PERILAKU KEKERASAN
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
NUR RAHMIYANI
REZKY RAMADANI
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
Pengertian
1. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (stuart dan
sundeen, 1995).
2. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
orang lain secara fisik maupun psikologis (berkowitz, dan harnawati,1993).
3. Suatu keadaan di mana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik
terhadap diri sendiri atau orang lain. (towsend,1998).
D. Rentang respon
respon adaptif respons maladaptif
keterangan:
1. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatif
3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol
5. Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
Perbandingan antara perilaku asertif, pasif, dan agresif/ kekerasan:
Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif dan Positif dan Menyombongak
pembicaraan merendahkan menawarkan diri, n diri,
diri, contohnya contohnya merendahkan
perkataan: “ perkataan : “ saya orang lain,
dapatkah saya?” dapat....” contohnya
“ dapatkah “saya akan...”
perkataan :”
kamu?”
kamu selalu....”
“ kamu tidak
pernah..”
Tekanan Cepat lambat, Sedang Keras dan ngotot
suara mengeluh
Positif badan Menundukkan Tegap dan santai Kaku, condong
kepala ke depan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan
dengan sikap jarak yang aman jarak akan
acuh/ menyerang orang
mengabaikan lain
Penampilan Loyo, tidak Sikap tenang Mengancam,
dapat tenang posisi menyerang
Kontak mata Sedikit/ lama Mempertahankan Mata melotot
sekali tidak kontak mata dan
sesuai dengan dipertahankan
hubungan
E. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien
untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego
seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari
seseorang karena di tinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila
kondisi tersebut tidak diatasi , maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri
rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan
orang lain ini tidak di atasi akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang
meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut dapat berdampak pada
keselamatan dirinya dan orang lain (risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan)
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik
dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga
tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan
kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif).
RPK
Perilaku kekerasan
Core Problem
Causa HDR
Keliat Budi Anna, Dkk (1998). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta : EGC
Stuart, G.W.SJ. (1988). Buku Saku Keperaweatan Jiwa. Jakarta : EGC
Towswnd, (1998). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta: EGC
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan dirinya suka marah-marah, Klien mengatakan dendam dan jengkel, Klien
mengatakan ingin berkelahi, Klien mengatakan selalu menyalahkan dan menuntut.
2. Diagnosis keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus/SP 1
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku yang pernah dilakukannya.
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
6. klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan
7. Klien dapat mendemonstrasikan secara mengontrol perilaku kekerasan
4. Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan penyebab perilaku kekerasan
3. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Diskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
5. Diskusikan akibat perilaku kekerasan
6. Latih mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas dalam
7. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Tidurnya semalem nyenyak tidak? Apakah sekarang
Bapak/Ibu ada keluhan tidak?”
3. Kontrak
a) Topik
“Baiklah Bapak/Ibu, hari ini kita akan berbincang-bincang iya pak?”“Bagaimana kalo hari ini
kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak daus rasakan?”
b) Waktu
“Berapa lama Bapak/Ibu mau berbincang bincang, bagaimana kalo 15 menit?”
c) Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang di taman, di kantin atau di bangku depan?” Baik
Bapak/Ibu kita akan berbincang-bincang ditaman ya?”
B. Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak/Ibu marah?, Apakah sebelumnya bapak/Ibu pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak/Ibu melakukan semua kegiatan rumah dan
mengurus semua anak tidak ada yang membantu(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang
ibu rasakan?”
“apakah bapak/ibu merasakan kesal kemudian dada bapak/ibu berdebar-debar, mata melotot,
rahang berkatup rapat dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak/ibu lakukan?, Apa kerugian cara yang bapak/ibu lakukan? Maukah
bapak/ibu belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, bu. Salah satunya adalah dengan cara fisik.
Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
“Begini bapak/ibu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak/Ibu rasakan maka bapak/Ibu
berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan-lahan melaui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus...tahan, dan tiup
melalui mullut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak/Ibu sudah bisa melakukannya,
bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak/Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul bapak/Ibu sudah terbiasa melakukannya”
“Sekarang kita buat jadwal ya bapak/Ibu, berapa kali sehari bapak/Ibu mau latihan tarik nafas
dalam jika sedang merasa kesal/marah
C. Terminasi
Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak/Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2. Evaluasi objektif
“Coba bapak/Ibu sebutkan lagi, apa yang membuat ibu marah-marah?”
“Bagus kalau bapak/Ibu sudah tau?.
“Kira-kira tempat yang enak buat kita berbicara besok dimana ya? Apa tetap disini atau pindah
ke tempat lain? Sampai jumpa besok.”