KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmatNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Askep ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul
dari makalah ini adalah : ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR
PANKREAS (pankreatitis)”.
Adapun tujuan dari pembuatan Askep ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui konsep dasar asuhan
keperawatan pada klien gangguan kelenjar pankreas dengan pankreatitis.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………3
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….3
B. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….3
A.Defenisi………………………………………………………………………………4
B. Etiologi………………………………………………………………………………4
C. Klasifikasi……………………………………………………………………………4
D .manifestasi klinis…………………………………………………………………….5
E. patofisiologi………………………………………………………………………….6
F. Pathway………………………………………………………………………………7
G. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………………………..7
H. Penatalaksanaan Medis……………………………………………………………....8
A. Pengkajian……………………………………………………………………….....11
B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………….20
BAB IV : PENUTUP……………………………………………………………………….25
A. Kesimpulan………………………………………………………………………..25
B. Saran………………………………………………………………………………25
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pankreas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin, dan kedua fungsi ini
saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk memfasilitasi proses pencernaan melalui
sekresi enzim-enzim ke dalam duodenum proksimal. Sekretin dan kolesistokinin-pankreozimin (CCC-PZ)
merupakan hormon traktus gastrointestinal yang membantu dalam mencerna zat-zat makanan dengan
mengendalikan sekret pankreas. Sekresi enzim pankreas yang normal berkisar dari 1500-2500 mm/hari.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien dengan pankreatitis
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas
yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang
berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart,
2001; 1338)
Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifasi
secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas. (Doengoes, 2000;558)
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat alkoholisme dan penyakit
saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis. (Sandra M. Nettina, 2001)
B. Etiologi
- Alkoholisme berat
- Hiperparatiroidisme
- Asidosis metabolik
- Uremia
- Defisiensi protein
- Toksin
C. Klasifikasi
Pancreatitis dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: pancreatitis akut dan pancreatitis kronik
1. Pankreatitis Akut adalah peradangan pankreas yang terjadi secara tiba-tiba, bisa bersifat ringan atau
berakibat fatal. Secara normal pankreas mengalirkan getah pankreas melalui saluran pankreas (duktus
pankreatikus menuju ke usus dua belas jari (duodenum). Getah pankreas ini mengandung enzim-enzim
pencernaan dalam bentuk yang tidak aktif dan suatu penghambat yang bertugas mencegah pengaktivan
enzim dalam perjalanannya menuju ke duodenum. Sumbatan pada duktus pankreatikus (misalnya oleh
batu empedu) akan menghentikan aliran getah pankreas. Biasanya sumbatan ini bersifat sementara dan
menyebabkan kerusakan kecil yang akan segera diperbaiki. Namun bila sumbatannya berlanjut, enzim
yang teraktivasi akan terkumpul di pankreas, melebihi penghambatnya dan mulai mencerna sel-sel
pankreas, menyebabkan peradangan yang berat. Kerusakan pada pankreas bisa menyebabkan enzim
keluar dan masuk ke aliran darah atau rongga perut, dimana akan terjadi iritasi dan peradangan dari
selaput rongga perut (peritonitis) atau organ lainnya. Bagian dari pankreas yang menghasilkan hormon,
terutama hormon insulin, cenderung tidak dihancurkan atau dipengaruhi. .
2. Pankreatitis kronis adalah peradangan pankreas yang tidak sembuh-sembuh, yang semakin parah
dari waktu ke waktu dan mengakibatkan kerusakan pankreas yang permanen. Penyebab paling umum
adalah menkonsumsi alkohol yang berlebihan selama bertahun-tahun, tetapi kondisi seperti gangguan
herediter (keturunan), gangguan autoimun (Imunitas tubuh). Pankreatitis kronis memiliki kesamaan
gejala dengan Pankreatitis akut, dan gejala tambahan berupa diare, kotoran berminyak dan penurunan
berat badan.
D. Manifestasi Klinis
Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang menyebabkan pasien datang
ke rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat
iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul rangsangan pada
ujung-ujung saraf. Peningkatan tekanan pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga
turut menimbulkan rasa sakit.
Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati (midepigastrium). Awitannya sering
bersifat akut dan terjdi 24-48 jam setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit
ini dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit menjadi semakin parah
setelah makan dan tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa sakit ini dapat disertai dengan
distensi abdomen, adanya massa pada abdomen yang dapat diraba tetapi batasnya tidak jelas dan
dengan penurunan peristatis. Rasa sakit yang disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengn muntah.
Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada abdomen. Perut
yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal. Namun demikian abdomen
dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis. Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar
umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat.
Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya berasal dari isi
lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat
terjadi.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta syok yang disebabkan
oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan
dan rongga peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta basah
disamping gejala hipotensi. Gagal ginjal akut sering dijumpai pada keadaan ini.
Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat memperlihatkan gejala infiltrasi
paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan gas darah abnormal. Depresi miokard,
hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada
pankreatitis akut (Brunner & Suddart, 2001:1339)
E. Patofisiologi
Patofisiologi dari pankreatitis akut berhubungan juga dengan kasus batu empedu. Batu empedu yang
memasuki duktus koledokus dan terperangkap dalam saluran ini pada daerah ampula vater, lalu
menyumbat aliran getah pankreas sehingga menyebabkan aliran balik getah empedu dari duktus
kholedokus ke dalam duktus pankreatikus, akibatnya akan mengaktifkan yang kuat dalam pankreas
dimana dalam keadaan normal enzim-enzim ini berada dalam bentuk inaktif sampai getah pankreas
mencapai lumen duodenum. Spasme dan edema pada ampula vater yang terjadi akibat duodenitis
kemungkinan dapat menimbulkan pankreatitis.
Mortalitas akibat pankreatitis akut cukup tinggi (10%) akibat terjadinya syok, anoreksia, hipotensi
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pankreatitis akut memiliki keparahan yang berkisar
dari kelainan yang relative ringan dan sembuh dengan sendirinya hingga penyakit yang dengan cepat
menjadi fatal serta tidak responsive terhadap berbagai terapi.
F. PATHWAY
Virus/ kuman
Pembuluh darah
Reaksi antibody
G. Pemeriksaan Diagnostik
3. Endoskopi : penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula, penyakit obstruksi bilier
dan striktur/anomali duktus pankreas. Catatan : prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.
5. Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan dengan pankreas atau
faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya udara bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi
atau pembekuan abses, kalsifikasi pankreas.
6. Pemeriksaan seri GI atas : sering menunjukkan bukti pembesaran pankreas/inflamasi.
7. Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas (kadar normal tidak
menyingkirkan penyakit).
9. Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi lebih lama.
10. Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh penyakit hati alkoholik atau
penekanan duktus koledokus).
11. Fosfatase Alkaline : biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh penyakit bilier.
12. Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas kapiler dan transudasi
cairan kearea ekstrasel).
13. Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul penyakit (biasanya
menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai nekrosis pankreas).
14. Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster; hiperkalemia dapat terjadi
sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis, insufisiensi ginjal.
15. Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen penyebab pankreatitis akut.
16. LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena gangguan bilier dalam hati.
17. Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin menurun karena
perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah atau dari efusi
cairan kedalam pankreas atau area retroperitoneal.
18. Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama serangan awal atau akut.
Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas dan tanda aprognosis
buruk. Urine analisa; amilase, mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin ada (kerusakan
glomerolus).
19. Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal pencernaan lemak dan
protein (Dongoes, 2000).
H. Penatalaksaaan
Tidak ada terapi yang diketahui dapat menghentikan siklus aktivasi enzim pankreas dengan inflamasi dan
nekrosis kelenjar. Tetapi definitif ditujukan pada penyebab gamggua. Prioritas keperawatan dan medis
untuk penatalaksanaan pendukung dari pankreatitis akut termasuk sebagai berikut:
- Pengistirahatan pankreas
• Suction nasogastric digunakan pada kebanyakan pasien dengan pankreatitis akut untuk menekan
sekresi eksokrin pankreas dengan pencegahan pelepasan sekretin dari duodenum. Mual, muntah dan
nyeri abdomen dapat juga berkurang bila selang nasogastric ke suction lebih dini dalam perawatan.
Selang nasogastrik juga diperlukan pasien dengan illeus, distensi lambung berat atau penurunan tingkat
kesadaran untuk mencegah komplikasi akibat aspirasi pulmoner. Puasa ketat (tak ada masukan peroral)
harus dipertahankan sampai nyeri abdomen reda dan kadar albumin serum kembali normal. Namun
parenteral total dianjurkan untuk pasien pankreatitis mendadak dan parah yang tetap dalam status
puasa jangka panjang dengan suction nasogastrik dengan illeus paralitik, nyeri abdomen terus-menerus
atau komplikasi pankreas. Lipid tidak boleh diberikan karena dapat meningkatkan kadar trigliserida lebih
jauh dan memperburuk proses peradangan. Pada pasien dengan pankreatitis ringan cairan peroral
biasanya dapat dimulai kembali dalam 3-7 hari dengan penggantian menjadi padat sesuai toleransi.
Status puasa yang diperpanjang dapat menyulitkan pasien. Perawatan mulut yang sering dan posisi yang
sesuai serta memberikan pelumasan pada selang nasogastric menjadi penting dengan mempertahankan
integritas kulit dan memaksimalkan kenyamanan pasien. Dianjurkan tirah baring untuk mengurangi laju
metabolisme basal pasien. Hal ini selanjutnya akan mengurangi rangsangan dari sekresi pankreas (Hudak
dan Gallo, 1996).
- Penatalaksanaan nyeri
• Analgesik diberikan untuk kenyamanan pasien maupun untuk mengurangi rangsangan saraf yang
diinduksi stress atau sekresi lambung dan pankreas. Meferidan (dimerol) digunakan menggantikan
morfin karena morfin dapat menginduksi spasme sfingter oddi (Sabiston, 1994).
- Pencegahan komplikasi
• Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan. Antasid biasanya diberikan
untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap
gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994).
- Diet
- Intervensi bedah
• Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus pankreatitis akut yang menyertai penyakit batu
empedu. Jika kolesistisis atau obstruksi duktus komunistidak memberikan respon terhadap terapi
konservatif selama 48 jam pertama, maka kolesistosyomi, koleastektimi atau dekompresi duktus
komunis.mungkin diperlukan untuk memperbaiki perjalanan klinik yang memburuk secara progresif.
Sering adanya kolesistisis gangrenosa atau kolengitis sulit disingkirkan dalam waktu singkat dan
intervensi yang dini mungkin diperlukan, tetapi pada umumnya terapi konservatif dianjurkan sampai
pankreatitis menyembuh, dimana prosedur pada saluran empedu bisa dilakukan dengan batas
keamanan yang lebih besar (Sabiston, 1994).
BAB III
3.1 Pengkajian
3.1.1. Identitas
• Nama : Mr. X
• Pendidikan : smp
• Pekerjaan : tani
• Alamat : gorontalo
1) Penggunaan tembakau
a) Ya/tidak : ya
2) NAPZA : tidak
3) Alkohol: tidak
(3) Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari: tidak ada
(4) Apakah aktivitas sehari-hari dapat dilakukan sendiri, bantuan alat, orang lain
o a) Kebutuhan istirahat
(4) Apakah menyediakan waktu untuk istirahat pada waktu siang hari : tidak
(5) Dalam suasana yang bagaimana klien dapat istirahat dan mengisi waktu luang : saat libur
kerja
o b) Kebutuhan tidur
(3) Apakah tidur malam yang diutamakan atau tidur siang yang diutamakan : tidur malam
(5) Apakah klien selalu tidur dengan teman atau seorang diri : dengan istri.
(6) Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : selimut dan bantal
2) Selama sakit
o a) Kebutuhan Istirahat
(4) Apakah klien kesakitan atau sesak nafas, dll : pasien terlihat kesulitan saat bernapas.
o d. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit :
- Makanan yang disukai : makanan atau minuman yang manis (teh manis)
2) Selama sakit
o e. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit
- Frekuensi : 1 x sehari
2) Selama sakit
- Warna : kuning
- Konsistensi : lembek
Alat bantu buang air kecil, kateter,kondom / plastik, digunakan sejak dirawat di RS.
7) Pendengaran : baik
o h. Pola koping
o 1) Pengambilan keputusan : £ (sendiri), R (dibantu orang lain), siapa: istri
a) £ Tidur
b) £ Makan
c) £ Minum obat
d) £ Cari pertolongan
e) £ Marah
f) R Diam
1) Gangguan hubungan seksual : Ada/tidak. Jika Ada karena penyakit yang menyebabkan pasien
mengalami gangguan mobilitas fisik.
1) Status pekerjaan
2) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat: Tidak pernah lagi setelah sakit.
3) Sistem pendukung :
(1) Pasangan
(2) Tetangga/teman
b) Dukungan keluarga selama masuk rumah sakit : istri selalu setia menunggu pasien selama di Rumah
Sakit.
4) Kesulitan dalam keluarga : tidak ada gangguan atau kesulitan dalam hubungan dengan saudara
ataupun keluarga.
5) Selama sakit
1) Sebelum sakit
a) Agama : Islam
c) Kegiatan keagamaan
Macam : sholat
2) Selama sakit
a) Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama di Rumah Sakit : tidak terkaji karena pasien
somnolent.
b. Pengukuran BB : 52 kg.
Nadi : 60 x/mnt.
Suhu : 370C
Respirasi : 16 x/mnt.
o e. Keadaan Umum:
1) Kepala
a) Bentuk kepala, kulit kepala, luka, ketombe : bentuk kepala lonjong, kulit kepala kotor.
2) Mata
3) Telinga
f) Kebersihan : kotor
4) Hidung
b) Keadaan bibir: Seilosis, Seilisis, gusi dan selaput lendir dan lain-lain
e) Gigi gerigi, letak gigi, kondisi gigi : gigi bagian depan atas sabagian sudah tidak ada.
6) Leher
7) Dada
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
8) Punggung
9) Abdomen
a) Inspeksi
b) Auskultasi
c) Perkusi
d) Palpasi
10) Ekstremitas
Atas :
a) Terpasang infus di tangan kiri
Bawah :
11) Integumen
12) Genetalia
B. Diagnosa keperawatan
NOC :
• Pain Level,
• Pain control,
• Comfort level
Kriteria Hasil :
v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
NIC :
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
NOC :
• Weight control
Kriteria Hasil :
NIC :
Nutrition Management
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Nutrition Monitoring
8. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
9. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
11. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
34. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
NOC:
• Fluid balance
• Hydration
Kriteria hasila:
v Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
v Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
NIC :
Fluid management
3. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
4. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
5. Monitor vital sign
9. Berikan cairan
NOC :
Kriteria Hasil :
v Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
pengobatan
v Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
v Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC :
Teaching : disease Process
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pankreatitis adalah peradangan kelenjar pankreas. Tanda dari gejala ini adalah rasa sakit pada uluhati
yang amat sangat, suhu badan yang meningkat, muntah hebat. Penyebab dari pankeatitis adalah
idiopatik (artinya tidak diketahui secara pasti), tetapi ada kecenderungan yang harus dilacak adalah
apakah terdapat batu pada saluran empedu, kadar trigliserida yang tinggi. Petanda laboratorium yang
dipakai adalah tingginya kadar amilase dan lipase. Pengobatan pankreatitis dengan puasa (tidak boleh
makan dan minum), serta antibiotik yang penetrasi ke jaringan pankreas tinggi.
B. SARAN
Untuk menangani pasien dengan pankreatitis, perawat diharapkan mampu memahami secara
keseluruhan baik konsep medis maupun konsep keperawatan sehingga pasien dengan pankreatitis dapat
tertolog segera. Perawat sangat perlu memahami tindakan-tindakan dan penaganan secara darurat pada
pasien dengan pankreatitis
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : EGC
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/ashan-keperawata-pankreatitis-aplikasi.html
http://online-ners.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-klien-pankreatitis.html
http://ashabulk.wordpress.com/2013/06/14/20/