Anda di halaman 1dari 10

Prinsip Akuntansi yang berlaku umum -- PABU

Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU) [Generally Accepted Accounting


Principles (GAAP)]

Pengertian Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU):

1. Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU) adalah seperangkat prinsip akuntansi,
standar dan prosedur yang digunakan perusahaan untuk menyusun laporan keuangan
mereka. PABU adalah kombinasi standar otoritatif (yang ditetapkan oleh dewan
pembuat kebijakan) dan hanya cara yang diterima secara umum pencatatan dan
pelaporan informasi akuntansi.

2. Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU) adalah suatu rerangka pedoman yang
terdiri atas standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang yuridis, teoritis, dan praktis.

\3. Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU) Prinsip Akuntansi Berterima Umum
merupakan rerangka pedoman untuk menentukan perlakuan akuntansi yang tepat atau
wajar dalam suatu lingkungan akuntansi (negara). PABU ini dibentuk oleh 2 pedoman
yaitu: pedoman yang ditentukan secara resmi oleh badan yang berwenang dalam
bentuk standar akuntansi atau juga pedman-pedoman yang baik dan tengah banyak
dipraktikkan dapat digunakan sebagai acuan bila hal tersebut tidak bertentangan
dengan rerangka konseptual atau didukung berlakunya secara autoritatif.

PABU memberi batasan atau definisi berbagai elemen, pos, atau objek statemen
keuangan atau istilah yang digunakan dalam pelaporan keuangan agar tidak terjadi
kesalahan klasifikasi oleh penyusun dan kesalahan interpretasi oleh pemakai.
Isi PABU Sebagai Rerangka Pedoman

Rerangka pedoman berisi komponen-komponen yang tersusun secara hierarkis baik atas
dasar tingkat konseptual maupun auotoritas. Rerangka pedoman ini mengalami
perkembangan sesuai dengan kebutuhan praktik dan profesi, sehingga memunculkan
beragam versi mengenai PABU. Versi-versi PABU yang muncul adalah PABU versi APB,
versi Rubin, versi SAS No. 69 dan versi SPAP.

PABU Versi APB ( Accounting Principle Board).

PABU dalam versi ini terdiri dari landasan konseptual seperti dalam rerangka
konseptual versi FASB dan PABU yang disebut landasan operasional atau praktik yang
terdiri dari prinsip mendasar, prinsip operasi umum, dan prinsip terinci.

PABU menurut versi Rubin

PABU menurut versi Rubin menganalogi tingkat keautoratifan yang


membentuk suatu hirarki dengan suatu bentuk bangunan rumah. Ini menggambarkan
PABU sebagai rerangka pedoman yang dideskripsikan oleh AICPA dalam SAS No 43.
Hirarki dilukiskan sebagai lantai rumah bertingkat dengan fondasi berupa landasan
konseptual. Tiap lantai menggambarkan tingkat keautoritatifan dengan landasan paling
bawah berisi sumber yang paling autoritatif.

Pada PABU versi SAS No. 69.

menggambarkan PABU sebagai dua hierarki pararel, satu untuk entitas


nonkepemerintahan dan yang lain untuk entitas kepemerintahan. Sedangkan PABU
versi SPAP adalah
PABU yang diambil dari SAS No.69 tetapi hanya diambil untuk entitas
nonkepemerintahan (bisnis dan nonbisnis).
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberi pedoman tentang akuntansi,
yaitu:

a. Pengukuran

Pengukuran atau penilaian adalah penentuan jumlah rupiah sebagai unit


pengukur suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan.

b. Pengakuan

Pengakuan ialah suatu jumlah rupiah (kos) kedalam system akuntansi


sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam
laporan keuangan.

c. Penyajian

Pengungkapan berarti pembeberan hal hal informative yang di anggap


penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui
laporan keuangan utama dan cara cara penyampaiannya.

d. Pengauditan

Pengauditan ialah membahas prinsip, prosedur, dan teknik pengauditan


laporan keuangan untuk member pendapat tentang kewajaran penyajian laporan
keuangan.

PABU yang dikenakan pada perusahaan sehingga investor memiliki tingkat


minimum konsistensi dalam laporan keuangan yang mereka gunakan ketika menganalisis
perusahaan untuk tujuan investasi. Penutup PABU hal-hal seperti pengakuan pendapatan,
neraca klasifikasi barang dan pengukuran saham yang beredar. Perusahaan diharapkan
untuk mengikuti aturan PABU ketika melaporkan data keuangan mereka melalui laporan
keuangan. Jika laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip PABU, sangat
waspada!

Perlu diingat bahwa PABU hanyalah satu set standar. Ada banyak ruang di dalam PABU
untuk akuntan yang tidak bermoral untuk mendistorsi angka. Jadi, bahkan ketika sebuah
perusahaan menggunakan PABU, Anda masih perlu untuk meneliti laporan keuangannya.
PENGERTIAN SOA (Sarbanes Oxley Act)

SOA adalah sebuah landasan yang disahkan pada 23 januari oleh kongres Amerika
Serikat. Undang-Undang tersebut dikenal sebagai Public Company Accounting and
Investor Protection Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan
pengaturan akuntansi perusahaan publik yang sering kali disebut SOX atau Arbox.

Untuk auditor (eksternal dan Internal), SOX merupakan sistem baru dalam proses audit
perusahaan swasta, sebuah revisi atau independensi dan level baru dari proses pelaporan
audit pada perusahaan publik. Untuk manajemen perusahaan diwajibkan untuk
meningkatkan jaminan terhadap konflik kepentingan, sertifikasi yang jelas atas
penyimpanan dokumen penting, pelaporan internal kontrol atas laporan keuangan dan
perbaikan atas kriteria pengungkapan. Untuk audit komite, SOX merupakan sebuah
lanjutan dari peraturan bagi perusahaan-perusahaan publik termasuk tanggung jawab
langsung untuk memantau proses audit eksternal, persetujuan awal atas seluruh jasa audit
ataupun jasa bukan audit, revisi peraturan mengenai independensi dan keahlian keuangan
dan pengawasan, menerima dan mencari pemecahan yang mungkin atas keluhan
mengenai pelaporan keuangan perusahaan dan isu yang berasal dari hasil audit.

Tujuan SOA (Sarbanes Oxley Act) :

SOA memiliki 5 tujuan utama yaitu:

1. Meningkatkan kepercayaan publik akan pasar modal.

2. Menerapkan tata pemerintahan yang baik.

3. Menyediakan akuntabilitas yang lebih baik dengan membuat manajemen dan direksi
bertanggung jawab akan laporan keuangan.

4. Meningkatkan kualitas audit.

5. Menempatkan penekanan yang lebih kuat pada struktur di sekitar dunia usaha untuk
mencegah, mendeteksi, menginvestigasi kecurangan dan perbuatan tidak baik.
Sejarah Sarbanes Oxley Act (SOA)

Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat Sox atau SOA adalah hukum federal Amerika
Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002. ). Undang-undang ini merupakan suatu
terobosan dan sebagai reformasi terbesar di USA khususnya dan dunia pada umumnya
bagi penilaian corporate governance sejak diterbitkannya Securities Acts of 1933 and
1934, diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael
Oxley (Ohio) yang disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3dan oleh Senat dengan suara
99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush.Undang-undang ini
dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal
pada beberapa perusahaan besar seperti: Enron, Tyco International, Adelphia,
PeregrineSystems, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems, Citigroup,
Computer Associates International, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest
Communication, Safety-Kleen danXerox, yang juga melibatkan beberapa KAP yang
termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan PWC.

Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena


runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang
kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham. Semua skandal ini merupakan contoh
tragis bagaimana kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat buruk terhadap pasar,
stakeholders dan para pegawai. Dengan diterbitkannya undang-undang ini, ditambah
dengan beberapa aturan pelaksanaan dari Securities Exchange Commision (SEC) dan
beberapa self regulatory bodies lainnya, diharapkan akan meningkatkan standar
akuntabilitas perusahaan, transparansi dalam pelaporan keuangan, memperkecil
kemungkinan bagi perusahaanatau organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan
fraud , serta membuat perhatian padatingkat sangat tinggi terhadap corporate governance.

Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi semua dewan
dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tidak berlaku
bagiperusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 bab atau bagian yang menetapkan hal-hal
mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga hukuman pidana. Sarbox
juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC) untuk menerapkan aturan
persyaratan baru untuk menaati hukum ini. Saat ini, corporate governance dan
pengendalian internal bukan lagi sesuatu yang mewah lagi karena kedua hal ini telah
disyaratkan oleh undang-undang. Dengan diberlakukannya undang-undang Sarbanes
Oxley 2002 yang ditandatangani oleh Presiden George Walker Bush pada 30 Juli 2002
diharapkan dapat membawa dampak positif bagi berbagai profesi, antara lain : akuntan
publik bersertifikat (CPA); kantor akuntan publik (KAP); perusahaan yang
memperdagangkan sahamnya (listed di bursa US (termasuk direksi, komisaris, karyawan,
dan pemegang saham); perantara (broker); penyalur (dealer); pengacara yang berpraktik
untuk perusahaan publik; investor perbankan serta para analis keuangan. Penerapan
undang-undang tersebut dilatarbelakangi oleh bangkrutnya sejumlah korporasi
Legalisasi Sarbanes-Oxley Act (SOA)

Seperti yang telah disinggung di atas, beberapa perusahaan AS melakukan kecurangan


yang sangat merugikan investor. Menurut beberapa pengamat, penyebab jatuhnya harga
saham di bursa bukan karena accounting scandal semata, tetapi lebih dikarenakan
keputusan bisnis yang salah (bad bussiness management). Sebagai akibat dari keputusan
yang salah tersebut, kinerja perusahaan menjadi menurun dan ‘menuntut’ manajemen
melakukan windowdressing untuk menutupi adanya kerugian perusahaan. Total kerugian
yang harus ditanggung investor pada saat itu tercatat lebih dari US$ & triliun!. Salah satu
kasus yang menyebabkan timbulnya kritik keras terhadap profesi akuntansi adalah kasus
Enron yang mulai mencuat pada tahun 2001, dalam kasus ini menegaskan bahwa banyak
“dysfunctional behavior” yang dilakukan oleh banyak auditor, beberapa prilaku yang
sering dilakukan adalah semisal creative accounting, earning management ataukah
income smoothing, di Indonesia sendiri bahkan seorang akuntan disebut dengan tukang
angka.

Fenomena yang ada menyebabkan pemerintah (Amerika) mengambil tindakan yang


reaktif dalam hal ini untuk melakukan pengawasan terhadap para akuntan dengan
mengeluarkan UU pertanggungjawaban auditor atau yang lebih dikenal dengan nama
Sarbanes Oxley Act, UU ini lahir dari kongres yang dianggotai oleh Sarbanes dan Oxley
sendiri, UU tersebut ditandatangani oleh presiden George W. Bush pada tanggal 20 Juli
2002 di Washington, USA.

Beberapa hal penting yang disajikan dalam UU Sarbanes Oxley Act 2002, adalah:

1. Tanggungjawab perusahaan

2. Tanggungjawab Auditor

3. Pengungkapan di perluas

4. Analis saham harus dapat mengungkapkan kemungkinan konflik kepentingan

5. SEC memperluas objek reviewnya terhadap laporan keuangan perusahaan

Aktivitas SOA Pada Perusahaan


Dalam Sarbanes Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan
governance yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai
informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik
bagi pejabat dibidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan
komite audit yang independen. Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai berikut:

a) Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komiteaudit, dan
pihak manajemen.

b) Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewanyang


independen dan bekerja full-time bagi pelaku pasar modal.

c) Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC (Securities Exchange Commision)


secara signifikand. Mendefinisikan jasa “non – audit” yang tidak boleh diberikan oleh
KAP kepada klien.

d) Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud (manipulasi perusahaan)

e)Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interestf.


Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru

Dalam hal pelaporan, Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua perusahaan publik


untukmembuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai atau pengadu
untukmelaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan ini diselenggarakan oleh
komite audit. Perusahaan dapat menggunakan jasa pelaporan hotlines seperti ACFE’s
EthicsLine. ACFE dapat membantu menyusun hotlines pengaduan yang akan menerima
dan merahasiakan pengaduan,dan memberikan informasi kepada perusahaan agar dapat
mengambil tindakan yang tepat. Sistemhotlines ini akan mendorong para pegawai untuk
melaporkan karena mereka merasa aman daritindakan pembalasan dari yang dilaporkan,
dan inilah elemen penting dan kritis bagi programpencegahan fraud yang kuat.

Etika Profesi Akuntansi


Dalam dunia lembaga akuntansi, ada yang namanya kode etik profesi akuntansi, seorang
akuntan profesional harus memiliki Etika Profesi Akuntansi. di Indonesia, kode etik ini
di gawangi oleh organisasi profesi akuntansi, Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ), Tujuan
dari kode etik profesi akuntansi ini diantaranya adalah:

 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.


 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
 Untuk meningkatkan mutu profesi.
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
 Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
 Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
 Menentukan baku standar

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia, meliputi 3 bagian:

1 Prinsip Etika,
2 Aturan Etika, dan
3 Interpretasi Aturan Etika

Prinsip Etika memberikan dasar kerangka bagi Aturan Etika yang mengatur suatu
pelaksanaan jasa profesionall oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres serta
berlaku untuk seluruh anggotanya, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota
Himpunan dan mengikat hanya kepada anggota Himpunan yang bersangkutan.
Interpretasi Aturan Etika adalah interpretasi jang ditetapkan oleh Badan yang di bentuk
oleh Himpunan setelah mendengarkan/memerhatikan tanggapan dari anggota dan juga
pihak berkepentingan yang lain, digunakan sebagai panduan menerapkan Aturan Etika
tanpa bermaksud untuk membatasi lingkup dan juga penerapannya.

Prinsip Etika Profesi Akuntan


1. Tanggung Jawab Profesi.

Ketika melaksanakan tanggungjawabnya sebagai seorang profesional, setiap anggota


harus mempergunakan pertimbangan moral dan juga profesional didalam semua
aktivitas/kegiatan yang dilakukan..

2. Kepentingan Publik,

Setiap anggota harus senantiasa bertindak dalam krangka memberikan pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan yang diberikan publik, serta menunjukkan
komitmennya sebagai profesional.

3. Integritas

Guna menjaga dan juga untuk meningkatkan kepercayaan publik, tiap tiap anggota wajib
memenuhi tanggungjawabnya sebagai profesional dengan tingkat integritas yang setinggi
mungkin

4. Obyektivitas

Tiap individu anggota berkeharusan untuk menjaga tingkat keobyektivitasnya dan


terbebas dari benturan-benturan kepentingan dalam menjalankan tugas kewajiban
profesionalnya

5. Kompetensi dan sifat kehati hatian profesional

Tiap anggota harus menjalankann jasa profesional dengan kehati hatian, kompetensi dan
ketekunan serta memiliki kewajiban memepertahankan keterampilan profesional pada
tingkatan yang dibutuhkan guna memastikan bahwa klien mendapatkan manfaat dari jasa
profesional yang diberikan dengan kompeten berdasar pada perkembangan praktek,
legislasi serta teknik yang mutahir.

6. Kerahasiaan

Anggota harus menghormati kerahasiaan informasi selama melaksanakan jasa profisional


dan juga tak boleh menggunakan ataupun mengungkapkan informasi tersebut jika tanpa
persetujua terlebih dahulu kecuali memiliki hak ataupun kewajiban sebagai profesional
atau juga hukum untuk mengungkapkan informasinya.

7. Perilaku Profesional
Tiap anggota wajib untuk berperilaku konsisten dengan reputasi jang baik dan menjauhi
kegiatan/tindakan yang bisa mendiskreditkan profesi.

8. Standar Teknis

Anggota harus menjalankan jasa profesional sesuai standar tehknis dan standard
proesional yang berhubungan/relevan. tiap tiap anggota memiliki kewajiban
melaksanakan penugasan dari klien selama penugasan tersebut tidak berseberangan
dengan prinsip integritas dan prinsip objektivitas

Dalam kode etik yang telah disebutkan pada Etika Profesi Akuntansi sudah diatur
bagaimana para akuntan harus bertindak. Namun pada kenyataan, penyimpangan oleh
para akuntan banyak terjadi. Penyimpangan penyimpangan yang dilakukan tentu saja
berdampak buruk terhadap nama baik ataupun kredibilitas akuntan dimata publik.

Anda mungkin juga menyukai