Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) DAN STRAEGI PELAKSANAAN (SP)

PERILAKU KEKERASAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

NUR RAHMIYANI

REZKY RAMADANI

RIRIN NUR HIDAYAH

SRY IRMAYANTI SYAHRIR

PRODI DIV KEPERAWATN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2018 / 2019


LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN DAN STRATEGI
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Perilaku Kekerasan

Pengertian
1. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (stuart dan
sundeen, 1995).
2. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
orang lain secara fisik maupun psikologis (berkowitz, dan harnawati,1993).
3. Suatu keadaan di mana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik
terhadap diri sendiri atau orang lain. (towsend,1998).

II. Proses Terjadinya masalah


A. Faktor predisposisi
Menurut Townsend (1996) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang faktor
predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah teori biologik yang Berdasarkan teori
biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku
kekerasan,yaitu Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis mempunyai
implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif, Pengaruh biokimia,
menurut goldstein dalam townsend (1996) menyatakan bahwa berbagai neurotransmiter
(epinefrin, norepinefrin, dopamin, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin serta
penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor
predisposisi penting yang enyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang, Pengaruh
genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan genetik termasuk
genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak
kriminal (narapidana)., Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal), trauma otak,
penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
Selanjutnya jenis Teori psikologik yaitu Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa
tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan
prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dlaam kehidupannya. Teori
lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapkan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri perilaku tindak
kekerasan, Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu
yang memiliki pengaruh bilogik terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi
oleh contoh peran ekstrenal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi bilogik, Teori
sosiokultural yaitu Kontrol masyarakat yang rendah dan kecendrungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan.
B. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor internal dan eksternal.yang pertama
Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya percaya diri, rasa
takut sakit, hilang kontrol dan lain-lain.yang kedua Eksternal adalah penganiayaan fisik,
kehilangan orang yang dicintai, krisis, dan lain-lain.
Menurut shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau
penganiayaan yaitu Kesulitan kondisi sosial ekonomi, Kesulitan dalam mengkomunikasikan
sesuatu, Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam
menempatkan diri sebagai orang yang dewasa, Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial
seperti penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat
menghadapi rasa frustasi, Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga

C. Tanda dan gejala


1. Fisik: mata melotot/pandangan tajam,tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar,
dan ketus.
3. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
ngamuk/agresif.
4. Emosi: tidak adekuat, tiadak aman dan nyaman, merasa tergangggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan
kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian : bolos, melariakn diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

D. Rentang respon
respon adaptif respons maladaptif

asertif frustasi pasif agresif kekerasan

keterangan:
1. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatif
3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol
5. Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
Perbandingan antara perilaku asertif, pasif, dan agresif/ kekerasan:
Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif dan Positif dan Menyombongak
pembicaraan merendahkan menawarkan diri, n diri,
diri, contohnya contohnya merendahkan
perkataan: “ perkataan : “ saya orang lain,
dapatkah saya?” dapat....” contohnya
“ dapatkah “saya akan...”
perkataan :”
kamu?”
kamu selalu....”
“ kamu tidak
pernah..”
Tekanan Cepat lambat, Sedang Keras dan ngotot
suara mengeluh
Positif badan Menundukkan Tegap dan santai Kaku, condong
kepala ke depan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan
dengan sikap jarak yang aman jarak akan
acuh/ menyerang orang
mengabaikan lain
Penampilan Loyo, tidak Sikap tenang Mengancam,
dapat tenang posisi menyerang
Kontak mata Sedikit/ lama Mempertahankan Mata melotot
sekali tidak kontak mata dan
sesuai dengan dipertahankan
hubungan

E. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien
untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego
seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari
seseorang karena di tinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila
kondisi tersebut tidak diatasi , maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri
rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan
orang lain ini tidak di atasi akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang
meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut dapat berdampak pada
keselamatan dirinya dan orang lain (risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan)
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik
dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga
tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan
kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif).

III. A. Pohon masalah

RPK
Perilaku kekerasan

Core Problem

Causa HDR

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


Subjektif:
a. Klien mengatakan bahwa dirinya sering mengumpat dengan kata-kata kotor
b. Klien mengatakan dendam dan jengkel
c. Klien mengatakan ingin berkelahi
d. Klien mengatakan selalu menyalahkan dan menuntut
Objektif:
a. Mata melotot dan pandangan tajam
b. Tangan mengepal
c. Rahang mengatup
d. Wajah memerah dan tegang
e. Postur tubuh kaku
f. Suara keras
IV. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
V. Tindakan Keperawatan
Terlampir
Daftar Pustaka

Keliat Budi Anna, Dkk (1998). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta : EGC
Stuart, G.W.SJ. (1988). Buku Saku Keperaweatan Jiwa. Jakarta : EGC
Towswnd, (1998). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta: EGC
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

Masalah : Perilaku Kekerasan


Pertemuan : Ke-1 (pertama)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan dirinya suka marah-marah, Klien mengatakan dendam dan jengkel, Klien
mengatakan ingin berkelahi, Klien mengatakan selalu menyalahkan dan menuntut.

2. Diagnosis keperawatan
Perilaku Kekerasan

3. Tujuan khusus/SP 1
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku yang pernah dilakukannya.
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
6. klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan
7. Klien dapat mendemonstrasikan secara mengontrol perilaku kekerasan

4. Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan penyebab perilaku kekerasan
3. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Diskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
5. Diskusikan akibat perilaku kekerasan
6. Latih mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas dalam
7. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan


SP-1 Pasien : Perilaku Kekerasan
Pertemuan Ke-1
A. Orientasi
1. Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama Saya Tarmizi Taher panggil saja saya dengan nama
Tarmizi. Saya mahasiswa Keperawatan STIKES BANTEN yang akan merawat bapak. Saya
bertugas disini dari tanggal 27 Juli-1 agustus 2015 dan dari jam 07.00-14.00 WIB. Jika ada
sesuatu yang ingin bapak sampaikan jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan kepada
saya. mudah mudahan saya bisa membantu. Kalau boleh saya tau nama Bapak siapa dan suka
dipanggil siapa?.”

2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Tidurnya semalem nyenyak tidak? Apakah sekarang
Bapak/Ibu ada keluhan tidak?”
3. Kontrak
a) Topik
“Baiklah Bapak/Ibu, hari ini kita akan berbincang-bincang iya pak?”“Bagaimana kalo hari ini
kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak daus rasakan?”
b) Waktu
“Berapa lama Bapak/Ibu mau berbincang bincang, bagaimana kalo 15 menit?”
c) Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang di taman, di kantin atau di bangku depan?” Baik
Bapak/Ibu kita akan berbincang-bincang ditaman ya?”
B. Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak/Ibu marah?, Apakah sebelumnya bapak/Ibu pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak/Ibu melakukan semua kegiatan rumah dan
mengurus semua anak tidak ada yang membantu(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang
ibu rasakan?”
“apakah bapak/ibu merasakan kesal kemudian dada bapak/ibu berdebar-debar, mata melotot,
rahang berkatup rapat dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak/ibu lakukan?, Apa kerugian cara yang bapak/ibu lakukan? Maukah
bapak/ibu belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, bu. Salah satunya adalah dengan cara fisik.
Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
“Begini bapak/ibu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak/Ibu rasakan maka bapak/Ibu
berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan-lahan melaui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus...tahan, dan tiup
melalui mullut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak/Ibu sudah bisa melakukannya,
bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak/Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul bapak/Ibu sudah terbiasa melakukannya”
“Sekarang kita buat jadwal ya bapak/Ibu, berapa kali sehari bapak/Ibu mau latihan tarik nafas
dalam jika sedang merasa kesal/marah

C. Terminasi
Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak/Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2. Evaluasi objektif
“Coba bapak/Ibu sebutkan lagi, apa yang membuat ibu marah-marah?”
“Bagus kalau bapak/Ibu sudah tau?.

3. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)


Baiklah waktu kita sudah habis. Nanti coba bapak/Ibu ingat-ingat lagi ya penyebab marah yang
lain?.

4. Rencana tindak lanjut


“Bagaimana nanti sore kita lakukan latihan tarik nafas dalam lagi ya pak/bu sesuai jadwal yang
kita buat tadi”
5. Kontrak yang akan datang
(a) Topik
“bapak/Ibu bagaimana kalau besok kita berbincang tentang tanda dan gejala orang yang marah ,
atau perasaan bapak/ibu saat marah dan cara marah yang biasa bapak/Ibu lakukan?”
(b) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok pukul 09.30 WIB, apakah
bapak/Ibubersedia?”
(c) Tempat:

“Kira-kira tempat yang enak buat kita berbicara besok dimana ya? Apa tetap disini atau pindah
ke tempat lain? Sampai jumpa besok.”

Anda mungkin juga menyukai