Anda di halaman 1dari 32

5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Umum
Saluran terbuka adalah saluran6yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas.
Saluran – saluran terbuka dibedakan menurut asalnya menjadi dua macam saluran yaitu:
saluran alam (natural channels) dan saluran buatan (artificial channels).
Istilah saluran alam menunjukkan semua saluran yang terbentuk menurut proses
alamiah dan tidak mengalami perubahan yang berarti oleh manusia. Saluran –saluran6yang
termasuk dalam jenis ini adalah saluran – saluran kecil, sungai –sungai kecil maupun besar
dan muara-muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Bahkan aliran di bawah
tanah yang mengalirkan6muka air bebas juga dianggap sebagai saluran terbuka (Anggrahini,
1997, p.13).

2.2 Aliran Saluran Terbuka


Analisis aliran melaui saluran terbuka adalah lebih sulit daripada aliran melali pipa
(saluran tertutup). Di dalam pipa, tampang lintang aliran adalah tetap yang tergantung pada
dimensi pipa. Demikian juga kekerasan dinding pipa adalah seragam di sepanjang pipa.Pada
saluran terbuka, misalnya sungai, variabel tersebut adalah tampang lintang saluran,
kekasaran, kemiringan dasar, belokan, debit aliran dan lain sebagainya. Ketidakteraturan6ini
tersebut mengakibatkan analisis aliran sulit untuk diselesaikan secara analitis. Oleh karena
itu analisis aliran melalui saluran terbuka adalah lebih empiris dibanding dengan aliran
melalui pipa (Triatmodjo, 2014, p.103).
2.2.1 Tipe Aliran
Aliran saluran terbuka dapat digolongkan dalam banyak tipe. Penggolongan tipe aliran
yang terjadi dalam saluran terbuka dapat didasarkan pada bermacam-macam kriteria. Salah
satu kriteria yang utama adalah perubahan kedalaman air (h) terhadap waktu dan terhadap
tempat. Apabilayperubahan kedalaman air (h) terhadap waktu yang dipakai sebagai kriteria,
maka aliran dapat dibedakan menjadi aliran tetap (steady flow) dan aliran tidak tetap
(unsteady flow). Sedangkan bila perubahan kedalaman air (h) terhadap tempat yang dipakai
sebagai kriteria maka tipe aliran dapat dibedakan menjadi aliran seragam (uniform flow) dan
aliran tidak seragam (non uniform flow ).

5
6

2.2.1.1 Aliran Tetap (Steady Flow) dan Aliran Tidak Tetap (Unsteady Flow)
Aliran tetap (steady flow) yaitu aliran dimana kedalaman air (h) tidak berubah terhadap
waktu (t) atau dianggap tetap7dalam satu interval waktu, dengan demikian kecepatan aliran
juga tidak berubah menurut waktu, jadi ∂h/∂t = 0 ; ∂u/∂t = 0
Aliran Tidak Tetap (Unsteady Flow) adalah apabila kedalaman air berubah menurut
waktu: ∂h/∂t = 0, demikian pula kecepatannya berubah menurut waktu: ∂h/∂t = 0. Dalam
berbagai hal, perhitungan aliran saluran terbuka dilakukanydengan menganggap aliran tetap
karena perhitungan aliran tetap memang lebih sederhana. Namun apabila perubahan kondisi
aliran terhadap7waktu cukup besar maka pehitungan harus dilakukan berdasarkan aliran
tidak tetap (Anggrahini, 1997, p.4).
2.2.1.2 Aliran Seragam (Uniform Flow)
Aliran melalui saluran terbuka disebut seragam (uniform) apabila berbagai variabel
seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap tampang di sepanjang
aliran adalah konstan. Pada9aliran seragam, garis energi, garis muka air dan dasar saluran
adalah sejajar sehingga kemiringan dari ketiga garis tersebut adalah sama. Kedalaman air
pada aliran seragam disebut dengan kedalaman normal Yn. Untuk debit aliran dan luas
tampang lintang saluran tertentu, kedalaman normal adalah konstan di seluruh panjang
saluran (Triatmodjo, 2014, p.104).
Aliran seragam (uniform flow) yaitu apabila kedalaman aliran (h) tidak berubah menurut
tempat: δh/δs = 0, dan kecepatannya juga tidak berubah terhadap tempat δu/δs=0.
Aliran seragam dapat tidak6berubah menurut waktu, dapat pula berubah menurut waktu.
Aliran seragam yang tidak berubah menurut waktu disebut aliran tetap seragam (steady
uniform flow) atau sering disebut aliran beraturan dimana δu/δt = 0, dan δu/δs=0.
Aliran seragam dapatgberubah menurut waktu, yaitu bila fluktuasi muka air terjadi dari
waktu ke waktu namun tetap paralel dengan dasar saluran. Aliran ini disebut aliran seragam
tidak tetap (unsteady uniform flow) dimana δu/δt ≠ 0 tetapi δu/δs = 0 (Anggrahini, 1997,
p.4).
2.2.1.3 Aliran Tidak Seragam (Non Uniform Flow)
Aliran disebut tidak seragam atau berubah (non uniform flow atau varied flow) apabila
variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan disepanjang saluran tidak
konstan. Apabila perubahan aliranhterjadi pada jarak yang pendek maka disebut aliran
berubah cepat, sedang apabila terjadi pada jarak yang panjang disebut aliran berubah
beraturan. Gambar 2.1 menunjukkan kedua tipe aliran (Triatmodjo, 2014, p.104).
7

Aliran tidak seragam (non uniform flow) yaitu bila kedalaman aliran (h) berubah-ubah
menurut tempat di sepanjang aliran δh/δs≠0, demikian pulaldengan kecepatannya δu/δs≠0.
Aliran tidak seragam juga disebut sebagai aliran berubah-ubah (varied flow) yang
dibedakan lagi menjadi aliran berubah lambat laun (gradually varied flow) dan aliran
berubah dengan5cepat (rapidly varied flow). Aliran berubah dengan cepat dikenal pula
sebagai suatu phenomena lokal, contohnya adalah loncatan air dan air terjun (Anggrahini,
1997, p.4).
Di dalam aliran tidak seragam, garis tenaga tidak sejajar dengan garis muka air dan dasar
saluran. Kedalaman dan kecepatan aliran di sepanjang saluran tidak konstan. Pengaliran ini
terjadi apabila tampang lintang sepanjanghsaluran tidak konstan, seperti sungai, atau juga di
saluran seragam (irigasi) di daerah dekat bangunan (bendung) atau di ujung saluran
(Triatmodjo, 2014, p.124).
Aliran tidak seragam dapat dibedakan dalam dua kelompok berikut ini
1) Aliran Berubah Beraturan
Aliran berubah beraturan (gradually varied flow) dimana parameter hidraulis
(kecepatan, tampang basah) berubah secara progresif dari9satu tampang ke tampang yang
lain. Kecepatan aliran di sepanjang saluran dapat dipercepat atau diperlambat yang
tergantung pada kondisi saluran. Apabila di ujung hilir8saluran terdapat bendung maka akan
terjadi profil muka air pembendungan dimana kecepatan air akan berkurang (diperlambat).
Sedang apabila terdapat terjunan maka profil aliran akan menurun dan kecepatan akan
bertambah (dipercepat). Aliran di dalam sungai biasanya termasuk dalam tipe ini.
2) Aliran Berubah Cepat
Aliran berubah cepat (rapidly varied flow), dimana parameter hidraulis berubah secara
mendadak dan kadang-kadang juga8tidak kontinyu (discontinue). Contoh dari aliran ini
adalah perubahan tampang mendadak (saluran transisi), loncat air, terjunan, aliran melalui
bangunan pelimpah dan pintu air dan sebagainya. Kehilangan tenagakarena gesekan adalah
kecil (jarak pendek) dibanding dengan kehilangan tenaga karena0turbulensi (Triatmodjo,
2014, p.125).
8

Gambar 2.1 Aliran Seragam (a) dan aliran berubah (b)


Sumber: Triatmodjo (2014, p.105)
2.2.2 Sifat Aliran
Sifat-sifat aliran0saluran terbuka pada dasarnya ditentukan oleh adanya pengaruh
kekentalan (viskositas) dan pengaruh gravitasi dalam perbandingannya dengan gaya-gaya
kelembapan (internal forces) dari aliran. Tegangan permukaan sebenarnya juga dapat
berpengaruh pada sifat-sifat aliran, namun dalam kebanyakan aliran ia tidak memegang
peranan penting.
2.2.2.1 Aliran Laminer dan Turbulen
Apabila perbandingan antara gaya-gaya8kelembaman dan gaya-gaya kekentalan yang
dipertimbangkan maka aliran dapat dibedakan menjadi: aliran laminer dan aliran turbulen
serta aliran transisi. Parameter yang dipakai sebagai dasar untuk membedakan sifat aliran
tersebut adalah suatu parameter tidak berdimensi yang disebut angka Reynold (Re).
Aliran laminer adalah suatu aliran dimana gaya8kekentalan relatif sangat besar
dibandingkan dengan gaya kelembaman, sehingga aliran dikuasai oleh pengaruh kekentalan.
Dalam hal aliran semacam ini partikel-partikel cairan bergerak secara teratur menurut
lintasan-lintasan arusnya dan berlapis-lapis sedemikian rupa seolah-olah lapisan yang satu
menggelincir di atas lapisan yang lainnya.
Aliran turbulen terjadi apabila gaya-gaya kelembamam relatif sangat besar
dibandingkan dengan gaya kekentalan sehingga aliran dikuasai oleh gaya6inersia. Dalam
tipe aliran ini partikel-partikel cairan bergerak pada lintasan-lintasan yang tidak teratur atau
pada lintasan sembarang. (Anggrahini, 1997, p.6).
Gaya-gaya yang disebabkan oleh inersia, gravitasi dari kekentalan memerlukan
pertimbangan dalam berbagai masalah prektek mengenai aliran saluran terbuka.
Perbandingan (ratio) dari gaya inersia terhadap gaya kental (viscous forces) dikenal sebagai
bilangan Reynolds dan dapat ditulis sebagai berikut:
9

ūD
Re = …………………………………………………………………….. (2-1)
𝑣

dengan:
ū = Kecepatan rata-rata aliran (m/det)
D = Kedalaman Aliran (m)
𝑣 = Kekentalan kinematis cairan (m2/det)
Dalam hal ini aliran dengan harga Re yang rendah mengikuti garis edar tertentu yang
dapat diamati dan ditandainya dengan meluncurnya satu lapisan diatas diatas lapisan yang
lain, aliran yang demikian dikenal sebagai aliran laminer (laminar flow). Campuran antara
lapisan-lapisan fluida yang berbeda terjadi pada harga bilangan Reynolds yang lebih tinggi.
Jenis aliran ini, dimana hampir tidak terdapat garis edar tertentu yang dapat dilihat, dikenal
sebagai aliran turbulen (turbulent flow). Karena gaya kental terlalu kecil utuk meredam
gangguan pada bilangan reynolds yan tinggi, maka aliran menjadi turbulen (Raju, 1986, p.3).
Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena kecepatan
aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka akan turbulen
apabila angka reynolds Re > 2.000, dan laminer apabila Re < 500 (Triatmodjo, 2014, p.104).
2.2.2.2 Aliran Subkritis, Kritis dan Superkritis
Apabila yang dipertimbangan adalah besarnya perbandingan antara gaya-gaya
kelembamam dan gaya-gaya gravitasi maka aliran dapat dibagi menjadi: aliran subkritis,
aliran kritis dan aliran super kritis. Parameter tidak berdimensi yang membedakan tipe aliran
tersebut adalah angka Froude (Fr) yaitu0angka perbandingan antara gaya kelembamam dan
gaya gravitasi:
ū
𝐹𝑟 = ........................................................................................................... (2-2)
√𝑔ℎ

Dengan:
Fr : Angka froude
ū : Kecepatan rata-rata aliran (m/det)
h : Kedalaman Air (m)
g : Gaya gravitasi (m/det2)
Apabila Fr = 1, berarti gaya-gaya kelembamam dan gaya gravitasi seimbang dan aliran
disebut dalam keadaan kritis atau disebut aliran kritis. Apabila Fr ˂ 1, berarti gaya gravitasi
menjadi dominan dan aliran dalam keadaan0subkritis atau disebut aliran subkritis.
Sedangkan apabila Fr ˃ 1, maka gaya kelembamam yang dominan dan aliran menjadi aliran
superkritis (Anggrahini 1997, p.7).
10

2.3 Distribusi Kecepatan


Dalam aliran melalui saluran terbuka, distribusi kecepatan tergantung pada banyak
faktor seperti bentuk saluran,0kekasaran dinding dan juga debit aliran. Distribusi kecepatan
tidak merata di setiap titik pada tampang lintang.
Gambar 2.2 berikut menunjukkan distribusi kecepatan pada tampang lintang saluran
dengan berbagai bentuk saluran, yang digambarkan dengan garis kontur kecepatan.

Gambar 2.2. Distribusi kecepatan pada tampang lintang saluran


Sumber: Chow (1985, p.25)
Terlihat bahwa kecepatan minimum0terjadi di dekat dinding batas (dasar dan tebing)
dab bertambah besar dengan jarak menuju ke permukaan. Garis kontur kecepatan maksimum
terjadi di sekitar tengah tengah lebar saluran dan sedikit di bawah permukaan. Hal ini terjadi
karena adanya gesekan antara zat cair dan tebing saluran dan juga karena adanya gesekan
dengan udara pada permukaan. Untuk saluran yang sangat lebar, distribusi kecepatan di
sekitar bagian tengah lebar saluran adalah sama. Hal ini0disebabkan karena sisi-sisi saluran
tidak berpengaruh pada daerah tersebut, sehingga saluran di bagian itu dapat dianggap 2
dimensi (vertikal). Keadaan ini akan terjadi apabila lebar saluran lebih besar dari 5-10 kali
kedalaman aliran yang tergantung pada kekasaran dinding. Dalam praktek, saluran dapat
dianggap sangat lebar (lebar tak terhingga) apabila lebar saluran lebih besar dari 10 kali
kedalaman (Triatmodjo, 2014, p.107).
Distribusi kecepatan pada vertikal dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran pada
berbagai kedalaman. Semakin banyak titik pengukuran akan memberikan hasil seamakin
baik. Biasanya pengukuran kecepatan di lapangan dilakukan dengan menggunakan current
meter.
Untuk keperluan praktis0dan ekonomis, dimana sering diperlukan kecepatan rerata pada
vertikal, pengukuran kecepatan dilakukan hanya pada satu atau dua titik tertentu. Kecepatan
11

rerata dapat diukur pada 0,6 kali kedalaman dari muka air, atau harga rerata dari kecepatan
pada 0,2 dan 0,8 kali kedalaman.0Ketentuan ini hanya berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan dan tidak ada penjelasan secra teoritis.0Besar kecepatan rerata ini bervariasi antara
0,8 dan 0,95 kecepatan di permukaan dan biasanya diambil sekitar 0,85 (Triatmodjo, 2014,
p.108).

2.4 Kekasaran Permukaan Dasar Saluran


Harga kekasaran untuk permukaan yang berbeda sudah ditentukan dengan percobaan
dalam pipa bulat, namun konsep kekasan pasir ekuivalen atau kekasaran Nikuradse (ks)
dapat digunakan sebagai suatu standart0untuk semua tipe elemen kekasaran. Besarnya ks
dari berbagai tipe kekasaran dasar telah banyak ditetapkan dari berbagai eksperimen. Berikut
merupakan nilai-nilai ks untuk berbagai jenis material penyusun saluran:
Table 2.1
Nilai Tinggi Kekasaran (ks)
Bahan k s (m)

Kuningan, perunggu, timah, kaca 0,000031 - 0,00091


Besi tempa, baja 0,000061 - 0,00244
Besi tuang diaspal 0,00012 - 0,00213
Besi berlapis seng 0,00015 - 0,00457
Besi tuang diaspal 0,00024 - 0,00549
Papan 0,00018 - 0,00091
Semen 0,0004 - 0,00122
Beton 0,00046 - 0,00305
Ubin 0,00061 - 0,00305
Baja dikeling 0,00091 - 0,00914
Dasar sungai alami 0,03048 - 0,9144

Sumber: Chow (1985, p.196)

Tipe ragim aliran diklasifikan menjadi 2 macam yaitu hidrolik licin (hydraulically
smooth) dan hidrolik kasar (hydraulically rough), percobaan-percobaan Nikuradse juga
memungkinkan pengevaluasian zo untik0jenis batas pada macam-macam regim aliran.

Untuk batas pada hidrolik halus/licin, Nikuradse menemukan bahwa:


12

0,11𝜕
𝑧0 = ................................................................................................................. (2-3)
𝑢∗

Untuk hidrolik kasar didapatkan:


𝑘𝑠
𝑧0 = atau 0,033 𝑘𝑠 ........................................................................................... (2-4)
30

Sedangkan untuk hidrolik transisi adalah:


0,11𝜕
𝑧0 = + 0,033𝑘𝑠 ............................................................................................. (2-5)
𝑢∗

Untuk mencari nilai kekasaran yang tepat maka nilai n dan ks dapat dicari dengan
menyamakan nilai persamaan-persamaan Chezy.

𝑈 = 𝐶√𝑅𝑆............................................................................................................... (2-6)

Dengan:
U = kecepatan rerata tampang (Q/A) (m/dt)
R = jari-jari hidrolis (A/P) (m)
S = kemiringan dasar saluran
C = koefisien kekasaran Chezy (m1/2/dt)
Untuk menentukan factor tahanan atau faktor Chez ada beberapa rmus yang dapat
digunakan sesuai dengan kondisi penelitian.0Dengan menggunakan persamaan pembagian
kecepatan diperoleh persamaan Chezy sebagai berikut yang dikenal dengan rumus Whaite
Colebrook (Anggraini, 2005, p.136):

12ℎ
𝐶 = 18 𝑙𝑜𝑔 ( 𝑣)............................................................................................ (2-7)
𝑘𝑠 +3,3
𝑢∗

Dengan nilai vickositas (v) dapat dilihat0pada tabel dibawah ini:


Tabel 2.2
Nilai Viskositas (Kekentalan) pada Tekanan Air
Viskositas
Suhu Rapat Massa ρ
Kinematik v
˚C (kg/m³) (m²/s)
0 999.9 0.000001792
5 1000 0.000001519
10 999.7 0.000001308
20 998.2 0.000001007
30 995.7 0.000000804
40 992.2 0.000000661
50 988.1 0.000000556
60 983.2 0.000000477
13

Lanjutan Tabel 2.2


Nilai Viskositas (Kekentalan) pada Tekanan Air
Viskositas
Suhu Rapat Massa ρ
Kinematik v
˚C (kg/m³) (m²/s)
70 977.8 0.000000415
80 971.8 0.000000367
90 965.3 0.000000328
100 958.4 0.000000296
Sumber: Suroso (2008, p.22)

Persamaan (2-7) berlaku untuk rentang 5 ≤ u* ks / v ≤ 70. Persamaan (2-7) juga diturunkan
menggunkaan tabel lapisan batas (δ) (Anggraini, 2005, p.136):

11,6 𝑣 10 𝑣
𝛿𝑣 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝛿 = ...................................................................................... (2-8)
𝑢∗ 𝑢∗

Sehingga persamaan (2-8) menjadi


12ℎ
𝐶 = 18 𝑙𝑜𝑔 (𝑘𝑠+3,3 𝑣/𝑢∗).................................................................................... (2-9)

Atau:

𝑘𝑠 𝛿 −1
𝐶 = 18 𝑙𝑜𝑔 (12𝑅 + ) ............................................................................... (2-10)
48𝑅

Untuk aliran licin dimana (u*ks/v ≤ 5); 𝑧0 = 0,11 v/u* (Anggraini, 2005, p.137):
3,64 𝑅 𝑢∗
𝐶 = 18 log ( ) ............................................................................... (2-11)
𝑣

Untuk saluran aliran kasar (u*ks/v ≥ 70); 𝑧0=0,033 𝑘𝑠 (Anggraini, 2005, p.138):
12𝑅
𝐶 = 18 𝑙𝑜𝑔 ( 𝑘 )...................................................................................................(2-12)
𝑠

Koefisien Chezy dalam saluran0dengan dasar halus bergantung pada bilangan Reynold
(UR/δ) sedangkan pada saluran dengan dasar kasar nilai koefisien Chezy bergantung pada
kekasaran relative ks/R. terdapat beberapa metode dalam penentuan nilai koefisien Chezy,
namun sejauh ini metode yang paling sering digunakan adalah metode Manning.
Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien0Manning bervariasi serta nilainya pun juga
bervariasi. Nilai kekasaran Manning (n) dapat dilihat pada table berikut, nilai normal untuk
saluran buatan yang diberikan0pada table dibawah hanya disarankan untuk saluran yang
terawat baik.
14

Tabel 2.3
Nilai Koefisien Manning (n)
Diskripsi Tipe Saluran Minimum Normal Maksimum

Saluran dilapisi atau dipoles


A. Bukan Logam

a. Semen
1. Acian 0,01 0,011 0,013
2. Adukan 0,011 0,013 0,015

b. Kayu
1. Diserut 0,01 0,012 0,014
2. Tidak diserut 0,011 0,013 0,015
3. Papan 0,012 0,015 0,018
4. Dilapisi dengan kertas kedap air 0,01 0,014 0,017

c. Beton
1. Dipoles 0,015 0,017 0,02
2. Tidak dipoles 0,014 0,017 0,02
3. Adukan semprot penampang rata 0,016 0,019 0,023
4. Adukan semprot penampang tidak rata 0,018 0,022 0,025
5. Pada galian batu yang teratur 0,17 0,02
6. Pada galian batu yang tidak teratur 0,022 0,021

Sumber: Chow (1985, p.110)

Apabila persamaan Manning digabungkan dengan persamaan Chezy maka akan


didapatkan persamaan yang dapat dipakai untuk menetapkan harga koefisien Chezy yang
diperoleh dari koefisien Manning (Raju, 1981, p.38).

1
𝑅6
𝐶= ......................................................................................................................(2-13)
𝑛

Dengan:
C= Koefisien Chezy (m1/2/dt)
R= Jari-jari hidrolis (A/P) (m)
n= Koefisien Manning
15

Pada saluran terbuka ada beberapa jenis hidrolik dalam mengkategorikannya. Beberapa
diantaranya yaitu:

 Ditinjau hubungan ks dengan δ (Raju,1981, p.23):


Ks/δ ≤ 0,25 Jenis hidrolik licin
Ks/δ ≥ 6 Jenis hidrolik kasar
0,25 ≤ Ks/δ ≤ 6 Jenis hidrolik transisi
 Ditinjau hubungan ks dengan δ (Breusers,1983, p.2.4)
Ks < 0,1 δ Jenis hidrolik licin
Ks > 6 δ Jenis hidrolik kasar
0,1 δ < Ks < 6 δ Jenis hidrolik transisi
 Ditinjau hubungan kecepatan geser, viskositas dan ks (Anggraini,2005, p.121):
u* . ks / v ≤ 5 Jenis hidrolik licin
u* . ks / v ≥ 70 Jenis hidrolik kasar
5 ≤ u* . ks / v ≤ 70 Jenis hidrolik transisi
Selain itu dalam perhitungan z0 = juga tergantung pada jenis aliran diantaranya
(Anggraini,2005, p.129).

2.5 Distribusi Kecepatan pada Saluran Lurus


2.5.1 Konsep Jarak Campur (Mixing Length)
Distribusi kecepatan aliran menggunkaan konsep mixing length yang diusulkan oleh
Pandtl yang ditulis seperti persamaan (2-14) sebagai berikut: (Legono, 1986)
1
𝑢 (𝑧) = 𝑢𝑚𝑎𝑥 + 𝑢∗ ln 𝜂................................................................................ (2-14)
𝑘

Dengan:
umax = kecepatan aliran dipermukaan (m/s)
S = kemiringan saluran
R = jari-jari hidrolis
u* = kecepatan geser yang diperoleh dari persamaan sebagai berikut:
= √𝑔𝑅𝑆
η = kedalaman relative yang diperoleh oleh dari persamaan berikut:
𝑧
=ℎ

Menurut Jansen (1979) konsep ini menyatakan bahwa satu kumpulan partikel cair
bergerak sepanjang l. Dalam konsepnya Prandtl mengajukan persamaan:
16

𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝑢 (𝑧)′ = 𝑙 [ 𝑑𝑧 ] 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑤 ′ = 𝑙 [ 𝑑𝑧 ]................................................................... (2-15)

Selanjutnya Prandtl mengasumsikan bahwa mixing length adalah proposional dengan


jarak terhadap dasar saluran (Jansen, 1979, p.45):
𝑙 = 𝑘𝑧..................................................................……………………………... (2-16)
Dengan k adalah konstanta Von Karman yang nilainya adalah 0,4.
Namun persamaan (2-16) tidak dianjurkan untuk digunakan didaerah lapisan luar atau
kedalaman terbatas. Sehingga sebagai gantinya atau diusulkan persamaan lainnya
diantaranya:
2.5.1.1 Persamaan Von Karman
Von Karman mengenalkan hipotesa bahwa fluktuasi turbulensi yang terjadi dianggap
sama untuk seluruh bagian dari aliran. Perbedaan0dari satu titik ke titik yang lain oleh waktu
dan faktor panjang saja. Sehingga Von Karman mendapatkan persamaan konsep jarak
campur (mixing length) sebagai berikut:

−1
𝑑𝑢 𝑑2 𝑢
𝑙 = [ 𝑑𝑧 ( 𝑑𝜂2 ) ]......................................................................................................(2-17)

Pengaplikasian konsep jarak campur (mixing length) dalam distribusi kecepatan aliran
dapat dilihat pada persamaan dibawah ini:

𝑧
1−√1−
𝑢∗ 𝑧 𝑧0 ℎ
𝑢(𝑧) = {√1 − ℎ − √1 − + 𝑙𝑛 [ ]}....................................................(2-18)
𝜅 ℎ 𝑧
1−√1− 0

2.5.1.2 Persamaan Logaritmik


Dalam persamaan logaritmik dijelaskan bahwa konsep jarak campur (mixing length)
dipengaruhi oleh kekasaran dasar saluran dan turbulensi yang cukup besar sehingga
diperoleh persamaan sebagai berikut: (Jansen, 1979, p.46)

𝑧 0,5
𝑙 = 𝜅𝑧 (1 − ℎ) .....................................................................................................(2-19)

Sehingga dapat diperoleh persamaan pembagian kecepatan dalam bentuk tak berdimensi
pada persmaan berikut:

𝑢(𝑧) 1 𝑧
= 𝜅 𝑙𝑛 (𝑧 )........................................................................................................(2-20)
𝑢∗ 0
17

Apabila dihubungkan dengan persamaan Nikuradse maka akan diperoleh persamaan


sebagai berikut (Anggrahini, 1997, p.125):

𝑢(𝑧) 1 𝑧
= 𝜅 𝑙𝑛 (𝑘 ) + 𝐵.................................................................................................(2-21)
𝑢∗ 𝑠

Dengan:
k s = parameter kekasaran dari Nikuradse
B= Konstanta Integrasi
𝜅= 0,4
Berdasarkan pada data experiment untuk aliran licin dimana (u∗ k s /ν ≤ 5) maka nilai
B= 5,5. Sedangakan untuk saluran kasar (u∗ k s /ν ≥ 70) maka nilai B= 8,5 (Anggrahini,
1997, p.126).

Sehingga persamaan untuk hidrolik licin menjadi:

𝑢(𝑧) 1 𝑧 1 𝑧
= 𝜅 𝑙𝑛 (𝑘 ) + 5,5 = 𝑙𝑛 ( 𝜈 )....................................................................(2-22)
𝑢∗ 𝑠 𝜅 0,11
𝑢𝑥

Sedangkan persamaan untuk hidrolik kasar menjadi:

𝑢(𝑧) 1 𝑧
= 𝜅 𝑙𝑛 (𝑘 ) + 8,5..............................................................................................(2-23)
𝑢∗ 𝑠

Beberapa penelitian yang diterangkan pada Ranga Raju (1981, p.25) menyatakan bahwa
pada lapisan batas melalui dinding halus telah menunjukan bahwa bilangan konstan, selain
itu distribusi kecepatan pada keseluruhan batas aliran transisi dapat ditulis sebagai berikut:

𝑢(𝑧) 1 𝑧
= 𝜅 𝑙𝑛 (𝑘 ) + 𝑐1................................................................................................(2-24)
𝑢∗ 𝑠

𝑘𝑠
Dimana c1 merupakan fungsi dari seperti yang dinyatakan pada table berikut:
𝛿

Tabel 2.4
Bilangan Konstan Tambahan Dalam Persamaan Distribusi Kecepatan Untuk Aliran
Transisi.
Ks/δ 0,26 0,52 0,78 0,86 2,6 5,2 ≥8

c1 6,8 7,8 9,3 9,5 9,3 9 8,5

Sumber: Raju (1981, p.25)


18

2.6 Distribusi Tegangan Geser


Persamaan umum dinamika fluida yang berlaku untuk aliran laminer incompressible
yaitu Persamaan Navier-Stokes arah sumbu x, y dan z adalah0yang terdiri dari persamaan
kontinuitas (Sumiadi, 2014, p.10):

u v w
   0 ............................................................................................. (2-7)
x y z

Dimana u, v dan w adalah kecepatan sesaat aliran arah sumbu x, y dan z; sedangkan x,
y, dan z adalah sumbu koordinat arah longitudinal, transversal, dan vertikal. Secara skematis
sistem koordinat cartesian aliran fluida 3D ditampilkan pada Gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Sistem koordinat cartesian aliran fluida 3D


Sumber: Jansen (1979, p.39)

Untuk aliran turbulen, Reynolds mengembangkan persamaan Navier-Stokes dengan


memecah variabel kecepatan sesaat menjadi dua komponen yaitu kecepatan rerata dan
fluktuasi kecepatan seperti ilustrasi dalam Gambar 2.4.

𝑢 = 𝑢̅ + 𝑢′ ........................................................................................................... (2-8)

atau:
𝑢′ = 𝑢 − 𝑢̅ ....................................................................................................... (2-9.a)
dengan:
𝑢 : kecepatan arah longitudinal,
𝑢̅ : kecepatan rerata,
𝑢′ : fluktuasi kecepatan (bisa positif atau negatif)
19

u
u(t)

𝑢̅

t
Gambar 2.4 Perataan kecepatan terhadap waktu
Demikian juga untuk komponen kecepatan arah transversal, 𝑣 dan vertikal, 𝑤 sehingga:
𝑣 ′ = 𝑣 − 𝑣̅ ....................................................................................................... (2-9.b)
𝑤′ = 𝑤 − 𝑤
̅ ..................................................................................................... (2-9.c)
Menurut prosedur Reynolds, pada aliran turbulen tegangan geser pada ketinggian z dari
dasar saluran aliran tetap dan seragam dirumuskan sebagai (Sumiadi, 2014, p.12):
𝜕𝑢 𝜕𝑤
𝜏(𝑧) = 𝜌𝜗 (𝜕𝑥 − ) − 𝜌 𝑢′𝑤′........................................................................... (2-10)
𝜕𝑥

Suku pertama di sebelah kanan menunjukkan tegangan yang diakibatkan oleh


kekentalan (viskositas) air, , sedang suku terakhir menunjukkan pengaruh fluktuasi
kecepatan dan dikenal sebagai tegangan Reynolds.
Pada aliran turbulen, tegangan yang diakibatkan oleh pengaruh fluktuasi kecepatan
(turbulensi) jauh lebih besar daripada tegangan akibat kekentalan (viskositas) air. Sehingga
tegangan geser akibat kekentalan air bisa diabaikan. Maka Persamaan (2-11) menjadi:

𝜏(𝑧) = −𝜌 𝑢′𝑤′.................................................................................................... (2-11)


Dengan:
𝜏 = Tegangan Geser
𝜌 = Massa Jenis (gr/cm3)
𝑢′ dan 𝑤′ = Fluktuasi Kecepatan (cm/det)
Perhitungan kecepatan geser dengan menggunakan metode tegangan geser Reynolds
adalah dengan menggunakan data pengukuran tegangan Reynolds arah tangensial 𝜏zu dan
ekstrapolasi (atau regresi) data tersebut pada z = 0, maka diperoleh nilai tegangan geser
dasar. Pada aliran seragam (aliran hidraulik licim maupun hidraulik kasar) persamaan
tegangan Reynolds juga dirumuskan sebagai berikut (Sumiadi, 2014, p.20)
𝑧
𝜏(𝑧) = 𝜌𝑢∗ 2 (1 − ℎ) ........................................................................................... (2-12)

Pada z = 0, maka persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut:


𝜏 = 𝜌𝑢∗ 2 ............................................................................................................. (2-13)
20

Dengan:
𝜏 = Tegangan Geser
𝜌 = Massa Jenis (gr/cm³)
u* = Kecepatan Geser (cm/det)
z = Titik Ukur dari Dasar Saluran (cm)
h = Kedalaman Air (cm)

2.7 Pintu Sorong


Pintu sorong adalah sekat yang yang dapat diatur bukaannya. Pintu sorong atau biasa
disebut pintu air merupakan suatu alat untuk mengontrol aliran pada saluran terbuka. Pintu
menahan air di bagian hulu dan mengizinkan aliran ke arah hilir melalui bawah pintu dengan
kecepatan tinggi.
Aliran di hulu pintu adalah aliran subkritis. Kemudian, aliran air mengalami percepatan
ketika melewati bagian bawah pintu atau sekta. Akibat percepatan yang dialami, aliran
berubah secara tiba-tiba dari subkritis menjadi superkritis. Di lokasi yang lebih hilir, aliran
akan mengalami semacam shock yang membuatnya kembali menjadi aliran subkritis. Pada
lokasi terjadinya perubahan aliran superkritis menjadi aliran subkritis secara tiba-tiba
tersebut, akan terjadi peristiwa yang biasa disebut dengan lompatan hidraulik (hydraulic
jump). Lompatan hidraulik biasanya sengaja dibuat untuk meredam energy dan
memperlambat aliran sehingga tidak menggerus dasar saluran.
Debit aliran yang terjadi pada pintu sorong dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
𝑄 = 𝐾 . µ . 𝑎 . 𝑏 √2 . 𝑔. ℎ1 . . ........................................................................... (2-14)
Dengan:
Q = Debit Aliran (m³/det)
K = Faktor Aliran Tenggelam
µ = Koefisien Debit
a = Tinggi Bukaan Pintu (m)
b = Lebar Pintu (m)
g = Percepatan Gravitasi (m/det²)
h₁ = Kedalaman Air di Depan Pintu di Atas Ambang (m)
Lebar standar untuk pintu pembilas bawah (underslice) adalah 0,50 ; 0,75 ; 1,00 ; 1,25
dan 1,50. Kedua ukuran terakhir yaitu 1,25 dan 1,50 memerlukan dua stang pengangkat.
21

Gambar 2.5 Aliran di bawah pintu sorong


Sumber: Priyantoro (2017, p.II-2)

Gambar 2.6 Koefisien K untuk debit tenggelam (dari Schmidt)


Sumber: Priyantoro (2017, p.II-3)
2.7.1 Kelebihan – kelebihan Pintu Sorong
Pintu Sorong digunakan karena alasan-alasan tertentu, yaitu:
1. Mudah dalam pengoperasian
2. Debit yang dilewatkan bebas (besar-kecil)
3. Ketelitian bukaan tidak terbatas
4. Dapat melewatkan sedimen dengan baik
5. Lebih awet dan tidak mudah hilang

2.8 Acoustic Doppler Velocimeter (ADV)


Acoustic Doppler Velocimeter (ADV) merupakan produk dari SonTek, San Diego, USA.
Acoustic Doppler Velocimeter (ADV) bekerja sesuai dengan hukum fisika yaitu efek Doppler
22

dengan tingkat ketelitian 99%. Cara kerja alat ini adalah dengan mengukur selisih frekuensi
atau panjang gelombang yang dipancarkan oleh transmitter ADV dari frekuensi atau panjang
gelombang yang diterima oleh receiver ADV.
ADV dengan tipe MicroADV 10-MHz dengan probe tipe down-looking memiliki
keterbatasan dalam mengukur kecepatan 3 dimensi, yaitu hanya bisa membaca kecepatan
aliran dengan jarak 5cm dibawah permukaan aliran. Hal itu dikarenakan jarak sampling rate
terletak pada jarak ±5cm dari transmitter, sehingga data kecepatan yang dihasilkan kurang
optimum di permukaan aliran, terutama pada perhitungan kecepatan rerata. Selain itu ADV
tipe ini tidak dapat menghasilkan data dengan kualitas yang baik ketika turbulensi yang
terjadi pada aliran tinggi.
Kecepatan aliran 3 dimensi (ū, v̅, w
̅ ) yang diukur oleh ADV tergantung oleh:
 Velocity Range merupakan kisaran besarnya kecepatan maksimum yang terukur pada
ADV. Untuk mengetahui velocity range yang sesuai terlebih dahulu dilakukan
penguuran kecepatan aliran pada saluran secara teoritis. Semakin besar velocity range,
maka semakin besar pula noise yang dihasilkan.
 Nilai Signal to Noise Ratio (SNR) menentukan baik tidaknya suatu data yang diukur.
Semakin besar nilai SNR, maka data yang dihasilkan semakin baik karena sinyal yang
diterima oleh receiver lebih banyak dari pantulam sinyal transmitter dibandingan
dengan noise. SNR minimum yang diisyaratkan untuk pengukuran ADV adalah 15
(ADVField/Hydra Operation Manual, 2001).
 Koefisien korelasi (correlation coeffisient) merupakan parameter indikasi keakuratan
data. Idealnya, nilai kolerasi yang baik adalah 70 sampai dengan 100 untuk pengukuran
pada aliran turbulen. Ketika turbulensi aliran besar akan memungkinkan ADV
menampilkan koefisien korelasi yang rendah. Hal itu mengindikasi meningkatnya noise
yang dihasilkan.
MicroADV probe memiliki beberapa komponen dasar yang perlu dirangkai dulu
sebelum dapat dioperasionalkan. Bagian-bagian utama dari ADV adalah probe, signal
processing hardware, dan kabel konektor.
2.8.1 Komponen Acoustic Doppler Velocimeter (ADV)
1. Signal Processing Hardware memiliki fungsi menghasilkan sinyal yang dibutuhkan
ADV untuk mengukur kecepatan aliran pada saluran. Bagian ini akan mengubah sinyal
elektrik menjadi energi bunyi (acoustic), menghitung sinyal kembali, mengaplikasikan
Efek Doppler untuk mengukur kecepatan, dan menghitung rerata dari seluruh sample
23

sebelum menghasilkan data output. Jenis Signal Processing Hardware yang digunakan
dalam ADV adalah splash-proof housing.

Gambar 2.7 Spash-proof housing


Sumber: Hasil Dokumentasi, 2018

2. Probe Hardware yang digunakan adalah tipe 10-MHz ADV probe. bagian-bagian
dari Probe adalah acoustuc sensor, stem, signal conditioning module, dan
underwater connection. Acoustic sensor terdiri dari tiga penerima akustik (acoustic
receiver) dan satu pengirim akustik (acoustic receiver) yang dapat digunakan untuk
mengukur 3 dimensi.

Gambar 2.8 Detail probe ADV


Sumber: ADVField/hydra Operation Manual (2001, p.4)
24

Gambar 2.9 Detail Acoustic Sensor ADV


Sumber: ADVField/hydra Operation Manual (2001, p.3)
Pada alat transmitter memancarkan gelombang bunyi dengan frekuensi tertentu
mengenai sampling volume yang kemudian dipantulkan kembali dan ditangkap oleh
receiver. Sampling volume merupakan volume di titik ketika alat mengukur kecepatan. Alat
ini mengukur kecepatan aliran suatu volume air (sampling volume) berukuran kurang lebih
0,3 cm3 yang berada 5 cm dari ujung transmitter. Alat ADV mampu membaca kecepatan
aliran sesaat dengan frekuensi maksimal 50 data per detiknya dan tingkat ketelitian mencapai
99% atau penyimpanan ±0,25 cm/dt (ADVField/Hydra Operation Manual, 2001).
3. Komputer untuk menampilkan data secara real time. Sedangkan aksesoris berupa tiga
kabel penghubung yaitu kabel dengan frekuensi tinggi yang menghubungkan probe
dengan signal processing hardware configuration cable yang menghubungkan signal
processing hardware dengan komputer, dan kabel power supply yang berfungsi untuk
menyalurkan listrik pada signal processing hardware.

Probe ADV Splash-proof housing Komputer

Gambar 2.10 Rangkaian bagian ADV


Sumber: Hasil Dokumentasi, 2018
25

2.8.2 Prinsip Pengukuran ADV


Pada ADV terdapat emitter yang berfungsi memancarkan gelombang acoustic dan
receiver yang berfungsi untuk menerima gelombang acoustic yang dipantulkan oleh partikel
yang bergerak bersama aliran air. Untuk 3 receiver yang mengelilingi transmitter,
ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut:

receiver 1, pada arah vx

dari emitter, 1 = 0

Gambar 2.11 Posisi 3 buah receiver yang mengelilingi emitter

2.9 Program Horizon Acoustic Doppler Velocimeter (ADV)


Horizon ADV merupakan software yang digunakan dalam menjalankan alat Acoustic
Doppler Velocimeter (ADV). HorizonADV dalam kinerjanya memerlukan operasi secara
efisien sehingga membutuhkan syarat sebagai berikut:
1. Sistem sontek ADV, dalam penelitian skripsi ini menggunakan ADV dengan tipe
Probe 10 MHz yang digunakan untuk pengumpulan data lapangan.
2. Windows 2000/XP (XP disarankan)
3. Stabiliser 220 MHz
4. 700 – MHz Processor (1 – GHz direkomendasikan)
5. 128 – MB physical memory (RAM) (256 MB direkomendasikan)
6. 200 – MB ruang tersedia pada hard disk (500 MB direkomendasikan)
Sistem computer yang tidak memenuhi persyaratan minimum yang sudah disebutkan
diatas maka akan mengalami penurunan kinerja. Dalam menjalankan aplikasi HorizonADV
digunakan beberapa alat yang terkait dalam proses pengaplikasian diantaranya:
1. Port interface box merupakan tambahan hardware opsional yang digunakan untuk
menghubungkan computer dengan alat ADV.
2. Power supply merupakan pengantar listrik yang menghubungkan ke port interface box
dan perangkat lainnya.
3. Configuration cable merupakan penghantar port interface box dengan komputer.
26

2.9.1 Tampilan Layar Utama HorizonADV


Sebelum mulai pengaplikasian software HorizonADV, semua perangkat lunak ADV 10
MHz harus sudah terpasang. Sehingga perangkat lunak dapat diakses port interface box yang
merupakan tambahan hardware opsional yang digunakan untuk menghubungkan komputer
dengan ADV.
Saat pertama kali mengaktifkan aplikasi HorizonADV, layar utama akan muncul
(Gambar 2.12). Pada bagian atas, dibawah judul identitas program papan menu (menu bar).
Layar utama ini merupakan pengoperasian awal untuk fungsi lain dari program yang terdapat
pada HorizonADV. Pilihan yang tersedia pada layar utama meliputi:
1. Connection Options-pilih opsi ini untuk pengumpulan data real time di lapangan.
Dengan menghubungkan ADV yang terhubung ke port interface box dan komputer.
Pada pilihan ini terdapat beberapa pilihan diantaranya:
a) Serial Connection, pilihan connect automatically dan connect to manual yang
tersedia untuk terhubung ke ADV. Untuk penggunaan awal atau baru dalam
pengaplikasian software ini disarankan menggunakan connet automatically dalam
pilihan untuk menghubungkan ke sistem ADV dan HorizonADV.
b) Network Connection, digunakan untuk menghubungkan beberapa ADVs, gunakan
pilihan Connect to multiport ADV. Multoport interface box merupakan tambahan
hardware opsional yang menghubungkan, sinkronisasi, dan mengoperasikan
beberapa sontek Acoustic Dopple Velocimeter (ADVs) secara bersamaan.
27

Gambar 2.12 Layar Utama HorizonADV


Sumber: Software HorizonADV, 2018

27
27
28

2. Data Files- pada pilihan ini menyediakan fasilitas untuk dapat melihat file data yang
telah disimpan secara otomatis bila telah di record. Dengan penyimpanan berbentuk
*.ADV, *.sdr, *.sds. Empat file terakhir yang dibuka HrizonADV ditampilkan secara
otomatis untuk memudahkan akses klik dafa file untuk membuka file secara langsung,
atau menggunakan open pada pilihan toolbar untuk membuka data yang lain yang tidak
terdaftar.
3. Documentation and support – pada pilihan ini disediakan akses link secara online untuk
mendapatkan ringkasan panduan penggunaan HorizonADV dan dapat juga membuka
contoh file data ADV klik bagian Open. Selain itu juga tersedia link untuk mengirim
email pada pihak Sontek untukk bertanya tentang permasalahan yang berkaitan dengan
HorizonADV.
4. Program Information – pada bagian ini akan memberikan informasi tentang versi dan
link untuk pembaruan software pada situs Sontek.

2.9.2 Pengumpulan Data


Pengaplikasian ADV untuk pemula direkomendasikan menggunakan pilihan connect to
automatically karena dapat menghubungkan langsung dengan alat ADV. Setelah terhubung
dengan HorizonADV maka tampilan yang disajikan seperti Gambar 2.13
29

Gambar 2.13 Tampilan HorizonADV setelah dihubungkan dengan alat ADV menggunakan pilihan connect automatically

29
Sumber: Aplikasi HorizonADV, 2018

29
30

Sebelum melakukan pengumpulan data disarankan untuk mengatur kisaran


kecepatan/velocity range yang akan digunakan. Pengaturan velocity range dapat dilakukan
dengan klik change pada pilihan System Setting pada Gambar 2.14 maka akan muncul
tampilan sebagai berikut:

Gambar 2.14 Tampilan HorizonADV untuk mengatur velocity range


Sumber: Aplikasi HorizonADV, 2018

Pada tampilan Gambar 2.14 menunjukkan pilihan untuk memilih kisaran kecepatan atau
velocity range yang akan digunakan. Selain untuk pemilihan kisaran kecepatan juga
menunjukkan suhu dari aliran air. Penentuan velocity range digunakan untuk menentukan
kecepatan maksimum yang akan diukur oleh alat ADV. Sehingga dalam pengukuran
penelitian harus dilakukan pengukuran awal atau pengukuran inisiasi terlebih dahulu untuk
menentukan nilai velocity range yang akan digunakan. Kemudian tekan save untuk
menyimpan perubahan data atau tekan cancel untuk membatalkan perubahan data.
Pengaturan selanjutnya terkait dengan frekuensi atau sampling rate, recording mode,
dan tempat penyimpanan data. Pengaturan tersebut dapat diubah dengan klik change pada
data collection pada Gambar 2.16 sehingga muncul gambar sebagai berikut:
31

Gambar 2.15 Tampilan HorizonADV untuk mengatur data collection


Sumber: Aplikasi HorizonADV, 2018

Nilai sampling rate menentukan berapa maksimum data yang dapat dikumpulkan atau
di record selama 1 detik. Sampling rate maksimal untuk ADV dengan tipe Probe 10 MHz
adalah sebesar 50 Hz. Recording mode digunakan untuk mengatur pengumpulan data secara
berkelanjutan atau burst. Untuk pilihan continuous digunakan untuk pengambilan data
secara teratur atau tanpa jeda. Untuk pemula disarankan untuk penggunaan secara
continuous. Untuk burst digunakan bila dalam pengambilan data terdapat jeda waktu atau
memerlukan perubahan disetiap pengambilan data.
Output file digunakan untuk perubahan nama file yang sudah di record. Sedangkan
output folder merupakan pilihan dimana file nanti akan disimpan. Untuk file comments
digunakan untuk mencatat rincian data yang menunjukkan parameter-parameter yang
berkaitan dengan pengambilan data.
Untuk pilihan show boundary info harus diaktifkan ketika pengambilan data. Pilihan
show boundary info digunakan untuk mengetahui jarak antara dasar saluran dengan probe
dan jarak dasar dengan sampling volume serta pengaturan kecepatan yang ditampilkan.
Setelah itu klik save untuk menyimpan data atau cancel untuk membatalkan perubahan.
Untuk memulai pengumpulan data klik start pada Gambar 2.13 lalu akan muncul layar
seperti Gambar 2.16. Pada Gambar 2.16 menunjukkan jarak probe tip dan jarak sampling
volume dengan dasar saluran, dan menampilkan kecepatan maksimum yang dapat direcord
oleh ADV. Kemudian klik start untuk memulai tampilan real time pembacaan ADV pada
Gambar 2.17.
32

32
Gambar 2.16 Tampilan HorizonADV untuk memulai pengambilan data
Sumber: Aplikasi HorizonADV, 2018
33

Gambar 2.17 Tampilan real time pembacaan ADV


Sumber: Aplikasi HorizonADV, 2018

33
34

Untuk mulai pengumpulan data klik start record dan secara langsung pengambilan data
akan tersimpan sesuai nama file yang sudah diubah dalam pengaturan sebelumnya. Jika
pengambilan data klik stop recording dan file akan secara otomatis tersimpan salam folder
yang telah ditentukan pada pengaturan sebelumnya. Pada Gambar 2.17 terdapat tiga grafik
yang ditampilkan dimana grafik pertama (paling atas) menunjukkan hubungan antara
kecepatan aliran pada sumbu vertikal dan jumlah sampel (data) pada sumbu horizontal.
Kecepatan pada sampel yang terukur adalah kecepatan pada arah sumbu X (V1/X/U), sumbu
Y (V2/Y/V), dan sumbu Z (V3/Z/W).
Grafik kedua (tengah) menunjukkan nilai kekuatan sinyal akustik yang biasa disebut
dengan SNR dengan satuan dB. Grafik ini menunjukkan fungsi kuatnya sinyal (signal
strength) dan intensitas pemantul gelombang oleh partikel dalam air dalam satu sampling
volume. Nilai Signal to Noise Ratio (SNR) menentukan baik tidaknya suatu data yang telah
diukur. Semain besar nilai SNR, maka data yang dihasilkan semakin baik karena sinyal yang
diterima oleh receiver lebih banyak daripada pantulan sinyal transmitter. SNR minimum
yang disyaratkan untuk pengukuran ADV adalah >15 dB.
Korelasi merupakan suatu hubungan kesesuaian/keakuratan antara noise yang terjadi
dengan kecepatan sesaat yang diukur oleh ADV. Korelasi juga merupakan parameter yang
merupakan indikasi keakuratan data. Nilai korelasi yang baik adalah 70% sampai 100%
untuk pengukuran pada aliran. Ketika turbulensi aliran besar akan memungkinkan ADV
menampilkan koefisien korelasi yng rendah. Hal ini mengindikasikan meningkatnya noise
yang dihasilkan.
Jika data hasil pengukuran sudah cukup baik tetapi masih ditemukan beberapa data yang
tidak rasional atau dapat dikatakan sebagai outlier, yang dapat mempengaruhi nilai korelasi
rerata dan SNR rerata maka dapat dilakukan filter data dengan menggunakan program
(software) WinADV versi 32. Berikut ditampilkan tampilan program WinADV32:
35

Gambar 2.18 Tampilan program WinADV32


Sumber: Program WinADV,2018
36

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Anda mungkin juga menyukai

  • 1. BAB I UMUM
    1. BAB I UMUM
    Dokumen5 halaman
    1. BAB I UMUM
    Lucia
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Lucia
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Lucia
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Lucia
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen4 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Lucia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Lucia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Lucia
    Belum ada peringkat
  • Ustek Bab I
    Ustek Bab I
    Dokumen3 halaman
    Ustek Bab I
    Lucia
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Aknop Kalteng
    Bab 1 Aknop Kalteng
    Dokumen5 halaman
    Bab 1 Aknop Kalteng
    Lucia
    Belum ada peringkat