Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biomedik Dasar

DOSEN PENGAMPU: NOVI PASIRIANI, S.ST., M. Pd

Disususn oleh: Kelompok 2

ANNISA ANGGARA (P07220118067)

ANNISA APRIL LIANA (P07220118068)

AULIA CITRA (P07220118069)

BELLA DWI ANDIKA (P07220118070)

BUNGA TANG (P07220118071)

Prodi D III Keperawatan Kelas Balikpapan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur

Tahun 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi
pada Laki-laki”. Guna memenuhi tugas mata kuliah Biomedik Dasar.

Disamping itu, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak


yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
terselesaikanlah makalah ini.

Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan


memberikan gambaran mengenai materi terkait konsep dasar proses keperawatan.
Sehingga pembaca dapat menggunakan makalah ini sebagai literatur pendukung dalam
pengembangan bidang ilmu selanjutnya yang terkait dengan materi ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun bahasanya, maka penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang menjadikan makalah ini sebagai bahan literatur
mengenai materi terkait. Amin

Balikpapan, 31Agustus 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................................ i

Daftar isi .................................................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang.............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN........................................................................................................ 3
2.1 Anatomi system reproduksi pria ................................................................................ 3
2.2 Fisiologi system reproduksi pria ................................................................................ 8
2.3 Otot membentuk reproduksi pria............................................................................... 12
2.4 Pembuluh darah dan persyarafan pada reproduksi pria .......................... 13

BAB III: PENUTUP .......................................................................................... 16

Daftar pustaka ................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri
dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau
perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal(fisiologi). Reproduksi secara
fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu
manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh
manusia yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya (testes atau ovarium)
atau mencapai menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi
baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa
kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan
dalam tubuh manusia. Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk
hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk
hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka
kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat
dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah dalam


pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana anatomi sistem reproduksi pria?


2. Bagaimana fisiologi sistem reproduksi pria?
3. Bagaimanakah terjadinya spermatogenesis?
4. Bagaimanakah otot pembentuk system reproduksi pada pria?
5. Bagaimana pembuluh darah arteri dan vena pada system reproduksi pada pria?
6. Bagaimanakah persyarafan organ reproduksi pada pria?

1
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria
2. Mahasiswa mengetahui otot serta pebuluh darah yang bekerja pada system
reproduksi pada pria
3. Mahasiswa mengetahui persyarafan system reproduksi pada pria

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Pria

2.1.1 Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari: penis, skrotum (kantung
zakar) dan testis (buah zakar).

a. Penis

Adalah alat kopulasi sperma yang terdiri atas:

1. Bulbus penis, bagian akar penis.


2. Korpus penis, jaringan erektil berongga yang mengandung pembuluh darah
dan saraf, terdiri dari: korpus cavernosum, uretra, korpus spongiosum
Ketika ada rangsangan, darah masuk ke jaringan erektil dan penis
mengalami ereksi.
3. Glans penis, bagian kepala penis.
4. Preputium, kulit pelindung kepala penis yang dipotong sewaktu sirkumsisi.

Penis terdiri dari:

 Akar (menempel pada didnding perut)


 Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
 Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).

Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di
umung glans penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria yang tidak
disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari
korona menutupi glans penis.

Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:

3
 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus,
terletak bersebelahan.
 Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi
uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih
besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).

b. Skrotum

Adalah kantung pembungkus testis yang melindungi testis. Pada skrotum


terdapat dua otot:

1. Otot dartos, otot polos yang dapat mengerut dan mengendurkan skrotum.
2. Otot kremaster, otot lurik yang mengatur suhu testis.

Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan


melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu
untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki
suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh. Otot
kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga
testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin)
atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).

2.1.2 Struktur dalamnya terdiri dari: vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan
vesikula seminalis.
1. Testis

Adalah gonad pria yang menghasilkan sperma dan hormon pada pria, terdiri
dari:

a. Tubulus seminiferus, saluran berkelokkelok yang menghasilkan sel sperma.


b. Sel sertoli, menghasilkan hormon estrogen dan nutrisi sel sperma, dan
merangsang spermiasi.
c. Sel Leydig, menghasilkan hormon testosteron.

4
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di
dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis
menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH) juga hormon testosterone.

Fungsi testis, terdiri dari:

 Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus


seminiferus.
 Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial. Testis
memiliki 2 fungsi, yaitu: Pembentukan sperma oleh tubulus
seminiferus. Pembentukan hormone testoteron oleh sel Leydig

Sumber: http://medicastore.com/images/anatomi_pria.jpg
Gambar Anatomi Sistem Reproduksi Pria

2. Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis.
Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan
membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan
saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika.

5
3. Uretra
Uretra memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai bagian dari sistem kemih yang
mengalirkan air kemih dari kandung kemih dan bagian dari sistem reproduksi yang
mengalirkan semen.
4. Kelenjar kelamin
a. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan
mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut
dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat
mengeluarkan sekeret cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran
prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin.
Fungsi Prostat: Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang
berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat
pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo
Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan
kelenjar prostat.
Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50
kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
 Lobus posterior
 Lobus lateral
 Lobus anterior
 Lobus medial
b. Vesikula seminalis.
Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan
sumber makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari
semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens
dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis. Fungsi Vesika seminalis
adalah mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk
sebagian besar cairan semen.

6
c. Kelenjar bulbourethra (Cowper)
berjumlah sepasang, menghasilkan getah basa. Sperma yang telah diberi
nutrisi dan getah disebut semen.

5. Epididimis
Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang atas tepi
dan belakang dari testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup
kutup testis, badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral,
lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli
eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis
panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara
di duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens
Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma
sebelum di ejakulasi, dan memproduksi semen.

6. Duktus Deferens
Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus
ini berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang
kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan selanjtnya
membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostate. Panjang duktus deferens 50-60
cm.

Bangunan Penyokong atau Penyambung


Funikulus Spermatikus: Bagian penyambung yang berisi duktus seminalis,
pembuluh limfe, dan serabut-serabut saraf.

2.1.3 Struktur Sperma


Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai memproduksi
sperma saat pubertas (kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai

7
sperma dewasa sampai usia tua. Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan
mampu bertahan hidup selama 48 jam setelah ditempatkan di dalam vagina sang
wanita. Rata-rata volume air mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5 sampai 6 ml, dan
rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta per ml.
Spermatozoa masak terdiri dari:
1. (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma,
mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada
bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal
yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan
proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
2. Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai
penghasil energi untuk pergerakan sperma.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas
deferen dan ductus ejakulotoris.

2.2 Fisiologi Sistem Reproduksi Pria

2.2.1 Hormon pada Laki-laki


a. FSH: Menstimulir spematogenesis.
b. LH: Menstimulir Sel Interstial Leydig untuk memproduksi Testosteron.
c. Testosteron: Bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama
organ seks sekundernya.

8
2.2.2 Efek hormon testoteron pada pria:
Sebelum lahir:
a. Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna
b. Mendorong penurunan testis ke skrotum
Efek reproduksi: untuk pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi,
penting dalam spermatogenesis, serta untuk pertumbuhan tanda kelamin
sekunder

2.2.3 Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi
spermatozoa. Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi
spermatozit primer. Spermatozit primer menjadi spermatozit
sekunder. Spermatozit sekunder berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir
spermatogenesis adalah pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran
spermatozoa adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan
ekor.

Sumber: http://sandurezu.files.wordpress.com/2010/06/spermatogenesis.jpg
Gambar Proses Spermatogenesis dalam Tubulus Seminiferus

9
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut
spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat
dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada
saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar
250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel
germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium =
tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel
tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk
memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-
tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi
makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa
hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
 LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan
hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu
tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
 FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk
menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses
pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu
selama 2 hari.

10
Proses Spermatogenesis:
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu:
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali
yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan
struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli
dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang
bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan),
berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia
tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-
sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid.
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti
selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan
dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma
makin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan
spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit
sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat
buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel
benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu
jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I,
spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang
meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase
pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak.

11
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk
seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang
menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron
(Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel
Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik
kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan
cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat
dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-
kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu
ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel
spermatozoa.

2.3 Otot membentuk reproduksi pria

Pada skrotum terdapat dua otot yang memiliki fungsi saling mendukung yakni otot
dartos dan otot kremaster

a. Otot dartos
Otot dartos berfungsi mengendalikan skrotum agar dapat mengerut dan
mengendor. Otot ini terdapat diantara skrotum kiri dan kanan. Pengerutan dan
pengendoran dilakukan untuk menunjang fungsi testis serta sebagai upaya
mempertahankan suhu di dalam testis. Pada saat suhu lingkungan panas, maka
otot ini akan membuat skrotum mengendor sedangkan pada saat dingin, otot ini
akan mengerutkan skrotum
b. Otot kremaster
Otot kremaster merupakan penerusan dari otot lurik yang berada di dinding
perut. Otot ini berfungsi membantu mengatur suhu didalam skrotum agar proses
pembentukan sperma didalam testis tidak terganggu. Proses pembentukan

12
sperma akan berjalan baik jika didalam testis memiliki suhu lebih rendah sekitar
30oC lebih rendah dari suhu tubuh.

2.4 Pembuluh darah (arteri dan vena) dan persyarafan pada reproduksi pria

2.4.1 Pembuluh Darah dan Syaraf pada Testis

1. Pembuluh darah
a. Arteri pudenta ekterna pars superfisialis merupakan cabang dari arteri
femoralis.
b. Arteri perinealis superficialis cabang dari arteri pudenta interna.
c. Arteri kresmasterika cabang dari arteri epigastrika inferior.
d. Untuk pembuluh darah vena mengikuti arteri.

2. Persyarafan
a. Nervus ilio inguinalis.
b. Nervus lumbo inguinalis cabang dari pleksus lumbalis.
c. Nervus perinealis pars superfisialis.

2.4.2 Pembuluh Darah dan Saraf Vesika Siminalir

Arteri yang menyuplai vesika seminalis cabang dari arteri vesikalis


medialis, arteri fesika inferior, dan arteri hemoroidalis medialis. Vena-vena dan
sistem limfe akan menyertai arteri sedangkan persarafan merupakan cabang
dari flekus pelvikus.

2.4.3 Pembuluh Darah dan Syaraf Kelenjar Prostat

1. Arteri pudenda interna


2. Arteri cesicalis inferior

13
3. Arteri haemoroidalis medialis (arteri rektialis media)
4. Vena akan membentuk fleksus di sekitar sisi dan basis glandula prostat dan
berakhir di vena hipogastrika. Nervus yang mempersarafi merupakan
cabang dari pleksus pelvis

2.4.4 Pembuluh Darah dan Syaraf Fenikulus Spermatikus

1. Pembuluh Darah
a. Arteri spermatika interna: cabang dari aorta abdominalis, keluar dari
abdomen melalui cincin inguinalis abdominalis bergabung dengan
fenikulus spermatikus sepanjang kanalis inguinalis memberikan darah
untuk epididimis dan subtansia testis.
b. Arteri spermatika eksterna: cabang dari arteri epigastrika inferior,
memberikan darah untuk fenikulus spermatikus beranastomosis dengan
arteri spermatika interna.
c. Arteri duktus deferens: cabang dari arteri vesikalis inferior. Arteri ini
panjang dan bergabung dengan duktus deferens beranastomosis dengan
arteri spermatika interna dekat testis.
d. Vena spermatika: mulai dari belakang testis menerima darah dari
epididimis membentuk pompa bagian fenikulus spermatikus pembuluh-
pembuluh yang membentuk fleksus banyak masuk sepanjang fenikulus
spermatikus di depan duktus deferens. Di bawah cincin subtansia
inguinalis, pembuluh ini bersatu membentuk 2-4 vena lewat kanalis
inguinalis, masuk ke abdomen melalui cincin inguinalis abdominalis,
yang kanan bermuara ke vena cava inferior, sedangkan yang kiri
bermuara ke vena renalis sinistra.
2. Pembuluh Saraf
Plesus spermatikus merupakan saraf simpatis yang bergabung dengan
cabang dari pleksus pelvis yang menyertai arteri duktus deferens.

14
2.4.5 Pembuluh Darah dan Syaraf Penis
1. Pembuluh Darah Penis
a. Arteri pudenda interna:
cabang arteri hipogastrika yang menyuplai darah untuk ruangan
kavernosus.
b. Arteri profunda penis:
merupakan cabang dari arteri dorsalis penis, bercabang terbuka
langsung ke ruang kanvernosa. Cabang kapiler akan menyuplai darah
ke trabekula ruangan kavernosa dan dikembalikan ke vena pada dorsum
membentuk vena dorsalis penis melewati permukaan superior corpora
kavernosa lalu bergabung dengan vena yang lain.
2. Syaraf Penis
Merupakan cabang dari nervus pudendus dan pleksus pelvikus. Pada glans
penis dan bulbus terdapat beberapa filament dari nervus kutaneus
memunyai korpus

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

System reproduksi adalah suatu rangkai atau interaksi organ dan zat dalam suatu
organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. System reproduksi pada suatu
organisme berbeda antara jantan dan betina. System reproduksi laki-laki berfungsi
untuk memproduksi spermatozoa dan menyalurkannya ke saluran reproduksi wanita
sehingga terjadi fertilisasi.

System reproduksi laki-laki terdiri atas organ reproduksi internal dan eksternal.
Organ eksternal laki-laki yaitu:

1. Skrotum, berisi dua testis yang merupakan tempat pembuatan spermatozoa, dan
dua epididimis sebagai tempat pematangan dan penyimpanan spermatozoa.
2. Penis, menyalurkan spermatozoa melalui ejakulasi

Organ internal laki-laki

1. Duktus yang menyalurkan spermatozoa dari testis hingga ke ujung penis.


2. Kelenjar yang menyekresi nutrient yang menghidupi spermatozoa dan
menyekresi substansi kimia yang mempengaruhi fungsi kelenjar
3.2 Saran

Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua orang.
Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat menjaga alat
reproduksinya untuk tidak digunakan secara bebas tanpa mengatahui dampaknya.
Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami, tepat sasaran, dan tidak
menyesatkan. Dengan demikian orang tersebut akan dapat menghadapi rangsangan
dari luar dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.

16
Daftar Pustaka

http://berianataayupamungkas.blogspot.com/2016/03/makalah-anatomi-fisiologi-
sitem.html?m=1

http://indahpratiwi1996.blogspot.com/2015/11/sistem-reproduksi-pria-anatomi-
fisiologi.html?m=1

http://siswapedia.com/alat-reproduksi-laki-laki/

http://udarajunior.blogspot.com/2012/09/anatomi-organ-reproduksi-laki-laki_17.html

(diakses pada 31 agustus 2018 pukul 20.00)

17

Anda mungkin juga menyukai