Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333395589

PENCEMARAN SUNGAI CILIWUNG DAN DAMPAK BURUKNYA BAGI


MASYARAKAT DKI JAKARTA

Article · May 2019

CITATIONS READS

0 1,122

1 author:

Syifa Syarifa
Jakarta State University
5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Dinamika Perwujudan Pancasila Sebagai Dasar dan Pandangan Hidup Bangsa View project

All content following this page was uploaded by Syifa Syarifa on 27 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENCEMARAN SUNGAI CILIWUNG DAN DAMPAK BURUKNYA BAGI
MASYARAKAT DKI JAKARTA
Oleh : Syifa Syarifa

PENDAHULUAN

Sebagai sumber daya alam yang sangat penting, air seringkali disebut sebagai sumber
kehidupan. Salah satu sumber air adalah sungai, sungai merupakan aliran air alami yang
mengalir secara terus-menerus dari hulu hingga hilir. Salah satu sungai yang ada di DKI Jakarta
adalah Sungai Ciliwung, sungai tersebut merupakan sungai terpanjang dan terbesar di DKI
Jakarta. Sungai Ciliwung mengalir melalui tengah Jakarta dan melintasi banyak permukiman
dan perkampungan padat sehingga menyebabkan sungai tersebut menjadi tercemar karena
kerap kali menjadi tempat pembuangan limbah cair maupun limbah padat dari kegiatan pabrik
maupun rumah tangga. Artikel ini akan menjelaskan pencemaran sungai Ciliwung dan solusi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

PEMBAHASAN

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia
dan semua mahkluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan air sangat mempengaruhi kehidupan
makhluk yang ada di bumi sehingga air seringkali disebut sebagai sumber kehidupan. Salah
satu sumber air adalah sungai, yaitu aliran air alami yang memanjang dan mengalir secara
terus-menerus dari hulu menuju hilir. DKI Jakarta dilintasi oleh 13 sungai besar dan beberapa
sungai kecil serta 40 situ tersebar di 5 wilayah kota yang sangat potensial sebagai air
permukaan untuk menunjang kehidupan manusia (Hendrawan, 2010). Sungai terbesar dan
terpanjang di DKI Jakarta adalah Sungai Ciliwung. Panjang sungai Ciliwung dari bagian hulu
sampai muara di pesisir pantai Teluk Jakarta adalah ± 117 km, dengan luas DAS Ciliwung
sekitar 347 km2 (Said, 2018). Sungai Ciliwung mengalir melalui tengah Jakarta dan melintasi
banyak permukiman dan perkampungan padat. Hal tersebut menyebabkan sungai Ciliwung
menjadi tercemar karena kerap kali menjadi tempat pembuangan limbah cair maupun limbah
padat dari kegiatan pabrik maupun rumah tangga.

Sungai memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia seperti sumber air, alat
transportasi, pengairan sawah, peternakan, keperluan industri, irigasi, tempat memelihara ikan,
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), bahkan sebagai tempat rekreasi. Disamping
pemanfaatan sungai yang positif, masyarakat juga memanfaatkan sungai secara negatif dengan
menjadikan sungai sebagai sarana pembuangan limbah rumah tangga maupun limbah pabrik.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengatakan bahwa 61% sungai di Jakarta masuk
ke dalam kategori cemar berat pada tahun 2017, angka tersebut meningkat pesat dari semula
32% pada tahun 2014, dan sungai Ciliwung termasuk ke dalam kategori cemar berat
berdasarkan penghitungan di 24 titik sampling (Khalika, 2018).

Sungai yang tercemar dapat memberikan dampak buruk seperti bencana bagi kehidupan
manusia di sekitarnya. Selain itu, ekosistem di sekitar sungai juga akan terganggu. Adapun
dampak lain yang ditimbulkan dari pencemaran sungai adalah terjadinya bencana banjir,
munculnya berbagai penyakit, berkurangnya ketersediaan air bersih, matinya ikan-ikan serta
ekosistem air yang ada di alamnya dan mengganggu produktivitas tanaman. Salah satu contoh
bencana yang pernah terjadi di DKI Jakarta yang diakibatkan oleh pencemaran sungai adalah
bencana banjir yang merendam sebagian daerah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Di
Jakarta Selatan, banjir mengenai daerah Kelurahan Pejaten Timur, Kelurahan Srengseng
Sawah, Kelurahan Lenteng Agung, Kelurahan Pengadegan dan Kelurahan Rawa Jati dengan
ketinggian air mulai dari 30cm-170cm. Sementara di Jakarta Timur, banjir menggenang di
Kelurahan Balekambang, Kelurahan Bidara Cina, Kelurahan Cawang dan Kelurahan Kampung
Melayu dengan ketinggian air sekitar 30-100 cm (Erwanti, 2019).

Selain itu, masyarakat terdampak banjir juga terancam wabah penyakit yang akan
ditimbulkan dari bakteri-bakteri yang terkandung dalam air sungai. Bakteri E.Coli yang
termasuk ke dalam mikroorganisme patogen dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya bagi
manusia. Selain itu, virus serta cacing pada tinja, dan juga limbah domestik yang berasal dari
kegiatan rumah tangga, apabila masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan menyebabkan diare
dan muntaber yang bisa berujung pada kematian. Adapun penyakit lain yang ditimbulkan oleh
banjir adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Demam Berdarah (DBD) dan penyakit
kulit. Salah satu contoh dari masyarakat terdampak banjir yang terjangkit penyakit adalah
warga di tiga kelurahan wilayah Kecamatan Kramat Jati, yaitu Kelurahan Balekambang,
Cilililtan dan Cawang (Putra, 2019)

Pencemaran lingkungan menjadi tanggung jawab kita semua, tanggung jawab setiap
orang dan badan hukum dalam pemeliharaan tanah termasuk air yang menambah kesuburannya
termaktub dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 05 Tahun 1960 Pasal 15
yang berbunyi “memelihara tanah, termasuk menambah kesububurannya serta mencegah
kerusakaannya adalah kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai
hubungan hukum dengan tanah itu, dengan memperhatikan pihak yang ekonomis lemah”.
Hukum tersebut juga berlaku bagi pemeliharaan air, mengingat keberadaan air dapat
mempengaruhi kesuburan tanah.

Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
pencemaran sungai, yaitu dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai
pentingnya menjaga kebersihan sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan,
memberikan penyuluhan ataupun pelatihan tentang pengelolaan limbah dengan baik,
merehabilitasi sungai yang tercemar dengan membersihkannya secara berkelanjutan,
menggunakan teknik bioremidiasi untuk menetralkan senyawa berbahaya dari limbah cair di
sungai dan menegakkan aturan larangan membuang sampah di sungai dengan konsisten dan
menindak siapapapun yang melanggarnya.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan adalah dengan memberikan pendidikan
lingkungan hidup. Secara konseptual pendagogis, materi permasalahan lingkungan hidup baru
diajarkan pada kurikulum jenjang SMP (Budiaman & Nadiroh, 2017) . Dalam kurikulum
tersebut, Standar Kompetensi yang dijabarkan adalah mengenai kerusakan lingkungan hidup.
Standar kompetensi tersebut diuraikan dalam kompetensi dasar dengan beberapa substansi
diantaranya yaitu pencemaran limbah cair, pencemaran limbah padat, pencemaran udara,
pencemaran sampah, pengelolaan dan pemanfaatan limbah. Selain memberikan pemahaman,
pengetahuan serta wawasan mengenai lingkungan, Pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah
juga mendukung terwujudnya lingkungan yang bersih, asri, aman dan, tumbuhnya kesadaran
dan tanggung jawab dikalangan warga sekolah, selain itu sekolah dan lingkungan menjadi
kesatuan yang terintegrasi sebagai suatu habitat ilmiah.

KESIMPULAN

Sungai memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia seperti sumber air, alat
transportasi, pengairan sawah, peternakan, keperluan industri, irigasi, tempat memelihara ikan,
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), bahkan sebagai tempat rekreasi. Namun sayangnya,
selain dimanfaatkan dengan positif, masyarakat juga memanfaatkan sungai sebagai tempat
pembuangan limbah rumah tangga maupun limbah pabrik sehingga sungai menjadi tercemar.
Sungai yang tercemar, ekosistemnya akan terganggu dan dapat memberikan dampak buruk
seperti bencana bagi kehidupan manusia di sekitarnya. Beberapa dampak buruk yang dapat
disebabkan oleh banjir adalah bencana banjir dan berbagai penyakit berbahaya seperti
muntaber, ISPA, DBD dan penyakit kulit. Pencemaran lingkungan menjadi tanggung jawab
kita semua, tanggung jawab setiap orang dan badan hukum dalam pemeliharaan tanah termasuk
air yang menambah kesuburannya termaktub dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
Nomor 05 Tahun 1960 Pasal 15 . Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah,
diantaranya yaitu dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai pentingnya
menjaga kebersihan sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan, memberikan
penyuluhan ataupun pelatihan tentang pengelolaan limbah dengan baik, merehabilitasi sungai
yang tercemar, menggunakan teknik bioremidiasi dan menegakkan aturan larangan membuang
sampah di sungai dengan konsisten dan menindak siapapapun yang melanggarnya. Salah satu
upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesadaran dan tanggung
jawab terhadap lingkungan adalah dengan memberikan pendidikan lingkungan hidup. Dengan
demikian, upaya- upaya tersebut diharapkan mampu mengurangi tingkat pencemaran di Sungai
Ciliwung beserta dampak-dampak buruk yang akan ditimbulkannya.

REFERENSI

Budiaman, B., & Nadiroh, N. (2017). The INFLUENCE OF LEARNING STRATEGIES


AND STYLES OF THOUGHT ON THE ABILITY OF STUDENTS TO SOLVE
ENVIRONMENTAL PROBLEMS. Jurnal Ilmiah Pendidikan Lingkungan Dan
Pembangunan. https://doi.org/10.21009/plpb.162.02
Hendrawan, D. (2010). KUALITAS AIR SUNGAI DAN SITU DI DKI JAKARTA.
MAKARA of Technology Series. https://doi.org/10.7454/mst.v9i1.315

Erwanti, M. O. (2019, April 26). Sungai Ciliwung Meluap, Sejumlah Wilayah di Jaksel-Jaktim
Terendam Banjir. Retrieved from Detik.com: https://news.detik.com/berita/d-
4525318/sungai-ciliwung-meluap-sejumlah-wilayah-di-jaksel-jaktim-terendam-banjir

Hidup, K. M. (2003). Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Khalika, N. N. (2018, September 13). Limbah Rumah Tangga Yang Bikin Ciliwung Butek dan
Tercemar. Retrieved from Tirto.Id: https://tirto.id/limbah-rumah-tangga-yang-bikin-
ciliwung-butek-dan-tercemar-cZ2E
Putra, B. (2019, Mei 3). Warga Kramat Jati Terjangkit Berbagai Penyakit Imbas Banjir, Ini
yang Dilakukan Pihak Puskesmas. Retrieved from Jakarta.tribunnews.com:
http://jakarta.tribunnews.com/2019/05/03/warga-kramat-jati-terjangkit-berbagai-
penyakit-imbas-banjir-ini-yang-dilakukan-pihak-puskesmas

Said, S. Y. (2018). Status Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal
Teknologi Lingkungan Vol. 19, No 1, 14.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai