Anda di halaman 1dari 9

17

ABSTRAK

HERMA NENGSIH.2018. Aplikasi teori Myra E Levine dalam pemberian asuhan


keperawatan pada An. A dengan Penyakit Kejang Demam di ruang Anak Rumah
Sakit Umum Daerah Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan
tahun 2018. Program Profesi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Dehasen
Bengkulu. Pembimbing : Ida Samidah.
Kejang demam merupakan gangguan transier pada anak yang terjadi bersamaan
dengan demam. Keadaan ini, merupakan salah satu gangguan neurologik yang
paling sering dijumpai pada masa kanak - kanak dan menyerang 4% anak.
Kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya
sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak - anak
yang berusia kurang dari 18 bulan. Untuk melakukan asuhan keperawatan pada
Anak Kejang Demam salah satunya melalui pemilihan model keperawatan yang
tepat dengan situasi klien yang spesifik sesuai dengan kebutuhan dasar pasien
merupakan penyusunan asuhan keperawatan yang baik, karena perawat
memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang variabel - variabel utama yang
mempengaruhi situasi klien melalui pendekatan dengan keluarga untuk
melakukan perubahan modifikasi lingkungan secara baik. Desain penelitian ini
menggunakan metode studi kasus, metode sampling yang digunakan adalah
Proposive sampling. Di Rumah Sakit Umum Hasanuddin Damrah Manna
Kabupaten Bengkulu Selatan pada bulan maret 2018. Data Penelitian ini diambil
dengan menggunakan aplikasi teori Myra E Levine, setelah itu data dianalisa
dengan mendiskripsikan dengan penjelasan deret waktu. Hasil penelitian
menunjukkan Aplikasi Teori Myra E Levine efektif untuk mengurangi masalah
keperawatan yang timbul akibat Kejang Demam. Melihat hasil penelitian ini maka
perlu adanya dukungan dari berbagai pihak agar dapat mengaplikasikan teori
keperawatan Myra E Levine Pada Anak dengan Kejang Demam.
Kata Kunci : Kejang Demam, Teori Myra E Levine
17

e. Pathway Kejang Demam

Pirogen Eksogen ( Agen Infekisus, toksin dan tumor )

Kerusakan Jaringan

Produksi endogen pirogen Interleukin I ( 1L-6 ): 1L-6: Tumor


Necrosis factor ( TNF ) dan Inferteron ( Infeksi Virus )

Merangsang Produksi Prostaglandin E

Pusat Pengaturan Hipotalamus

Proses Peradangan

Proses Demam Hipertermi


Peradangan
A.

Mengubah keseimbangan Suhu


membran sel neuron

Evaporasi ( Keringat
Melepaskan muatan listrik Berlebihan )
yang besar

Gangguan
Kejang Pemenuhan Nutrisi

Dehidrasi

Sumber : Hokenberry dan Wilson,2009 broom,2007: Potter and Ferry 2010


17

Penyakit Kejang Demam di ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah

Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2018.

f. Diketahui keefektifan teori Myra E. Levine pada pasien anak dengan

Kejang Demam.
17

g. Diketahui keunggulan dari teori Myra E. Levine pada pasien anak dengan

Kejang Demam.

h. Diketahui kelemahan dari teori Myra E. Levine pada pasien anak dengan

Kejang Demam.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Hasil Penelitian Studi Kasus Bagi Pasien

Memberikan masukan kepada orang tua khususnya ibu dalam

mengasuh anak saat demam sehingga tidak terjadi kejang demam dan

sebagai informasi bagi keluarga untuk lebih memperhatikan kesehatan.

2. Manfaat Hasil Penelitian Studi Kasus Bagi Perawat

Sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan,dalam memberikan konsep konservasi pada pasien dengan

kejang demam. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan meningkatkan

kemampuan dalam melakukan asuhan keperawatan.

3. Manfaat Hasil Penelitian Studi Kasus Bagi Rumah Sakit

Sebagai penambah keilmuan khususnya tentang aplikasi teori Myra

E. Levine King pada pasien dengan Kejang Demam.


17

6. Implementasi Keperawatan

Hari / Tanggal / Implementasi Respon Hasil


Jam
17 Maret 2018
09.30 Wib 1. Mengobservasi keadaan 1. Keadaan Klien masih
umum pasien. lemah
09.40 Wib 2. Mengukur TTV Pasien 2. RR : 28 x/ menit,Nadi :
09.50 wib 3. Menganjurkan keluarga 120 x/menit, Suhu : 39 ˚C.
klien untuk mengompres 3. Tampak Ibu klien sedang
anak dengan air hangat mengompres anaknya di
11.30 Wib 4. Mengganti cairan infus bagian kening / dahi dan
12.00 Wib 5. Menyiapkan obat klien : aksila / ketiak.
- Ampicillin 250 mg inj 4. Cairan infus terpasang
- Ambroxol syp KA-EN 1B 10 gtt/ menit
1 cth. 5. Obat sudah disiapkan
6. O2 terpasang 1 liter nasal
12.30 Wib 6. Memberikan O2 1-2 liter / kanul
menit nasal kanul

18 Maret 2018
08.00 Wib 1. Mengkaji tingkat kecemasan 1. Orang tua tampak
orang tua mengalami tingkat
09.00 Wib 2. Memberi obat ijeksi kecemasan sedang, orang
ampicillin 250 mg tua tampak gelisah
09.15 Wib 3. Mengobservasi keadaan 2. Obat ijeksi sudah
umum klien diberikan
09.30 Wib 4. Mengkaji vital sign klien 3. Keadaan umum Klien
09.50 Wib 5. Menimbang Berat badan lemah
klien 4. Kesadaran compos
10.30 Wib 6. Memberikan penyuluhan mentis,RR : 26 x/ menit,
17

kesehatan tentang penyakit Nadi : 118 x / menit, suhu


kejang demam : 38,5˚C
11.30 Wib 7. Mengganti cairan infus
5. Berat badan Klien 12 kg
11.35 Wib 8. Menganjurkan ibu untuk
6. Keluarga memperhatikan
memberikan banyak minum
penyuluhan kesehatan
11.40 Wib 9. Menganjurkan ibu untuk
yang
memakaikan pakaian yang
diberikan/disampaikan
tipis pada anak
7. Infus terpasang KA-EN
12.00 Wib 10. Menyiapkan obat klien :
1B 10 gtt/ menit
- Diazepam 3x2mg
8. Ibu klien memberikan air
- Ambroxol syp 1 cth
minum air putih
12.10 Wib 11. Mengukur Vital Sign
9. Anak sudah memakai
12. 30 Wib 12.Memberikan dan
pakaian tipis
menginjeksikan obat klien :
10. Obat sudah disiapkam
- Diazepan 3 x 2mg
11. RR : 26 x /
- Ambroxol syp 1 cth
menit,Nadi : 118 x /

menit,Suhu : 38,2 ˚C

12. Obat sudah diberikan


19 Maret 2018 dan diinjeksikan

Jam 08.00 Wib 1. Mengobservasi keadaan


umum klien 1. Kesadaran compos
Jam 08.30 Wib 2. Mengkaji vital sign mentis, klien tampak
Jam. 09.00 Wib 3. Memberikan obat oral ( rewel berkurang
Paracetamol syp 1 cth ) 2. RR : 28 x / menit,Nadi :
Jam 09. 15 Wib 4. Menganjurkan ibu 110 x / menit,Suhu :
memberikan banyak minum 37,8˚C
ke klien 3. Obat sudah diberikan,
Jam 09.30 Wib 5. Mengajarkan keluarga klien klien istirahat
cara merawat anak dengan 4. Ibu sudah memberikan
kejang demam serta cara banyak minum pada
17

pencegahannya. anaknya
5. Keluarga Klien terutama
ibu sudah sedikit cara
mengukur suhu tubuh
menggunakan
thermometer air raksa
20 Maret 2018

Jam 08.00 Wib 1. Mengobservasi keadaan


umum klien 1. Kesadaran compos
Jam. 08.30 Wib 2. Mengukur vital sign mentis,rewel (-),
2. RR : 26 x / menit, nadi
112 x / menit, Suhu :
37˚C
17

7. Evaluasi Keperawatan

No. Hari dan tanggal Catatan Perkembangan


DP
1 17 Maret 2018 S : Keluarga klien mengatakan suhu tubuh anaknya panas
dan O : - Klien tampak terlihat lemah
2 - Badan klien masih panas saat palpasi

- Suhu tubuh 39 ˚C

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi di lanjutkan ( 1-5 )

1 18 Maret 2018
S : Keluarga mengatakan masih cemas dengan kondisi/ keadaan
dan
anaknya
5
O : - Klien tampak lemah
- Kesadaran compos mentis, RR : 26 x/ menit,Nadi : 118 x /
menit,suhu : 38,5˚C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

1 19 Maret 2018
S : Keluarga mengatakan suhu badan anaknya panas
O : - Klien tampak lemah
- Badan klien masih panas saat palpasi

- Suhu tubuh 37,8˚C

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
20 Maret 2018
S : Keluarga mengatakan suhu tubuh anaknya tidak panas lagi
O : - Keadaan umum anak perbaikan
- Badan anak tidak panas lagi saat palpasi

- Suhu Tubuh 37 ˚C

A : Masalah teratasi
17

P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai