BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Umum
Saluran terbuka adalah saluran6yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas.
Saluran – saluran terbuka dibedakan menurut asalnya menjadi dua macam saluran yaitu:
saluran alam (natural channels) dan saluran buatan (artificial channels).
Istilah saluran alam menunjukkan semua saluran yang terbentuk menurut proses
alamiah dan tidak mengalami perubahan yang berarti oleh manusia. Saluran –saluran6yang
termasuk dalam jenis ini adalah saluran – saluran kecil, sungai –sungai kecil maupun besar
dan muara-muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Bahkan aliran di bawah
tanah yang mengalirkan6muka air bebas juga dianggap sebagai saluran terbuka (Anggrahini,
1997, p.13).
5
6
2.2.1.1 Aliran Tetap (Steady Flow) dan Aliran Tidak Tetap (Unsteady Flow)
Aliran tetap (steady flow) yaitu aliran dimana kedalaman air (h) tidak berubah terhadap
waktu (t) atau dianggap tetap7dalam satu interval waktu, dengan demikian kecepatan aliran
juga tidak berubah menurut waktu, jadi ∂h/∂t = 0 ; ∂u/∂t = 0
Aliran Tidak Tetap (Unsteady Flow) adalah apabila kedalaman air berubah menurut
waktu: ∂h/∂t = 0, demikian pula kecepatannya berubah menurut waktu: ∂h/∂t = 0. Dalam
berbagai hal, perhitungan aliran saluran terbuka dilakukanydengan menganggap aliran tetap
karena perhitungan aliran tetap memang lebih sederhana. Namun apabila perubahan kondisi
aliran terhadap7waktu cukup besar maka pehitungan harus dilakukan berdasarkan aliran
tidak tetap (Anggrahini, 1997, p.4).
2.2.1.2 Aliran Seragam (Uniform Flow)
Aliran melalui saluran terbuka disebut seragam (uniform) apabila berbagai variabel
seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap tampang di sepanjang
aliran adalah konstan. Pada9aliran seragam, garis energi, garis muka air dan dasar saluran
adalah sejajar sehingga kemiringan dari ketiga garis tersebut adalah sama. Kedalaman air
pada aliran seragam disebut dengan kedalaman normal Yn. Untuk debit aliran dan luas
tampang lintang saluran tertentu, kedalaman normal adalah konstan di seluruh panjang
saluran (Triatmodjo, 2014, p.104).
Aliran seragam (uniform flow) yaitu apabila kedalaman aliran (h) tidak berubah menurut
tempat: δh/δs = 0, dan kecepatannya juga tidak berubah terhadap tempat δu/δs=0.
Aliran seragam dapat tidak6berubah menurut waktu, dapat pula berubah menurut waktu.
Aliran seragam yang tidak berubah menurut waktu disebut aliran tetap seragam (steady
uniform flow) atau sering disebut aliran beraturan dimana δu/δt = 0, dan δu/δs=0.
Aliran seragam dapatgberubah menurut waktu, yaitu bila fluktuasi muka air terjadi dari
waktu ke waktu namun tetap paralel dengan dasar saluran. Aliran ini disebut aliran seragam
tidak tetap (unsteady uniform flow) dimana δu/δt ≠ 0 tetapi δu/δs = 0 (Anggrahini, 1997,
p.4).
2.2.1.3 Aliran Tidak Seragam (Non Uniform Flow)
Aliran disebut tidak seragam atau berubah (non uniform flow atau varied flow) apabila
variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan disepanjang saluran tidak
konstan. Apabila perubahan aliranhterjadi pada jarak yang pendek maka disebut aliran
berubah cepat, sedang apabila terjadi pada jarak yang panjang disebut aliran berubah
beraturan. Gambar 2.1 menunjukkan kedua tipe aliran (Triatmodjo, 2014, p.104).
7
Aliran tidak seragam (non uniform flow) yaitu bila kedalaman aliran (h) berubah-ubah
menurut tempat di sepanjang aliran δh/δs≠0, demikian pulaldengan kecepatannya δu/δs≠0.
Aliran tidak seragam juga disebut sebagai aliran berubah-ubah (varied flow) yang
dibedakan lagi menjadi aliran berubah lambat laun (gradually varied flow) dan aliran
berubah dengan5cepat (rapidly varied flow). Aliran berubah dengan cepat dikenal pula
sebagai suatu phenomena lokal, contohnya adalah loncatan air dan air terjun (Anggrahini,
1997, p.4).
Di dalam aliran tidak seragam, garis tenaga tidak sejajar dengan garis muka air dan dasar
saluran. Kedalaman dan kecepatan aliran di sepanjang saluran tidak konstan. Pengaliran ini
terjadi apabila tampang lintang sepanjanghsaluran tidak konstan, seperti sungai, atau juga di
saluran seragam (irigasi) di daerah dekat bangunan (bendung) atau di ujung saluran
(Triatmodjo, 2014, p.124).
Aliran tidak seragam dapat dibedakan dalam dua kelompok berikut ini
1) Aliran Berubah Beraturan
Aliran berubah beraturan (gradually varied flow) dimana parameter hidraulis
(kecepatan, tampang basah) berubah secara progresif dari9satu tampang ke tampang yang
lain. Kecepatan aliran di sepanjang saluran dapat dipercepat atau diperlambat yang
tergantung pada kondisi saluran. Apabila di ujung hilir8saluran terdapat bendung maka akan
terjadi profil muka air pembendungan dimana kecepatan air akan berkurang (diperlambat).
Sedang apabila terdapat terjunan maka profil aliran akan menurun dan kecepatan akan
bertambah (dipercepat). Aliran di dalam sungai biasanya termasuk dalam tipe ini.
2) Aliran Berubah Cepat
Aliran berubah cepat (rapidly varied flow), dimana parameter hidraulis berubah secara
mendadak dan kadang-kadang juga8tidak kontinyu (discontinue). Contoh dari aliran ini
adalah perubahan tampang mendadak (saluran transisi), loncat air, terjunan, aliran melalui
bangunan pelimpah dan pintu air dan sebagainya. Kehilangan tenagakarena gesekan adalah
kecil (jarak pendek) dibanding dengan kehilangan tenaga karena0turbulensi (Triatmodjo,
2014, p.125).
8
ūD
Re = …………………………………………………………………….. (2-1)
𝑣
dengan:
ū = Kecepatan rata-rata aliran (m/det)
D = Kedalaman Aliran (m)
𝑣 = Kekentalan kinematis cairan (m2/det)
Dalam hal ini aliran dengan harga Re yang rendah mengikuti garis edar tertentu yang
dapat diamati dan ditandainya dengan meluncurnya satu lapisan diatas diatas lapisan yang
lain, aliran yang demikian dikenal sebagai aliran laminer (laminar flow). Campuran antara
lapisan-lapisan fluida yang berbeda terjadi pada harga bilangan Reynolds yang lebih tinggi.
Jenis aliran ini, dimana hampir tidak terdapat garis edar tertentu yang dapat dilihat, dikenal
sebagai aliran turbulen (turbulent flow). Karena gaya kental terlalu kecil utuk meredam
gangguan pada bilangan reynolds yan tinggi, maka aliran menjadi turbulen (Raju, 1986, p.3).
Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena kecepatan
aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka akan turbulen
apabila angka reynolds Re > 2.000, dan laminer apabila Re < 500 (Triatmodjo, 2014, p.104).
2.2.2.2 Aliran Subkritis, Kritis dan Superkritis
Apabila yang dipertimbangan adalah besarnya perbandingan antara gaya-gaya
kelembamam dan gaya-gaya gravitasi maka aliran dapat dibagi menjadi: aliran subkritis,
aliran kritis dan aliran super kritis. Parameter tidak berdimensi yang membedakan tipe aliran
tersebut adalah angka Froude (Fr) yaitu0angka perbandingan antara gaya kelembamam dan
gaya gravitasi:
ū
𝐹𝑟 = ........................................................................................................... (2-2)
√𝑔ℎ
Dengan:
Fr : Angka froude
ū : Kecepatan rata-rata aliran (m/det)
h : Kedalaman Air (m)
g : Gaya gravitasi (m/det2)
Apabila Fr = 1, berarti gaya-gaya kelembamam dan gaya gravitasi seimbang dan aliran
disebut dalam keadaan kritis atau disebut aliran kritis. Apabila Fr ˂ 1, berarti gaya gravitasi
menjadi dominan dan aliran dalam keadaan0subkritis atau disebut aliran subkritis.
Sedangkan apabila Fr ˃ 1, maka gaya kelembamam yang dominan dan aliran menjadi aliran
superkritis (Anggrahini 1997, p.7).
10
rerata dapat diukur pada 0,6 kali kedalaman dari muka air, atau harga rerata dari kecepatan
pada 0,2 dan 0,8 kali kedalaman.0Ketentuan ini hanya berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan dan tidak ada penjelasan secra teoritis.0Besar kecepatan rerata ini bervariasi antara
0,8 dan 0,95 kecepatan di permukaan dan biasanya diambil sekitar 0,85 (Triatmodjo, 2014,
p.108).
Tipe ragim aliran diklasifikan menjadi 2 macam yaitu hidrolik licin (hydraulically
smooth) dan hidrolik kasar (hydraulically rough), percobaan-percobaan Nikuradse juga
memungkinkan pengevaluasian zo untik0jenis batas pada macam-macam regim aliran.
0,11𝜕
𝑧0 = ................................................................................................................. (2-3)
𝑢∗
Untuk mencari nilai kekasaran yang tepat maka nilai n dan ks dapat dicari dengan
menyamakan nilai persamaan-persamaan Chezy.
𝑈 = 𝐶√𝑅𝑆............................................................................................................... (2-6)
Dengan:
U = kecepatan rerata tampang (Q/A) (m/dt)
R = jari-jari hidrolis (A/P) (m)
S = kemiringan dasar saluran
C = koefisien kekasaran Chezy (m1/2/dt)
Untuk menentukan factor tahanan atau faktor Chez ada beberapa rmus yang dapat
digunakan sesuai dengan kondisi penelitian.0Dengan menggunakan persamaan pembagian
kecepatan diperoleh persamaan Chezy sebagai berikut yang dikenal dengan rumus Whaite
Colebrook (Anggraini, 2005, p.136):
12ℎ
𝐶 = 18 𝑙𝑜𝑔 ( 𝑣)............................................................................................ (2-7)
𝑘𝑠 +3,3
𝑢∗
Persamaan (2-7) berlaku untuk rentang 5 ≤ u* ks / v ≤ 70. Persamaan (2-7) juga diturunkan
menggunkaan tabel lapisan batas (δ) (Anggraini, 2005, p.136):
11,6 𝑣 10 𝑣
𝛿𝑣 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝛿 = ...................................................................................... (2-8)
𝑢∗ 𝑢∗
Atau:
𝑘𝑠 𝛿 −1
𝐶 = 18 𝑙𝑜𝑔 (12𝑅 + ) ............................................................................... (2-10)
48𝑅
Untuk aliran licin dimana (u*ks/v ≤ 5); 𝑧0 = 0,11 v/u* (Anggraini, 2005, p.137):
3,64 𝑅 𝑢∗
𝐶 = 18 log ( ) ............................................................................... (2-11)
𝑣
Untuk saluran aliran kasar (u*ks/v ≥ 70); 𝑧0=0,033 𝑘𝑠 (Anggraini, 2005, p.138):
12𝑅
𝐶 = 18 𝑙𝑜𝑔 ( 𝑘 )...................................................................................................(2-12)
𝑠
Koefisien Chezy dalam saluran0dengan dasar halus bergantung pada bilangan Reynold
(UR/δ) sedangkan pada saluran dengan dasar kasar nilai koefisien Chezy bergantung pada
kekasaran relative ks/R. terdapat beberapa metode dalam penentuan nilai koefisien Chezy,
namun sejauh ini metode yang paling sering digunakan adalah metode Manning.
Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien0Manning bervariasi serta nilainya pun juga
bervariasi. Nilai kekasaran Manning (n) dapat dilihat pada table berikut, nilai normal untuk
saluran buatan yang diberikan0pada table dibawah hanya disarankan untuk saluran yang
terawat baik.
14
Tabel 2.3
Nilai Koefisien Manning (n)
Diskripsi Tipe Saluran Minimum Normal Maksimum
a. Semen
1. Acian 0,01 0,011 0,013
2. Adukan 0,011 0,013 0,015
b. Kayu
1. Diserut 0,01 0,012 0,014
2. Tidak diserut 0,011 0,013 0,015
3. Papan 0,012 0,015 0,018
4. Dilapisi dengan kertas kedap air 0,01 0,014 0,017
c. Beton
1. Dipoles 0,015 0,017 0,02
2. Tidak dipoles 0,014 0,017 0,02
3. Adukan semprot penampang rata 0,016 0,019 0,023
4. Adukan semprot penampang tidak rata 0,018 0,022 0,025
5. Pada galian batu yang teratur 0,17 0,02
6. Pada galian batu yang tidak teratur 0,022 0,021
1
𝑅6
𝐶= ......................................................................................................................(2-13)
𝑛
Dengan:
C= Koefisien Chezy (m1/2/dt)
R= Jari-jari hidrolis (A/P) (m)
n= Koefisien Manning
15
Pada saluran terbuka ada beberapa jenis hidrolik dalam mengkategorikannya. Beberapa
diantaranya yaitu:
Dengan:
umax = kecepatan aliran dipermukaan (m/s)
S = kemiringan saluran
R = jari-jari hidrolis
u* = kecepatan geser yang diperoleh dari persamaan sebagai berikut:
= √𝑔𝑅𝑆
η = kedalaman relative yang diperoleh oleh dari persamaan berikut:
𝑧
=ℎ
Menurut Jansen (1979) konsep ini menyatakan bahwa satu kumpulan partikel cair
bergerak sepanjang l. Dalam konsepnya Prandtl mengajukan persamaan:
16
𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝑢 (𝑧)′ = 𝑙 [ 𝑑𝑧 ] 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑤 ′ = 𝑙 [ 𝑑𝑧 ]................................................................... (2-15)
−1
𝑑𝑢 𝑑2 𝑢
𝑙 = [ 𝑑𝑧 ( 𝑑𝜂2 ) ]......................................................................................................(2-17)
Pengaplikasian konsep jarak campur (mixing length) dalam distribusi kecepatan aliran
dapat dilihat pada persamaan dibawah ini:
𝑧
1−√1−
𝑢∗ 𝑧 𝑧0 ℎ
𝑢(𝑧) = {√1 − ℎ − √1 − + 𝑙𝑛 [ ]}....................................................(2-18)
𝜅 ℎ 𝑧
1−√1− 0
ℎ
𝑧 0,5
𝑙 = 𝜅𝑧 (1 − ℎ) .....................................................................................................(2-19)
Sehingga dapat diperoleh persamaan pembagian kecepatan dalam bentuk tak berdimensi
pada persmaan berikut:
𝑢(𝑧) 1 𝑧
= 𝜅 𝑙𝑛 (𝑧 )........................................................................................................(2-20)
𝑢∗ 0
17
𝑢(𝑧) 1 𝑧
= 𝜅 𝑙𝑛 (𝑘 ) + 𝐵.................................................................................................(2-21)
𝑢∗ 𝑠
Dengan:
k s = parameter kekasaran dari Nikuradse
B= Konstanta Integrasi
𝜅= 0,4
Berdasarkan pada data experiment untuk aliran licin dimana (u∗ k s /ν ≤ 5) maka nilai
B= 5,5. Sedangakan untuk saluran kasar (u∗ k s /ν ≥ 70) maka nilai B= 8,5 (Anggrahini,
1997, p.126).
𝑢(𝑧) 1 𝑧 1 𝑧
= 𝜅 𝑙𝑛 (𝑘 ) + 5,5 = 𝑙𝑛 ( 𝜈 )....................................................................(2-22)
𝑢∗ 𝑠 𝜅 0,11
𝑢𝑥
𝑢(𝑧) 1 𝑧
= 𝜅 𝑙𝑛 (𝑘 ) + 8,5..............................................................................................(2-23)
𝑢∗ 𝑠
Beberapa penelitian yang diterangkan pada Ranga Raju (1981, p.25) menyatakan bahwa
pada lapisan batas melalui dinding halus telah menunjukan bahwa bilangan konstan, selain
itu distribusi kecepatan pada keseluruhan batas aliran transisi dapat ditulis sebagai berikut:
𝑢(𝑧) 1 𝑧
= 𝜅 𝑙𝑛 (𝑘 ) + 𝑐1................................................................................................(2-24)
𝑢∗ 𝑠
𝑘𝑠
Dimana c1 merupakan fungsi dari seperti yang dinyatakan pada table berikut:
𝛿
Tabel 2.4
Bilangan Konstan Tambahan Dalam Persamaan Distribusi Kecepatan Untuk Aliran
Transisi.
Ks/δ 0,26 0,52 0,78 0,86 2,6 5,2 ≥8
u v w
0 ............................................................................................. (2-7)
x y z
Dimana u, v dan w adalah kecepatan sesaat aliran arah sumbu x, y dan z; sedangkan x,
y, dan z adalah sumbu koordinat arah longitudinal, transversal, dan vertikal. Secara skematis
sistem koordinat cartesian aliran fluida 3D ditampilkan pada Gambar 2.3 berikut:
𝑢 = 𝑢̅ + 𝑢′ ........................................................................................................... (2-8)
atau:
𝑢′ = 𝑢 − 𝑢̅ ....................................................................................................... (2-9.a)
dengan:
𝑢 : kecepatan arah longitudinal,
𝑢̅ : kecepatan rerata,
𝑢′ : fluktuasi kecepatan (bisa positif atau negatif)
19
u
u(t)
𝑢̅
t
Gambar 2.4 Perataan kecepatan terhadap waktu
Demikian juga untuk komponen kecepatan arah transversal, 𝑣 dan vertikal, 𝑤 sehingga:
𝑣 ′ = 𝑣 − 𝑣̅ ....................................................................................................... (2-9.b)
𝑤′ = 𝑤 − 𝑤
̅ ..................................................................................................... (2-9.c)
Menurut prosedur Reynolds, pada aliran turbulen tegangan geser pada ketinggian z dari
dasar saluran aliran tetap dan seragam dirumuskan sebagai (Sumiadi, 2014, p.12):
𝜕𝑢 𝜕𝑤
𝜏(𝑧) = 𝜌𝜗 (𝜕𝑥 − ) − 𝜌 𝑢′𝑤′........................................................................... (2-10)
𝜕𝑥
Dengan:
𝜏 = Tegangan Geser
𝜌 = Massa Jenis (gr/cm³)
u* = Kecepatan Geser (cm/det)
z = Titik Ukur dari Dasar Saluran (cm)
h = Kedalaman Air (cm)
dengan tingkat ketelitian 99%. Cara kerja alat ini adalah dengan mengukur selisih frekuensi
atau panjang gelombang yang dipancarkan oleh transmitter ADV dari frekuensi atau panjang
gelombang yang diterima oleh receiver ADV.
ADV dengan tipe MicroADV 10-MHz dengan probe tipe down-looking memiliki
keterbatasan dalam mengukur kecepatan 3 dimensi, yaitu hanya bisa membaca kecepatan
aliran dengan jarak 5cm dibawah permukaan aliran. Hal itu dikarenakan jarak sampling rate
terletak pada jarak ±5cm dari transmitter, sehingga data kecepatan yang dihasilkan kurang
optimum di permukaan aliran, terutama pada perhitungan kecepatan rerata. Selain itu ADV
tipe ini tidak dapat menghasilkan data dengan kualitas yang baik ketika turbulensi yang
terjadi pada aliran tinggi.
Kecepatan aliran 3 dimensi (ū, v̅, w
̅ ) yang diukur oleh ADV tergantung oleh:
Velocity Range merupakan kisaran besarnya kecepatan maksimum yang terukur pada
ADV. Untuk mengetahui velocity range yang sesuai terlebih dahulu dilakukan
penguuran kecepatan aliran pada saluran secara teoritis. Semakin besar velocity range,
maka semakin besar pula noise yang dihasilkan.
Nilai Signal to Noise Ratio (SNR) menentukan baik tidaknya suatu data yang diukur.
Semakin besar nilai SNR, maka data yang dihasilkan semakin baik karena sinyal yang
diterima oleh receiver lebih banyak dari pantulam sinyal transmitter dibandingan
dengan noise. SNR minimum yang diisyaratkan untuk pengukuran ADV adalah 15
(ADVField/Hydra Operation Manual, 2001).
Koefisien korelasi (correlation coeffisient) merupakan parameter indikasi keakuratan
data. Idealnya, nilai kolerasi yang baik adalah 70 sampai dengan 100 untuk pengukuran
pada aliran turbulen. Ketika turbulensi aliran besar akan memungkinkan ADV
menampilkan koefisien korelasi yang rendah. Hal itu mengindikasi meningkatnya noise
yang dihasilkan.
MicroADV probe memiliki beberapa komponen dasar yang perlu dirangkai dulu
sebelum dapat dioperasionalkan. Bagian-bagian utama dari ADV adalah probe, signal
processing hardware, dan kabel konektor.
2.8.1 Komponen Acoustic Doppler Velocimeter (ADV)
1. Signal Processing Hardware memiliki fungsi menghasilkan sinyal yang dibutuhkan
ADV untuk mengukur kecepatan aliran pada saluran. Bagian ini akan mengubah sinyal
elektrik menjadi energi bunyi (acoustic), menghitung sinyal kembali, mengaplikasikan
Efek Doppler untuk mengukur kecepatan, dan menghitung rerata dari seluruh sample
23
sebelum menghasilkan data output. Jenis Signal Processing Hardware yang digunakan
dalam ADV adalah splash-proof housing.
2. Probe Hardware yang digunakan adalah tipe 10-MHz ADV probe. bagian-bagian
dari Probe adalah acoustuc sensor, stem, signal conditioning module, dan
underwater connection. Acoustic sensor terdiri dari tiga penerima akustik (acoustic
receiver) dan satu pengirim akustik (acoustic receiver) yang dapat digunakan untuk
mengukur 3 dimensi.
dari emitter, 1 = 0
27
27
28
2. Data Files- pada pilihan ini menyediakan fasilitas untuk dapat melihat file data yang
telah disimpan secara otomatis bila telah di record. Dengan penyimpanan berbentuk
*.ADV, *.sdr, *.sds. Empat file terakhir yang dibuka HrizonADV ditampilkan secara
otomatis untuk memudahkan akses klik dafa file untuk membuka file secara langsung,
atau menggunakan open pada pilihan toolbar untuk membuka data yang lain yang tidak
terdaftar.
3. Documentation and support – pada pilihan ini disediakan akses link secara online untuk
mendapatkan ringkasan panduan penggunaan HorizonADV dan dapat juga membuka
contoh file data ADV klik bagian Open. Selain itu juga tersedia link untuk mengirim
email pada pihak Sontek untukk bertanya tentang permasalahan yang berkaitan dengan
HorizonADV.
4. Program Information – pada bagian ini akan memberikan informasi tentang versi dan
link untuk pembaruan software pada situs Sontek.
Gambar 2.13 Tampilan HorizonADV setelah dihubungkan dengan alat ADV menggunakan pilihan connect automatically
29
Sumber: Aplikasi HorizonADV, 2018
29
30
Pada tampilan Gambar 2.14 menunjukkan pilihan untuk memilih kisaran kecepatan atau
velocity range yang akan digunakan. Selain untuk pemilihan kisaran kecepatan juga
menunjukkan suhu dari aliran air. Penentuan velocity range digunakan untuk menentukan
kecepatan maksimum yang akan diukur oleh alat ADV. Sehingga dalam pengukuran
penelitian harus dilakukan pengukuran awal atau pengukuran inisiasi terlebih dahulu untuk
menentukan nilai velocity range yang akan digunakan. Kemudian tekan save untuk
menyimpan perubahan data atau tekan cancel untuk membatalkan perubahan data.
Pengaturan selanjutnya terkait dengan frekuensi atau sampling rate, recording mode,
dan tempat penyimpanan data. Pengaturan tersebut dapat diubah dengan klik change pada
data collection pada Gambar 2.16 sehingga muncul gambar sebagai berikut:
31
Nilai sampling rate menentukan berapa maksimum data yang dapat dikumpulkan atau
di record selama 1 detik. Sampling rate maksimal untuk ADV dengan tipe Probe 10 MHz
adalah sebesar 50 Hz. Recording mode digunakan untuk mengatur pengumpulan data secara
berkelanjutan atau burst. Untuk pilihan continuous digunakan untuk pengambilan data
secara teratur atau tanpa jeda. Untuk pemula disarankan untuk penggunaan secara
continuous. Untuk burst digunakan bila dalam pengambilan data terdapat jeda waktu atau
memerlukan perubahan disetiap pengambilan data.
Output file digunakan untuk perubahan nama file yang sudah di record. Sedangkan
output folder merupakan pilihan dimana file nanti akan disimpan. Untuk file comments
digunakan untuk mencatat rincian data yang menunjukkan parameter-parameter yang
berkaitan dengan pengambilan data.
Untuk pilihan show boundary info harus diaktifkan ketika pengambilan data. Pilihan
show boundary info digunakan untuk mengetahui jarak antara dasar saluran dengan probe
dan jarak dasar dengan sampling volume serta pengaturan kecepatan yang ditampilkan.
Setelah itu klik save untuk menyimpan data atau cancel untuk membatalkan perubahan.
Untuk memulai pengumpulan data klik start pada Gambar 2.13 lalu akan muncul layar
seperti Gambar 2.16. Pada Gambar 2.16 menunjukkan jarak probe tip dan jarak sampling
volume dengan dasar saluran, dan menampilkan kecepatan maksimum yang dapat direcord
oleh ADV. Kemudian klik start untuk memulai tampilan real time pembacaan ADV pada
Gambar 2.17.
32
32
Gambar 2.16 Tampilan HorizonADV untuk memulai pengambilan data
Sumber: Aplikasi HorizonADV, 2018
33
33
34
Untuk mulai pengumpulan data klik start record dan secara langsung pengambilan data
akan tersimpan sesuai nama file yang sudah diubah dalam pengaturan sebelumnya. Jika
pengambilan data klik stop recording dan file akan secara otomatis tersimpan salam folder
yang telah ditentukan pada pengaturan sebelumnya. Pada Gambar 2.17 terdapat tiga grafik
yang ditampilkan dimana grafik pertama (paling atas) menunjukkan hubungan antara
kecepatan aliran pada sumbu vertikal dan jumlah sampel (data) pada sumbu horizontal.
Kecepatan pada sampel yang terukur adalah kecepatan pada arah sumbu X (V1/X/U), sumbu
Y (V2/Y/V), dan sumbu Z (V3/Z/W).
Grafik kedua (tengah) menunjukkan nilai kekuatan sinyal akustik yang biasa disebut
dengan SNR dengan satuan dB. Grafik ini menunjukkan fungsi kuatnya sinyal (signal
strength) dan intensitas pemantul gelombang oleh partikel dalam air dalam satu sampling
volume. Nilai Signal to Noise Ratio (SNR) menentukan baik tidaknya suatu data yang telah
diukur. Semain besar nilai SNR, maka data yang dihasilkan semakin baik karena sinyal yang
diterima oleh receiver lebih banyak daripada pantulan sinyal transmitter. SNR minimum
yang disyaratkan untuk pengukuran ADV adalah >15 dB.
Korelasi merupakan suatu hubungan kesesuaian/keakuratan antara noise yang terjadi
dengan kecepatan sesaat yang diukur oleh ADV. Korelasi juga merupakan parameter yang
merupakan indikasi keakuratan data. Nilai korelasi yang baik adalah 70% sampai 100%
untuk pengukuran pada aliran. Ketika turbulensi aliran besar akan memungkinkan ADV
menampilkan koefisien korelasi yng rendah. Hal ini mengindikasikan meningkatnya noise
yang dihasilkan.
Jika data hasil pengukuran sudah cukup baik tetapi masih ditemukan beberapa data yang
tidak rasional atau dapat dikatakan sebagai outlier, yang dapat mempengaruhi nilai korelasi
rerata dan SNR rerata maka dapat dilakukan filter data dengan menggunakan program
(software) WinADV versi 32. Berikut ditampilkan tampilan program WinADV32:
35