Anda di halaman 1dari 8

REVIEW IMUNOSEROLOGI

NAMA KELOMPOK:

1. Frian Ananto (P27834119077)


2. Silvia Rahmi Astuti (P27834119114)
3. Sri Mulyani (P27834119116)
4. Ulya Mardhiyanti (P27834119123)
5. Yuyun Dwi Narti (P27834119131)
6. Zulfikran Moh. Rizki Azis (P27834119133)

PROGRAM STUDI D4 ALIH JENJANG ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

2020
A. Pembuatan Reagen Diagnosis dari Antigen
1. Proses Pemecahan Bakteri
Proses pemeacahan bakteri memanfaatkan gelombang ultrasonik
yang dikenal dengan sonikasi. Ultrasonik adalah suara atau getaran
dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk bisa didengar oleh manusia,
yaitu kira-kira di atas 20 kHz. Isolat bakteri diperoleh dari stock kultur
ditanam kedalam media nutrien broth 24 jam 37oC, hasil penanaman
dimasukkan ke dalam botol vial secara aseptis sebanyak 15 mL.
Disiapkan satu botol vial berisi 15 mL kultur yang tidak disonikasi
sebagai kontrol. Perlakuan pada kultur menggunakan sonikator dengan
frekuensi standar 20 kHz dengan waktu 4 menit.
2. Pemisahan dengan Elektroforesis menggunakan SDS-PAGE
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul
bermuatan berdasarkan tingkat perpindahan dalam sebuah medan listrik
yang dialirkan pada suatu medium berisi sampel yang akan dipisahkan.
Jika molekul yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium,
kemudian dialiri arus listrik dari suatu kutub ke kutub yang berlawanan
muatannya maka molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke
kutub positif. Salah satu metode elektroforesis yaitu satu dimensi
elektroforesis adalah SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphonat Poly
Acrylamide Gel Electrophoresis). PAGE adalah pengujian terhadap
berat molekul protein, struktur subunit dan kemurnian molekul.
Isoelectric point di manfaatkan untuk membedakan protein bermuatan
listrik. Pada SDS-PAGE, protein dielektroforesis dalam detergen ionik,
yaitu Sodium Dedocyl Sulfate (SDS). Detergen ini akan mengikat residu
hidrophobik dari bagian belakang peptida, salah satu dari setiap asam
amino, sehingga dapat membuka rantai peptida secara komplit, sehingga
protein SDS-komplek migrasi melalui poliakrilamid tergantung berat
molekulnya. Protein terkonsentrasi pada garis yang tipis berupa pita atau
band yang tipis.
3. Western Blot
Western blot digunakan untuk mendeteksi berat molekul protein dari
campuran antigen dan digunakan untuk membedakan reaksi silang
diantara protein dan modifikasi protein. Keuntungan metode ini adalah
membran nitroselulose setelah direaksikan dengan substrat, pencuci,
dan pereaksian dengan antibodi dapat disimpan dalam beberapa bulan.
Singkatnya pada western blot tahap pertama dilakukan pemisahan
protein dengan SDS-PAGE. Selanjutnya ditransfer ke membran selulosa
yang sesuai dan akhirnya dilabel dengan antibodi dan divisualisasikan
dengan pewarnaan seperti fast red atau commasie blue.

B. Mekanisme Pembentukan Antibodi


Respon imun meliputi sistem imun spesifik dan nonspesifik. Sistem
imun nonspesifik atau innate imunity berfungsi untuk mengidentifikasi,
melawan mikroba, dan petanda bagi sistem imun spesifik. Respon imun
spesifik atau Adaptive immunity memberikan respon imun secara spesifik
terhadap struktur antigen. Jika innate immunity tidak mampu mengenali
agen infeksius maka diperlukan molekul spesifik yang akan berikatan
langsung dengan agen infeksius yang dikenal dengan antibodi. Kekebalan
humoral melibatkan aktivasi sel B dan produksi antibodi yang beredar di
dalam plasma darah dan limfa. Antibodi yang beredar sebagai respons
humoral, bekerja melawan bakteri, virus, dan toksin yang ada di dalam
cairan tubuh. Untuk melawan antigen, limfosit B dengan antibodi akan
membelah dan berdiferensiasi menjadi dua bagian, yaitu sel plasma dan sel
B memori. Sel plasma mensekresi antibodi spesifik terhadap antigen dan
identik dengan reseptor yang terdapat pada permukaan sel B. Antibodi
tersusun atas dua tipe rantai polipeptida yaitu rantai ringan (light chain) dan
rantai berat (heavy chain). Struktur gabungan kedua rantai tersebut
membentuk huruf Y. Di tengah-tengah ikatan rantai tersebut terdapat daerah
Hinge (Hinge Region) yang memungkinkan rantai-rantai polipeptida untuk
bergerak. Setiap lengan dari antibodi memiliki daerah pengikat antigen
(antigen-binding site). Adanya pengikatan sel B dan antigen akan
mengaktifkan komplemen yang berfungsi melisiskan sel target dan
pengaktifan sel fagosit.

C. Mekanisme Kerja Sel B


Sel B memori dapat mengenali antigen karena memiliki reseptor.
Reseptor sel B (BCR) adalah suatu kompleks antibodi yang terikat pada
permukaan sel dan molekul lain yang terlibat dalam persinyalan intraseluler.
Peran BCR adalah mengenali antigen dan mengomunikasikan informasi
tersebut ke inti sel. B-cell receptor ( BCR ) terdiri dari molekul
imunoglobulin yang membentuk protein reseptor.

D. Seleksi Klonal

Klon adalah segolongan sel yang berasal dari satu sel dan memiliki

genetik yang identik. Selama perkembangannya dalam jaringan limfoid

primer, sel B dan sel T memperoleh reseptor permukaan spesifik untuk satu

antigen yang akan memberikan kemampuan untuk bereaksi terhadap

antigen tersebut.

1. Teori seleksi klonal

Teori ini menyatakan bahwa dalam kelompok limfosit yang

sudah ada sebelumnya (sel B khusus), antigen spesifik hanya

mengaktifkan (yaitu memilih) sel counter-spesifik, yang kemudian


menginduksi sel tertentu untuk berkembang biak,

menghasilkan klon identik untuk produksi antibodi. Aktivasi ini terjadi

pada organ limfoid sekunder seperti limpa dan kelenjar getah bening.

Singkatnya, teori ini adalah penjelasan tentang mekanisme untuk

menghasilkan keragaman spesifisitas antibodi..

Reseptor sel T (TCR) akan menetap selama sel hidup, tetapi

imunoglubulin permukaan (Surface IgM) pada sel B dapat berubah oleh

mutasi somatik. Hal tersebut dapat dilihat dari pengalihan produksi

imunoglobulin bila sel terpejan dengan antigen spesifik. Sel yang

berikatan dengan antigen spesifik akan berproliferasi, berdiferensiasi

dan menjadi sel efektor yang matang. Sel yang dirangsang antigen dan

berproliferasi akan menurunkan sel-sel yang yang genetik identik

(=klon). Fenomena tersebut dinamakan seleksi klon.

Sel memori merupakan sel B dan sel T yang pernah dirangsang

antigen dan hidup lama. IgG ditemukan pada permukaan sel memori B

yang berfungsi sebagai reseptor antigen dengan afinitas yang lebih

besar dibandingkan dengan IgD dan IgM. Sel memori T memiliki

molekul CD45RO dan menunjukkan peningkatan molekul LFA-3 dan

VLA-4.

Sel baru yang belum dirangsang antigen terpajan dengan antigen

yang dipresentasikan APC akan berkembang menjadi sel efektor.

Sebagian sel yang baru terpajan antigen tersebut beserta sel memori

tersebut disebar ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi darah dan

limfa sehingga dapat memantau jaringan tubuh terhadap serangan


mikroorganisme. Proliferasi sel efektor dan sel memori tersebut di atas

disebut respons primer.

Akhirnya sel B berkembang menjadi sel plasma. Sel plasma

jarang terlihat dalam sirkulasi (kurang dari 0,2% seluruh jumlah

leukosit) dan biasanya terbatas pada organ limfoid sekunder dan

jaringan. Imunoglobulin yang dibentuk sel plasma dapat ditemukan

dalam sitoplasma dan permukaan sel dengan teknik imunofluoresens.

Biasanya sel B akan dirangsang menjadi sel plasma yang membentuk

antiodi atas pengaruh antigen dan sel T (dependent). Sel B dapat pula

membentuk antibodi dan rangsangan antigen tanpa bantuan sel T

(independent).

Gambar mekanisme seleksi klonal


Keterangan :

a. Sel induk hematopoietik mengalami diferensiasi dan penataan ulang

genetik untuk menghasilkan limfosit imatur

b. Limfosit imatur dengan banyak reseptor antigen berbeda mengikat

antigen

c. Antigen yang berasal dari tubuh sendiri dihancurkan sedangkan

sisanya menjadi limfosit tidak aktif. Limfosit yang mengandung

reseptor untuk molekul sendiri yaitu antigen endogen yang

diproduksi didalam tubuh dihancurkan pada tahap awal.

d. Limfosit yang tidak aktif Sebagian besar tidak pernah menemukan

antigen asing yang cocok,

e. Tetapi limfosit yang aktif jika terjapan akan menghasilkan klon

sendiri.

f. Limfosit aktif menghasilkan banyak banyak klon sendiri

E. Proses Sel-Sel Kekebalan Datang ke Tempat Infeksi


Pada proses infeksi terjadi keradangan lokal yang mendorong pelepasan
mediator antara lain:
1. Produk aktivasi komplemen → C3a, C5a, C5b
a. Komplemen C5b berfungsi membentuk kompleks C5b67 atau yang
berperan mengikat C8 membentuk kompleks C5b678 yang
mengawali perusakan sel asing kemudian terjadi pengikatan C9
membentuk kompleks C5b6789 atau yang dikenal dengan C5b-9
(MAC (Membrane Attack Complex)). MAC menembus membran
sel dan merusak lapisan lipid dan fosfolipid pada membran sekitar
MAC sehingga terbentuk lubang-lubang sehingga melisiskan sel.
b. Komplemen C3a dan C5a dapat mengaktivasi sel mast dan basofil
2. Produk sel mast mendorong sekresi histamin, prostaglandin (PG), dan
leukotrien (LT)
Histamin, prostaglandin (PG), dan leukotrien (LT) diproduksi oleh
basofil dan sel mast dari jaringan ikat sekitarnya. Histamin
meningkatkan permeabilitas jalur kapiler supaya sel darah putih dan
protein untuk sistem imun bisa memasuki jaringan tubuh yang
mengalami infeksi dan melawan kuman-kuman yang menyebabkan
infeksi tersebut. Karena meningkatnya permeabilitas jalur kapiler maka
terjadi perpindahan monosit dari darah ke jaringan, sehingga monosit
berubah menjadi makrofag.
3. Sitokin oleh sel-sel makrofag → IL-1, IL-6, TNF-α akan mengenali sel-
sel patogen dengan TLR (Tool Like Receptor), kemudian
mensekresikan IL 1 yang akan meningkatkan kerja limfosit T. Selain
itu IL-1 memperkuat proliferasi, diferensiasi, dan fungsi produksi
antibodi oleh limfosit B.
IL-6 dapat menginduksi pelepasan IL-1 dan TNF- α. TNF- α memiliki
aktivitas perangsangan yang multipel terhadap limfosit T teraktivasi,
misalnya respon proliferasi limfosit T terhadap antigen, peningkatan
reseptor IL-2 dan menginduksi produksi IFN-γ yang berfungsi untuk
aktivasi sel makrofag kembali. Selain makrofag, sel-sel kekebalan non
spesifik yang lain berperan adalah PMN (polimorfonuklear cell) seperti
basofil, eosinofil, dan neutrofil.

Anda mungkin juga menyukai