Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat pada sektor pertanian di
Kabupaten Jembrana, maka dibuatlah Bendungan Benel yang terletak di Desa Manistutu,
Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Hal ini dikarenakan persediaan air untuk
pertanian hanya tersedia pada saat musim hujan. Adapun maksud dari pembuatan
bendungan ini adalah sebagai sarana irigasi khususnya didaerah Jembrana.
Indahnya panorama alam disekitar Bendungan Benel menjadi inspirasi untuk
menjadikan tempat ini sebagai salah satu objek wisata di Jembrana. Bendungan Benel
dapat dikatakan besar dan luas, dikelilingi hutan lindung yang hijau dan alami membuat
udara di bendungan ini sangat sejuk, hal ini juga karena letaknya di daerah pengunungan.
Selain sebagai irigasi dan objek wisata alam, bendungan ini pun digunakan untuk usaha
perikanan air tawar, seperti ikan mujair, ikan gabus dan ikan air tawar lainnya. Sehingga
oleh warga disekitar seringkali dijadikan sebagai salah satu tempat untuk menyalurkan
kegemaran akan memancing.
Bendungan Benel mulai dibangun pada tahun 2006 dan dapat terselesaikan pada
tahun 2010, oleh presiden Republik Indonesia yaitu DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 26 januari 2010. Lokasi Waduk Benel tepatnya berada di aliran sungai atau
Tukad Daya Barat, Dusun Mekarsari, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya dan Desa
Brangbang, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Kabupaten tersebut merupakan
wilayah yang tergolong kering bila dibandingkan dengan beberapa kabupaten lainnya di
Bali. Padahal, potensi pengembangan areal persawahan di wilayah itu cukup besar sekitar
1.047 Ha. Belum optimalnya pengembangan potensi pertanian dikarenakan selama ini
areal persawahannya masih mengandalkan irigasi semi teknis dan bahkan banyak
diantaranya yang tadah hujan. Bendungan Benel pun kemudian dibangun dengan fungsi
utama sebagai sarana irigasi bagi penduduk kawasan Jembrana.
Bendungan Benel merupakan bendungan multifungsi yaitu untuk irigasi, suplai air
baku dan sebagai pengendalian banjir. Secara ringkas Bendungan Benel berfungsi sebagai
berikut :

1
2

a. Mensuplai air irigasi ke bendung Benel untuk daerah irigasi seluas 1.008 ha dengan
debit sebesar 1,60 m3/detik melalui Intake I bawah.
b. Mengganti air irigasi untuk saluran irigasi subak seluas 42 ha dengan debit sebesar 0,09
m3/detik, melalui Intake II atas.
c. Untuk penyediaan air baku dengan debit sebesar 0,064 m3/dt.
d. Sebagai pengendali banjir di aliran sungai Tukad Daya.
Dalam studi ini akan dikaji lebih lanjut mengenai dampak adanya kegiatan
pembuatan Bendungan Benel di Kabupaten Jembrana. Karena disatu sisi pembuatan
bendungan mempunyai nilai manfaat yang besar akan tetapi disisi yang lain juga
menyimpan berbagai potensi bahaya atau permasalahan yang besar mengingat sifatnya
yang termasuk kedalam heavy construction. Belajar dari pengalaman maka pada akhirnya
perlu ditekankan bahwa dalam setiap perencanaan bendungan harus didukung dengan
adanya suatu Rencana Tindak Darurat (RTD) yang disesuaikan dengan karakteristik setiap
bendungan, sebagai salah satu standar dalam pengamanan bendungan apabila terjadi
kegagalan bendungan. Dalam penyusunan Rencana Tindak Darurat (RTD) tersebut harus
tercantum Klasifikasi Tingkat Bahaya Bendungan (Hazzard Classification) yang memuat
tingkatan–tingkatan bahaya, potensi kerusakan, dan upaya yang harus dilakukan dalam
rangka mengeliminir kerugian dan korban jiwa. Setiap bendungan yang dibangun harus
memiliki permodelan bahaya (Hazzard Model) yang diketahui dan dapat diakses oleh
masyarakat atau stake holder yang terkait, sehingga setiap komponen yang terlibat di
dalamnya memiliki kesiagaan yang lebih baik dalam menghadapi kegagalan bendungan
yang kemungkinan bisa terjadi di kemudian hari.

1.2. Identifikasi Masalah


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap perencanaan bendungan
harus didukung dengan adanya suatu Rencana Tindak Darurat (RTD) sebagai salah satu
standar dalam pengamanan bendungan apabila terjadi kegagalan bendungan. Hal ini
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang
Keamanan Bendungan dan lampiran Keputusan Dirjen Pengairan No. 94/KPTS/A/1998,
tanggal 30 Juli 1998 tentang Pedoman Penyiapan Rencana Tindak Darurat.
Didalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Keamanan Bendungan,
disebutkan bahwa pemilik/pengelola bendungan diwajibkan untuk menyiapkan Panduan
Rencana Tindak Darurat bagi bendungan yang dikelolanya.
Pedoman Penyiapan Rencana Tindak Darurat ini untuk mengetahui peta genangan,
daerah-daerah bahaya yang harus dikategorikan sebagai daerah siaga jika bendungan
3

mengalami kerutuhan, sehingga diperoleh Klasifikasi Bahaya (Hazard Clasification),


untuk mengetahui tingkat bahaya berdasarkan jumlah penduduk yang bermukim di bagian
hilir bendungan yang terkena bencana (PenRes = penduduk terkena resiko) serta
menghasilkan Pedoman Rencana Tindak Darurat yang berfungsi:
1. Sebagai panduan atau petunjuk bagi pemilik/pengelola bendungan dalam melakukan
tindakan saat terjadi keadaan darurat bendungan, sehingga dapat dicegah terjadinya
keruntuhan bendungan.
2. Sebagai panduan bagi instansi terkait untuk melaksanakan tindak darurat maupun
evakuasi/pengungsian penduduk yang terkena resiko bila terjadi keadaan darurat
berupa penyelamatan penduduk di bagian hilir bendungan yang akan terkena banjir
termasuk pemikiran upaya mengurangi kerugian harta benda yang diakibatkan apabila
bendungan mengalami keruntuhan.
3. Sebagai petunjuk arah evakuasi apabila terjadi kegagalan bendungan.

1.3. Batasan Masalah


Banyaknya faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisa keruntuhan
bendungan ini maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah
dalam studi ini adalah :
1. Batasan area lokasi studi yaitu mulai dari hulu yaitu outlet Bendungan Benel sampai
hilir yaitu muara.
2. Melakukan analisa curah hujan/hidrologi kondisi desain awal Bendungan Benel dan
kondisi sekarang.
3. Perhitungan debit limpasan menggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu.
4. Melakukan analisa penelusuran banjir (routing) diatas pelimpah dan sungai.
5. Membuat peta banjir atau peta daerah genangan banjir. Peta banjir mencakup antara
lain :
 sebaran daerah bahaya banjir
 waktu datang banjir
 lama genangan banjir
 kedalaman banjir
 kecepatan aliran banjir
6. Membuat peta daerah evakuasi banjir. Peta daerah evakuasi banjir mencakup antara
lain :
 rute pengungsian
 lokasi pengungsian
4

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah tersebut diatas, maka permasalahan
dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi hydrograf breach flow di Bendungan Benel ?
2. Bagaimana kondisi hydrograf outflow Bendungan Benel akibat keruntuhan bendungan ?
3. Bagaimana kondisi daerah genangan banjir akibat keruntuhan Bendungan Benel ?
4. Bagaimana rencana daerah evakuasi banjir akibat keruntuhan Bendungan Benel ?

1.5. Maksud Dan Tujuan


Maksud dan Tujuan diadakannya studi ini adalah :
1. Mengetahui sebaran daerah bahaya banjir akibat keruntuhan Bendungan Benel.
2. Mengetahui waktu datang dan lama genangan banjir akibat keruntuhan Bendungan
Benel.
3. Mengetahui lama genangan banjir, kecepatan aliran banjir serta kedalaman banjir akibat
keruntuhan Bendungan Benel.
4. Mengetahui daerah evakuasi banjir akibat keruntuhan Bendungan Benel.

1.6. Manfaat Studi


Manfaat diadakannya studi ini adalah diharapkan dapat memberikan masukan pada
pemerintah atau instansi terkait dalam menanggulangi permasalahan yang berkaitan
dengan banjir/genangan yang dapat mengganggu dan merugikan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai