Anda di halaman 1dari 10

Efek Hipoglisemik Kedele dan Tempe – Wulan, dkk

Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 94 – 102

Pengujian Efek Hipoglisemik Kedele, Fraksi Protein Kedele dan Tempe


pada Tikus Diabetes

Siti Narsito Wulan 1, Mary Astuti 2 , Y. Marsono 2, Zuheid Noor 2


1. Staf Pengajar Jurusan THP-FTP Unibraw
2. Staf Pengajar Jurusan TPHP-FTP UGM

Abstrak

Telah dilakukan pengujian efek hipoglisemik kedele, fraksi protein kedele dan
tempe pada tikus yang diinduksi diabetes dengan injeksi alloxan. Kadar glukosa darah
dan urin diukur untuk melihat efek ini.
Pada pengujian efek hipoglisemik, efek hipoglisemik terbesar adalah pemberian
pakan protein dengan penurunan kadar glukosa darah dari 37.25 menjadi 5.48
mg/dl/hari/g karbohidrat yang dikonsumsi (85%) pada hari ke 11, disusul pakan tempe
dengan penurunan kadar glukosa darah sebesar 51% dari 31.57 menjadi 15.59
mg/dl/hari/g karbohidrat yang dikonsumsi. Pakan kedele mempunyai efek hipoglisemik
terendah dengan penurunan kadar glukosa darah dari 47.47 menjadi 27.70 mg/dl/hari/g
karbohidrat yang dikonsumsi (42%). Pada pengukuran kadar glukosa urin menunjukkan
pola yang sama dengan kadar glukosa darah.

Keywords : Efek hipoglisemik, kadar gula darah, kedele, tempe

Hypoglycemic Effect Determination of Soybean, Soybean Protein Fraction


and Tempe in Diabetic Rats

Abstract

Hypoglicemic effect of soybean, soybean protein fraction and tempe was


determined in alloxan-induced diabetic rats. Blood glucose and urinary glucose level
were measured to determine this effect.
Soybean protein fraction had the highest hypoglicemic property. It lowered
blood glucose level from 37.35 to 5.48 mg/dl/day/g carbohydrate consumed (85%).
Tempe showed lower hypoglycemic effect than soybean protein fraction. Blood glucose
level decreased 51%, from 31.57 to 15.59 mg/dl/day/g carbohydrate consumed. Soybean
had the lowest hypoglycemic effect. It lowered blood glucose level from 47.47 to 27.70
mg/dl/day/g carbohydrate consumed (42%). Urinary glucose level had the same pattern
as blood glucose level.

Keywords : Hypoglicemic effect, blood glucose level, soybean, tempe.

PENDAHULUAN ditemukan pada kasus IDDM (Insulin


Beberapa penyakit degeneratif Dependent Diabetes Mellitus) terutama
seperti kanker, kardiovaskuler, arthritis, yang berkaitan dengan faktor imunologi.
syndroma Parkinson, alzhemeir dan late Respon peradangan non spesifik seperti
on-set diabetes banyak dihubungkan produksi makrofag cytokin menginduksi
dengan terbentuknya radikal bebas pelepasan radikal oksigen dan nitrit
oksigen (Annonim, 1992; Gitawati, oksid yang menyerang sel β (Annonim,
1995; Aruoma, 1998). Penyakit 1994). Induksi diabetes pada hewan
diabetes yang dipicu oleh radikal bebas percobaan dapat dilakukan dengan

94
Efek Hipoglisemik Kedele dan Tempe – Wulan, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 94 – 102

injeksi alloxan. Alloxan menyebabkan pengrajin tempe di Bantul, tepung tempe


destruksi selektif terhadap sel β (Lenzen dibuat dengan metode Astuti (1997).
dkk., 1996). Okamoto (1996) Fraksi protein kedele dibuat dengan
melaporkan bahwa aksi alloxan dalam metode Noor (2000). Bahan untuk
mendestruksi sel β tersebut melalui pakan tikus mengacu pada American
pembentukan radikal bebas oksigen Institute of Nutrition (AIN 1993) yaitu
yang terakumulasi pada sel β dan kasein, pati jagung, minyak jagung dan
menyebabkan kerusakan sel β. sukrosa dari Toko Tekun Jaya
Destruksi sel β menyebabkan gangguan Yogyakarta, campuran mineral (AIN 93
dalam produksi dan sekresi insulin yang G) dan campuran vitamin (AIN 93 VX)
mengakibatkan hiperglisemia (kadar [ ICN, Biomedical ICA, USA] untuk
glukosa darah yang tinggi). tikus. Alloxan [ 5,6-dioxyuracyl]
Kedele dilaporkan dapat tetrahydrate [Sigma Co] untuk induksi
menurunkan kadar glukosa darah (Noor, diabetes. Reagensia untuk analisis
1998). Iritani dkk. (1997) juga kimia ; analisis proximat [E Merck
melaporkan bahwa pemberian diet Darmstadt],. Kit Blood Glucose
protein kedele pada tikus menyebabkan Monitoring System " Sure Step"
kadar glukosa darahnya lebih rendah [Lifescan inc. a Johnson & Johnson Co.
dibandingkan diet protein kasein. Diet CA, USA], kit Glucose "Uricsan"
protein kedele juga meningkatkan kadar [Yeongdong Pharmaceutical Co. Seoul,
insulin serum. Asam-asam amino Korea]. Hewan coba yang digunakan
seperti arginin, leusin dan lysin (Watts adalah tikus Sprague-Dawley dengan
dan Ahren dalam Rudiyanto dkk. 1995) berat badan awal 200-300 g yang
serta glutamat (Bertrand dkk. dalam diperoleh dari Balai Pemeriksaan Obat
Weaver dkk. 1998) diketahui dapat dan Makanan (Dirjen POM) Jakarta.
memacu sekresi insulin. Keberadaan
asam-asam amino tersebut dalam protein 1. Persiapan Komponen Utama
kedele diduga menyebabkan terjadinya Penyusun Pakan
efek hipoglisemik pada penelitian Noor a. Kedele (varietas Mallabar,. kedele
(1998) dan Iritani dkk.(1997). Tempe digiling kemudian diayak dengan
merupakan produk hasil olahan kedele ayakan 60 mesh.
yang telah banyak dikonsumsi oleh b. Fraksi protein kedele, tepung kedele
masyarakat Indonesia dengan nilai gizi diekstraksi pada pH 4 kemudian
yang tinggi. Tempe daya cernanya juga disentrifugasi (3600 rpm , 15 menit).
meningkat dibandingkan kedele Endapan diekstraksi (pH 9) dan
(Kasmidjo, 1990), sehingga mudah disentrifugasi (3000 rpm, 15 menit).
untuk dipecah menjadi asam-asam Supernatan diatur pH 4 untuk
amino untuk segera diabsorbsi dan mengendapkan proteinnya dan
dimetabolisme Tujuan penelitian ini disentrifugasi (3600 rpm, 20 menit).
adalah menguji efek pakan kedele, fraksi Endapan protein dikukus 10 menit,
protein kedele dan tempe dalam dikeringkan sehinga diperoleh fraksi
menurunkan kadar glukosa darah. protein.
c. Tempe, kedele direndam 12
BAHAN DAN METODE jam,.selanjutnya dicuci dan direbus
selama 1 jam. Kedele rebus dicuci ,
Bahan penelitian dipisahkan keping dan kulit arinya.
Bahan utama dalam penelitian Keping kedele direbus 0,5 jam,
ini adalah kedele varietas Mallabar ditiriskan setelah dingin diinokulasi
diperoleh dari Balai Benih Wonocatur dengan ragi komersial (1-2 g /kg kedele)
Kabupaten Gunung Kidul. Tempe dan difermentasi selama 36 jam menjadi
dibuat dari kedele tersebut oleh tempe. Tempe diiris halus dikeringkan,

95
Efek Hipoglisemik Kedele dan Tempe – Wulan, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 94 – 102

kemudian diblender sehingga dihasilkan kedele dan tempe untuk melihat efek
tepung tempe. hipoglisemik dari pemberian pakan ini
2. Persiapan pakan perlakuan pada tikus diabetes dan kontrolnya. Ada
Pakan perlakuan diformulasikan 4 jenis pakan yang diberikan yaitu pakan
untuk mencapai isokalori dan standart, pakan kedele, pakan protein
isonitrogen. Protein kasein dalam pakan dan pakan tempe. Komposisi pakan
standart (AIN, 1993) diganti dengan tercantum dalam Tabel 1.
protein dari kedele, fraksi protein

Tabel 1. Komposisi Pakan Tikus (g/kg)


Komposisi P. Standart P. Kedele P. Protein P. Tempe
Pati jagung 620,692 544,905 584,707 552,960
Kasein 140,000 0,000 0,000 0,000
Kedele 0,000 328,366 0,000 0,000
Protein 0,000 0,000 217,829 0,000
Tempe 0,000 0,000 0,000 273,878
Sukrosa 100,000 100,000 100,000 100,000
Minyak kedele 40,000 0,000 0,000 0,000
Serat 50,000 0,000 53,319 30,591
Mineral mix 35,000 12,420 29,837 28,263
Vitamin mix 10,000 10,000 10,000 10,000
Kholin bitartrat 2,500 2,500 2,500 2,500

3. Bioassay c. Sehari setelah pemberian pakan


Tikus Sprague Dawley perlakuan, masing-masing tikus
sebanyak 40 ekor dengan berat 300-500 ditimbang berat badannya serta
g dibagi secara acak menjadi 4 diukur kadar glukosa darah dan
kelompok. Masing-masing kelompok urinnya. Selanjutnya setiap 5 hari
diberikan 4 jenis pakan yaitu pakan sekali selama 1 bulan dilakukan
standart, pakan kedele, pakan protein penimbangan berat badan serta
dan pakan tempe. Tikus dipelihara pengukuran kadar glukosa darah dan
dalam kandang individual dengan suhu urin.
dijaga ± 25°C. d. Sisa pakan setiap hari ditimbang
a Sebelum diberi pakan perlakuan, tikus untuk mengetahui jumlah konsumsi
diadaptasikan dahulu dengan diet pakan masing-masing tikus.
standart selama 4 hari. Pada akhir Data yang diperoleh dari percobaan
periode adaptasi, tikus dipuasakan dengan rancangan tersebut dianalisa
selama 24 jam namun tetap diberi statistik menggunakan ANAVA. Jika
minum secara ad libitum. Setelah terdapat perbedaan antar perlakuan yang
dipuasakan tikus ditimbang berat signifikan dilanjutkan dengan uji
badannya dan diukur kadar glukosa DMRT.
darah dan glukosa urin.
b. Selanjutnya ke-4 kelompok tikus HASIL DAN PEMBAHASAN
secara acak setengahnya diinjeksi
alloxan secara intravena dengan Efek hipoglisemik pakan
dosis 70 mg/kg berat badan untuk
menginduksi diabetes. Baik a. Perubahan kadar glukosa darah
kelompok yang diinjeksi alloxan Perubahan kadar glukosa darah
maupun yang tidak masing-masing dihitung tiap gram konsumsi karbohidrat
diberi pakan perlakuan (standart, pakan, sehingga dapat dketahui pakan
kedele, protein, tempe). mana yang mempunyai sifat

96
Efek Hipoglisemik Kedele dan Tempe – Wulan, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 94 – 102

hipoglisemik paling tinggiditunjukkan dari 2 ekor tikus yang hidup sampai


pada Gambar 1 dan Gambar 2. akhir pengujian. Tiga ekor yang lainnya
Pada tikus standart yang dengan perlakuan sama (standart injeksi
diinjeksi alloxan terlihat bahwa tidak alloxan ) mati sebelum pengujian
ada peningkatan glukosa darah setelah berakhir dengan pengukuran kadar
injeksi alloxan. Data tersebut berasal glukosa darah terakhir 600 mg/dl.

6
Standart
Kedele
5 Protein
Perub. kadar glukosa darah
(mg/dl/hari/g karbohidrat)

Tempe
4

0
0 1 6 Hari ke- 11 16 21

Gambar. 1. Perubahan kadar glukosa darah tikus yang diberi


pakan perlakuan dan tidak diinjeksi alloxan

50
Standart
45 Kedele
Protein
Tempe
Perub. kadar glukosa darah

40
(mg/dl/hari/g karbohidrat)

35
30
25
20
15
10
5
0
0 1 6 Hari ke- 11 16 21

Gambar. 2. Perubahan kadar glukosa darah tikus yang


diberi pakan perlakuan dan diinjeksi alloxan

Pemberian pakan perlakuan mg/dl/hari/g konsumsi karbohidrat


(kedele, fraksi protein dan tempe) menjadi 5.48 mg/dl/hari/g konsumsi
menghasilkan penurunan kadar glukosa karbohidrat) disusul pakan tempe ( dari
darah pada pengamatan hari ke-11. 31.57 mg/dl/hari/g konsumsi karbohidrat
Penurunan paling tajam adalah pada menjadi 15.59 mg/dl/hari/g konsumsi
pemberian pakan protein (dari 37.35 karbohidrat) dan terakhir kedele (dari

97
Efek Hipoglisemik Kedele dan Tempe – Wulan, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 94 – 102

47.47 mg/dl/hari/g konsumsi karbohidrat 1997; Tse dkk, 1995; Watts dan Ahren
menjadi 27.7 mg/dl/hari/g konsumsi dalam Rudiyanto dkk,1995; Ganong,
karbohidrat). 1983), leusin, lisin, fenilalanin (Watts
Ketiga jenis pakan tersebut dan Ahren dalam Rudiyanto, 1995) serta
adalah bahan berprotein. Mekanisme glutamat (Bertrand dkk. dalam Weaver
penurunan glukosa darah oleh intake dkk, 1998). Keberadaan asam-asam
makanan berprotein bermacam-macam. amino tersebut dalam pakan diharapkan
Gulliford dkk (1989) menyatakan bahwa dapat memacu sekresi insulin dan
pemasukan protein dan karbohidrat meningkatkan toleransi glukosa pada
secara oral dan enteral diketahui penderita diabetes. Komposisi asam
mengurangi laju motilitas jejunal dan amino menurun pada fermentasi kedele
laju aliran postprandial dalam usus menjadi tempe dan ekstraksi protein
halus bagian atas sehingga mengurangi kedele. Begitu pula komposisi asam
respon glukosa darah terhadap amino yang diduga memacu sekresi
karbohidrat. Makanan yang insulin pada fraksi protein dan tempe
memberikan respon glisemik rendah lebih rendah dibandingkan dengan
direkomendasikan untuk subyek kedele (data tidak ditunjukkan). Tetapi
diabetes (Gulliford dkk. 1989). efek hipoglisemik yang ditimbulkan
Mekanisme lainnya melibatkan justru pada pakan protein yang paling
hormon gastrointestinal dan enzim- besar, disusul tempe dan kemudian
enzim pemecahan makanan. Hormon kedele. Kemungkinan pemacuan sekresi
gastrointestinal menyediakan insulin tidak dipengaruhi oleh besarnya
lingkungan khemis dan enzim-enzim asam amino tertentu yang mempunyai
yang dibutuhkan untuk pemecahan sifat tersebut yang menyusun bahan
menjadi substrat yang kurang kompleks pangan, tetapi bioavailabilitas- nya.
termasuk di dalamnya kerja enzim- Fraksi protein kedele sudah dipisahkan
enzim pankreatik pemecah protein dari bahan-bahan lain penyusun kedele
menjadi peptida dan asam amino. meskipun tidak hanya terdiri atas
Pemacuan enzim-enzim pankreatik proteinsaja, tetapi komposisi bahan
pemecah protein oleh hormon-hormon yang lain menurun. Fraksi protein
gastrointestinal mungkin juga memacu kemungkinan lebih available karena
sekresi hormon insulin di pankreas bentuk terikatnya dengan komponen lain
selama pencernaan makanan (Hurley berkurang, sehingga mudah dicerna,
dkk. 1995). Setelah intake makanan, diabsorbsi dan dimetabolisme
kecenderungan naiknya pelepasan (Erbersdobler, 1993). Tempe daya
insulin terjadi sebelum konsentrasi cernanya juga meningkat dibandingkan
glukosa darah naik. Di bawah kondisi kedele (Kasmidjo, 1990), sehingga
ini, sekresi insulin dimediatori oleh mudah untuk dipecah menjadi asam-
sistem gastrointestinal dan sinyalnya asam amino untuk segera diabsorbsi dan
adalah humoral (Jubiz, 1979). Hormon dimetabolisme. Hal ini didukung oleh
gastrointestinal seperti glukagon dan Woellever dan Bolognessi (1996) yang
sekretin memainkan peranan penting menyatakan bahwa efek respon dosis
dalam sekresi insulin (Ganong, 1983). protein terhadap sekresi insulin tidak
Protein tersusun atas asam-asam linier. Tidak berarti bahwa makin besar
amino. Hurley (1995) menyatakan jumlah protein yang diberikan makin
bahwa asam-asam amino yang besar pula respon insulinnya.
dibebaskan selama pencernaan protein Iritani (1997) mengemukakan
dapat mempengaruhi sekresi insulin. mekanisme lain dari pengaruh protein
Beberapa asam amino yang diduga terhadap sekresi insulin. Mekanisme ini
dapat memacu sekresi insulin secara tidak langsung yaitu dengan
diantaranya adalah arginin (Iritani, mempengaruhi ekspresi gen dependen

98
Efek Hipoglisemik Kedele dan Tempe – Wulan, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 94 – 102

insulin. Protein mempengaruhi ekspresi meningkatkan kadar glukosa darah


gen reseptor insulin. Pada penelitiannya melalui mekanisme glikolisis di liver.
ditunjukkan bahwa konsentrasi reseptor Glukosa hasil dari glikolisis di otot dan
mRNA insulin dalam jaringan liver dan jaringan adipose digunakan in situ tidak
adipose secara nyata lebih besar pada masuk ke peredaran darah karena otot
tikus obese maupun kurus yang diberi dan jaringan adipose tidak mempunyai
diet protein kedele dibandingkan diet enzim glukosa-6 fosfatase seperti liver
kasein. Meningkatnya konsentrasi (Linder, 1991). Cadangan glikogen
reseptor mRNA insulin dalam jaringan dalam liver, otot dan adipose sangat
tentunya akan meningkatkan pegikatan terbatas (Linder, 1991) hanya 5% dari
insulin pada reseptor dan jumlah glukosa yang dikonsumsi
memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi (Ganong, 1983), sehingga glukosa yang
anabolik yang dimediatori oleh insulin dihasilkan dari glikolisis oleh glukagon
termasuk didalamnya uptake glukosa ke di liver juga terbatas. Pada penelitian ini
dalam jaringan yang mengakibatkan tidak diamati rasio insulin/glukagon
pengurangan kadar glukosa darah yang mempengaruhi kadar glukosa
ekstraseluler. Linder (1991) darah.
menjelaskan secara lebih mendalam Berkembangnya teori tentang
mekanisme aksi insulin pada sel yang timbulnya penyakit degeneratif
dipengaruhi oleh reseptor. Insulin termasuk diabetes yang dipacu oleh
mungkin dengan bantuan faktor radikal bebas (Aruoma, 1998; Gitawati,
toleransi glukosa (GTF) terikat pada 1995; Annonim, 1992),
membran reseptor. Pengikatan pada melatarbelakangi hipotesa bahwa ada
reseptor mengaktifkan tyrosin kinase hubungan antara efek antioksidatif
dalam reseptor yang selanjutnya meng- pakan berbasis kedele yang diujikan
autokatalisis perubahan dalam reseptor dengan efek hipoglisemik yang
yang mengakibatkan perubahan dihasilkannya. Diabetes pada hewan
metabolisme fosfoinositide.dan juga percobaan yang diinduksi oleh alloxan,
menghasilkan aktivasi serine kinase terjadi karena gangguan sekresi insulin
yang menyebabkan fosforilasi dari yang disebabkan oleh kerusakan sel β
berbagai protein termasuk oleh akumulasi radikal bebas dari
multifungsional protein kinase (MFPK). alloxan. Penghilangan atau
Fosforilasi ini meningkatkan transkripsi pengurangan radikal bebas (efek
beberapa protein termasuk transporter antioksidatif) pada sel β kemungkinan
glukosa yang penting untuk uptake dapat mengurangi kerusakan sel β dan
glukosa oleh sel membran dan memperbaiki fungsi insulin sehingga
menstimulasi transfer dari transporter kadar glukosa darah pada tikus diabetes
glukosa dari exosome ke membran sel. dapat diturunkan (efek hipoglisemik).
Efek yang lain juga mengaktifkan Efek hipoglisemik yang terjadi
glykogen syntetase yang mengkatalisa diduga merupakan gabungan dari
pembentukan glikogen dalam sel. Jadi berbagai mekanisme baik melalui
dengan meningkatnya konsentrasi pemacuan sekresi insulin, pengaturan
reseptor pada membran sel berarti juga motilitas di usus maupun stimulasi
meningkatkan konsentrasi dan aktivitas ekspresi gen reseptor insulin dan yang
tyrosin kinase dalam reseptor yang tidak kalah pentingnya meningkatnya
mengawali semua proses biokimiawi sensitivitas jaringan terhadap insulin.
untuk meningkatkan uptake glukosa
dan pembentukan glikogen dalam sel. b. Kadar glukosa urin
Kadar glukosa darah diatur oleh Kadar glukosa darah yang tinggi
insulin dan glukagon yang bekerja pada penderita diabetes akan
secara berlawanan. Glukagon memperberat kerja ginjal. Jika kadar

99
Efek Hipoglisemik Kedele dan Tempe – Wulan, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 94 – 102

glukosa darah melebihi kemampuan sia-sia dan menyebabkan peningkatan


ginjal untuk menahan (± 160-180 mg/dl) eliminasi dari air dan sodium. Biasanya
maka akan terjadi pengeluaran glukosa haus dan peningkatan konsumsi air
melalui urin [glukosuria] ( minum merupakan tindak kompensasi
Wuryastuti, 1992). Kadar glukosa urin terhadap hilangnya air (Wuryastuti,
dapat dilihat pada Gambar 3 dan 1992) Hal ini sesuai dengan gejala
Gambar 4. klinis diabetes yang disebut trias-P (3P),
Hilangnya glukosa melalui urin yaitu, poliuria polidipsia dan polifagia
merupakan pembuangan energi yang (Ismadi dkk, 1992).

5
Kadar glukosa urin (mg/dl/hari/g

4.5
4
3.5
karbohidrat)

3
2.5
2
1.5 Standart
Kedele
1
Protein
0.5 Tempe
0
0 1 6 11 16 21
Hari ke-

Gambar 3. Kadar glukosa urin tikus yang diberi


pakan perlakuan dan tidak diinjeksi alloxan.

250
Standart
Kadar glukosa urin (mg/dl/hari/g

Kedele
200 Protein
Tempe
karbohidrat)

150

100

50

0
0 1 6 11 16 21
Hari ke-

Gambar. 4. Kadar glukosa urin tikus yang diberi


pakan perlakuan dan diinjeksi alloxan

Pada tikus diabetes (kecuali hari ke-6 (Gambar.4) . Hal ini


yang diberi pakan standart) terjadi disebabkan kadar glukosa darah yang
peningkatan kadar glukosa urin yang tinggi sehingga ginjal tidak mampu
mencapai puncaknya pada pengamatan menahan dan dibuang lewat urin

100
Efek Hipoglisemik Kedele dan Tempe – Wulan, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 94 – 102

(Wuryastuti, 1992 ; Ismadi dkk, 1992). Aruoma, O.I 1998. Free Radicals,
Tikus diabetes juga menunjukkan gejala Oxidative Stress and
poliuria, ini terlihat pada kondisi Antioxidant in Human Health
kandang yang selalu basah dibandingkan and Disease. JAOCS. Vol 75.
tikus normal. Glikosuria dan poliuria no. 2. P: 199-212.
merupakan gejala klinis dalam diabetes
(Annonim, 1994). Astuti, M. 1997. Superoxide Dismutase
in Tempe and Antioxidant
KESIMPULAN Enzyme. Its Implication on
Health and Disease.
Pakan protein mempunyai sifat International Tempe
hipoglisemik paling tinggi dengan Symposium. Bali, Indonesia.
penurunan kadar glukosa darah dari
(37.35 menjadi 5.48) mg/dl/hari/g Erbersdobler, H.F., K.H., Lee, D.
konsumsi karbohidrat yang dikonsumsi, Giesecke, 1993. Proteins and
pada hari ke-11( sebesar 85%). Pakan The Bioavailability of Trace
tempe mempunyai efek hipoglisemik di Elements in Humans; in
bawah protein yaitu dari (31.57 menjadi Proceeding Bioavailability,
15,59) mg/dl/hari/g konsumsi 1993. U.Schleimer (edt).
karbohidrat (51%). Pakan kedele
mempunyai hipoglisemik terendah Gannong, F.W. ,1983. Fisiologi
dengan penurunan kadar glukosa darah Kedokteran; tjm Adji Dharma.
sebesar 42% dari (47.47 menjadi 27.70) EGC
mg/dl/hari/g karbohidrat yang
dikonsumsi. Gitawati, R. 1995. Radikal Bebas- Sifat
dan Perannya dalam
Ucapan Terima Kasih Menimbulkan
Dr. Ir. Zuheid Noor Msc., pimpinan Kerusakan/Kematian Sel.
proyek penelitian Hibah Tim URGE Cermin Dunia Kedokteran No.
Hibah Tim Pasca Sarjana Batch IV No. 102: 33-36.
049/HTPP/Des IV/URGE/99 tanggal 9
Maret 1999. Addendum I No. 049/Add Gulliford M.C., E.J. Bicknell, J.H.
I/HTPP/Des IV/URGE/1999 tanggal 5 Scarpello, 1989. Diabetic
April 1999. Subjects. Differential Effect of
Dr.Ir. Djagal W. Marseno Protein and Fat Ingestion on
Drh. Sumiyati, MS. Blood Glucose Responses to
High and Low Glycemix Index
Carbohydrates in Non Insulin-
DAFTAR PUSTAKA Dependent Diabetes Mellitus.
Am. J Clin. Nutr.50: 773-777
Annonim, 1994. Prevention of Diabetes
Mellitus. WHO Tehnical Report Hurley C., Galibuois I., Jaques, H.,
Series. Geneva Switzerland. 1995. Fasting and Postprandial
Lipid and Glucose Metabolisms
Annonim, 1992. To A Great Extent, The are Modulated by Dietary
Answer is Written in Our Protein and Carbohydrates :
Genes. But Which Ones? New Role of Plasma Insulin
Research Offers Tantalizing consentration. J. Nutr. Biochem
Clues. Scientific American 6 : 540-546, 1995.
Dec:87-95.

101
Efek Hipoglisemik Kedele dan Tempe – Wulan, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 94 – 102

Iritani, N., T. Sugimoto, H. Fukuda, M. Soybean Contituents. Laporan


Komija, H. Ikeda, 1997. Penelitian Graduate Team
Dietary Soybean Protein Research Programme (URGE).
Increases Insulin Receptor Gene
Expression in Wistar Fatty Rats Okamoto, H., 1996. Okamoto Model for
when Dietary PUFA Levels is B-Cell Damage : Recent
Low, J. Nutr. 127 : 1077-1083 Advances dalam Lessons from
Animal Diabetes VI. Birkhauser
Ismadi H.M., S.D. Ismadi, S.Rahayu,
1992. Kesalahan Metabolik Rudijanto, A., E.W. Wijayanto, A.T.
Bawaan. PAU Bioteknologi Agustin, 1995. Pengaruh
UGM Yogyakarta. Makanan Kompleks (Mixed
Meal) dan Glukosa Oral
Jubiz, W. 1979. Endocrinology: A terhadap Glukosa Darah dan
Logical Approach for Pelepasan Insulin pada
Clinicians. Mc.Graw-Hill Penderita NIDDM. Jurnal
Kogakusha Ltd. Tokyo. 134- UNIBRAW Vol 7. No. 1.
193.
Tse E.O., F.M. Gregorie, L.J Magnum,
Kasmidjo, R.B., 1990. Tempe: P.R. Johnson, J.S .Stera, 1995.
Mikrobiologi dan Biokimia A Low Protein Diets Lowr Islet
Pengolahan serta Insulin Secretion but Doesnot
Pemanfaatannya. PAU Pangan Alter Hyperinsulinemia in
Gizi UGM. Obese Zucker (fa/fa) Rats. J.
Nutr 125 :1923-1929.
Lenzen, S., M. Tudge, A. Jorns, R.
Munday, 1996. Alloxan Weaver, C.D., V. Grindersen, T.A..
Derivatives as A tool for The Verdoorn, 1998. A High
Elucidation of The Mechanism Affinity Glutamate/Aspartate
of The Diabetogenic Action of Transport System in Pancreatic
Alloxan : Lesson from Animal Islet of Langerhans Modulates
Diabetes VI. Eleazar Glucose-Stimulated Insulin
Shafrir:edt.Birkhauser Boston. Secretion. The Journal of
Biological Chemistry. Vol. 273
Linder, M.C., 1991. Nutritional No. 3: 1647-1653.
Biochemistry and Metabolism
with Clinical Applications. edt. Woelever, T.M.S., C. Bolognessi, 1996.
by: Maria C. Linder. Second ed. Prediction of Glucose and
Prentice-Hall Int. Inc. Insulin Responses of Normal
Noor, Z. 1998. Penjajagan Subjects After Consuming
Kemungkinan Penggunaan Mixed Meals Varying in
Kedele Sebagai Komponen Energy, Protein, Fat,
Makanan Fungsional. Proseding Carbohydrate and Glycemic
Seminar Nasional Tek. Pangan Index. J. Nutr. 126: 2807-2812.
dan Gizi, Yogyakarta.
Wuryastuti, H., 1992. Peranan Nutrisi
Noor, Z., M. Astuti, Y. Marsono. 2000. dalam Kesehatan dan Penyakit.
Hypoglycemic Property, PAU Pangan dan Gizi, UGM,
Mechanism and Mode of Action Yogyakarta.

102
Efek Hipoglisemik Kedele dan Tempe – Wulan, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 94 – 102

103

Anda mungkin juga menyukai