Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DAN PROSES KEPERAWATAN

TENTANG
PEMBERIAN HUKNAH, DAN MEMBANTU KLIEN BUANG AIR BESAR DENGAN
PISPOT
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas kebutuhan dasar
manusia dan proses keperawatan pada program studi s-1 keperawatan

oleh:

Alfredo Kristian Goldie (30120112028)


Dede Diah Hardianti (30120112006)
Santa Elisabeth Samosir (30120112021)
Stevanus Prihasto Septiawan (30120112047)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2013
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Eliminasi produk pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi
normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan
sistem tubuh lainnya, karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor
pola dan kebiasaan eliminasi berfariasi diantara individu namun telah terbukti bahwa
pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya
berbanding lurus dengan rendahnya insiden kangker kolesterol (Robinson dan
Weigley,1989).
Untuk menangani masalah eliminasi perawat harus memahami eliminasi normal dan
faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat eliminasi. Asuhan kaperawatan yang
mendukung akan menghormati privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan yang
dirancang untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa
ketidaknyamanan.
Kebanyakan orang yang masuk rumah sakit dapat buang air kecil bila perlu. Sebagian
mempunyai kebiasaan buang air kecil sebelum makan dan memanfaatkan refleks
gastrokolik untuk buang air besar setelah makan (pagi,siang atau malam). Setiap orang
mempunyai frekuensi buang air kecil dan besar yang berbeda-beda dan merupakan hal
yang normal untuknya. Sebagian percaya akan pengaruh jelek yang ditimbulkan karena
menahan buang air kecil dan konstipasi.
Dalam hal ini perawat harus mampu memahami dan mengerti tentang bagaimana cara
membantu pasien yang susah BAB dengan benar dan teliti juga agar perawat dapat
memahami manfaat serta indikasi dan kontra-indikasi dalam pemberian huknah dan
penggunaan pispot. Memungkinkan perawat untuk melakukan dengan benar terhadap
bagaimana melakukan tindakan huknah, dan penggunaan pispot.
2. Tujuan
Dengan adanya makalah ini mahasiswa /mahasiswi kesehatan dapat mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian huknah dan pispot.
2. Menjelaskan persiapan alat.
3. Dapat melaksanakan tindakan pemberian huknah dan penggunaan pispot.

3. Tujuan Penelitian

Dengan penulisan makalah ini dapat menjadi bahan acuan bagi kita semua sebagai
mahasiswa kesehatan dalam proses pembelajaran membantu klien bab pada pasien pria
dan wanita dengan teapt dan benar sesuai dengan teknin danprosedur yang sesuai.
BAB II

ISI

1. Pengertian Enema
Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu tindakan
atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-
padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan
buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi
bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu
minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut
diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah
yang lebih besar.

Enema adalah memasukkan suatu larutan dalam rektum dan kolon sigmoid. Alasan
utama enema adalah untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltic.
Volume cairan yang dimasukkan memecah masa feses, meregangkan dinding rektum dan
mengawali refleks defekasi. Enema juga diberikan sebagai transportasi obat-obatan yang
menimbulkan efek lokal pada mukosa rektum.

Enema paling sering digunakan untuk menghilangkan konstipasi untuk sementara.


Indikasi lain antara lain: membuang feses yang mengalami impaksi, mengosongkan usus
sebelum menjalani pemeriksaan diagnostik, pembedahan, dan melahirkan dan memulai
program bowel training.

Tipe-tipe enema. Terdapat beberapa tipe enema. Enema pembersih meningkatkan


evakuasi feses secara lengkap dari kolon. Enema ini bekerja dengan cara mestimulasi
peristaltic melalui pemasukan sejumlah besar atau melalui iritasi lokal mukosa kolon.
Volume maksimum yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

Bayi 150 sampai 250 ml

Todler 250 sampai 350 ml

Anak usia sekolah 300 sampai 500 ml


Remaja 500 sampai 750 ml

Dewasa 750 sampai 1000 ml

Enema pembersih meliputi air kran, salin(NaCl 0,9%) normal, larutan sabun, dan salin
hipertonik volume rendah. setiap larutan mempunyai efek osmotik yang berbeda, yang
mempengaruhi pergerakan cairan diantara kolon dan interstisial diluar dinding usus. Bayi
dan anak-anak boleh diberikan salin normal karena mereka berisiko mengalami
ketidakseimbangan cairan.

Air keran bersifat hipotonik dan mempunyai tekanan osmotik yang lebih rendah
daripada cairan didalam ruang interstisial. Setelah dimasukkan kedalam kolon, air kran
keluar dari lumen usus menuju ruang interstisial. Pergerakan air murni berlangsung
lambat. Volume yang dimasukkan menstimulasi sebelum air dalam jumlah besar
meninggalkan usus. Enema air kran tidak boleh dilakukan ulang karena dapat menjadi
keracunan air atau beban sirkulasi berlebih, jika air diabsorpsi dalam jumlah besar.

Normal salin secara fisiologis merupakan larutan terbaik untuk digunakan karena
larutan ini mempunyai larutan osmotik sama dengan cairan yang ada diruang interstisial
yang mengelilingi usus. Volume salin yang dimasukkan dapat menstimulasi peristaltik.
Enema salin tidak dapat menyebabkan bahaya yang diakibatkan oleh absorpsi cairan
berlebihan. Apabila persediaan salin tidak ada dirumah, klien dapHuiat diinstruksikan oleh
dokter atau perawat untuk mencampur 500 ml air kran dengan 1 sendok teh garam dapur.

Larutan hipertonik yang dimasukkan kedalam usus, memeberikan tekanan osmotik


yang menarik cairan dari ruang interstisial. Kolon terisi oleh cairan, dan akibatnya terjadi
distensi yang menimbulkan defekasi. Klien yang tidak mampu mentoleransi cairan dalam
jumlah besar memperoleh manfaat dari enema tipe ini, karena enema ini dirancang untuk
cairan dalam volume kecil. Kontra-indikasi penggunaan tipe ini adalah klien yang
mengalami dehidrasi dan bayi yang masih muda. Larutan hipertonik 120 sampai 180 ml
biasanya efektif. Fleets enema yang disiapkan secara komersil adalah jenis enema yang
paling sering digunakan.
Busa sabun dapat ditambahkan kedalam salin normal atau air kran untuk menciptakan
efek iritasi usus guna menstimulasi peristaltik. Hanya sabun castile (sabun dari minyak
zaitun dan natrium hidroksida) murni yang aman. Sabun atau deterjen yang keras dapat
menyebabkan inflamasi usus yang serius. Rasio yang direkomendasikan tentang
pencampuran sabun dengan larutan ialah 5 ml (1 sendok teh) sabun castile ke dalam 1000
air hangat atau salin.

Seorang dokter dapat memprogamkan enema pembersih dengan konsentrasi rendah


atau tinggi. Istilah tinggi dan rendah merujuk ke ketinggian tempat enema, ketinggian ini
mempengaruhi kekuatan tekanan aliran enema yang diberikan. Enema tinggi diberikan
untuk membersihkan keseluruhan kolon. Cairan diberikan pada tekanan yang tinggi
dengan menaikkan wadah enema ketempat yang tinggi. Selama proses pemberian enema
yang biasa diberikan, tabung atau kantung enema dipegang 30 cm diatas panggul klien.
Pada pemberian enema tinggi, kantung atau tabung dinaikkan 30 atau 45 cm atau sedikit
lebih tinggi diatas panggul. Posisi klien diminta untuk membalikkan badannya dari posisi
lateral kiri ke posisi rekumben dorsal, kemudian ke posisi lateral kanan. Perubahan posisi
memastikan bahwa cairan mencapai usus besar. Pada enema rendah, perawat memegang
kantung 7,5 cm atau lebih rendah dibawah pinggul klien. Enema rendah hanya
membersihkan rektum dan kolon sigmoid.

Enema retensi minyak melumasi rektum dan kolon. Feses mengabsorpsi minyak
sehingga feses menjadi lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Untuk meningkatkan
kerja minyak, klien mempertahankan enema selama beberapa jam, jika memungkinkan.

Enema carminative menghilangkan distensi gas. Enema ini meningkatkan kemampuan


untuk mengeluarkan flatus. Contoh enema carminative ialah larutan MGW, yang
mengandung 30 ml magnesium, 60 ml gliserin dan 90 ml air.

Enema aliran balik, atau bilasan Harris, merupakan suatu irigasi kolon yang ringan,
yang membantu mengeluarkan flatus. Perawat mula-mula memasukkan sejumlah kecil
(100 dan 200 ml) larutan enema ringan ke dalam rektum dan kolon klien. Kemudian
perawat merendahkan wadah enema untuk memungkinkan larutan mengalir kembali
melalui selang rektum dan menuju kedalam wadah. Upaya mengulangi proses ini beberapa
kali membantu mengurangi flatus dan meningkatkan gerak peristaltik.

Enema medikasi (enema untuk tujuan medis) mengandung obat-obatan. Contoh enema
medikasi ini ialah natrium polistiren sulfonat (Kayexalate), digunakan untuk mengobati
klien yang memiliki kadar kalium serum yang tinggi. Obat ini mengandung suatu rsin yang
menukar ion-ion natruim dengan ion-ion kalium didalam usus besar. Enema medikasi yang
lain ialah larutan neomisin, suatu antibiotik yang digunakan untuk mengurangi bakteri
dikolon sebelum klien menjalani bedah usus.

2. Pemberian Enema Pembersih

LANGKAH RASIONAL

1. Kaji status klien : defekasi terakhir, pola Menentukan adanya faktor-faktor yang
normal defekasi, mobilisasi, dan kontrol mengindikasikan kebutuhan untuk dilakukannya
sfingter eksterna. Kaji jika terdapat enema dan hal tersebut mempengaruhi metode
kontraindikasi terhadap pemberian pemberian enema.
enema.
Enema biasanya tidak diberikan kepada klien
yang mengalami peningkatan tekanan intrakranial
atau yang baru menjalani bedah rektum atau
bedah prostat.

Menentukan jumlah enema yang akan dilakukan


2. Meninjau kembali program dokter
dan tipe enema yang akan diberikan ( mis. Retensi
tentang tindakan enema.
minyak, carminative, medikasi). Mengatur
aktivitas perawat, dengan demikian meningkatkan
efisiensi.

3. Mengumpulkan peralatan yang Berisi larutan dan melunakkan ujung untuk


dibutuhkan, antara lain : dimasukkan.
A. Enema yang terbungkus dalam
kemasan :
(1) Botol sekali pakai yang terlebih
dahulu dikemas dan memiliki
ujung rektum
(2) Sarung tangan sekali pakai
(3) Jeli pelumas
(4) Alas kedap air
(5) Selimut mandi
(6) Tisu toilet
(7) Pispot
(8) Lap basah, handuk, dan baskom
B. Pemberian kantung enema :
Bergantung pada tipe enema yang akan diberikan.
(1) Wadah larutan enema
(2) Selang dan klem, jika belum
terpasang pada h, seperti pada Selang rektum harus cukup kecil sehingga sesuai
set sekali pakai dengan diameter anus dan cukup mencegah
(3) Selang rektum dengan ukuran kebocoran larutan dari sekitar selang.
yang sesuai
Anda harus mengetahui tipe dan berapa banyak
Orang dewasa :#22= #30Fr
cairan yang dapat klien toleransi dengan aman.
Anak : #12= 18Fr
(4) Tipe dan volume larutan yang
sesuai dengan program, Air panas dapat membakar mukosa usus ; air

dihangatkan sampai 40,5 0C – dingin dapat menimbulkan kram abdomen dan

43 0C untuk orang dewasa dan larutan sulit dipertahankan.

37 0C untuk anak
(5) Termometer untuk mandi
Digunakan untuk mengukur suhu larutan.
(6) Jeli pelumas
Mengurangi friksi dan iritasi pada mukosa
(7) Alas kedap air
rektum.
(8) Selimut mandi
(9) Tisu toilet
(10) Pispot, ditambah kursi toilet
atau akses ke toilet
(11) Sarung tangan sekali pakai
Melindungi tangan dan mengurangi penyebaran
mikroorganisme.
(12) Lap basah, handuk, dan
baskom Digunakan untuk membersihkan klien setelah
prosedur,bergantung pada tingkat mobilitas klien.
(13) Tiang intravena
Digunakan untuk menggantung wadah larutan

4. Identifikasi klien dengan benar dan


jelaskan prosedur. Mengurangi ansietas dan meningkatkan kerja
5. Hubungan kantung enema dengan sama.
larutan yang sesuai dan selang rektum.
6. Cuci tangan
Mengurangi penyebaran infeksi.
7. Berikan privasi dengan menutup gorden
Mengurangi rasa malu klien.
di sekesliling tempat tidur atau menutup
pintu ruangan klien.
8. Tinggikan tempat tidur sampai
Meningkatkan penggunaan mekanika tubuh yang
mencapai ketinggian yang nyaman
baik dan meningkatkan keamanan klien.
untuk perawat bekerja dan tinggikan
kerangka pengaman tempat tidur pada
sisi yang berlawanan dengan tempat
anda berdiri.
9. Bantu klien untuk mengambil posisi
Sim dengan lutut kanan difleksikan. Memungkinkan larutan enema mengalir kea rah
Anak-anak juga dapat ditempatkan pada bawah akibat gaya gravitasi di sepanjang
posisi dorsal rekumben. Atur posisi lengkung alamiah kolon sigmoid dan rectum
klien, yang kontrol sfingternya buruk, di sehingga meningkatkan rtensi larutan. ( klien
atas pispot dalam posisi dorsal yang memiliki kjontrol sfingter yang buruk todak
rekumben yang nyaman. dapat mempertahankan semua larutan enema)
10. Letakkan alas kedap air di bawah
Mencegah linen supaya tidak kotor.
pinggul dan bokong klien.
Memberikan rasa hangat, mengurangi pemaparan
11. Menutupi klien dengan selimut mandi, bagian bagian-bagian tubuh, dan memungkan
sehingga bagian tubuh yang terlihat klien merasa lebih rileks dan nyaman.
hanya daerah rektum.
Memastikan akses untuk menjaga apabila klien
tidak mampu menahan larutan enema.
12. Letakkan pispot atau commode dalam
posisi yang dapat di jangkau dengan
mudah. Apabila klien yang akan
mengeluarkan isi usus ke toilet, pastikan
toilet lancer.
13. Kenakkan sarung tangan sekali pakai.
Mencegah penyebaran mikroorganisme dari feses.

14. Berika enema :


A. Dengan menggunakan wadah sekali
pakai yang sudah di kemas :
(1) Buka penutup plastik dari
ujung rectum. Ujung ini Lubrikasi memungkankan insersi selang rectum
sudah dilumasi, tetapi jeli yang lancar tanpa menyebabkan iritasi atau
dapat di tambahkan lagi trauma pada rektum
sesuai kebutuhan.
(2) Dengan perlahan regangkan
belahan bokong dan cari
Menghembuskan napas akan meningkatkan
rectum. Intruksikan klien
relaksasi sfingter anus eksterna.
untuk rileks dengan
mengeluarkan napas secara
perlahan melalui mulut.
(3) Masukkan ujung botol
dengan perlahan ke dalam
rektum. Masukkan lagi
ujung botol tersebut sejauh
7,5-10 cm pada orang Mencegah trauma pada mukosa rektum

dewasa, 5-7,5 cm pada anak,


dan 2,5-3,75 cm pada bayi.

(4) Peras botol sampai semua


larutan masuk ke dalam
Hanya di perlukan sejumlah kecil larutan
rectum dan kolon.
hipertonik untuk menstimulasi defekasi.
(kebanyakan botol berisi
sekitar 250 ml larutan)
B. Menggunakan kantung larutan
enema :
(1) Tambahkan larutan hangat ke
dalam kantung enema. Air panas dapat membakar mukosa usus. Air
(hangatkan air saat keluar dari dingin dapat menimbulkan kram abdomen dan
keran. Letakkan wadah salin di larutan sulit di tahan di dalam usus.
dalam baskom yang berisi air
panas sebelum menambahkan
salin ke dalam kantung enema)
perikasa suhu larutan dengan
menggunakan termometer air
mandi atau dengan menuangkan
sejumlah kecil larutan ke atas
pergelangan bagian dalam.
(2) Tinggikan wadah, bebaskan
klem dan biarkan larutan Mengeluarkan udara dari selang.

mengalir cukup lama untuk


mengisi selang.
(3) Klem kembali selang Mencegah kehilangan larutan lebih banyak.

(4) Lumasi 7,5-10 cm ujung selang Memungkinkan memasukkan selang rektum

rectum dengan jeli pelumas. dengan lancar tanpa menimbulkan risiko iritasi
atau trauma pada mukosa.

(5) Dengan lembut regangkan Menghembuskan napas akan meningkatkan


belahan bokong dan cari rektum.
Instruksikan klien untuk rileks relaksasi sfingter anus eksterna.
dengan mengeluarkan napas
secara perlahan melalui mulut.
(6) Masukkan ujung selang rektum
dengan perlahan dengan Mencegah trauma pada mukosa rektum akibat
mengarahkan ujung selang ke gesekan selang pada dinding rektum yang tidak
arah umbilikus. Masukkan disengaja. Pemasukkan selang diluar batas yang
sepanjang 7,5 sampai 10 cm seharusnya dapat menimbulkan perforasi usus.
untuk orang dewasa dan, 5
sampai 7,5 cm untuk anak, dan
2,5 sampai 3,75 cm untuk bayi.

(7) Tahan supaya selang tetap di


rektum secara konstan sampai Kontraksi usus dapat menyebabkan selang rektum
semua larutan dimasukkan. keluar.
(8) Buka klem pengatur dan biarkan
larutan masuk secara perlahan
Infusi larutan yang cepat dapat menstimulasi
dengan wadah berada pada
keluarnya selang rektum.
ketinggian pinggul klien.
(9) Naikkan tinggi wadah enema
secara perlahan sampai
Memungkinkan infusi larutan secara lambat dan
ketinggian yang tepat di atas
kontinu. Menaikkan wadah terlalu tinggi
pinggul: 30-45 cm untuk enema
menebabkan infusi berjalan dengan cepat dan
tinggi, 7,5 cm untuk enema
kemungkinan dapat menimbulkan distensi kolon
rendah. Waktu memasukkan
yang nyeri. Tekanan yang tinggi dapat
enema bervariasi sesuai dengan
menyebabkan ruptur usus pada bayi.
volume larutan yang diberikan
(mis.,1 L dalam 10 menit) dan
juga sesuai dengan kemampuan
klien untuk menerima kecepatan
infusi yang diberikan.
(10) Rendahkan wadah atau klem
selang jika klien mengeluh Penghentian sementara infusi akan mencegah
merasakan kram atau jika cairan kram. Kram dapat mencegah klien
keluar dari sekitar selang mempertahankan semua cairan sehingga
rektum. mengubah keefektifan enema.

(11) Klem selang setelah semua


larutan dimasukkan. Mencegah masuknya udara ke dalam rektum.

15. Tempatkan helaian tisu toilet di


sekeliling selang di daerah anus dan Memungkinkan kenyaman dan kebersihan klien.
tarik selang rektum secara perlahan.

16. Jelaskan kepada klien bahwa perasaan Larutan mendistensi usus. Lamanya klien
distensi adalah normal. Minta klien menahan larutan bervariasi sesuai dengn tipe
untuk mempertahankan larutan selama enema dan kemampuan klien mengontraksikan
mungkin selama berbaring dengan sfingter anus. Menahan larutan yang lebih lama
tenang di tempat tidur. (Untuk bayi atau akan meningkatkan stimulasi peristaltik dan
anak yang masih kecil, tahan belahan defekasi dengan lebih efektif.
bokongnya secara bersamaa selama
beberapa menit).

17. Buang wadah dan selang enema di


Mengontrol penyebaran dan pertumbuhan
tempat sampah yang tepat atau
mikroorganisme.
bersihkan keseluruhan wadah
dengan menggunakan sabun dan air
hangat, jika akan digunakan
kembali.

18. Lepas sarung tangan dengan


Mencegah penyebaran mikroorganisme.
membalik bagian dala keluar dan
buang di tempat sampah.
19. Bantu klien ke kamar mandi atau Posisi jongkok yang normal, meningkatkan
bantu memposisiskan klien ke atas defekasi.
pispot atau kursi toilet.

20. Observasi karakter feses dan larutan


Apabila enema diprogramkan untuk diberikan
(ingatkan klien untuk tidak
“sampai jernih” sangatlah penting untuk
menyiram feses sebelum diperiksa
memantau isi larutan yang dikeluarkan.
terlebih dahulu). Inspeksi karakter
Menentukan apakah feses dikeluarkan atau
feses dan cairan yang dikeluarkan.
apakah cairan ditahan.
21. Bantu klien sesuai kebutuhan untuk
kandungan feses dapat mengiritasi kulit. Higiene
membersihkan area anus dengan
meningkatkan rasa nyaman.
menggunakan sabun dan air hangat.

22. Cuci tangan.


Mengurangi penyebaran infeksi.
23. Observasi klien (terutama lansia)
Klien dapat mengalami kehilangan cairan dan
untuk melihat adanya tanda dan
elektrolit akibat pemberian enema.
gejala ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit dan/atau perubahan
frekuensi denyut nadi.

24. Catat informasi yang berhubungan,


mengomunisasikan informasi yang berhubungan
termasuk tipe dan volume enema
kepada semua anggota tim perawatan kesehatan.
yang diberikan dan warna, jumlah,
Pencatatan yang segera akan meningkatkan untuk
serta konsistensi feses yang
mencegah pendokumentasian hasil terapi.
dikeluarkan.
3. Pemberian Huknah

Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui anus rektum sampai
kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya untuk mengeluarkan feses dan flatus.
Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing
(membersihkan) , carminative (untuk mengobati flatulance), retensi (menahan), dan
mengmbalikan aliran.

a. Huknah Rendah
Huknah rendah adalah tundakan keperawtan dengan cara memasukan air hangat ke
dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah
rendah di laksanakan sebelum operasi persiapan pembedahan) dan pasien yang
mengalami obstipasi.
Tujuan:
1. Mengosongkan usus pada pra pembedahan untuk mencegah hala” yang tidak
inginkan selama oprasi berlangsung seperti BAB.
2. merangsangh buang air besar atau merangsang peristaltic usus untuk
mengeluarkan feses karena kesulitan untuk dfekasi ( pada pasien sembelit ).

Alat dan bahan :


1. Pengalas
2. Irigator Lengkap Dengan Kanula Rectal Dan Klem

3. Cairan Hangat ( 700-1000 Ml Dengan Suhu 40,5 Derajat – 43 Derajat C )

4. Bengkok

5. Jeli

6. Pispot

7. Sampiran

8. Sarung Tangan

9. Tissue

Prosedur kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien di rawat di bangsal
umum
4. Atur posisi pasien dengsn posisi Sims kiri.
5. Pasang pengalas di bawah area gluteal.
6. Siapkan bengkok di dekat pasien.
7. Irrigator di isi cairan hangat dan hubungkan kanula reknali. Kemudian periksa
alirannya dengan membuka kanula rektal dan keluarkan air ke bengkok dan
beri jeli pada kanula.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Masukkkan kanula kira-kira 7,5-15 cm ke dalam rektum ke arah kolon
desendens sambil pasien di minta menarik napas panjang dan pegang irrigator
setinggi 50 cm dari tempat tidur dan buka klemnya . air yang dialirkan sampai
pasien menunjukkan keinginan untuk defekasi .
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot
atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah
sekitar anus hingga bersih dan keringkan pakai tisu.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12. Catat jumlah fese yang kleuar, warna, kepadatan, dan respon pasien.

b. Huknah Tinggi

Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon asendens
dengan menggunakan kanula usus. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang
akan dilakukan tindakan pembedahan umum.

Tujuan :

Mengosongkan usus untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan , seperti buang
air besar selama prosedur operasi dilakukan atau pengosongan sebagai tindak
diagnostik atau pembedahan.

Alat dan Bahan :


1. Pengalas
2. Irrigator lengkap dengan kanula usus
3. Cairan hangat ( 700-1000 ml dengan suhu 40,5 derajat – 43 derajat C )
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot
7. Sampiran
8. Sarung tangan
9. Tissue

Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan meletakan sampiran bila pasien berada dalam bangsal umum
atau bila pasien berada dalam ruang privat cukup dengan menutup pintu kamar.
4. Atur posisi pasien dengan posisi sims kanan.
5. Pasang penaglas dibawah daerah anus.
6. Siapkan bengkok dekat pasien.
7. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu dan hubungkan kanula usus,
kemudian periksa aliran dengan membuka kanula usus dan mengeluarkan air ke
bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula tersebut.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Masukkan kanula ke dalam rectum kea rah kolon asendens (7.5-15cm) sambil
pasien diminta menarik nafas panjang dan pegang irrigator setinggi 30 cm dari
temapt tidur dan buka klem sampai air mengalir dan menimbilkan rasa ingin
defekasi.
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila ada rasa ingin defekasi dan pasang
pispot dan anjurkan ke toilet, bila pasien tidak mampu ke toilet bersihkan dengan
menyiram daerah perineum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
11. Cuci tangan.
12. Catat jumlah, warna, konsistensi, dan respon pasien terhadap tindakan.

4. Membantu Pasien Buang Air Besar Dengan Menggunakan Pispot (PO)


- Pispot Laki-laki (Urinal)
- Pispot untu BAB bagi klien yang tidak mampu mengangkat bokongnya lebih tinggi
(Stilitje)

1. Pengertian
Membantu pasien yang hendak buang air besar

2. Tujuan
a. Membantu pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
b. Mengurangi pergerakan pasien
c. Mengetahui adanya kelainan feses

3. Persiapan
a. Persiapan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek
selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

b. Persiapan alat
1) Pispot
2) Air dalam botol
3) Kapas cebok/toilet tissue dalam tempatnya
4) Sarung tangan bersih, masker dan celemek
5) Bengkok
6) Selimut/kain penutup
7) Perlak dan alasnya
8) Sampiran
9) Bel bila tersedia
4. Prosedur
a. Pintu ditutup atau pasang sampiran
b. Pasang perlak dan alasnya
c. Cuci tangan, pasang celemek, masker, sarung tangan bersih dan berdiri disisi klien
d. Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan kemudian bagian badan yang terbuka
ditutup dengan selimut atau kain penutup yang tersedia
e. Klien dianjurkan menekuk lututnya dan mengangkat bokong (jika perlu dibantu
oleh perawat lain)
f. Pispot diatur sampai terletak dibawah bokong klien, jika klien tidak dapat
melakukannya sendiri, perawat membantu dengan mengangkat bokong klien
menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur pispot sampai terpasang tepat
dan nyaman
g. Bila klien sudah selesai, kakinya direnggangkan dan selimut dibuka. Anus dan
daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok (tangan kanan menyiram dan
tangan kiri membersihkan). Kapas cebok dibuang kedalam pispot. Angkat pispot
dan tutup kembali
h. Bila klien ingin membersihkan sendiri, perawat membantu menyiramkan air
i. Keringkan bokong klien dengan pengalas
j. Klien dirapihkan
k. Alat dirapihkan
l. Pintu dan sampiran dibuka
m. Mencuci tangan
n. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan
klien
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan
dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam menangani masalah eliminasi alvi,perawat harus memahami eliminasi normal


dan faktor- faktor yang meningkatkan atau menghambat eliminasi asuhan keperawatan yang
mendukung akan menghormati dan kebutuhan emosional klien. Tindakan yang dirancang
untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa ketidaknyamanan.
Dampak yang dapat terjadi akibat dari gangguan sistem gastrointestinal sangatlah beragam
mulai dari konstipasi, diare, inkontinensia usus, dan hemoroid fecal infection.

- Enema adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui anus rektum sampai
kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan
flatus.

- Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing
(membersihkan), carminative (untuk mengobati flatulance), retensi (menahan), dan
mengembalikan aliran.

- Menolong membuang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan


keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang tidak mampu buang air besar secara
sendiri dikamar kecil dengan cara menggunakan pispot (penampung) untuk buang air besar
ditempat tidur, dengna tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi alvi (BAB)
Daftar Pustaka

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC

Puruhito.1995. Dasar-Dasar Pemberian Cairan Dan Elektrolit Pada Kasus-Kasus Bedah.


Universitas Airlangga: Press Surabaya

http://subhankadir.files.wordpress.com//menggunakan-pispot.html
http://andysmar.blogspot.com//2012/09/makalah-pemberian-huknah.html
http://kuatkitabersama.wordpress.com/2012/05/page/2/
http://kuatkitabersama.wordpress.com/2012/05/11/enemahuknahklisma/
http://bangeud.blogspot.com/2011/01/penampung-bab-menggunakan-bedpan-dan.html
http://rulinoviansah.wordpress.com/2012/12/06/prosedur-tindakan-bab-dan-bak/

Anda mungkin juga menyukai