TAHUN 2016
1. PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam undang –
undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya.
Di dalam UU Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, disebutkan bahwa rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri
yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,
dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya. Juga merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat.
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Untuk menjalankan tugasnya tersebut diatas, maka salah satu fungsi rumah sakit
adalah peneyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
2. LATAR BELAKANG
Di dalam rencana anggaran dan belanja Rumah Sakit Islam “Siti Hajar” Mataram,
program pendidikan dan pelatihan dirumuskan dalam kode rekening dengan sebutan
program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur. Walaupun Rumah Sakit Islam “Siti
Hajar” Mataram memiliki komitmen yang tinggi pada program pendidikan dan pelatihan
namun pada tahun 2015, prosentase anggaran pendidikan dan pelatihan dibandingkan
anggaran belanja barang dan jasa baru sebesar 0,97%, hal ini memang terkait dengan
keterbatasan dana. Sedangkan persentase realisasi usulan program pendidikan dan
pelatihan dibandingkan dengan anggaran yang disetujui, sebesar 44%.
Usulan pembiayaan program pendidikan dan pelatihan pada tahun 2017, mengacu
pada rencana capaian akreditasi tahun 2017 yakni mempersiapkan penilaian akreditasi versi
2012 dengan 4 Pokja. Selain itu juga menindaklanjuti analisis pencegahan dan pengendalian
infeksi, dan capaian standar pelayanan minimum Rumah Sakit Islam “Siti Hajar” Mataram.
Sehingga setelah dilakukan perhitungan maka kebutuhan dana program pendidikan dan
pelatihan tahun 2017 sebesar Rp 300.000.000,-
Agar kegiatan pendidikan dan pelatihan tahun 2017 dapat tercapai sesuai dengan
yang telah ditetapkan, maka diperlukan adanya acuan yang dapat dipergunakan sebagai
dasar pelaksanaan yakni dengan disusun program pendidikan dan pelatihan tahun 2017.
1
3. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
a. Tujuan Umum
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas klinis dan non klinis Rumah
Sakit Islam “Siti Hajar” Mataram.
b. Tujuan Khusus
1) Petugas memahami pengelolaan CSSD
2) Petugas memahami pengelolaan PONEK
3) Petugas memahami basic advance EKG
4) Petugas memahami pengelolaan BTCLS
5) Petugas memahami Implementasi Komite Keperawatan Dalam Persiapan Akreditasi
RS Versi 2012
6) Petugas memahami Tentang Konsep Akreditasi
7) Petugas memahami Pengelolaan Suction
8) Petugas memahami tentang PPI IPCN
9) Petugas memahami tentang K3
10) Petugas memahami tentang BHD
11) Petugas memahami cara komunikasi yang baik
12) Petugas memahami tentang APAR
13) Petugas memahami tentang disaster plan
b. Rincian Kegiatan
Rincian kegiatan sesuai dengan yang direncanakan pada tahun 2017 meliputi :
1). Pelatihan bagi tenaga medis dan tenaga lainnya, meliputi
a). Pelatihan Bagi Perawat Dan Bidan
- Pelatihan Basic Advance EKG
- Pelatihan PONEK
- Pelatihan BTCLS
- Pelatihan Manjemen Bangsal
- Tekhnik Suction
- Pelatihan IPCN
b). Pelatihan Bagi Tenaga Kesehatan Lainnya
- Pelatihan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
- Pelatihan Kalibrasi Alat Kesehatan
2
- Pelatihan disaster plan
Tujuan
Pada akhir pelatihan peserta akan memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan keahlian menginterpretasikan rekaman gangguan jantung dengan alat EKG.
Peserta
Perawat dengan persyaratan mengumpulkan 1 lembar fotokopi ijazah terakhir
dan 4 Lembar foto warna latar merah.
3
Fasilitas
a. Comfortable hotel/ meeting room
b. Seminar Kit
c. Modul EKG dari PERKI
d. Sertifikat dari PERKI
e. 2x coffee break
f. 1x lunch
g. Tidak termasuk penginapan
Biaya
a. Rp. 3.250.000,-perorang
b. Di bayar via transfer ke bank mandiri
c. Modul akan dikirimkan kealamat peserta bila sudah melunasi biaya dengan
penggantian biaya kirim (Rp. 10.000,-dalam kota Rp. 20.000,-luar kota lingkup
jateng dan DIY : Rp. 50.000,-luar jateng dan DIY).
Narasumber
Dokter Spesialis Penyakit Jantung 4 orang.
Tujuan
Setelah adanya pelatihan ini diharapkan petugas lebih memahami, mampu
dan terampil dalam memberikan tindakan terakhir untuk menyelesaikan
permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
4
Peserta
Peserta pelatihan ini terdiri dari perwakilan perawat dan bidan.
Metode
a. Pre test
b. Materi
c. Diskusi/Tanya jawab
d. Praktek
e. Post test
Narasumber
Narasumber pelatihan PONEK ini telah disediakan oleh tim panitia pelatihan.
Biaya
Pembiayaan bersumber dari dana RAB Rumah Sakit Islam Namira Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2017.
3) Pelatihan BCLS
Latar Belakang
Perawat menjadi lini terdepan dalam pelayanan kesehatan salah satunya
adalah penanganan kegawatdaruratan. Kejadian kegawat daruratan makin
meningkat sesuai denagn angka kecelakaan dan kejadian serangan jantung terus
meningkat di Indonesia. Agar seorang perawat dapat melakukan pertolongan yang
tepat dan cepat terhadap pasien gawat darurat, seorang perawat membutuhkan
keahlian khusus yang diperoleh melalui pelatihan yang sesuai. Salah satu kegiatan
pelatihan untuk keperawatan gawat darurat adalah Basic trauma and cardiac life
support (BTCLS). Pelatihan in bertujuan untuk membekali perawat dalam hal
pengetahuan dan keterampilan meolong pasien dalam keadaan darurat. Oleh
karena itu, kami mengundang perawat untuk ikut serta dalam pelatihan ini.
Tujuan
Agar perawat lebih mengetahui, terampil, dan ahli dalam menolong pasien
gawat darurat sehingga dapat menyelamatkan pasien.
Peserta
a. Peserta terbatas untuk 22 orang perawat dan bidan
b. Bersedia mengikuti pelatihan sampai dengan selesai
5
Waktu : 26 Februari – 2 maret 2016
Tempat : Di Aula Lt. 3 Gedung Dekanat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu –
Ilmu Kesehatan UNSOED Purwokerto
Materi Pelatihan
a. Hari ke 1 :
1) System penanggulangan gawat darurat terpadu
2) Initial assessment
3) Shock management
4) Trauma thorax dan abdomen
b. Hari ke 2 :
1) Electrocardiografy
2) Aritmia lethal
3) Infark miocard
4) Trauma kepala dan cidera spinal
5) Trauma muskoloskeletal
6) Luka bakar
7) Skill station
c. Hari ke 3 :
1) Trauma pediatric, ibu hamil, dan geriatric
2) Biomekanik trauma
3) Keracunan dan gigitan binatang berbisa
4) Ekstrikasi, stabilisasidan transportasi
5) Skill station
d. Hari ke 4 :
1) Algoritma aritmia lethal
2) Praktikum (spinal cord injuri, trauma muskoloskeletal,ujian RJP, DC Shock)
e. Hari ke 5 :
1) Ujian
6
Fasilitas
Modul pelatihan, kaos, ID card, block note, ballppoint, snack dan makan,
sertifikat AGD 118, terakreditasi PPNI pusat dan sertifikat pusdiklat kemenkes.
Biaya
Pembiayaan bersumber dari dana RAB Rumah Sakt Islam Namira Kabupaten
Lombok timur.
Peserta
a. Kepala bidang/ kepala seksi keperawatan
b. Perawat bangsal/ penanggung jawab bangsal
c. Perawat fungsional yang dipersiapkan untuk menjadi kepala bangsal
d. Perawat yang diberikan tugas sebagai penanggung jawab sift jaga, perawat duty
manager atau sebutan lain yang memiliki tugas dan tanggung jawab
7
k. Audit mutu keperawatan & patient safety
l. Model-model suvervisi keperawatan (conference dan operan/ timbang terima
case conference & ronde keperawatan)
m. Pengelolaan logistic keperawatan
n. Persiapan akreditasi JSI pelayanan keperawatan
o. Evaluasi programkeperawatan
Narasumber
a. Dr. dr. Abdullah Akrom, M.Kes (ketua IMANI Yogyakarta). (Pakar Farmakologi
Unversitas Ahmad Dahlan)
b. Retno Kuswandari, S. Kep Ns. M. Kep (Kepala Penyelia Rawat Inap 2 Dan Tim
Akreditasi RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta)
c. Endri Astuti, S. Kep Ns, MPH (Kepala Bidang Keperawatan Dan Ketua Tim
Akreditasi Keperawatan RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta )
d. Arini Sri Winarti, SKM, M. Kep (Wakil direktur SDM dan Keuangan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta)
e. Tri Prabowo SKp, MSc (Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta, dan Wakil Ketua PPNI DIY)
f. Sari candra dewi SKM. M. Kep (Sekretaris Prodi D 3 Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta)
g. Maryana, S. Kep Ns, Spsi, M. Kep (Sekretaris prodi D 4 Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta)
5) Teknik Suction
Latar Belakang
Lingkungan rumah sakit tempat tenaga kesehatan bekerja merupakan
lingkungan beresiko penularan infeksi.
Zona resiko HAIs
a. Area resiko rendah
a) Area perkantoran rumah sakit
b) Manajement rumah sakit
c) Administrasi
d) Keuangan
e) ITI
f) Diklat
g) Litbang
h) Ruang pertemuan
i) Sekretarian PPI
b. Area resiko sedang
a) Rawat inap non infeksi
b) Rawat jalan
c. Area resiko tinggi
a) Ruang isolasi
b) ICU
8
c) Laboratorium
d) Pemulasaran jenazah
d. Area resiko sangat tinggi
a) IRD
b) VKOK
c) Ruang tindakan bedah
Komplikasi yang paling sering terjadi dipelayanan kesehatan yaitu CDC:
1.7 million/ th, kematian 99.000/th. Data WHO, Insiden HAIs 3-21 % (rerata
9%), UK : 10% (2006), Italy: 6,7% (2005), France: 6,7-7,4% (2006), Indonesia
belum diketahui secara pasti.
Belum ada data yang akurat, dari hasil presentasi sangat rendah 0-1%,
surveilens pasif, oleh personil yang belum memahami surveilens. Di RS
Jantung harapan kitasurveilens aktif dilaksanakan sejak tahun 2001.
Resiko healthcare assosiated infections di negara berkembang
sebanyak 20 kali lebih tinggi dari pada Negara maju. Setiap saat 1.4 juta
orang didunia menderita infeksi dirumah sakit. Setiap tahun suntikan tidak
aman menyebabkan 1.3 juta kematian umumnya karena transmisi blood-
borne pathogen seperti HBV, HCV dan HIV.
Rantai penularan infeksi yaitu: agen/ MO (bacteria, virus, jamur,
protozoa), port of entry (saluran pernapasan, saluran cerna, saluran kemih,
luka, kulit, membrane mukosa), reservoir/ source (darah, cairan tubuh,
air,udara, tanah, alat, permukaan lingkungan), mean of transmission (airbone,
droplet, contact,common vehicle, vertorbone), host/ penjamu (immune-
compromised), port of exit (saluran pernapasan, saluran cerna, saluran
kemih,luka, kulit, membrane mukosa).
Tujuan
Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan petugas lebih paham untuk
melakukan tekhnik pemasangan suction yang benar dan aman sehingga
mencegah terjadinya penularan infeksi baik dari petugas kepada pasien atau
sebaliknya.
Peserta
Peserta yang mengikuti sosialisasi ini terdiri dari semua petugas kesehatan
yang melakukan tindakan pemasangan suction.
Metode
a. Ceramah
9
b. Demonstrasi/ praktek
c. Diskusi
d. Tanya jawab
Narasumber
Narasumber dalam sosialisasi pemasangan suction yang benar dan aman
yaitu tim PPI dan IPCN RS Islam Namira Kabupaten Lombok Timur.
Biaya
Pembiayaan bersumber dari dana RAB Rumah Sakit Islam Namira
Kabupaten Lombok timur.
6) Training IPCN
Latar belakang
IPCN atau perawat pencegahan dan pengendali infeksi yang bekerja
khusus dibidang infeksi atau berhubungan dengan infeksiyang terjadi akibat
pemberian pelayanan kesehatan baik dirumah sakit maupun dipelayanan
kesehatan lainnya.
Healthcare associated infections (HAIs) merupakn global issusaat ini.
Dampak HAIs dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, yang merugikan
pasien atau rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, bahkan dapat
menjadutuntutan bagi rumah sakit.
Undang-undang no 36 tahun 2009 dan undang-undamng no 44
menyatakan bahwa setiap pasien yang masuk Rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya harus dapat memberikan pelayanan yang aman. Salah satu
upaya agarpasien aman dengan menerapkan patient safety. Tujuan kelima
patient safety adalah menurunkan resiko HAIs.
Sesuai dengan SK Menkes 2007 bahwa rumah sakit harus melaksanakan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), dan memiliki IPCN dengan
perbandingan IPCN dengan tempat tidur adalah 1 : 100-150 TT.
Tujuan
Diharapkan dengan adanya pelatihan IPCN ini, petugas yang dikirim
mampu mentransfer ilmu yang didapatkan kepada rumah sakit dan mampu
menjalankan tugasnya dengan lebih baik lagi.
Peserta
Peserta pelatihan IPCN ini merupakan peserta yang telah ditunjukdan
dapat menghasilkan hasil yang lebih baik.
Waktu dan tempat
Waktu :13- 19 maret 2106
Tempat : Wisma harapan kita bidakara Jakarta
Metode
Ceramah, diskusi, praktek, simulasi, role play
10
Narasumber
PERSI
Biaya
Pembiayaan bersumber dari dana RAB Rumah Sakit Islam Namira
Kabupaten Lombok Timur
Tujuan
a. Tujuan Umum
Peserta memahami pengelolaan limbah B3 dan air medis rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
a) Peserta memahami kebijakan/ dasar hokum pengelolaan limbah B3 rumah
sakit.
b) Peserta dapat mengolah limbah B3 rumah sakit (padat, cair dan gas) dengan
tepat.
c) Peserta dapat mengevaluasi tingkat pencemaran limbah B3
d) Peserta memahami proses pengelolaan air medis
e) Peserta dapat mengetahui standar baku mutu air medis
f) Peserta dapat melakukan pemeriksaan kualitas effluent limbah, abu pasca
bakar, dan air medis secara sederhana.
Materi
a. Dasar hukum dan tata laksana pengelolaan limbah B3 Rumah sakit
b. Macam pengelolaan limbah B3 rumah sakit (padat, cair dan gas)
c. Pengelolaan air medis rumah sakit
d. Standar baku mutu hasil pengelolaan limbah B3 dan air medis rumah sakit.
e. Monitoring kualitas hasil pengelolaan limbah B3 dan air medis rumah sakit.
11
f. Praktek operasional lapangan
g. Praktek laboratorium
Narasumber
Narasumber telah disediakan oleh panitia
Syarat peserta
a. Pendidikan : Sanitarian ( D1/D3/SKM)
b. Pengalaman kerja tidak mutlak
c. Daya tamping : 10 Peserta atau angkatan
d. Minimal Peserta : 5 peserta
Biaya pelatihan
Rata-rata biaya perorangan Rp. 750.000.- (Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah).
12
Hasil pengukuran yang baik dipengaruhi oleh factor-faktor diantaranya :alat
standar yang digunakan, perlakuan terhadap alat yang akan dikalibrasi, prosedur
kalibrasi, cara pengambilan data, dan perhitungan ketidak pastian hasil pengukuran.
Tujuan
Diharapkan denganadanya pelatihan kalibrasialat kesehatan petugas dapat
mampu mengetahui berapa nilai penunjukan yang sebenarnya darialat ukuryang kita
gunakan.
Narasumber
Materi pelatihan disampaikan oleh para pengajar yang sudah berpengalaman
dibidang kalibrasi.
Materi Pelatihan
a. Pelatihan tekhnik pengukuran dan kalibrasi suhu
a) Pengantar SNI ISO/IEC17025:2008
b) Pengertian kalibrasi/metrology dan ketertelusuran
c) Pengertalian kalibrasi dan tekhnik pengukuran besaran suhu
d) Konsep ketidak pastian pengukuran
e) Tekhnik kalibrasi besaran suhu
f) Praktek kalibrasi besaran suhu
g) Praktek perhitungan dan ketidak pastian
h) Hasil pengukuran besaran suhu
i) Praktek pelaporan dan pembuatan sertifikat kalibrasi
13
g) Hasil pengukuran besaran kelistrikan
h) Praktek pelaporan dan pembuatan sertifikat kalibrasi
f. Paket pelatihan
1. Pelatihan dengan materi sesuai dengan kebutuhan instansi/ perusahaan
2. Biaya pertopik pelatihan perhari Rp. 7.500.000
3. Peserta maksimal 10 orang/ topic pelatihan
4. Tempat pelatihan dapat dilaksanakan di instansi/ perusahaan masing-masing.
Dengan catatan biaya akomodasi, transfortasi, dan konsumsi untuk pengajar/
instruktur ditanggung oleh instansi/ perusahaan yang bersangkutan.
Fasilitas
a. Training KIT (Tas, alat tulis, dan buku catatan)
b. Modul pelatihan (hardcopy dan softcopy)
c. Sertifikat
d. Laboratorium kalibrasi yang terakreditasi
14
e. Komite Akreditasi Nasional (KAN)
f. Ruangan pelatihan yang nyaman
g. Makan siang dan 2 kali kudapan
h. Fasilitas computer internet
Pendaftaran
Biaya pelatihan ditransfer : PT. Bank BNI Cabang ITB Jln. Taman sari
bandung no. Rekening 0028677877 an. UPT BPI LIPI formulir pendaftaran dan bukti
transfer dikirim via fax ke (022) 2504577.
Pendaftaran dilakukan setiap hari kerja senin-jumat pukul 07.30-16.00 WIB.
Penutupan pendaftaran dan konfirmasi keikutsertaan pesertapaling lambat 4 hari
hari sebelum pelaksanaan pelatihan.
Tujuan
a. Umum
Terciptanya pelayanan pusat sterlisasi yang berkualitas dalam upaya
pencegahan dan pengembalian infeksi di rumah sakit (HAIs).
b. Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, diharapkan peserta :
1. Memahami pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi dirumah sakit.
2. Memahami peran, fungsi dan tanggung jawab pelayanan CSSD dalam PPI.
15
3. Mengerti dan terampil dalam melakukan kegiatan CSSD, Inventory,
dokumentasi dan pemeliharaan alat.
Peserta
Manajer/ staf CSSD, dokter spesialis, dokter umum, apoteker, perawat, bidan
dan tenaga non medis lainnya.
Narasumber
Kementrian kesehatan RI, PIPSI, PAMKI, PERDALIN, HIPKABI dan profesi lain.
16
belum memahami tugasnya. Tugas SPI di RS cukup berat dengan rentan kerja yang
luas, terutama pada era pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit
yang masih belum dipahami dengan baik dan rawan menimbulkan fraud.
Untuk membantu Rumah Sakit memahami Satuan Pemeriksaan Internal di
Rumah Sakit, ARSADA berniat untuk menyelenggarakan Pelatihan Pengendalian
Kinerja RS Melalui Optimalisasi Peran SPI.
Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melaksanakan tugas
sebagai Satuan Pemeriksaan Internal di Rumah Sakit dengan baik.
b. Tujuan khusus
setelah mengikuti pelatihan ini, peserta dapat :
1. Menjelaskan Good Corporate Governance
2. Menjelaskan Satuan Pengendali Intern (SPI) Rumah Sakit
3. Menjelaskan Audit Internal dan Eksternal Rumah Sakit
4. Melakukan kegiatan Audit Internal Dasar Rumah Sakit
5. Menyusun laporan hasil Audit dan Kewajiban Tindak Lanjut
Peserta
a. Direktur dan wakil direktur RS
b. Satuan Pemeriksa Internal RS
c. Manajer keuangan, pelayanan, penunjang, SDM, Umum, dll
d. Pejabat piñata usahaan barang, keuangan, SDM, dll
e. Unit terkait
Investasi
a. Paket A : sekamar sendiri dengan biaya investasi per orang sebesar Rp.
4.000.000,- (empat juta rupiah)
b. Paket B : sekamar berdua denga investasi per orang sebesar Rp. 3.250.000,-
(tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah)
17
c. Paket C : bila tidak menginap di hotel, biaya investasi per orang sebesar
2.750.000,- (dua juta tujuh ratus lima pulu ribu rupiah).
Narasumber
a. Dr. kuntjoro Adi Purjanto, M.kes
Ketua Umum ARSADA, Dewan Pengawas pada RS pusat, Dewan
Pengawas pada RSD, Tim Penyusun Kebijakan PK BLUD Kementerian Dalam
Negeri, Surveyor Akreditasi RS, Narasumber berbagai Pelatihan Tingkat
Nasional.
b. Dr. Heru Ariyadi, MPH
Sekretaris Jenderal ARSDA, Dewan Pengawas pada RSD, Tim Penyusun
Kebijakan PK BLUD Kementerian Dalam Negeri, Surveyor Akreditasi RS,
Narasuber berbagai pelatihan tingkat nasional, Komite Keselamatan pasien
Rumah Sakit.
c. Drs. Sutirto Basuki, SpKK, MKes
Bendahara PP ARSADA, Mantan Wakil Direktur Pelayanan RSUD
Tarakan, mantan Kepala SPI RSUD Tarakan , Surveyor Akreditasi RS.
c. Workshop Akreditasi
Latar Belakang
Perubahan sistem dan konsep akreditasi di dunia perlu diikuti pula oleh komisi
Akreditasi Rumah Sakit Indonesia, karena itu akreditasi dengan standar pelayanan
fokus kepada provider, mulai tahun 2012 berubah menjadi berfokus kepada pasien.
Standar akreditasi yang dikembangkan tersebut mengacu dengan standar dari Joint
Commission International (JCI) yang terdiri dari 2 kelompok yaitu standar pelayanan
berfokus kepada pasien dan standar manajemen rumah sakit. Dengan berbagai
pertimbangan standar akreditasi tersebut dijadikan menjadi 3 kelompok yaitu
standar pelayanan berfokus ke pasien, standar manajemen rumah sakit dan
sasaran keselamatan pasien, yang awalnya merupakan standar pelayanan berfokus
kepada pasien. Dengan sasaran keselamatan pasien menjadi kelompok tersendiri
diharapkan dapat lebih memacu rumah sakit untuk menerapkan program
keselamatan pasien di rumah sakit. Di sisi lain, dengan adanya komitmen Negara
Indonesia untuk mencapai MDGs, dimana bidang kesehatan menjadi salah satu
kontributor pencapaian MDGs, maka standar JCI tersebut ditambah satu kelompok
yaitu sasaran program MDGs.
Harus diakui, perubahan standar perlu diikuti pula perubahan pola pikir dan
budaya di rumah sakit dari yang berorientasi kepada pasien.
Standar KARS 2012 mengadaptasi standar JCI, pada pelaksanaannya,
terdapat rumah sakit yang kesulitan menerapkan seluruh Bab dalam standar
sekaligus, disebabkan karena keterbatasan sumber daya khususnya sumber daya
18
manusia, untuk Rumah Sakit Kelas D Pratama, Kelas D dan Kelas C tanpa
pelayanan Sub Spesialis dengan jumlah TT dibawah 100. Sehingga diperlukan
kebijakan khusus agar mereka dapat menerapkan standar akreditasi versi 2012
secara bertahap, dengan keluarnya Keputusan KARS Nomor: 1666/KARS/X/2014
tanggal 1 Oktober 2014, tentang Penetapan Status Akreditasi Rumah Sakit, dimana
terdapat program khusus dengan sertifikat kelulusan PERDANA. Untuk itu
diperlukan pedoman dan panduan penerapan akreditasi khusus untuk Bab SKP,
HPK, PPI dan KPS.
Dalam rangka sosialisai standar dan untuk membantu rumah sakit dalam
memahami dan bagaimana mengimplementasikan standar maka Komisi Akreditasi
Rumah Sakit menyediakan paket workshop yang dapat diselenggarakan di rumah
sakit dan di rancang sesuai kebutuhan rumah sakit.
Tujuan
a. Umum
Terwujudnya peningkatan mutu dan keselamatan pasien, melalui
implementasi standar akreditasi versi 2012 terutama program khusus yang
meliputi Bab SKP, HPK, PPI dan KPS.
b. Khusus
1. Meningkatnya pemahaman para praktisi RS terhadap standar akreditasi
versi 2012 terutama program khusus yang meliputi Bab SKP, HPK, PPI dan
KPS
2. Meningkatnya Implementasi oleh RS terhadap standar akreditasi versi
2012 terutama program khusus yang meliputi Bab SKP, HPK, PPI dan KPS
3. Meningkatnya Implementasi sasaran keselamatan pasien di rumah sakit.
Peserta Workshop
1. Staf RS yang terlibat dalam upaya peningkatan mutu.
Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan Workshop di Jakarta
Waktu Pelaksanaan
Workshop dilaksanakan pada bulan agustus 2016
19
Materi Workshop
1. Perubahan paradigma akreditasi rumah sakit (konsep akreditasi, metode
telusur dan sistem skoringnya)
2. Sasaran keselamatan pasien
3. Hak Pasien dan Keluarga
4. Kualifikasi Pendidikan Staf
5. Pengendalian dan pencegahan infeksi
Catatan : Semua materi dilengkapi dengan contoh dokumen, implementasi dan
telusur
Narasumber
Narasumber telah disediakan oleh panitia pelaksana.
Metode Workshop
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
Biaya
Biaya pelatihan bersal dari dana RAB Rumah Sakit Islam Namira Kab. Lombok
timur.
20
sendiri dengan memberdayakan sumber daya dan fasilitas termasuk narasumber/
fasilitator yang ada dirumah sakit.
Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah mengikuti pembelajaran/ pelatihan ini diharapkan peserta mampu
dan terampil dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang akhirnya
akan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan
b. Tujuan khusus
Setelah mengikuti pembelajaran/ pelatihan ini diharapkan peserta mampu
memahami dan meningkatan pengetahuan serta Keterampilan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien dengan memperhatikan kemanan dan
keselamatan pasien serta kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas sendiri
: (mengidentifikasi kejadian tidakterduga, langkah-langkah menerapkan
pelaksanaan pasien safety dan K3 di RS).
Peserta
Peserta adalah SDM (dokter, perawat dan bidan) dilingkungan Rumah Sakit
Islam Namira Kabupaten Lombok Timur yang telah ditunjuk sesuai kebutuhan dan
bidang tugas masing-masing SDM, dengan memperhatikan/ mengatur agar
pelayanan kepada masyarakat tetap dapat berjalan seperti biasa.
Narasumber
Narasumber worshop ini telah disediakan oleh panitia penyelenggara workshop.
Biaya
Pembiayaan bersumber dari dana RAB Rumah Sakit Islam Namira Kabupaten
Lombok Timur.
21
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kasus- kasus kegawatan dan
kematian akibat kecelakaanlalu lintas dan bencana alam, kegawatan pada kasus
penyakit dalam, kasus- kasus kebidanan/ obstetric dan gynecology, kasus-kasus
kegawatan pada anak dan bayi/ neonatusjuga meningkat. Untuk itu diperluka
kesiapan tim medis dan para medis rumah sakit dalam memberikan pertolongan
pertama mulai dari tempat kejadian s/d unit gawat daruratmasing-masing rumah
sakit dan mencapai respon time yang pendek pada penanganan pasien,
transportasi pelayanan am,bualnce serta komunikasi radiomedik yang benar.
Diperlukan pelatihan-pelatihan untuk selalu dapat menigkatkan dan
mengembangkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan bagi seluruh
karyawan rumah sakit agar selalu siap dan tanggap dalam melayani masyarakat
atau pelanggan terhadap kejadian terutama kasus-kasus kegawatdaruratan agar
dapat memberikan pertolonga/ bantuan hidup dasar pada penderita dengan cepat,
tepat sesuai standar yang telah ditetapkan, dan dapat memberikan pelayanan yang
memuaskan pelanggan.
Tujuan
a) Tujuan umum
Peserta mampu memahami, merencanakan dan melakukan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) pada penaggulangan penderita gawat darurat.
b) Tujuan khusus
1. Peserta memahami tentang penanggulangan kegawatdaruratan pada
kasus internis
2. Peserta dapat mengetahui, memahami dan mampu melakukan pertolongan
kegawatdaruratan pada kasus bedah (jalan nafas, kegawatan nafas,
kegawatan sirkulasi dan kegawatan otak/ kesadaran) pada penderita
dewasa.
3. Peserta dapat mengetahui, memahami dan mampu melakukan pertolongan
kegawatan pada kasus kegawatan anak dan bayi / neonatus (jalan nafas,
kegawatan nafas, kegawatan sirkulasi dan kegawatan otak/ kesadaran).
4. Peserta dapat mengetahui, memahami dan mampu melakukan pertolongan
kegawatan pada kasus kegawatan obstetry and gynecology (jalan nafas,
kegawatan nafas, kegawatan sirkulasi dan kegawatan otak/ kesadaran).
5. Peserta dapat mengetahui, memahami dan mampu memberikan Bantuan
Hidup Dasar (BHD)/ resusitasi jantung paru (RJP) pada penderita gawat
darurat (bayi dan dewasa) baik dengan alat maupun tampa alat bantu.
Peserta
Terdiri dari perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya dengan jumlah
peserta 149 orang, yang ditunjuk dari masing-masing unit, dengan ketentuan belum
pernah mengikuti pelatihan sejenis minimal dalam waktu 1 tahun terakhir.
22
Tempat : Aula Rumah Sakit Islam Namira Kab. Lombok Timur
Metode
1. Pre Test
2. Penyampaian materi
3. Demonstrasi/praktek
4. Tanya jawab
5. Post test
Narasumber
Terdiri dari tenaga ahli/ dokter spesialis dan tenaga perawat terampil
bersertifikat BCTLS dan ACTLS, EKG, RESUSITASI. Serta mempunyai
kemampuan kedaruratan lainnya.
Biaya
Pembiayaan bersumber dari dana RAB Rumah Sakit Islam Namira Kabupaten
Lombok timur.
f. Komunikasi Efektif
Latar belakang
Mengingat amanat UUD Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit dalam pasal 40 disebutkan bahwa Rumah Sakit wajib melakukan
akreditasi minimal 3 tahun sekali. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit. Oleh karena itu RSI Namira sebagai salah satu rumah sakit
swasta yang berkomitmen dalam peningkatan mutu layanan rumah sakit akan
melakukan proses akreditasi. Penilaian akreditasi dilakukan oleh tim independen
yakni Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Komisi Akreditasi Rumah Sakit dalam melakukan proses akreditasi memiliki
berbagai komponen penilaian. Salah satu hal yang sangat ditekankan dalam proses
akreditasi adalah Patient Safety atau Keselamatan Pasien. Keselamatan pasien
rumah sakit sendiri telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691
tahun 2011. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa ada beberapa poin sasaran
keselamatan pasien Rumah Sakit yaitu ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian
tepat lokasi tepat prosedur dan tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan serta pengurangan resiko pasien jatuh.
Dari beberapa sasaran diatas, tentunya peningkatan komunikasi efektif
menjadi salah satu poin yang perlu dilakukan segera karena tercapainya sasaran ini
tidak dapat terlepas dari kemampuan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit.
Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan pelatihan Komunikasi Efektif adalah :
1. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit
23
2. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan komunikasi yang efektif
3. Terpenuhinya sasaran penilaian akreditasi
Peserta
Peserta yang mengikuti pelatihan komunikasi efektive ini bejumlah 40 orang
peserta yang mewakili masing-masing unit.
Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
Narasumber
Fernando Wahyu Sitompul, S.Psi, CH, Cht
Materi pelatihan
Adapun materi pelatihan komunikasi efektif yang disampaikan yaitu :
1. Konsep dasar komunikasi
2. Komunikasi dalam tim
3. Teknik membangun komunikasi efektif pasien dan antar petugas
4. Komunikasi dan harapan pelanggan
5. Hubungan komunikasi dan loyalitas pelanggan
6. Komunikasi yang empati
h. Pelatihan APAR
Latar Belakang
Training APAR alat pemadam api ringan diselenggarakan oleh BMD street
consulting secara public dan inhouse. Perkembangan tekhnologi kini memacu
timbulnya berbagai resiko kecelakaan kerja, salah satunya yang terbesar adalah
kebakaran. Seperti yang kita ketahui peristiwa kebakaran dapat terjadi kapanpun
dan dimanapun. Tidak ada ruang ataupun lingkungan yang terbebas dari resiko
kebakaran, dimana peristiwa tersebut dapat mengakibatkan korban materi serta
adanya korban jiwa maupun kerugian lain secara tidak langsung. Sehingga
alangkah bijaksannya kita untuk selalu siaga dengan menyediakan alat pemadam
kebakaran. Alat pemadam api ringan adalah alat pemadam api yang portebel dan
mudah dibawa, cepat dan tepat didalam penggunaan penggunaan untuk awal
kebakaran. Selain itu pula karena bentuknya yang portable dan ringan sehingga
mudah mendekati daerah kebakaran. Oleh karena itu cara penggunaan APAR dan
pemahaman terhadapap fungsi-fungsi serta bagaimana mangemen penggunaan
alat pemadam api ringan serta tata letak APAR penting diketahui oleh setiap
24
karyawan di sarana pelayanan kesehatan karena fungsinya untuk penanganan dini
dalam menangani kebakaran bias semaksimal mungkin.
Manfaat
Setelah mengikuti training APAR ini, diharapkan peserta mampu
a. Memahami fungsi alat pemadam kebakaran
b. Mampu menggunakan APAR yang benar dan tepat
c. Mampu menganalisa factor- factor kebakaran
d. Mampu mendesign management APAR disarana pelayanan kesehatan
Materi Pembahasan
a. Klasifikasi kebakaran
b. Jenis-jenis media pemadam
c. Tekhnik pemadam api
d. Fire Classes
e. Anatomi tabung pemadam kebakaran
f. Fire Extinguiher applications
g. Fire Extinguiher Summary
h. Fire Extinguiher Response
i. Criteria keputusan Firefighting
j. Fighting the Fire
Narasumber
Narasumber telah disediakan oleh panitia
Biaya
Biaya pelatihan ini berasal dari dan RAB Rumah Sakit Islam Namira
i. Training Disaster Plan
Latar Belakang
Training management bencana atau disaster management dalam setiap kasus
darurat atau bencana yang cendrung biasanya terjadi adalah masalah kepanikan
sehingga upaya pencegahan macet tidak efektif bahkan memperburuk keadaan
darurat itu sendiri. Biasanya dalam keadaan atau kondisi bencana setiap orang atau
unit kerja tidak terkoordinasi dengan baik yang dapat menyebabkan kerugian
bencana dan kerusakan menjadi lebih parah.
Untuk itu kita perlu strategi untuk organisasi atau unit yang ditunjuk untuk
mengelola dan mengembangkan rencana terhadap kemungkinan terjadinya
keadaan darurat dan bencana yang mungkin terjadi secara terpadu, sistematis,
25
terkoordinasi dan terlatih melalui pelatihan tertentu” disaster manajemen/
management bencana.”
Tujuan
1. Memahami konsep manajemen darurat sehingga efektif kontrol yang dapat
dilakukan dengan cepat dan akurat.
2. Memahami konsep proses kesiapsiagaan darurat dan sistem untuk
mempersiapkan darurat kesiapan sitem ditempat kerja.
3. Mencegah kesimpangsiuran dalam menghadapi keadaan emergency.
4. Sebagai upaya untuk meminamalkan dan mencegah terjadinya korban jiwa,
kerusakan harta benda/ aset perusahaan dan lingkungan kerja akibat
kecelakaan atau becana.
5. Peserta mampu untuk membuat analisa terhadap kebutuhan akan situasi gawat
darurat diperusahaan.
6. Mampu mempersiapkan skenario serta peralatan pendukung baik pasif dan
aktif didalam mengendalikan kondisi darurat atau becana.
7. Mengkoordinasikan upaya penaggulangan kedaan darurat baik secara internal
maupun eksternal sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas dalam
pengendaliannya.
Metode Pelatihan
Training manajemen bencana atau disaster management dimaksud untuk
melatih dan mengembangkan kemampuan eksekutif perusahaan dalam
menghadapi suatu bencana yang meliputi berbagai aspek antara lain:
Konsep dasar bencana
Regulasi bencana diindonesia
Jenis –jenis bencana
Standar menejemen bencana NFPA 1600
Elemen disaster management
Strategi pengembangan disaster management
Analisa resiko bencana (ARISCANA)
Organisasi dan komunikasi emergency
Emergency response plan
Tugas dan tanggung jawab petugas tanggap darurat
Pree- planning
Penyusunan prosedur tanggap darurat
Audit manajemen bencana
Table exsercie simulation
Studi kasus
26
Trainer
Dr. Hasri dinirianti, MARS
Yohan samudra, MD
Dr. Syifa silviana
Durasi
2 hari (efektif 14 jam 09.00-16.00)
Fasilitas
Sertifikat, modul(hard/ soft copy), training kit (blocknote, ballpoint), jacket, tas
ransel, 2 x lunch, 2 x coffe break/ hari, foto bersama seluruh peserta, dilaksanakan
dihotel berbintang.
27
d) Penyusunan tim pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
e) Menyusun POA dan jadwal pelaksanaan pelatihan
f) Mengajukan usulan penetapan akreditasi pelatihan ke Dinas Kesehatan Kab.
Lombok Timur (Minimal 1 bulan sebelum pelaksanaan pelatihan)
g) Mengajukan usulan permintaan kebutuhan dana pelatihan
h) Pembuatan laporan
c. Pertemuan pembahasan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Sebelum pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan dimulai, maka tim
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan mengadakan pertemuan tim untuk membahas.
d. Penyusunan kerangka acuan
Setiap pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan, harus disusun kerangka
acuan sesuai dengan acuan yang ada, sehingga pelaksanaanya dapat terlaksana
dengan baik. Yang perlu dicantumkan dalam kerangka acuan meliputi:
a) Latar belakang
b) Tujuan pelaksanaan pelatihan
c) Waktu dan tempat pelaksanan
d) Sumber dana
e) Pelaksana
f) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan pelatihan
g) Dokumentasi/ laporan pertanggung jawabana kegiatan
h) Waktu penyelesaian laporan pertanggung jawaban kegiatan
e. Melakukan audit pelaksanaan kegiatan pelatihan.
Audit pelatihan akan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui out put dan
out come pelatihan.
a) Untuk mengetahui out put pelatihan
Untuk mengetahui out put pelaksanaan pelatihan, akan disusun alat bantu
ceklist untuk mempermudah pengamatan, meliputi
1. Laporan pertanggungjawaban
2. Ketepatan waktu pelaksanaan
3. Ketepatan pemilihan narasumber
4. Ketepatan penggunaan anggaran
7. SASARAN
Sasaran kegiatan pendidikan dan pelatihan tahun 2016 adalah
28
a. Terlaksana pendidikan dan pelatihan bagi tenaga klinis dan non klinis sebanyak 45%
dari kegiatan yang sudah diusulkan.
b. Terlaksana pendidikan dan pelatihan bagi tenaga klinis dan non klinis sebesar 15 jam
perorang pertahun.
8. SCHEDULE (JADWAL)PELAKSANAAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan dimulai dari bulan januari sampai dengan desember
2016, dengan penjabaran sebagai berikut
NO Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pelatihan APAR
2 Pelatihan BHD
3 Pelatihan BCLS
4 Pelatihan IPCN
5 Pelatihan satuan pengawas intern
RS
5 Pelatihan EKG
6 Pelatihan B3
7 Komunikasi efektive
8 Workshop akreditasi
9 Pelatihan PONEK
10 Workshop K 3
11 Pelatihan suction
12 Pelatihan kalibrasi alat kesehatan
13 Workshop implementasi komite
keperawatan
14 Pelatihan management bangsal
15 Inhouse training IPCLN
16 Pelatihan disaster plan
29
penyimpangan jadwal maka didalam pelaporan dicantumkan solusinya. Laporan akan
ditandatangani oleh tim dan dilaporkan kepada direktur.
30