1 kapang, 2 khamir, dan 10 bakteri. Pada hari ke-6 terdapat 51 kapang, 8 khamir, dan
3 bakteri. Sehingga dapat diketahui bahwa pada air pengolahan di kantin Balai telah terkontaminasi.
Kontaminasi air ini mungkin disebabkan pekerja yang tidak menjaga sanitasi air pengolahan di kantin
tersebut. Kemungkinan tempat air pengolahan yang digunakan jarang dibersihkan atau air galon yang
dipakai tidak dari penjual yang bersih. Sehingga sangat besar kemungkinannya untuk pertumbuhan
mikroba.

Secara umum, air yang bersih dan berkualitas adalah air yang bebas bakteri serta racun dan
mengandung berbagai jenis mineral. Air yang berkualitas dan higienis adalah air yang cocok untuk
dikonsumsi. Syarat-syarat air minum adalah tidak berbau, berasa, berwarna, tidak mengandung logam
berat dan tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya. Bakteri yang di temukan tidak secara
langsung menimbulkan penyakit namun menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah (Sholihahdi, 2014).

Untuk menjaga sanitasi air di kantin Balai, dapat dilakukan dengan mencuci tempat penampungan air
pengolahan setiap hari, menghindarkan air pengolahan dari sumber kotoran seperti piring kotor atau
gelas kotor, menghindarkan air pengolahan dari tempat yang berbau tengik ataupun membuat penutup
air yang baik dan terjaga kebersihannya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan praktikum dapat diketahui air sangat penting dalam kehidupan makhluk
hidup terutama manusia. Tetapi dapat menjadi berbahaya bila telah terkontaminadi oleh
mikroorganisme. Sehingga sangat penting dalam menjaga kontaminasj air. Di kantin Balai, dilihat dari
pertumbuhan mikroba dalam cawan petri dapat diketahui air pengolahan di kantin Balai telah
terkontaminasi. Hal ini disebabkan pekerja kantin yang tidak memperhatikan sanitasi air tersebut.
Adapun cara menjaga sanitasi air pengolahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan tempat air
pengolahan dengan mencuci tempat tersebut, menghindarkan air pengolahan dari sumber kotoran dan
tempat yang berbau tengik.

5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum ini ada baiknya praktikan lebih memahami cara melakukan inokulasi dari
mikroba dengan pengenceran.

DAFTAR PUSTAKA

Ananda. 2012. Good Manufacturing Practies (GMP) of Food Industry Cara Produksi Makanan
Yang Baik (Cpmb). Malang.
Gause, 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Reneka Cipta: Jakarta
Sholihahdi, 2014. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik dan Nyamuk,
dan Kepadatan Penduduk dengan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Pustaka
Kesehatan: Jambi
Tamaroh S., 2003. Knowledge, Practices and Attitude on Food safety of Food handlers
in Catering Establishmen in Yogjakarta, Seminar Nasional PAPTI 30 – 31 Juli 2002,
Malang.

Anda mungkin juga menyukai