UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018 Soal dan Pembahasan 1. Agama dapat menjadi sumber bagi suatu ideology Negara. Negara yang berlandaskan pada nilai – nilai agama disebut dengan Negara teokratis. Contoh nyata salah satu Negara yang masih bertahan dengan berlandaskan agama adalah Vatikan. Menurut pendapat saudara, bagaimanakah pendapat anda terhadap suatu Negara yang berlandaskan agama? Apakah Negara tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap gempuran zaman? Menurut pendapat saya, bilamana sebuah negara berlandaskan agama sah sah saja, asal hal tersebut merupakan kesepakatan seluruh warga di negara tersebut. Agama menjadi sebuah landasan tentunya akan menjadi pedoman bagaimana negara tersebut berjalan. Bila landasannya kuat, maka negara tersebut dapat menyesuaikan diri dengan gempuran zaman. Begitupun sebaliknya, bila landasannya tidak kuat maka negara tersebut akan terombang-ambing. Menurut Machiavelli, keterlibatan agama dalam suatu negara sangat penting. Namun negara tidak boleh dikuasai oleh agama, tetapi sebaliknya negara harus mendominasi agama. Demi untuk mempertahankan kekuasaan negara, agama harus tunduk pada negara. Hal yang harus diutamakan oleh penguasa dalam agama bukan hukum cinta kasih dan belaskasihan. Sebab dalam panggung politik, hanya orang kuat yang tahan memerintah, sedangkan mereka yang tak berdaya harus mencari hiburan dalam bidang spiritual atau membuat rasionalisasi atas kelemahan- kelemahannya. Bagi Machiavelli, agama memiliki segi pragmatis untuk mengintegrasikan negara. Agama dapat mendukung patriotisme dan memperkuat pranata-pranata kebudayaan. 2. Machiavelli pernah mengatakan bahwa “Agama membuat dunia tampak lemah di dunia dan menjadikan seseorang mudah untuk dihabisi bangsa”. Apakah menurut saudara pernyataan yang disampaikan oleh Machiavelli itu benar? Apakah agama dapat membuat suatu manusia lemah dalam urusan duniawi? Dalam melihat fungsi dan peran agama, Machiavelli memberikan kritik terhadap cara hidup kaum klerus dan kekristenan. Ia mengkritik kekristenan yang terlalu menyanjung dan memuliakan orang-orang yang sederhana dan yang senang berkontemplasi dari pada orang yang suka bertindak. Kekristenan terlalu mengidealkan kelembutan dan kerendahan hati dan amat meremehkan hal-hal duniawi. Kekristenan juga ikut membentuk sikap egois masyarakat, sehingga masyarakat mengabaikan negara sebagai persekutuan politik dan lebih mementingkan kepuasan rohani secara pribadi. Gereja dan pemimpin agama yang seharusnya mengajarkan nilai kebaikan dan moralitas, justru menjadi penyebab kemerosotan moral dan iman yang pada akhirnya menghancurkan Italia. Agama dikatakan memiliki kekuatan, karena dalam agama terdapat nilai politis yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan negara. Nilai politis agama yang dimaksudkan Machiavelli antara lain adalah agama dapat membentuk moralitas masyarakat, agama mampu mempersatukan masyarakat, agama dapat dijadikan sebagai alat bagi penguasa untuk mencapai kekuasaan, serta memudahkan suatu Negara. Berdasarkan sejarah Romawi kuno, agama dapat membangkitkan keberanian tentara. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama memperkuat manusia dalam urusan duniawi. 3. Menurut Alvin Gouldner, “ideology harus dipisahkan dari kesadaran mistis dan religious”. Bagaimanakah maksud dari pernyataan tersebut? Gouldner mengatakan bahwa ideologi merupakan sesuatu yang muncul dari suatu cara baru dalam wacana politis. Wacana tersebut melibatkan otoritas atau tradisi atau retorika emosi. Lebih lanjut, Gouldner mengatakan bahwa ideologi harus dipisahkan dari kesadaran mitis dan religius, sebab ideologi itu merupakan suatu tindakan yang didukung nilai-nilai logis dan dibuktikan berdasarkan kepentingan sosial. Gouldner juga mengatakan bahwa kemunculan ideologi itu tidak hanya dihubungkan dengan revolusi komunikasi, tetapi juga dihubungkan dengan revolusi industri yang pada gilirannya melahirkan kapitalisme 4. Globalisasi seakan menjadi momok yang dapat mengikis ideology suatu Negara. Apakah sebenarnya dampak globalisasi terhadap ideology suatu Negara? Apakah Negara dapat bertahan tanpa globalisasi? Dampak globalisasi terhadap ideologi suatu negara terbagi menjadi dua yaitu a. Dampak Positif - Dapat mencontoh tekad suatu negara lain dalam menentukan arah dan tujuan cita- cita suatu bangsa - Meningkatkan pembangunan negara - Penduduknya bersifat supel dan memiliki integritas tinggi b. Dampak Negatif - Menyebabkan keterpurukan bagi negara-negara lain yang tidak bisa menyeimbangkan arus globalisasi dan justru negara-negara maju tersebut melakukan eksploitasi untuk menyebarkan ajaran ideologi kapitalisme dan liberalisme - Adanya prinsip pasar bebas dalam ideologi yang represif - Setiap negara akan terjadi akulturasi terhadap negara lain Negara tanpa globalisasi memang dapat bertahan. Namun tanpa adanya sebuah tantangan, negara hanya stagnan (tetap). Globalisasi menjadi tantangan bagi negara untuk dapat berkembang dan mewujudkan cita-cita nasional. Adanya globalisasi menyebabkan negara tidak mengalami ketertinggalan dengan negara lain. 5. Negara Indonesia mempunyai ideology yang disebut dengan pancasila. Namun banyak masyarakat yang masih belum sadar akan keberadaannya. Mengapa warga Indonesia tidak peduli dengan landasan Negara milik sendiri? Mengapa mereka tidak menghayati dan mengamalkannya? Sebenarnya warga Indonesia tidak peduli dengan landasan negaranya sendiri itu juga karena ancaman dan tantangan baik dari luar maupun dalam. Ancaman dan tantangan yang berbahaya adalah arus globalisasi. Arus globalisasi membawa pengaruh-pengaruh yang tentunya harus difilter terlebih dahulu. Namun, filter itu sendiri tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, meluaslah pengaruh pengaruh negatif seperti memudarnya nasionalisme, berkembangnya individualisme dan sebagainya. Karena hal-hal tersebut membuat warga Indonesia belum maksimal dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.