TENTANG
PEMBERIAN HUKNAH, DAN MEMBANTU KLIEN BUANG AIR BESAR DENGAN
PISPOT
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas kebutuhan dasar
manusia dan proses keperawatan pada program studi s-1 keperawatan
oleh:
PADALARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Eliminasi produk pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi
normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan
sistem tubuh lainnya, karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor
pola dan kebiasaan eliminasi berfariasi diantara individu namun telah terbukti bahwa
pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya
berbanding lurus dengan rendahnya insiden kangker kolesterol (Robinson dan
Weigley,1989).
Untuk menangani masalah eliminasi perawat harus memahami eliminasi normal dan
faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat eliminasi. Asuhan kaperawatan yang
mendukung akan menghormati privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan yang
dirancang untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa
ketidaknyamanan.
Kebanyakan orang yang masuk rumah sakit dapat buang air kecil bila perlu. Sebagian
mempunyai kebiasaan buang air kecil sebelum makan dan memanfaatkan refleks
gastrokolik untuk buang air besar setelah makan (pagi,siang atau malam). Setiap orang
mempunyai frekuensi buang air kecil dan besar yang berbeda-beda dan merupakan hal
yang normal untuknya. Sebagian percaya akan pengaruh jelek yang ditimbulkan karena
menahan buang air kecil dan konstipasi.
Dalam hal ini perawat harus mampu memahami dan mengerti tentang bagaimana cara
membantu pasien yang susah BAB dengan benar dan teliti juga agar perawat dapat
memahami manfaat serta indikasi dan kontra-indikasi dalam pemberian huknah dan
penggunaan pispot. Memungkinkan perawat untuk melakukan dengan benar terhadap
bagaimana melakukan tindakan huknah, dan penggunaan pispot.
2. Tujuan
Dengan adanya makalah ini mahasiswa /mahasiswi kesehatan dapat mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian huknah dan pispot.
2. Menjelaskan persiapan alat.
3. Dapat melaksanakan tindakan pemberian huknah dan penggunaan pispot.
3. Tujuan Penelitian
Dengan penulisan makalah ini dapat menjadi bahan acuan bagi kita semua sebagai
mahasiswa kesehatan dalam proses pembelajaran membantu klien bab pada pasien pria
dan wanita dengan teapt dan benar sesuai dengan teknin danprosedur yang sesuai.
BAB II
ISI
1. Pengertian Enema
Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu tindakan
atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-
padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan
buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi
bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu
minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut
diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah
yang lebih besar.
Enema adalah memasukkan suatu larutan dalam rektum dan kolon sigmoid. Alasan
utama enema adalah untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltic.
Volume cairan yang dimasukkan memecah masa feses, meregangkan dinding rektum dan
mengawali refleks defekasi. Enema juga diberikan sebagai transportasi obat-obatan yang
menimbulkan efek lokal pada mukosa rektum.
Enema pembersih meliputi air kran, salin(NaCl 0,9%) normal, larutan sabun, dan salin
hipertonik volume rendah. setiap larutan mempunyai efek osmotik yang berbeda, yang
mempengaruhi pergerakan cairan diantara kolon dan interstisial diluar dinding usus. Bayi
dan anak-anak boleh diberikan salin normal karena mereka berisiko mengalami
ketidakseimbangan cairan.
Air keran bersifat hipotonik dan mempunyai tekanan osmotik yang lebih rendah
daripada cairan didalam ruang interstisial. Setelah dimasukkan kedalam kolon, air kran
keluar dari lumen usus menuju ruang interstisial. Pergerakan air murni berlangsung
lambat. Volume yang dimasukkan menstimulasi sebelum air dalam jumlah besar
meninggalkan usus. Enema air kran tidak boleh dilakukan ulang karena dapat menjadi
keracunan air atau beban sirkulasi berlebih, jika air diabsorpsi dalam jumlah besar.
Normal salin secara fisiologis merupakan larutan terbaik untuk digunakan karena
larutan ini mempunyai larutan osmotik sama dengan cairan yang ada diruang interstisial
yang mengelilingi usus. Volume salin yang dimasukkan dapat menstimulasi peristaltik.
Enema salin tidak dapat menyebabkan bahaya yang diakibatkan oleh absorpsi cairan
berlebihan. Apabila persediaan salin tidak ada dirumah, klien dapHuiat diinstruksikan oleh
dokter atau perawat untuk mencampur 500 ml air kran dengan 1 sendok teh garam dapur.
Enema retensi minyak melumasi rektum dan kolon. Feses mengabsorpsi minyak
sehingga feses menjadi lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Untuk meningkatkan
kerja minyak, klien mempertahankan enema selama beberapa jam, jika memungkinkan.
Enema aliran balik, atau bilasan Harris, merupakan suatu irigasi kolon yang ringan,
yang membantu mengeluarkan flatus. Perawat mula-mula memasukkan sejumlah kecil
(100 dan 200 ml) larutan enema ringan ke dalam rektum dan kolon klien. Kemudian
perawat merendahkan wadah enema untuk memungkinkan larutan mengalir kembali
melalui selang rektum dan menuju kedalam wadah. Upaya mengulangi proses ini beberapa
kali membantu mengurangi flatus dan meningkatkan gerak peristaltik.
Enema medikasi (enema untuk tujuan medis) mengandung obat-obatan. Contoh enema
medikasi ini ialah natrium polistiren sulfonat (Kayexalate), digunakan untuk mengobati
klien yang memiliki kadar kalium serum yang tinggi. Obat ini mengandung suatu rsin yang
menukar ion-ion natruim dengan ion-ion kalium didalam usus besar. Enema medikasi yang
lain ialah larutan neomisin, suatu antibiotik yang digunakan untuk mengurangi bakteri
dikolon sebelum klien menjalani bedah usus.
LANGKAH RASIONAL
1. Kaji status klien : defekasi terakhir, pola Menentukan adanya faktor-faktor yang
normal defekasi, mobilisasi, dan kontrol mengindikasikan kebutuhan untuk dilakukannya
sfingter eksterna. Kaji jika terdapat enema dan hal tersebut mempengaruhi metode
kontraindikasi terhadap pemberian pemberian enema.
enema.
Enema biasanya tidak diberikan kepada klien
yang mengalami peningkatan tekanan intrakranial
atau yang baru menjalani bedah rektum atau
bedah prostat.
37 0C untuk anak
(5) Termometer untuk mandi
Digunakan untuk mengukur suhu larutan.
(6) Jeli pelumas
Mengurangi friksi dan iritasi pada mukosa
(7) Alas kedap air
rektum.
(8) Selimut mandi
(9) Tisu toilet
(10) Pispot, ditambah kursi toilet
atau akses ke toilet
(11) Sarung tangan sekali pakai
Melindungi tangan dan mengurangi penyebaran
mikroorganisme.
(12) Lap basah, handuk, dan
baskom Digunakan untuk membersihkan klien setelah
prosedur,bergantung pada tingkat mobilitas klien.
(13) Tiang intravena
Digunakan untuk menggantung wadah larutan
rectum dengan jeli pelumas. dengan lancar tanpa menimbulkan risiko iritasi
atau trauma pada mukosa.
16. Jelaskan kepada klien bahwa perasaan Larutan mendistensi usus. Lamanya klien
distensi adalah normal. Minta klien menahan larutan bervariasi sesuai dengn tipe
untuk mempertahankan larutan selama enema dan kemampuan klien mengontraksikan
mungkin selama berbaring dengan sfingter anus. Menahan larutan yang lebih lama
tenang di tempat tidur. (Untuk bayi atau akan meningkatkan stimulasi peristaltik dan
anak yang masih kecil, tahan belahan defekasi dengan lebih efektif.
bokongnya secara bersamaa selama
beberapa menit).
Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui anus rektum sampai
kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya untuk mengeluarkan feses dan flatus.
Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing
(membersihkan) , carminative (untuk mengobati flatulance), retensi (menahan), dan
mengmbalikan aliran.
a. Huknah Rendah
Huknah rendah adalah tundakan keperawtan dengan cara memasukan air hangat ke
dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah
rendah di laksanakan sebelum operasi persiapan pembedahan) dan pasien yang
mengalami obstipasi.
Tujuan:
1. Mengosongkan usus pada pra pembedahan untuk mencegah hala” yang tidak
inginkan selama oprasi berlangsung seperti BAB.
2. merangsangh buang air besar atau merangsang peristaltic usus untuk
mengeluarkan feses karena kesulitan untuk dfekasi ( pada pasien sembelit ).
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot
7. Sampiran
8. Sarung Tangan
9. Tissue
Prosedur kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien di rawat di bangsal
umum
4. Atur posisi pasien dengsn posisi Sims kiri.
5. Pasang pengalas di bawah area gluteal.
6. Siapkan bengkok di dekat pasien.
7. Irrigator di isi cairan hangat dan hubungkan kanula reknali. Kemudian periksa
alirannya dengan membuka kanula rektal dan keluarkan air ke bengkok dan
beri jeli pada kanula.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Masukkkan kanula kira-kira 7,5-15 cm ke dalam rektum ke arah kolon
desendens sambil pasien di minta menarik napas panjang dan pegang irrigator
setinggi 50 cm dari tempat tidur dan buka klemnya . air yang dialirkan sampai
pasien menunjukkan keinginan untuk defekasi .
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot
atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah
sekitar anus hingga bersih dan keringkan pakai tisu.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12. Catat jumlah fese yang kleuar, warna, kepadatan, dan respon pasien.
b. Huknah Tinggi
Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon asendens
dengan menggunakan kanula usus. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang
akan dilakukan tindakan pembedahan umum.
Tujuan :
Mengosongkan usus untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan , seperti buang
air besar selama prosedur operasi dilakukan atau pengosongan sebagai tindak
diagnostik atau pembedahan.
Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan meletakan sampiran bila pasien berada dalam bangsal umum
atau bila pasien berada dalam ruang privat cukup dengan menutup pintu kamar.
4. Atur posisi pasien dengan posisi sims kanan.
5. Pasang penaglas dibawah daerah anus.
6. Siapkan bengkok dekat pasien.
7. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu dan hubungkan kanula usus,
kemudian periksa aliran dengan membuka kanula usus dan mengeluarkan air ke
bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula tersebut.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Masukkan kanula ke dalam rectum kea rah kolon asendens (7.5-15cm) sambil
pasien diminta menarik nafas panjang dan pegang irrigator setinggi 30 cm dari
temapt tidur dan buka klem sampai air mengalir dan menimbilkan rasa ingin
defekasi.
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila ada rasa ingin defekasi dan pasang
pispot dan anjurkan ke toilet, bila pasien tidak mampu ke toilet bersihkan dengan
menyiram daerah perineum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
11. Cuci tangan.
12. Catat jumlah, warna, konsistensi, dan respon pasien terhadap tindakan.
1. Pengertian
Membantu pasien yang hendak buang air besar
2. Tujuan
a. Membantu pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
b. Mengurangi pergerakan pasien
c. Mengetahui adanya kelainan feses
3. Persiapan
a. Persiapan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek
selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Pispot
2) Air dalam botol
3) Kapas cebok/toilet tissue dalam tempatnya
4) Sarung tangan bersih, masker dan celemek
5) Bengkok
6) Selimut/kain penutup
7) Perlak dan alasnya
8) Sampiran
9) Bel bila tersedia
4. Prosedur
a. Pintu ditutup atau pasang sampiran
b. Pasang perlak dan alasnya
c. Cuci tangan, pasang celemek, masker, sarung tangan bersih dan berdiri disisi klien
d. Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan kemudian bagian badan yang terbuka
ditutup dengan selimut atau kain penutup yang tersedia
e. Klien dianjurkan menekuk lututnya dan mengangkat bokong (jika perlu dibantu
oleh perawat lain)
f. Pispot diatur sampai terletak dibawah bokong klien, jika klien tidak dapat
melakukannya sendiri, perawat membantu dengan mengangkat bokong klien
menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur pispot sampai terpasang tepat
dan nyaman
g. Bila klien sudah selesai, kakinya direnggangkan dan selimut dibuka. Anus dan
daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok (tangan kanan menyiram dan
tangan kiri membersihkan). Kapas cebok dibuang kedalam pispot. Angkat pispot
dan tutup kembali
h. Bila klien ingin membersihkan sendiri, perawat membantu menyiramkan air
i. Keringkan bokong klien dengan pengalas
j. Klien dirapihkan
k. Alat dirapihkan
l. Pintu dan sampiran dibuka
m. Mencuci tangan
n. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan
klien
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan
dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
- Enema adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui anus rektum sampai
kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan
flatus.
- Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing
(membersihkan), carminative (untuk mengobati flatulance), retensi (menahan), dan
mengembalikan aliran.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC
http://subhankadir.files.wordpress.com//menggunakan-pispot.html
http://andysmar.blogspot.com//2012/09/makalah-pemberian-huknah.html
http://kuatkitabersama.wordpress.com/2012/05/page/2/
http://kuatkitabersama.wordpress.com/2012/05/11/enemahuknahklisma/
http://bangeud.blogspot.com/2011/01/penampung-bab-menggunakan-bedpan-dan.html
http://rulinoviansah.wordpress.com/2012/12/06/prosedur-tindakan-bab-dan-bak/