PENDAHULUAN
1
2
a. Mensuplai air irigasi ke bendung Benel untuk daerah irigasi seluas 1.008 ha dengan
debit sebesar 1,60 m3/detik melalui Intake I bawah.
b. Mengganti air irigasi untuk saluran irigasi subak seluas 42 ha dengan debit sebesar 0,09
m3/detik, melalui Intake II atas.
c. Untuk penyediaan air baku dengan debit sebesar 0,064 m3/dt.
d. Sebagai pengendali banjir di aliran sungai Tukad Daya.
Dalam studi ini akan dikaji lebih lanjut mengenai dampak adanya kegiatan
pembuatan Bendungan Benel di Kabupaten Jembrana. Karena disatu sisi pembuatan
bendungan mempunyai nilai manfaat yang besar akan tetapi disisi yang lain juga
menyimpan berbagai potensi bahaya atau permasalahan yang besar mengingat sifatnya
yang termasuk kedalam heavy construction. Belajar dari pengalaman maka pada akhirnya
perlu ditekankan bahwa dalam setiap perencanaan bendungan harus didukung dengan
adanya suatu Rencana Tindak Darurat (RTD) yang disesuaikan dengan karakteristik setiap
bendungan, sebagai salah satu standar dalam pengamanan bendungan apabila terjadi
kegagalan bendungan. Dalam penyusunan Rencana Tindak Darurat (RTD) tersebut harus
tercantum Klasifikasi Tingkat Bahaya Bendungan (Hazzard Classification) yang memuat
tingkatan–tingkatan bahaya, potensi kerusakan, dan upaya yang harus dilakukan dalam
rangka mengeliminir kerugian dan korban jiwa. Setiap bendungan yang dibangun harus
memiliki permodelan bahaya (Hazzard Model) yang diketahui dan dapat diakses oleh
masyarakat atau stake holder yang terkait, sehingga setiap komponen yang terlibat di
dalamnya memiliki kesiagaan yang lebih baik dalam menghadapi kegagalan bendungan
yang kemungkinan bisa terjadi di kemudian hari.