Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH PANCASILA

BAB 4 MENGAPA PANCASILA MENJADI IDEOLOGI NEGARA

DISUSUN OLEH:

Rieznanda Latifa Putri (Akuntansi/041711333131)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
Soal dan Pembahasan
1. Agama dapat menjadi sumber bagi suatu ideology Negara. Negara yang
berlandaskan pada nilai – nilai agama disebut dengan Negara teokratis. Contoh
nyata salah satu Negara yang masih bertahan dengan berlandaskan agama adalah
Vatikan. Menurut pendapat saudara, bagaimanakah pendapat anda terhadap
suatu Negara yang berlandaskan agama? Apakah Negara tersebut dapat
menyesuaikan diri terhadap gempuran zaman?
Menurut pendapat saya, bilamana sebuah negara berlandaskan agama sah sah saja, asal
hal tersebut merupakan kesepakatan seluruh warga di negara tersebut. Agama menjadi
sebuah landasan tentunya akan menjadi pedoman bagaimana negara tersebut berjalan.
Bila landasannya kuat, maka negara tersebut dapat menyesuaikan diri dengan gempuran
zaman. Begitupun sebaliknya, bila landasannya tidak kuat maka negara tersebut akan
terombang-ambing. Menurut Machiavelli, keterlibatan agama dalam suatu negara
sangat penting. Namun negara tidak boleh dikuasai oleh agama, tetapi sebaliknya
negara harus mendominasi agama. Demi untuk mempertahankan kekuasaan negara,
agama harus tunduk pada negara. Hal yang harus diutamakan oleh penguasa dalam
agama bukan hukum cinta kasih dan belaskasihan. Sebab dalam panggung politik,
hanya orang kuat yang tahan memerintah, sedangkan mereka yang tak berdaya harus
mencari hiburan dalam bidang spiritual atau membuat rasionalisasi atas kelemahan-
kelemahannya. Bagi Machiavelli, agama memiliki segi pragmatis untuk
mengintegrasikan negara. Agama dapat mendukung patriotisme dan memperkuat
pranata-pranata kebudayaan.
2. Machiavelli pernah mengatakan bahwa “Agama membuat dunia tampak lemah di
dunia dan menjadikan seseorang mudah untuk dihabisi bangsa”. Apakah
menurut saudara pernyataan yang disampaikan oleh Machiavelli itu benar?
Apakah agama dapat membuat suatu manusia lemah dalam urusan duniawi?
Dalam melihat fungsi dan peran agama, Machiavelli memberikan kritik terhadap cara
hidup kaum klerus dan kekristenan. Ia mengkritik kekristenan yang terlalu menyanjung
dan memuliakan orang-orang yang sederhana dan yang senang berkontemplasi dari
pada orang yang suka bertindak. Kekristenan terlalu mengidealkan kelembutan dan
kerendahan hati dan amat meremehkan hal-hal duniawi. Kekristenan juga ikut
membentuk sikap egois masyarakat, sehingga masyarakat mengabaikan negara sebagai
persekutuan politik dan lebih mementingkan kepuasan rohani secara pribadi. Gereja
dan pemimpin agama yang seharusnya mengajarkan nilai kebaikan dan moralitas, justru
menjadi penyebab kemerosotan moral dan iman yang pada akhirnya menghancurkan
Italia.
Agama dikatakan memiliki kekuatan, karena dalam agama terdapat nilai politis yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan negara. Nilai politis agama yang dimaksudkan
Machiavelli antara lain adalah agama dapat membentuk moralitas masyarakat, agama
mampu mempersatukan masyarakat, agama dapat dijadikan sebagai alat bagi penguasa
untuk mencapai kekuasaan, serta memudahkan suatu Negara. Berdasarkan sejarah
Romawi kuno, agama dapat membangkitkan keberanian tentara. Dari penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama memperkuat manusia dalam urusan duniawi.
3. Menurut Alvin Gouldner, “ideology harus dipisahkan dari kesadaran mistis dan
religious”. Bagaimanakah maksud dari pernyataan tersebut?
Gouldner mengatakan bahwa ideologi merupakan sesuatu yang muncul dari suatu cara
baru dalam wacana politis. Wacana tersebut melibatkan otoritas atau tradisi atau
retorika emosi. Lebih lanjut, Gouldner mengatakan bahwa ideologi harus dipisahkan
dari kesadaran mitis dan religius, sebab ideologi itu merupakan suatu tindakan yang
didukung nilai-nilai logis dan dibuktikan berdasarkan kepentingan sosial. Gouldner
juga mengatakan bahwa kemunculan ideologi itu tidak hanya dihubungkan dengan
revolusi komunikasi, tetapi juga dihubungkan dengan revolusi industri yang pada
gilirannya melahirkan kapitalisme
4. Globalisasi seakan menjadi momok yang dapat mengikis ideology suatu Negara.
Apakah sebenarnya dampak globalisasi terhadap ideology suatu Negara? Apakah
Negara dapat bertahan tanpa globalisasi?
Dampak globalisasi terhadap ideologi suatu negara terbagi menjadi dua yaitu
a. Dampak Positif
- Dapat mencontoh tekad suatu negara lain dalam menentukan arah dan tujuan cita-
cita suatu bangsa
- Meningkatkan pembangunan negara
- Penduduknya bersifat supel dan memiliki integritas tinggi
b. Dampak Negatif
- Menyebabkan keterpurukan bagi negara-negara lain yang tidak bisa
menyeimbangkan arus globalisasi dan justru negara-negara maju tersebut
melakukan eksploitasi untuk menyebarkan ajaran ideologi kapitalisme dan
liberalisme
- Adanya prinsip pasar bebas dalam ideologi yang represif
- Setiap negara akan terjadi akulturasi terhadap negara lain
Negara tanpa globalisasi memang dapat bertahan. Namun tanpa adanya sebuah
tantangan, negara hanya stagnan (tetap). Globalisasi menjadi tantangan bagi negara
untuk dapat berkembang dan mewujudkan cita-cita nasional. Adanya globalisasi
menyebabkan negara tidak mengalami ketertinggalan dengan negara lain.
5. Negara Indonesia mempunyai ideology yang disebut dengan pancasila. Namun
banyak masyarakat yang masih belum sadar akan keberadaannya. Mengapa
warga Indonesia tidak peduli dengan landasan Negara milik sendiri? Mengapa
mereka tidak menghayati dan mengamalkannya?
Sebenarnya warga Indonesia tidak peduli dengan landasan negaranya sendiri itu juga
karena ancaman dan tantangan baik dari luar maupun dalam. Ancaman dan tantangan
yang berbahaya adalah arus globalisasi. Arus globalisasi membawa pengaruh-pengaruh
yang tentunya harus difilter terlebih dahulu. Namun, filter itu sendiri tidak berfungsi
dengan baik. Oleh karena itu, meluaslah pengaruh pengaruh negatif seperti
memudarnya nasionalisme, berkembangnya individualisme dan sebagainya. Karena
hal-hal tersebut membuat warga Indonesia belum maksimal dalam menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai