Anda di halaman 1dari 20

MENTERI KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTE R! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 82/PMK.02/2015.

TENTANG

TATA CARA PERHITUNGAN, PENYEDIAAN, PENCAIRAN,


DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA BELANJA PENSIUN
YANG DILAKSANAKAN OLEH
PT TASPEN (PERSERO) DAN PT ASABRI (PERSERO)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTE R! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan program pensiun


yang dilaksanakan oleh PT Taspen (Persero) dan PT Asabri
(Persero), perlu dialokasikan dana belanja pensiun melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. bahwa dalarri rangka penyeragaman ketentuan mengenai


tata cara perhitungan, penyediaan, pencairan,
dan pertanggungjawaban dana belanja pensiun yang
dilaksanakan oleh PT Taspen (Persero) dan PT Asabri
(Persero), perlu mengatur kembali tata cara perhitungan,
penyediaan, pencairan, dan pertanggungjawaban dana
belanja pensiun yang dilaksanakan oleh PT Taspen
(Persero) dan PT Asabri (Persero) yang sebelumnya telah
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
257/PMK.02/20 10 tentang Tata Cara Perhitungan,
Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana
APBN Yang Kegiatannya Dilaksanakan Oleh PT Asabri
(Persero) dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
24/PMK.02/20 13 tentang Tata Cara Perhitungan,
Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana
Belanja Pensiun Yang Dilaksanakan Oleh
PT Taspen (Persero);

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Keuangan tentang Tata Cara Perhitungan,
Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana
Belanja Pensiun Yang Dilaksanakan Oleh PT Taspen
(Persero) Dan PT Asabri (Persero);

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INOONESIA

-2 -

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1966 tentang Pemberian


Pensiun, Tunjangan Bersifat Pensitin, Dan Tunjangan
Kepada Militer Sukarela (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1966 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 28 12);

2. Undang-Undang Nomor 1 1 Tahun 1969 tentang Pensiun


Pegawai Dan Pensiun Janda/ Duda Pegawai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2906);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang


Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia·
Nomor 4400);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 198 1 tentang


Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia: Tahun 198 1 Nomor 37, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3200)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 20 13 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 20 13 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5407);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 198 1 tentang


Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan
Dan Asuransi Pegawai Negeri Menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 198 1 Nomor 38);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 199 1 tentang


Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 199 1
Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3455);

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-3-

9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 199 1 tentang


Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Asuransi
· ·

Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Menjadi


Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 88);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 terttang Tata
Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
3 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4488);
1 1. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2007 tentang
Penyesuaian Pensiun Eks Pegawai Negeri Sipil Departemen
Perhubungan Pada PT Kereta Api Indonesia (Persero)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4783);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 20 10 tentang
Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 20 10 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5 178);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 20 13 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 13
Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5423);
14. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 20 10 tentang
Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara Serta
Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturart Presiden Nomor 135
Tahun 20 14 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 20 14 Nomor 273);
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/20 12
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG TATA CARA


PERHITUNGAN, PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN
PERTANGGUNGJAWABAN DANA BELANJA PENSIUN YANG
DILAKSANAKAN OLEH PT TASPEN (PERSERO) DAN PT ASABRI
(PERSERO).

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIKINDONESIA

-4-

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Dana Belanja Pensiun adalah dana yang sebagian atau


seluruhnya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang digunakan untukmembayar pensiun,
tunjangan anak yatim/piatu, tunjangan anak yatim piatu,
tunjangan orang tua, uang tunggu, uang duka wafat,
pensiun terusan, tunjangan cacat, tunjangan veteran,
·

dan dana kehormatan veteran.

2. Pensiun adalah penghasilan yang diterima oleh penenma


pensiun setiap bulan berdasarkan peraturan perundang­
undangan.

3. Penerima Pensiun adalah mantan Pegawai Negeri Sipil,


mantan prajurit Tentara Nasional Indonesia, mantan
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, mantan
Pejabat Negara, dan janda/dudanya yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan berhak menerima Pensiun.

4. Penerima Tunjangan adalah anak yatim/piatu Penerima·


Pensiun, anak yatim piatu Penerima Pensiun, tunjangan
orang tua prajurit Tentara Nasional Indonesia, tunjangan
orang tua anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat dan
janda/dudanya, Perintis Pergerakan Kebangsaan/
Kemerdekaan, dan anggota Veteran Republik Indonesia
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak
menerima Pensiun.

5. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah


pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Kementerian Negara/ Lembaga.

6. Pembantu Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara


yang selanjutnya disingkat PPA BUN adalah unit organisasi
di lingkungan Kementerian Keuangan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dan bertanggungjawab atas pengelolaan
anggaran yang berasal dari Bagian Anggaran Bendahara
Umum Negara.

www.jdih.kemenkeu.go.id
/
MENTEF<IKEUANGAN
HEPUBLIK INOONESIA

-5-

7. Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara yang


selanjutnya disingkat KPA BUN adalah pejabat pada satuan
kerja dari masing-masing PPA BUN baik di kantor pusat
maupun kantor daerah atau satuan kerja di Kementerian
Negara/Lembaga yang memperoleh penugasali. dari Menteri
Keuangan untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung
jawab pengelolaan anggaran yang berasal dari Bagiah
Anggaran Bendahara Umum Negara.

8. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK


adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA
untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang
dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.

9. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang


selanjutnya disebut PPSPM adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas
permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah
pembayaran.

10. Alimentasi adalah potongan Pensiun dalam rangka


pemberian nafkah kepada anak atau mantan istri Penerima
Pensiun yang diberikan atas dasar putusan pengadilan
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.

BAB II
PENETAPAN PEJABAT PERBENDAHARAAN

Pasal 2

(1) Dalam rangka pengelolaan Dana Belanja Pensiun, Menteri


Keuangan selaku Pengguna Anggaran Bendahara Umum
Negara (PA BUN) mendelegasikan kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan untuk menetapkan KPA BUN.

(2) Penunjukan KPA BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


bersifat ex officio.

(3) KPA BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang


menetapkan pejabat perbendaharaan lainnya.

(4) Pejabat perbendaharaan lainnya sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) meliputi PPK dan PPSPM.

(5) Dalam hal PPK atau PPSPM berhalangan, KPA BUN dapat
merangkap sebagai PPK atau PPSPM.

www.jdih.kemenkeu.go.id
I .

MENTEHIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-6 -

BAB III
PERHITUNGAN DAN PENYEDIAAN ANGGARAN

Pasal 3

(1) PT Taspen (Persero) clan PT Asabri (Persero) mengajukan


usulan kebutuhan Dana Belanja Pensiun untuk tahun_
anggaran berikutnya kepada KPA BUN setiap awal bulan
Januari tahun anggaran berkenaan.

(2) Usulan kebutuhan Dana Belanja Pensiun sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar pertimbangan dalam
merencanakan, menetapkan, dan mengesahkan alokasi
Dana Belanja Pensiun tahun anggaran berikutnya.

Pasal 4

Proses perencanaan, penetapan alokasi, dan pengesahan


dokumen pelaksanaan anggaran Dana Belanja Pensiun
dilaksanakan sesum dengan .ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pengelolaan anggaran
Bendahara Umum Negara.

BAB IV
PENCAIRAN DANA BELANJA PENSION

Pasal 5

(1) Dalam rangka pencairan Dana Belanja Pensiun, PT Taspen


(Persero) dan PT Asabri (Persero) masing-masing:
a. menyampaikan nama dan spesimen tanda tangan
pejabat yang diberi kewenangan untuk dan atas nama
PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) mengajukan
dan menandatangani dokumen tagihan pencairan Dana
Belanja Pensiun kepada KPA BUN; dan
b. membuka 1 (satu) rekening atau lebih yang digunakan
khusus untuk menampung Dana Belanja Pensiun
berdasarkan persetujuan dari KPA BUN.

(2) Dalam hal PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) telah


membuka rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b sebelum berlakunya Peraturan Menteri m1,
PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) melaporkan
keberadaan rekening tersebut kepada KPA BUN.

(3) Posisi saldo atas rekening sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b dan ayat (2) dilaporkan setiap bulan
kepada KPA BUN berdasarkan saldo rekening koran yang
dicetak pada akhir bulan berkenaan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-7 -

(4) Jasa giro atas rekening sebagaimana dimaksud pada ayat


( 1) huruf b dan ayat (2) merupakan penerimaan negara
yang harus disetorkan ke kas negara pada bulan
berikutnya.

Pasal 6

PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) mengajukan


tagihan pencairan Dana Belanja Pensiun kepada KPA BUN
untuk kebutuhan bulan berkenaan dengari dilampiri dokumen
pendukung meliputi:

a. rekapitulasi daftar perhitungan Dana Belanja Pensiun;

b. kuitansi atau tanda terima sesuai nilai bruto sebagaimana


dimuat dalam rekapitulasi daftar perhitungan Dana Belanja
Pensiun; dan

c. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak yang


ditandatangani oleh pejabat yang berhak menandatangani
dan mengajukan tagihan pencairan Dana Belanja Pensiun
sesuai . dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 7

Berdasarkan tagihan pencairan Dana Belanja Pensiun


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, PPK menerbitkan dan
menyampaikan Surat Permintaan Pembayaran Langsung
(SPP-LS) kepada PPSPM dengan dilampiri:

a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja dari PPK sesuai


dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini; dan

b. kuitansi atau tanda terima yang telah disetujui oleh PPK.

Pasal 8

Berdasarkan SPP-LS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,


PPSPM menerbitkan dan menyampaikan Surat Perintah
Membayar Langsung (SPM-LS) kepada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara dengan dilampiri Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Belanja.

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERI l<EUANGAN
REPUBUI< INOONESIA

-8 -

Pasal 9

Berdasarkan SPM-LS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,


Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara menerbitkan Surat
Perintah Pencairan Pana untuk untung PT Taspen (Persero) dan ·

PT Asabri (Persero) pada rekening bank yang ditunjuk.

Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencairan Dana
Belanja Pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6,
Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan.

BAB V
POTONGAN DANA BELANJA PENSIUN DAN PIUTANG NEGARA

Bagian Kesatu
Potongan Dana Belanja Pensiun

Pasal 1 1

( 1) PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) merupakan


wajib potong dalam menyalurkan Dana Belanja Pensiun
kepada yang berhak.

(2) Wajib potong sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)


merupakan pihak yang diberikan kewajiban untuk
melakukan pemotongan Dana Belanja Pensiun dalam
rangka pemenuhan kewajiban Penerima Pensiun sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atas:
a. Pajak Penghasilari (PPh) Pasal 2 1;
b. iuran jaminan kesehatan;
c. tuntutan ganti rugi atau utang kepada negara atau
daerah; dan
d. Alimentasi berdasarkan putusan pengadilan yang telah
·memiliki kekuatan hukum tetap.

(3) Potongan dalam rangka pemenuhan kewajiban atas PPh


Pasal 2 1, iuran jaminan kesehatan, dan tuntutan ganti rugi
atau utang kepada negara wajib disetorkan' sebagian atau
seluruhnya ke kas negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(4) Potongan dalam rangka pemenuhan kewajiban atas utang


kepada daerah wajib disetorkan ke kas daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTER! KEU/\NGAN
REPUBLIK INDONESIA

-9-

(5) Alimentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d


disalurkan kepada yang berhak menerima sebagaimana
· ·

ditunjuk dalam putusan pengadilan yang telah memiliki


kekuatan hukum tetap.

(6) PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero)


menatausahakan dan mempertanggungjawabkan potongan
atas pembayaran Pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang menjadi hak negara atau daerah untuk
keuntungan kas negara atau kas daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12

(1) PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) menyetorkan


potongan Dana Belanja Pensiun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a ke kas negara paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

(2) PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) menyetorkan


·

potongan Dana Belanja Pensiun sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b, huruf c, dan huruf d
ke kas negara atau kas daerah paling . lambat tanggal
10 (sepuluh) bulan berkenaan.

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara potongan Dana


Belanja Pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 12 diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

Bagian Kedua
Piutang Negara

Pasal 14

(1) Dalam hal terdapat piutang negara sebagai akibat dari


tuntutan ganti rugi yang telah diserahkan pengurusan
piutangnya kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
berlrnordinasi dengan PT Taspen (Persero) dan PT Asabri
(Persero).

(2) Penyelesaian piutang negara sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-uridangan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

Pasal 15

( 1) Dalam hal piutang negara sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 telah dilakukan penagihan secara optimal dan
tidak tertagih, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang menerbitkan Surat Pernyataan Piutang Negara
Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT).

(2) PSBDT sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) disampaikan


kepada PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) selaku
penyerah piutang sebagai dasar penga_Juan usulan
· ·

penghapusan piutang negara.

Pasal 16

( 1) PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) berdasarkan


PSBDT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
menyampaikan usulan penghapusan piutang negara
kepada KPA BUN untuk dilakukan · penghapusan.

(2) Usulan penghapusan piutang negara sebagaimana


dimaksud pada ayat ( 1) dapat diajukan se�elah dicatatkan
sebagai piutang negara dalam laporan keuangan PT Taspen
(Persero) dan PT Asabri (Persero) paling kurang 2 (dua)
periode laporan keuangan tahunan.

BAB VI
PERTANGGUNGJAWABAN DANA BELANJA PENSIUN

Pasal 17

( 1) KPA BUN bertanggung jawab terhadap penyaluran Dana


Belanja Pensiun dari kas negara kepada PT Taspen (Persero)
dan PT Asabri (Persero).

(2) PT Taspen (Persero). dan PT Asabri (Persero) bertanggung


jawab sepenuhnya atas penggunaan Dana Belanja Pensiun
yang diterimanya.

(3) PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) menyampaikan


laporan penggunaan Dana Belanja Pensiun sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepada KPA BUN berupa laporan
realisasi pembayaran Pensiun dan laporan saldo uang
Pensiun.

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

(4) KPA BUN menyelenggarakah akuntansi dan pelaporan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang�uridangan
mengenai sistem akuntansi transaksi khusus.

(5) PT Taspen (Persero) dan PT Asabri


·

(Persero)
menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan keuangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan menyampaikan kepada KPA BUN setiap semester dan
tahunan.

Pasal 18

( 1) KPA BUN bersama PT Taspen (Persero) dan PT Asabri


(Persero) melakukan perhitungan selisih lebih atau selisih
kurang atas realisasi pembayaran manfaat Pensiun untuk
menentukan selisih lebih atau selisih kurang pembayaran
manfaat Pensiun setelah bulan pembayaran.

(2) Apabila berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana


dimaksud pada ayat ( 1) terdapat selisih lebih antara dana
yang diterima ·PT Taspen (Persero) dan PT· Asabri (Persero)
dengan pembayaran manfaat Pensiun, selisih lebih tersebut
diperhitungkan untuk pembayaran manfaat Pensiun bulan
berikutnya.

(3) Apabila berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana


dimaksud pada ayat ( 1) terdapat selisih kurang antara dana
yang diterima PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero)
dengan pembayaran manfaat Pensiun, jumlah selisih
kurang tersebut akan dibayarkan pada pembayaran bulan
berikutnya. ·

(4) Dalam hal terdapat manfaat Pensiun yang tidak dibayarkan


kepada Penerima Pensiun atau tidak diambil oleh penerima
manfaat Pensiun, kelebihan tersebut diperhitungkan untuk
pembayaran manfaat Pensiun bulan berikutnya.

(5) Apabila berdasarkan hasil perhitungan akhir tahun


berkenaan terdapat selisih lebih antara dana yang diterima
PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) dengan
pembayaran manfaat Pensiun, PT Taspen (Persero) dan
PT Asabri (Persero) harus menyetorkan kelebihan
pembayaran tersebut ke kas negara.

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERll<EUANGAN
REPUBLIK INOONESIA

- 12 -

(6) Dalam hal alokasi dana pada tahun berkenaan tidak


mencukupi untuk membayar manfaat Pensiun, Pemerintah
dapat memenuhi kekurangan tersebut dengan:

a. mengalokasikan kekurangan dana pembayaran manfaat


Pensiun pada tahun anggaran berkenaan dengan
memperhatikan kemampuan keuangan negara;

b. mengalokasikan kekurangan dana pembayaran manfaat


Pensiun pada tahun anggaran berikutnya; dan/atau

c. menggunakan akumulasi iuran dana pensiun pada


tahun anggaran berkenaan.

Pasal 19

( 1) Dalam rangka penyusunan laporan keuangan, KPA BUN


bersama PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero)
melakukan perhitungan utang piutang setiap semester.

(2) Perhitungan utang piutang sebagaimana dimaksud pada


ayat ( 1) meliputi utang piutang jangka pendek dan utang
piutang jangka panjang.

(3) Hasil perhitungan utang piutang sebagaimana dimaksud


pada ayat ( 1) dituangkan dalam berita acara dan
dicantumkan dalain . laporan keuangan KPA BUN,'
PT Taspen (Persero), dan PT Asabri (Persero).

Pasal 20

( 1) Dalam rangka penyusunan laporan keuangan, PT Taspen


(Persero) dan PT Asabri (Persero) menyampaikan laporan
akumulasi iuran dana pens1un beserta hasil
pengembangannya setiap semester dan tahunan kepada
KPA BUN.

(2) Berdasarkan laporan akumulasi iuran dana pensiun beserta


hasil pengembangannya sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1), KPA BUN, PT Taspen (Persero), dan PT Asabri
(Persero) melakukan perhitungan.

(3) Hasil perhitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


·

dituangkan dalam berita acara dan dicantumkan dalam


laporan keuangan KPA BUN, PT Taspen (Persero),
dan PT Asabri (Persero).

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUAl\IGAN
F�EPLJBLll< INDONESIA

- 13 -

Pasal 2 1

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pertanggungjawaban


Dana Belanja Pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,
Pasal 18, Pasal 19, dan Pasal 20 diatur dalarn Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan.

BAB VII
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENYAL URAN
DANA BELANJA PENSIUN

Pasal 22

( 1) KPA BUN melakukan pengendalian atas penyaluran Dana


Belanja Pensiun pada PT Taspen (Persero) dan PT Asabri
(Persero).

(2) Pengendalian atas penyaluran Dana Belanja Pensiun


sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) meliputi:
a. pengendalia:n atas pencairan Dana Belanja Pensiun;
b. pengendalian atas saldo uang Pensiun; dan
c. pengendalian atas utang piutang Dana Belanja Pensiun.

(3) Dalam rangka pengendalian atas penyaluran Dana Belanja


Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1),
KPA BUN mengembangkan sistem aplikasi yang terhubung
antara KPA BUN . dengan PT Taspen (Persero) dan
PT Asabri (Persero).

(4) Dalam hal sistem aplikasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) belum tersedia, PT Taspen (Persero) dan PT Asabri
(Persero) memberikan akses jaringan kepada KPA BUN
dalam rangka monitoring pencairan dan penyaluran Dana
Belanja Pensiun.

Pasal 23

(1) Dalam penggunaan Dana Belanja Pensiun sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), dilakukan pemeriksaan
oleh aparat pemeriksa yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBL.IK INDONESIA

- 14 -

(2) KPA BUN dapat meminta aparat pengawas fungsional untuk


melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pembayaran
Pensiun yang dilakukan oleh PT Taspen (Persero) dan
PT Asabri (Persero).

Pasal 24

Dalam rangka perhitungan pengalokasian Dana Belanja


Pensiun tahun anggaran berikutnya, Menteri Keuangan c.q.
Direktorat Jenderal Anggaran dan KPA BUN dapat melakukan
monitoring dan evaluasi atas penggunaan Dana Belanja
Pensiun.

BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 25

( 1) Dalam rangka penyelenggaraan pembayaran manfaat


Pensiun, PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero)
diberikan biaya operasional penyelenggaraan.

(2) Ketentuan mengenai biaya operasional penyelenggaraan


sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) ditetapkan oleh
·

Menteri Keuangan.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257/PMK.02/20 10


tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan,
Dan Pertanggungjawaban Dana APBN Yang Kegiatannya
Dilaksanakan Oleh PT Asabri (Persero); dan

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.02/20 13


tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan,
Dan Pertanggungjawaban Dana Belanja Pensiun Yang
Dilaksanakan Oleh PT Taspen (Persero),

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Pasal 27

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 April 2015

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 23 April 2015
MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK I NDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 613


Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA �ROUlVl;tJM
//··ll.b: .�

- - .'
KEPALA B_AGIAN T.U- KEMENTERIAN

I �
---
' '1l ,, i!

GIAR h�
NIP 19 s�cm,,'
),0198 ·�21001
' . RtAT JtK'il

www.jdih.kemenkeu.go.id
LAMPIRAN I

PERATURAN MENTER! KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR

�th.�� PE��tt8JJAN, PE ���i::�


PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNG­
JAWABAN DANA BELANJA ·PENSION
YANG DILAKUKAN OLEH PT TASPEN

MENTERI l<EUANGAN
( PERSERO) DAN PT ASABRI ( PERSERO)

REPUBUK INOONESIA

FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

KOP SURAT PT TASPEN (PERSERO)/PT ASABRI (PERSERO)

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

Nomor . . . . . . . . . . . ·. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . (1) ·

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama (2)

Jabatan (3)

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa:

1. atas pencairan dana APBN sebagaimana tertuang dalam Kuitansi Nomor:


..................... (4), tanggal . . (5), sejumlah Rp
. . . . (6)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

akan dibayarkan sesuai dengan peruntukannya;

2. selaku penanggung jawab kegiatan, kami bertanggung jawab penuh atas


pembayaran pensiun kepada penerima pensiun yang berhak;

3. apabila dikemudian hari terdapat kelebihan pencairan dana APBN


dibandingkan dengan pelaksa.naan pembayaran sebagaimana tersebut pada
angka 1 dan angka 2, kami bersedia untuk menyetor kelebihan dimaksud ke
kas negara; dan

4. bukti-bukti pembayaran sebagaimana tersebut pada angka 2 di atas, akari


kami simpan dengan sebaik-baiknya guna kelengkapan administrasi
perusahaan dan keperluan pemeriksaan aparat fungsional.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . ....... (7)

PT Taspen (Persero)/PT Asabri (Persero)

(8)
(9)
( 10)
( 1 1)

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM)

NOMOR URAIAN ISIAN

( 1) Diisi nomor urut SPTJM


( 2) Diisi nama lengkap pembuat SPTJM
( 3) Diisi jabatan pembuat SPTJM
(4) Diisi nomor kuitansi berkenaan
. (5) Diisi tanggal kuitansi berkenaan
(6) Diisi jumlah uang dalam kuitansi berkenaan
(7) Diisi tanggal penerbitan SPTJM
(8) Diisi jabatan penandatangan SPTJM
(9) Diisi tanda tangan disertai dengan stempel dinas di atas materai
sesuai dengan ketentuan
( 10) Diisi nama lengkap penandatangan SPTJM
( 1 1) Diisi nomor pegawai penandatangan SPTJM

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.

BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

www.jdih.kemenkeu.go.id
LAMPIRAN II

PERATURAN MENTER! KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR

82/PMK. 02I2015 TENTANG


TATA CARA PERHITUNGAN,
PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN
PERTANGGUNGJAWABAN DANA
BELANJA PENSION YANG DILAKUKAN

MENTERIKEUANGAN OLEH PT TASPEN ( PERSERO) DAN


PT ASABRI ( PERSERO)
REPUBLIK INDONESIA

FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA

Nomor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . .
· (lJ.

Satuan Kerja (2)

Kode Satuan Kerja (3)

Nomor/Tanggal DIPA (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini, Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat


Pembuat Komitmen Satuan Kerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Kementerian Keuangan, menyatakan bahwa belanja pensiun yang dibayarkan
melalui PT Taspen (Persero)/PT Asabri (Persero) sebagai berikut:

Kode Keg. Sub Nilai Nomor dan Tanggal


Keg.MA (dalam rupiah)
Kuitansi SPTJM

(5) (6) (7 ) (8)

sesuai SPTJM, menjadi tanggungjawab PT'Taspen (Persero)/PT Asabri (Persero).

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, ....... ... .... ... . .......... ...... (9)

Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat


Pembuat Komitmen,
( 10)
( 1 1)
( 12)

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2 -

PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWABBELANJA (SPTB )

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi nomor urut SPTB


(2 ) Diisi nama satuan kerja pembuat SPTB
(3) Diisi kode satuan kerja pembuat SPTB
(4) Diisi nomor tanggal DIPA
(5) Diisi mata anggaran tagihan lengkap dengan kegiatan, sub kegiatan,
dan mata anggaran (9999.9999.999999), dapat lebih dari satu mata
anggaran
(6) Diisi jumlah uang untuk akun belanja berkenaan
(7) Diisi nomor dan tanggal kuitansi berkenaan
(8) Diisi nomor dan tanggal SPTJM berkenaan
(9) Diisi tanggal penerbitan SPTB
(10) Diisi tandatangan disertai stempel dinas di atas materai sesuai
dengan ketentuan
(11) Diisi nama lengkap penanda tangan SPTB
(12) Diisi NIP penanda tangan SPTB

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

www.jdih.kemenkeu.go.id
www.jdih.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai