Anda di halaman 1dari 35

PANCASILA

Dibuat oleh:
Jufrianto
F22118127

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT NKRI

Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya “philosophi” adalah berasal dari
bahsa Yunani“philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata
philosophia tersebut berakar pada kata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan).
Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga
berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan.
Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia
untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang
bermanfaat bagi peradaban manusia.

Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia


1. Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Setiapa bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata hidup). Dengan
pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya
dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa
memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam
menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di
dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan
memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman
pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.

2 .Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945 adalah di
kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu
haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara
Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai
perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
3. Filsafat Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian Indonesia ialah :
Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari
garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.

Wawasan filsafat terdiri dari beberapa aspek, yaitu Aspek Ontologi (eksistensi),
Epistemologi (Metode/cara), dan Aksikologi (nilai dan estetika). Aliran filsafat juga terbagi atas
beberapa sifat yaitu Materialisme (kebendaan), Idealisme / Spiritualisme (ide dan spirit),
Realisme (Realitas). Pancasila adalah dasar Filsafat Negara Republik Indonesia yang secara
resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam UUD 1945,
dundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama dengan UUD 1945.
Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila adalah landasan filosofis yang
dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang
paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai sebagai dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

1. Ontologi

Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada. Menurut
Muhammad Noor Syam (1984: 24), sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha
mengerti hakikat sesuatu. Pancasila sebagai filsafat, ia mempunyai abstrak umum dan universal.
Yang dimaksud isi yang abstrak disini bukannya pancasila sebagai filsfat yang secara
operasionalkan telah diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, melainkan sebagai pengertian
pokok yang dipergunakan untuk merumuskan masing-masing sila.

a. Sila pertama, Ketuhana Yang Maha Esa. Sila pertama menjiwai sila-sila yang lainnya.
Di dalam sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidika
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Dengan sila pertama ini kita diharapkan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga
merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yaitu untuk menjadikan manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah. Karena itu, di lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat ditanamkan nilai-nilai keagamaan dan Pancasila.
b. Sila kedua. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Manusia yang ada dimuka bumi ini
mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang diperlikan sesuai dengan nilai-nilai pancasila
dan fitrahnya sebagai hamba Allah (Darmodiharjo, 1988: 40). Pendidikan tidak membedakan
usia, agama dan tingkat sosial budaya dalam menuntut ilmu. Setiap manusia memiliki kebebasan
dalam menuntut ilmu, mendapat perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketaqwaan seseorang.
Pendidikan yang harus dijiwai Pancasila sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila,
bertanggung jawab, adil dan makmur baik spiritual maupun material.

c. Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam
belajar. Ini berarti bahwa semua golongan dapat menerima pendidikan, baik golongan rendah
maupun golongan tinggi, tergantung kemampuannya untuk berpikir.

d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan atau Perwakilan. Sila keempat inis sering dikaitkan dengan kehidupan
demokrasi. Dalam hal ini, demokrsai sering diartikan sebagai kekuasaan ditangan rakyat. Bila
dilihat dari dunia pendidikan, maka hal ini sangat relevan, karena menghargai orang lain demi
kemajuan. Disamping itu, juga sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 yang menyatakan kebebasan
untuk mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan. Jadi dalam menyusun pendidikan,
diperlukan ide-ide dari orang lain demi kemajuan pendidikan. Sila kelima, Keadilan sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam sistem pendidikan nsional, maksud adil dalam arti yang luas
mencakup seluruh aspek pendidikan yang ada. Adil disini adalah adil dalam melaksanakan
penddikan: antara ilmu agama dan umum itu seimbang.

2. Epistemologi

Epistemolgi adalah studi tentang pengetahuan benda-benda, epistemologi dapat juga berarti
bidang filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan, dan hakikat
ilmu pengetahuan. Dengan filsafat kita dapat menetukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi
peningkatan ketenangan dan kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga Negara. Untuk itu
Indonesia telah menemukan filsafat pancasila.

a. Sila pertama, Ketuhana Yang Maha Esa. Pancasila lahir tidak secara mendadak, tetapi

melalui proses panjang. Pancasila digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar Negara,

pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, tujuan dan arah untuk mencapai cita-cita dan
perjanjian luhur rakyat Indonesia (Widjaya, 1985: 176-177). Dengan demikian, pancasila

bersumber dari bangsa Indonesia yang prosesnya melalui perjuangan rakyat. Bila kita hubungkan

dengan Pancasila maka dapat kita ketahui bahwa apakah ilmu itu didapat melalui rasio atau

dating dari Tuhan.

b. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Manusia itu mempunyai potensi yang
dapat dikembangkan. Pancasila adalah ilmu yang diperoleh melalui perjuangan yang sesuai
dengan logika. Dengan mempunyai ilmu moral, diharapkan tidak lagi kekerasan dan
kesewenang-wenangan manusia tehadap yang lain.

c. Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Proses terbentuknya pengetahuan manusia merupakan


hasil dari kerjasama atau produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar dengan factor
kondisi lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan. Dalam hal ini, sebagai
contohnya dalah ilmu sosiologi yang mempelajari hubungan manusia yang satu dengan lainnya
(IKIP Malang, 1983: 59). Dalam hubungan antara manusia itu diperlukan suatu landasan yaitu
Pancasila. Dengan demikian, kita terlebih dahulu mengetahui ciri-ciri suatu masyarakat dan
bagaimana terbentuknya masyarakat.

d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Himat Kebijaksanan dalam


Permusyawaratan atau Perwakilan Manusia diciptaka Allah sebagai pemimpin dimuka bumi ini
untuk memakmurkan umat manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk memimpin
dengan bijaksana. Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memang mempunyai peranan
sangat besar, tapi tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk
manusi Indonesia seutuhnya. Jadi dalam hal ini diperlukan suatu ilmu keguruan untuk mencapai
guru yang ideal, guru yang kompeten. Setiap manusia bebas mengeluarkan pendapat dengan
melalui lembaga pendidikan. Setiap ada permasalahan diselesaikan dengan jalan musyawarah.

e. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Ilmu pengetahuan sebagai
perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai karya budaya umta manusia merupakan
martabat kepribadian manusia. Dalam arti luas, adil diatas dimaksudkan seimbang antara ilmu
umum dan ilmu agama. Hal ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu formal maupun non
formal. Dalam sistem pendidikan nasional yang intinya mempunyai tujuan tertentu. Di bidang
sosial, dapat dilihat pada suatu badan yang mengkoordinir dalam hal mengentaskan kemiskinan,
dimana hal-hal ini sesuai dengan butir-butir Pancasila.

3. Aksiologi

Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup
dan dasar Negara yang memiliki nial-nilai: Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadila.

a. Sila pertama, Ketuhana Yang Maha Esa. Percaya pada Allah merupakan hal yang paling
utama dalam ajaran Islam. Dilihat dari segi pendidikan, sejak dari kanak-kanak sampai
perguruan tinggi, diberikan pelajaran agama dalam hal ini merupakan subsistem dari sistem
pendidikan.

b. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dalam kehidupan umat Islam, setiap
muslim yang datang kemasjid untuk shalat berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak
membedakan keturunan, ras, dan kedudukan: dimata Allah, kecuali ketaqwaan seseorang. Inilah
sebagian kecil contoh nilai-nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam.

c. Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai
tujuan yang dicita-citakan. Mengajarkan untuk taat pada pemimpin. Di dalam pendidikan, jika
kita ingin berhasil, kita harus berkorban demi tercapainya tujuan yang didambakan. Yang jelas
warga Negara punya tanggung jawab untuk mempertahankan dan mengsisi kemerdekaan ini.
Bercerai berai kita runtuh, bersatu kita teguh.

d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan atau Perwakilan. Jauh sebelum Islam datang, di Indonesia sudah ada sikap
gotong royong dan musyawarah. Dengan datangnya Islam, sikap ini lebih diperkuat lagi dengan
keterangan Al-Qur’an. Di dalamnya juga diterangkan bahwa dalam hasil musyawarah
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan dapat dipertanggung jawabkan.

e. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu seimbang antara
ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah subsistem dari sistem pendidikan
nasional.
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Arti pancasila sebagai dasar negara

Pancasila sebagai dasar Negara mengandung makna bahwa nilai nilai yang terkandung dalam

pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi masyarakat Indonesia. Nilai pancasila dasarnya

adalah nilai nilai filsafat yang mendasar yang d jadikan peraturan dan dasar dari norma norma

yang berlaku dalam Indonesia. Nilai dasar pancasila bersifat normatif dan abstrak yang bisa d

jadikan landasan dalam kegiatan bernegara. Pancasila sebagai dasar Negara berarti pancasila di

jadikan sebagai pedoman dalam penyelenggarakan segala norma norma hokum dan dalam

penyelenggarakan Negara.

Pada masa sekarang perlu di adakan tentang penegasan dan mengembalikan kembali

kedudukaN pancasila sebagai dasar negara,dan ini merupakan hal yang sangat penting karena

sudah terlalu banyak terjadi kesalahan penafsiran tentang pancasila sebagai dasar Negara.dan

penafsiran itu menyatakan bahwa pancasila bukan sebagai dasar Negara tetapi pancasila sebagai

alat kekuasaan yang dapat mengendalikan semua apapun yang d lakukan di negara Indonesia.

Menurut Dr.Koentowijoyo dalam tulisanya mengenai radikalisasi pancasila (1998) bahwasanya

pancasila perlu d berikan ruh yang baru sehingga pancasila dapat bergerak menjadi kekuatan

yang menggerakkan sejarah.dari hal ini kita sudah membawa bahwasanya telah banyaknya

penyelewengan terhadap makna dan tujuan pancasila sebagai dasar Negara dalam masa Orde

baru maupun Orde lama.

dan sebgai generasi penerus saya setuju terhadap tulisan Dr.koentowijoyo bahwasanya kalau

pancasila d berikan ruh yang baru pancasila bias kembali lagi sesuai dengan jati dirinya yang d
jadikan sebagai dasar Negara dan menyelenggarakan visi dari kenegaraan.dan kesalahan

kwsalahan dari pemahaman pancasila bisa d selesaikan tanpa ada kejanggalan.

Nilai nilai dasar pancasila di Indonesia belum bersifat yang kongkrit sesuai dengan keinginan

kita bersama.sebagai nilai yang bersifat abstrak pancasila harus bersifat kongkrit dan upaya

pancasila agar bersifat kongkrit yaitu menjadikan nilai nilai dasar pancasila sebagai norma dasar

dan sumber normative bagi penyusunan hukum Negara Indonesia yang positive bagi Negara.

Menurut Undang Undang Dasar Negara Indonesia yang di kemukakan dalam pembukaan,

bahwasanya pancasila dapat di jadikan sebagai dasar dasar Negara yang melingkup :

Norma dasar Negara

Staatfundamentalnorm

Norma pertama

Pokok kaidah Negara yang fundamental

Cita hokum (Rechtsidee)

Dalam Undang Undang sudah menjelaskan bahwsanya pancasila sebagai dasar Negara

yang dapat di simpulkan bahwasanya pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara yang

menjadi sumber, landasan norma, serta member fungsi konstitutif dan regulative bagi

penyusunan hokum hokum Negara.

Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara

Indonesia memiliki dasar negara yang sangat kuat sebagai filosofi bangsa, dimana Indonesia

memiliki pancasila sebagai dasar negara. Pengertian pancasila sebagai dasar negara diperoleh

dari alinea keempat pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Momerandum
DPR-GR 9 juni 1966 yang menandaskan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah

di murnikan dan di padatkan oleh PPKI atas nama rakyat indonesia menjadi dasar negara

Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR disahkan pula oleh MPRS dengan ketetapan

No.XX/MPRS/1966. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan ketetapan MPR No.IX/MPR/1978

yang menegaskan kedudukan pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber

dari tertip hukum di Indonesia.

Pancasila memiliki sifat dasar yang pertama dan utama yakni sebagai dasar

negara (philosophische grondslaag)Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea

keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18

agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat

Indonesia yang merdeka.

Pancasila merupakan intelligent choice kerena mengetasi keanekaragaman dalam

masyarakat indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Penetapan pancasila

sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan ( indifferentism ), tetapi merangkum

semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka“bhineka

tunggal ika”.

Penetapan pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara Indonesia

adalah negara pancasila. Hal tu mengandung arti bahwa harus tunduk kepadanya, membela dan

melaksanakan dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai hal itu, pandangan tersebut

melukiskan pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh) sehingga

merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang didirikan di atasnya, dipertahankan dan

dikembangkan dengan tujuan untuk melndungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi
semua warga bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu

merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua talis, manusia adalah

manusia sesuai dengan principium identatis-nya.

Pancasila seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan keseragaman

sistematkanya melalui Intruksi Presiden No. 12 Tahun 1968 itu tersusun secara hirarkis-

piramidal. “Setiap sila (dasar/azaz) memiliki hubungan yang salng mengikat dan menjiwai satu

sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari

pembenaran pada sila lainnya adalah tindakan yang sia-sia” .

oleh karena itu, pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan

utuh, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisah-misahkan sila-sila dalam kesatuan yang

utuh dari pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan eksistensinya sebaga dasar negara.

Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberikan kekuatan serta membimbing

dalam mengejar kehidupan lahir batin yang baik. Pancasila merupakan kepribadian dan

pandangan hidup bangsa Indonesia, yang telah diuji kebenaran dan kesaktiannya, sehingga tidak

ada satu kekuatanpun yang mampu memisahkan pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa Indonesia pada zaman reformasi telah

menyelamatkan bangsa dari ancaman disintegrasi selama lebih dari puluhan tahun. Sejarah

implementasi pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus bukan dalam pengertian

keabsahan substansial, tetapi dalam konteks implementasinya.

Tantangan terhadap pancasila sebagai kristalisasi pandangan politik berbangsa dan bernegara

bukan hanya berasal dari faktor domestik, tetapi juga faktor internasional. Saat ini
pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam pancasila

terkandung nilai-nilai luhur bangsa indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa.
PPKN

Dibuat oleh:
Jufrianto
F22118127

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KONSTITUSIONALITAS

Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis (constituer) yang berarti membentuk.

Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksudkan ialah pembentukan negara atau menyusun dan

menyatakan suatu negara.1 Secara etimologis antara kata “konstitusi”, “konstitusional”, dan

“konstitusionalisme” inti maknanya sama namun penerapannya berbeda. Konstitusi adalah

segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan (Undang-Undang Dasar dan

sebagainya), atau Undang-Undang Dasar suatu negara. Sedangkan konstitusional adalah

segala tindakan atau perilaku seseorang maupun penguasa berupa kebijakan yang dipatuhi

atau didasarkan konstitusi. Berbeda dengan konstitusionalisme yaitu suatu paham mengenai

pembatasan kekuasaan dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi

Jenis-jenis Konstitusi

K.C. Wheare (1975) membagi konstitusi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut:

 Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak dalam bentuk tertulis. Konstitusi tertulis

adalah suatu konstitusi (UUD) yang dituangkan dalam dokumen formal. Sedangkan

konstitusi yang bukan dalam bentuk tertulis adalah suatu konstitusi yang tidak dituangkan

dalam dokumen formal, contohnya konstitusi yang berlaku di Inggris, Israel, New

Zaeland.

 Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid. Konstitusi fleksibel bersifat elastis,

diumumkan dan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang. Sedangkan

konstitusi rigid mempunyai kedudukan dan derajat yang jauh lebih tinggi dari peraturan
perundang-undangan yang lain, hanya dapat diubah dengan cara yang khusus atau

istimewa atau dengan persyaratan yang berat.

 Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi. Konstitusi

derajat tinggi adalah suatu konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara.

Sedangkan konstitusi derajat tidak derajat tinggi adalah suatu konstitusi yang tidak

mempunyai kedudukan seperti derajat tinggi, sehingga persyaratan mengubah konstitusi

ini tidak sesulit mengubah konstitusi derajat tinggi, melainkan sama dengan pengubahan

undang-undang.

 Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan. Negara serikat didapatkan sistem

pembagian kekuasaan antara pemerintah negara serikat dengan pemerintah negara

bagian. Pembagian tersebut diatur dalam konstitusinya atau undang-undang dasar. Dalam

negara kesatuan pembagian kekuasaan tersebut tidak dijumpai, karena seluruh

kekuasaannya tersentralkan di pemerintah pusat, walaupun dikenal juga dalam

desentralisasi.

 Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer.

Tujuan dan Fungsi Konstitusi

C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk membatasi

kewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan

pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Oleh karena itu setiap konstitusi senantiasa memiliki dua

tujuan, yaitu (Utomo, 2007:12):

 Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.


 Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta menetapkan

batas-batas kekuasaan bagi penguasa.

Tujuan konstitusi

Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan

membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan

penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan

tujuan Negara.

Menurut Henc Van Maarseven (Harahap, 2008:179) bahwa konstitusi berfungsi menjawab

berbagai persoalan pokok negara dan masyarakat, yaitu:

Konstitusi menjadi hukum dasar suatu negara.

Konstitusi harus merupakan sekumpulan aturan-aturan dasar yang menetapkan lembaga-lembaga

penting negara.

Konstitusi melakukan pengaturan kekuasaan dan hubungan keterkaitannya.

 Konstitusi mengatur hak-hak dasar dan kewajiban-kewajiban warga negara dan

pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

 Konstitusi harus mengatur dan membatasi kekuasaan negara dan lembaga-lembaga-nya.

 Konstitusi merupakan ideologi elit penguasa.

 Konstitusi menentukan hubungan materiil antara negara dan masyarakat.

Keberadaan konstitusi tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan negara. Konstitusi ditempatkan

pada posisi ter-atas yang menjadi pedoman untuk jalanya sebuah negara dan mencapai tujuan
bersama warga negara. Adapun Fungsi konstitusi, baik tertulis maupun tidak tertulis adalah

sebagai berikut (Asshiddiqie, 2006:122):

 Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.

 Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.

 Fungsi pengatur hubungan antar organ negara dengan warga negara.

 Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara atau pun kegiatan

penyelenggaraan kekuasaan negara.

 Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (yang dalam

sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.

 Fungsi simbolik sebagai pemersatu.

 Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan.

 Fungsi simbolik sebagai pusat upacara.

 Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit hanya dibidang

politik maupun dalam arti luas yang mencakup sosial dan ekonomi.

 Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering dan

social reform), baik dalam arti sempit atau pun luas.


INTEGRASI NASIONAL

pengertian integrasi nasional

Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”. Integrasi

berasal dari bahas inggris, Integrate artinya menyatupadukan, menggabungkan, mempersatukan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu

kesatuan yang bulat dan utuh. Kata Nasional berasal dari bahasa Inggris, nation yang artinya

bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan

antropologis.

ntegritas Secara Politis

Integrasi secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan

wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.

Integritas Secara Antropologis

Integrasi secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang

berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.

Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada pada

suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita

ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun

wilayahnya.Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa

memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang

melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini

juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang
melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga

dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.

Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Nasional sebagai berikut:

1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.

2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam

Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.

3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan

merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.

4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh

banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.

5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,

Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa

kesatuan bahasa Indonesia.

Faktor-Faktor Penghambat Integrasi Nasional sebagai berikut:

1. Masyarakat Indonesia yang HETEROGEN (beraneka ragam) dalam faktor-faktor

kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang

dianut, ras dan sebagainya.

2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan

luas.

3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong

keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil

pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku,

Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk

rasa.

5. Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan

kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.

Problematika integrasi nasional

Sejak awal abad ke-20, struktur masyarakat Indonesia yang masih ke sukuan mulai

tergugat karena munculnya ide nasionalisme dan integrasi dari sekelompok elit Nusantara

(Marzali, 2009). Wacana tentang perwujudan integrasi nasional di Indonesia telah banyak

dibahas dan dicanangkan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan institusi-institusi yang

terkait. Perwujudan integrasi nasional ini menjadi penting karena pada dasarnya, dalam

pembangunan nasional dibutuhkan gerak yang searah dari berbagai pihak dalam sebuah negara

untuk mencapai tujuan-tujuan yang mengarah pada kesejahteraan dan ketentraman masyarakat.

Masalah-masalah etnik yang masih banyak terjadi di Indonesia ini menjadi tantangan dan

ancaman tersendiri bagi terciptanya integrasi nasional bangsa ini. Berdasarkan gambaran dari J.S

Furnival (dalam Suparlan, 2005), masyarakat majemuk Indonesia cenderung tidak menjadi satu

dan tidak merasa satu, mereka memiliki tradisi kultural sendiri dan memiliki interaksi yang

sangat terbatas dengan kelompok suku lain. Lalu apakah ini hanya di diamkan saja? Pada

dasarnya, perbedaan budaya, cara pandang, dan adat istiadat harus disinergikan satu sama lain,

membangun rasa kebersamaan dalam suatu wilayah, dengan melepaskan simbol-simbol


primordial dari komunitas adat, agar tercapai sebuah integrasi nasional yang telah dicita-citakan

sejak Indonesia belum merdeka.

Makalah ini berupaya mengaitkan berbagai jenis masalah yang terdapat dalam pemicu menjadi

satu kesatuan, yaitu seputar ancaman mengenai terwujudnya integrasi nasional Indonesia,

masalah komunitas/masyarakat adat yang terjadi di Indonesia, bagaimana cara menyikapi,

mengatasi dan mencegahnya, termasuk juga langkah konstruktif pemerintah dalam mengatasi

berbagai permasahan ini dan mengembangkan kegiatan budaya (kearifan lokal).

Contoh kasus yang mengancam keutuhan negara Indonesia

berikut adalah contoh kasus ancaman yang pernah mengancam keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI):

1. Contoh ancaman Fisik

Dari luar negeri

Penembakan kapal patroli Indonesia oleh Malaysia

Agresi militer Belanda di Indonesia

Penjajahan bangsa eropa di Indonesia

Dari dalam negeriTeror bom di Solo

Penyerangan antar suku dipapua

Tawuran antar warga di Makassar

Perusakan kantor walikota oleh warga yang berdemo

Perusakan dan vandalisme terhadap fasilitas umum


2. Contoh ancaman Ideologi

Dari luar negeri

Maraknya berbagai kebudayaan dan paham baru dari luar negeri

Adanya campur tangan politik dari badan-badan asing didalam negeri

Maraknya media propaganda asing

Adu domba yang dilakukan pihak asing

Pemberlakuan aturan aturan tertentu yang dilakukan oleh pihak asing yang merugikan

negara lain.

Dari dalam negeri

Munculnya paham-paham radikal dan ekstremis dalam negeri

Munculnya berbagai aliran sesat diIndonesia

Sikap apatis terhadap pemerintah

Sikap mau menang sendiri dalam masyarakat suatu negara

Kurangnya kecintaan terhadap produk dalam negeri

Pemberontakan PKI

Gerakan separatis GAM diaceh, RMS dimaluku dan OPM di papua.


TUGAS 3

Dibuat oleh:
Jufrianto
F22118127

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
OTONOMI DAERAH

pengertian otonomi daerah

Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan

kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna

dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan

pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan yang di maksud Otonomi Daerah adalah wewenang untuk mengatur dan

mengurus rumah tangga daerah, yang melekat pada Negara kesatuan maupun pada Negara

federasi. Di Negara kesatuan otonomi daerah lebih terbatas dari pada di Negara yang berbentuk

federasi. Kewenangan mengantar dan mengurus rumah tangga daerah di Negara kesatuan

meliputi segenap kewenangan pemerintahan kecuali beberapa urusan yang dipegang oleh

Pemerintah Pusat seperti :

1. Hubungan luar negeri

2. Pengadilan

3. Moneter dan keuangan

4. Pertahanan dan keamanan

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi

tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang

lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan

menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.

Dampak Positif Otonomi Daerah

Dampak positif otonomi daerah adalah memunculkan kesempatan identitas lokal yang ada di
masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon

tinggidari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri.

Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari

pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan

daerah serta membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata. Kebijakan-

kebijakan pemerintah daerah juga akan lebih tepat sasaran dan tidak membutuhkan waktu yang

lama sehingga akan lebih efisien.

Dampak negative dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan bagi oknum-oknum di

tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran, munculnya pertentangan antara

pemerintah daerah dengan pusat, serta timbulnya kesenjangan antara daerah yang pendapatannya

tinggi dangan daerah yang masih berkembang

Masalah Otonomi Daerah

Permasalahan Pokok Otonomi Daerah:

1. Pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan otonomi daerah yang belum mantap

2. Penyediaan aturan pelaksanaan otonomi daerah yang belum memadai dan penyesuaian

peraturan perundangan-undangan yang ada dengan UU 22/ 1999 masih sangat terbatas

3. Sosialisasi UU 22/1999 dan pedoman yang tersedia belum mendalam dan meluas

4. Manajemen penyelenggaraan otonomi daerah masih sangat lemahPengaruh perkembangan

dinamika politik dan aspirasi masyarakat serta pengaruh globalisasi yang tidak mudah

masyarakat serta pengaruh globalisasi yang tidak mudah dikelola

5. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan

otonomi daerah

6. Belum jelas dalam kebijakan pelaksanaan perwujudan konsepotonomi yang proporsional


kedalam pengaturan konsepotonomi yang proporsional ke dalampengaturan pembagian dan

pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah sesuai

prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi dan

keanekaragaman daerah dalam kerangka NKRI

Permasalahan pokok tersebut terefleksi dalam 7 elemen pokok yang membentuk

pemerintah daerah yaitu;

1. kewenangan,

2. kelembagaan,

3. kepegawaian,

4. keuangan,

5. perwakilan,

6. manajemen pelayanan publik,

7. pengawasan.

Sumber-sumber Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi meliputi:

a) PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

• Hasil pajak daerah

• Hasil restribusi daerah

• Hasil perusahan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

• Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,antara lain hasil penjualan asset daerah dan jasa

giro

b) DANA PERIMBANGAN

• Dana Bagi Hasil

• Dana Alokasi Umum (DAU)


• Dana Alokasi Khusus

c) PINJAMAN DAERAH

• Pinjaman Dalam Negeri

1. Pemerintah pusat

2. Lembaga keuangan bank

3. Lembaga keuangan bukan bank

4. Masyarakat (penerbitan obligasi daerah)

• Pinjaman Luar Negeri

1. Pinjaman bilateral

2. Pinjaman multilateral

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah;

4. hibah atau penerimaan dari daerah propinsi atau daerah Kabupaten/Kota lainnya,

5. penerimaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undanganDasar Hukum Pelaksanaan

Otonomi Daerah

Undang Undang Dasar Tahun 1945 Amandemen ke-2 yang terdiri dari: Pasal 18 Ayat 1 - 7,

Pasal 18A ayat 1 dan 2 dan Pasal 18B ayat 1 dan 2.

Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah.

Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 mengenai Rekomendasi Kebijakan dalam

Penyelenggaraan Otonomi Daerah.

Undang Undang No. 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah.

Undang Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Daerah

dan Pusat.
Penerapan Otonomi Daerah

Penerapan (Pelaksanaan) otonomi daerah di Indonesia menjadi titik fokus penting dalam

memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah bisa disesuaikan oleh

pemerintah daerah dengan potensi dan ciri khas daerah masing-masing. Otonomi daerah mulai

diberlakukan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah dianggap

tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, serta tuntutan penyelenggaraan

otonomi daerah. Oleh karena itu maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 digantikan

dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sampai sekarang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengalami banyak

perubahan. Salah satunya yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan

bahwa kemampuannya dalam mengatur serta melaksanakan kewenangan yang menjadi hak

daerah masing-masing. Berkembang atau tidaknya suatu daerah tergantung dari kemampuan dan

kemauan untuk dapat melaksanakannya. Pemerintah daerah bisa bebas berekspresi dan berkreasi

dalam rangka membangun daerahnya sendiri, tentu saja harus sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan Otonomi Daerah

Untuk meningkatkan pelayanan masyarakat yang semakin baik.

Keadilan Nasional.

Pemerataan wilayah daerah.


Mendorong pemberdayaan masyarakat.

Menjaga hubungan baik antara pusat dengan daerah, antar pusat, serta antar daerah dalam rangka

keutuhan NKRI.

Untuk mengembangkan kehidupan yang demokrasi.

Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menumbuhkan prakarsa dan kreativitas.

Untuk mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Secara konseptual, tujuan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama

yaitu tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi.

Tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu upaya untuk mewujudkan demokratisasi

politik melalui partai politik dan DPRD.

Tujuan administratif dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu adanya pembagian urusan

pemerintahan antara pusat dengan daerah, termasuk pembaharuan manajemen birokrasi

pemerintahan di daerah, serta sumber keuangan.

Tujuan ekonomi dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu terwujudnya peningkatan indeks

pembangunan manusia sebagai sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Adapun tujuan otonomi daerah menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yaitu:

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah kekuasaannya.

Untuk meningkatkan Pelayanan umum di daerah kekuasaaannya.

Untuk meningkatkan daya saing daerah.

Manfaat Otonomi Daerah


Otonomi daerah memberikan manfaat yang cukup efektif bagi pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Otonomi daerah memberikan hak dan wewenang kepada suatu daerah dalam mengatur

urusannya sendiri. Sehingga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat maupun

pemerintah itu sendiri. Selain itu, pemerintah juga bisa melaksanakan tugasnya dengan lebih

leluasa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Prinsip Otonomi Daerah

Prinsip otonomi seluas-luasnya merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah diberikan

kewenangan dalam mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang meliputi

kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan terhadap bidang politik luar

negeri, moneter, keamanan, agama, peradilan, keamanan, serta fiskal nasional.

Prinsip otonomi nyata merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah diberikan kewenangan

dalam menangani urusan pemerintahan yang berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang

secara nyata sudah ada dan dapat berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan

potensi dan ciri khas daerah.

Prinsip otonomi yang bertanggung jawab merupakan prinsip otonomi yang dalam sistem

penyelenggaraannya harus sesuai dengan tujuan dan maksud dari pemberian otonomi, yang

bertujuan untuk memberdayakan daerahnya masing-masing dalam meningkatkan kesejahteraan

rakyat.

Asas Otonomi Daerah


Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas umum penyelenggaraan negara yang

meliputi:

Asas kepastian hukum yaitu asas yang mementingkan landasan peraturan perundang-undangan

dan keadilan dalam penyelenggaraan suatu negara.

Asas tertip penyelenggara yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian serta

keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.

Asas kepentingan umum yaitu asas yang mengutamakan kesejahteraan umum dengan cara

aspiratif, akomodatif, dan selektif.

Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri atas hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar, jujur, serta tidak diskriminatif mengenai penyelenggara negara dengan

tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

Asas proporsinalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Asas profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang berlandaskan kode etik dan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari

kegiatan penyelenggara negara harus bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau

masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi suatu negara sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Asas efisiensi dan efektifitas yaitu asas yang menjamin terselenggaranya kepada masyarakat

dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.

Adapun tiga asas otonomi daerah yang meliputi:


Asas desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah kepada daerah

otonom berdasarkan struktur NKRI.

Asas dekosentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil

pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.

Asas tugas pembantuan yaitu penugasan oleh pemerintah kepada daerah dan oleh daerah kepada

desa dalam melaksanakan tugas tertentu dengan disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana serta

sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan

mempertanggungjawabkan kepada yang berwenang.


LINGKUNGAN HIDUP

Hakikat Lingkungan Hidup

Pengertian lingkungan hidup menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lingkungan hidup adalah suatu ekosistem yang terdiri

atas berbagai subsistem yang mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi dan geografi dengan

corak ragam yang berbeda mengakibatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan

hidup berlainan.

Pengaruh Perubahan Lingkungan Terhadap Ketahanan Nasional

Dampak terhadap Indonesia adalah stabilitas politik. Akan terjadi peningkatan resiko usaha dan

aktivitas ekonomi. lnfrastrukutur akan terganggu pula. Biaya mitigasi akan meningkat seiring

dengan ketajaman target mitigasi. Rata-rata pertumbuhan GDP global akan berkurang. Hal ini

akan berpengaruh terhadap ketahanan nasional Indonesia. Visi kehidupan sosial masa depan,

terdapat 2 skenario. Skenario

a) lebih berorientasi di bidang industri, scenario

b) lebih berorientasi di lingkungan hidup.

Masalah nyata mengenai lingkungan hidup di Indonesia saat ini antara penebangan hutan

secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di

daerah perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan

kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan

suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang

dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara-


negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di

Sidoarjo, Jawa Timur; dan hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara.

olusi Untuk Mengatasi Dampak Kerusakan Lingkungan Terhadap Ketahanan Nasional

Permasalahan lingkungan hidup mulai mendapatkan perhatian yang sangat serius dari dunia

internasional sejak tahun 1970-an, yaitu setelah diadakannya Konferensi PBB (Konferensi

Stockholm) tentang lingkungan hidup di Stockholm, Swedia tahun 1972 yang tanggal

pembukaannya (5 Juni) dijadikan sebagai Hari Lingkungan Hidup se Dunia. Salah satu resolusi

yang dihasilkan dalam konferensi tersebut adalah didirikannya badan khusus yang bertugas

menangani permasalahan lingkugan hidup, yaitu

United Nation Environmental Programme

(UNEP) yang markasnya ada di Nairobi, Kenya. Indonesia termasuk dalam perjanjian-

perjanjian: Biodiversitas, Perubahan Iklim, Desertifikasi, Spesies yang Terancam, Sampah

Berbahaya, Hukum Laut, Larangan Ujicoba Nuklir, Perlindungan Lapisan Ozon, Polusi Kapal,

Perkayuan Tropis 83, Perkayuan Tropis 94, Dataran basah, Perubahan Iklim

Protokol Kyoto (UU 17/2004), dan Perlindungan Kehidupan Laut (1958) dengan UU 19/1961.

Berbagai macam usaha di atas diikuti Indonesia untuk ikut serta dalam menyelamatkan bumi.

Indonesia juga berperan penting dalam

United Nations Framework Convention on Climate Change

(UNFCCC) atau Konferensi Perubahan Iklim PBB 2007 yang diselenggarakan di

Bali International Convention Center

(BICC),
Hotel The Westin Resort,

Nusa Dua, Bali, Indonesia mulai tanggal 3 Desember sampai 14 Desember 2007 untuk

membahas dampak pemanasan global. Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan untuk

mendiskusikan persiapan negara-negara di dunia untuk mengurangi efek gas rumah kaca setelah

Protokol Kyoto kadaluarsa pada tahun 2012. Konferensi yang diadakan oleh badan PBB ini

merupakan kali ke-13 dan diikuti oleh sekitar sembilan ribu peserta dari 186 negara. Selain itu

ada sekitar tiga ratus LSM internasional yang terlibat. Pada dasarnya perilaku-perilaku

sesederhana apapun dapat membantu kita menyelamatkan bumi ini. Misalnya dengan membuang

sampah peda tempatnya, hemat energi listrik, penggunan air secukupnya, dan yang lainnya. Di

dunia telah bermunculan organisasi-organisasi penyelamat lingkungan semisal

Greenpeace, Save Our Earth

dan sebagainya. Sedangkan di Indonesia adalah Wahana

Pelestarian fungsi lingkungan hidup Pasal 14

1.Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang

melanggar mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup

2.Ketentuan mengenai baku mutu lingkungan hidup, pencegahan dan

penanggulangan pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

3.Ketentuan mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, pencegahan

dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya diatur dengan Peraturan

Pemerintah.
Pasal 15

1.Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar

dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan

hidup.

2. Ketentuan tentang rencana usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan

penting terhadap lingkungan hidup, sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), serta tata cara

penyusunan dan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai