Anda di halaman 1dari 12

Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


A. Definisi halusinasi
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang
diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan suatu
pengurangan, berlebih – lebihan, distorsi atau kelainan berespon
terhadap semua stimulus (Towsend, 1998).
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca
indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua
sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu
penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali
beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari
lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah
kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian
traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa
takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat
mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. (Budi
Anna Keliat, 2005).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera
tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2007).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan halusinasi adalah

1
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

suatu keadaan dimana seseorang mengalami satu gangguan sensori


persepsi terhadap lingkungan sekitar tanpa ada stimulus luar baik
secara penglihatan, pendengaran, pengecapaan, perabaan dan
penciuman.
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Proses predisposisi
Etiologi, Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi
adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

2
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
B. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu
terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
C. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri
(Stuart & Sundeen, 1998). Mekanisme koping merupakan upaya

3
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

langsung dalam mengatasi stress yang berorientasi pada tugas yang


meliputi pencegahan langsung, mengurangi ancaman yang ada.
Mekanisme koping yang sering dilakukan oleh klien dengan halusinasi
adalah regrasi yaitu berhubungan dengan masalah proses informasi
dan upaya untuk menanggulangi ansietas, klien jadi malas beraktivitas
sehari-hari. Proyeksi yaitu upaya untuk menyelesaikan kehancuran
persepsi dan mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
Denail adalah menghindari kenyataan yang tidak diinginkan dengan
mengabaikan dan mengakui adanya kenyataan ini.
D. Rentang respon halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang
berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini
merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya
akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan)
klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera
walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut
adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan
persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang
tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang
dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang
diterimanya, rentang respon tersebut sebagai berikut:

4
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-kadang  Waham


 Persepsi akurat proses pikir  Halusinasi
 Emosi konsisten terganggu (distorsi  Sulit berespons
dengan pikiran  Perilaku
pengalaman  Ilusi disorganisasi
 Perilaku sesuai  Menarik diri  Isolasi sosial
 Hubungan sosial  Reaksi emosi >/<
harmonis  Perilaku tidak
biasa
E. Fase halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini
klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba
untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.
Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,
pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori
dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan
realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan

5
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini


klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor,
tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan
dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap
perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1
orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
F. Jenis halusinasi
Menurut Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang –
kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak

6
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik


datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin
atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
III. POHON MASALAH

Resiko perilaku mencederai diri sendiri


Akibat

Halusinasi pendengaran dan penglihatan


Core Problem

Penyebab
Isolasi sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


kronis

IV. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI


1. Mengkaji Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira

7
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah


halusinasi dengar atau suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10%
halusinasi penghidu, pengecap, perabaan, senestik dan kinestik.
Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengevaluasi perilaku
pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami oleh
pasien.
2. Mengkaji Isi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata
apabila halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa
bentuk bayangan yang dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya
adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi
penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau
merasakan apa dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
3. Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
pencegahan terjadinya halusinasi. Informasi ini penting untuk
mengidentifikasi pencetus
Data Subjektif
a. Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya:
mendengar suara-suara atau melihat bayangan)
b. Mengeluh cemas dan khawatir
Data Objektif
a. Mudah tersinggung
b. Apatis dan cenderung menarik diri
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang

8
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

berhenti bicara seolah-olah mendengar sesuatu


d. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara
e. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
f. Gerakan mata yang cepat
g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah
h. Kadang tampak ketakutan
i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap
petunjuk yang komplek)
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Resiko mencedrai diri b.d halusinasi pendengaran
B. Gangguan persepsi sensori b.d menarik diri
C. Isolasi social: menarik diri b.d harga diri rendah kronis

9
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI

Pada pasien
SP I p
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik
8. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP II p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan
orang lain
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP III p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan (yang
biasa dilakukan pasien).
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP IV p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat
(prinsip 5 benar minum obat).
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

10
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

Pada keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis
halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien halusinasi
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

11
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM
Program Profesi Ners STKIM-Stase Komunitas 2017

DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Edisi 2. Jakarta. EGC.

Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA:


Mosby Company.

Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Jakarta :
EGC.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

12
Ade Indra, S.Kep. – Program profesi ners STIKIM

Anda mungkin juga menyukai