Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

Makalah untuk memenuhi salah satu tugas UAS

OLEH :

NAMA : ZANNY ZAELANI

(NIM : 08180100124)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah penyakit kronis variabel dari sistem pernapasan yang ditandai

oleh penyempitan saluran pernapasan kecil dan bronkiolus, meningkat bronkial

sekresi atau lendir dan pembengkakan mukosa atau peradangan, sering dalam

menanggapi satu atau lebih memicu. Asma ditandai dengan serangan sesak

dada, batuk dan mengi akibat obstruksi jalan napas (Gibbs, 2008).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana

trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

(Smeltzer 2012)

Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies in Childhood

pada tahun 2008 menunjukkan, di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma

melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4 persen di jawa tengah 1,5 persen

menjadi 2,5 persen dan di surakarta meningkat dari 1,5 persen menjadi 2

persen. Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini cenderung meningkat dengan

kasus kematian yang diprediksi akan meningkat sebesar 20 persen hingga 10

tahun mendatang. WHO memperkirakan di tahun 2015 terdapat 255 ribu

penderita meninggal dunia karena asma.

Asma dapat timbul pada segala umur, dimana 30% penderita mempunyai

gejala pada umur 1 tahun, sedangkan 80-90% anak yang menderita asma,

gejala pertamanya muncul sebelum umur 4-5 tahun. Sebagian besar anak yang

terkena kadang-kadang hanya mendapat serangan ringan sampai sedang, yang


relatif mudah ditangani. Sebagian kecil mengalami asma berat yang berlarut-

larut, biasanya lebih banyak yang terus menerus dari pada yang musiman. Hal

tersebut yang menjadikannya tidak mampu dan mengganggu kehadirannya di

sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi dari hari ke hari (Sundaru, 2006).

Asma juga salah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa

disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak

menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya.

Terutama apabila pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita

harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab

serangan. Karena asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan

secara total, biasanya dokter merujuk penderita asma kepada fisioterapi yang

dapat membantu mengatasi permasalahan yang ditimbulkan akibat asma

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Asma?

2. Bagaimana tanda-tanda Gejala Asma?

3. Apa penyebab terjadinya Asma?

4. Bagaimana patofisiologi asma?

5. Bagaimana cara mencegah Penyakit Asma?

6. Bagaimana cara mengobati pnyakit Asma?

7. Bagaimana asuhan keperawatan asma?

C. Tujuan

1. Agar mengetahui Penyakit Asma

2. Agar mengetahui jenis-jenis Penyakit Asma

3. Agar mengetahui tanda-tanda Gejala Asma


4. Agar mengetahui penyebab terjadinya Asma

5. Agar mengetahui cara mencegah Penyakit Asma

6. Agar mengetahui cara mengobati pnyakit Asma


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan

oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-

lymphocytes terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea,

whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan

terjadi secara episodik berulang (Brunner and suddarth, 2011). Penyakit asma

merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan

banyak sel dan elemennya. (GINA, 2011).

Asma adalah suatu penyakit dengan adanya penyempitan saluran

pernapasan yang berhubungan dengan tanggap reaksi yang meningkat dari

trakea dan bronkus berupa hiperaktivitas otot polos dan inflamasi, hipersekresi

mukus, edema dinding saluran pernapasan, deskuamasi epitel dan infiltrasi sel

inflamasi yang disebabkan berbagai macam rangsangan(Alsagaff, 2010)

Bedasarkan beberapa definisi diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan

Asma adalah suatu penyakit yang di tandai oleh hiperresponsif cabang

trakeobronkial terhadap berbagai rangsangan yang akan menimbulkan

obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan (mengi dan sesak).

B. Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor presdiposisi dan presipitasi

timbulnya serangan asma menurut Baratawidjaja (2000) yaitu :

1. Faktor presdiposisi
Berupa genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun

belum diketahui bagaimana cara penurunanya yang jelas. Penderita

dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga yang

menderita menyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita

sangat mudah terkena penyakit asma jika terpapar dengan faktor pencetus.

Selain itu hipersensitifitas saluran pernafasan juga bisa di turunkan.

2. Faktor presipitasi

a. Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Inhalan yaitu yang masuk melalui salura pernafasan misalnya

debu, bulu binantang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan

polusi.

2) Ingestan yaitu yang masuk melalui mulut misalnya makanan dan

obat obatan.

3) Kontaktan yaitu yang masuk melalui kontak denga kulit misalnya

perhiasan, logam dan jam tangan.

b. Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa penggunungan yang dingin

sering mempengaruhi asma. Atsmosfir yang mendadk dingin

merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang kadang

serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim

kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin

serbuk bunga dan debu.

c. Stress Stress atau gangguan emosi menjadi pencetus serangan asma,

selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita

asma yang alami stress perlu diberi nasehat untuk menyelesaiakan

masalah pribadinya. Karena juka stresnya belum diatasi maka gejala

asma belum bisa diobati.

d. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan

asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang

yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes atau

polisi lalul intas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

e. Olah raga atau aktivitas yang berat Sebagian besar penderita asma

akan mendapat serangan asma jika melakukan aktifitas jasmani atau

olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan

asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah

selesai aktifitas tersebut.

Menurut NANDA (2013) etiologi asma adalah dari :

a. Lingkungan, yaitu berupa aspa dan rokok

b. Jalan napas, yaitu berupa spasme inhalasi asap, perokok,pasif, sekresi

yang tertahan, dan sekresi di bronkus.

c. Fisiologi, yaitu berupa inhalasi dan penyakit paru obstruksi kronik.

C. Tanda dan Gejala

Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang

di timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam hari,

sesak napas/susah bernapas, bunyi saat bernapas (whezzing atau mengi) rasa

tertekan di dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak napas atau susah
bernapas. Gejala ini terjadi secara reversibel dan episodik berulang (Brunner

& Suddarth, 2011)

Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan, seperti

berhadapan dengan bulu binatang, uap kimia, perubahan temperature, debu,

obat (aspirin, beta-blocker), olahraga berat, serbuk, infeksi sistem respirasi,

asap rokok dan stress (GINA, 2004). Gejala asma dapat menjadi lebih buruk

dengan terjadinya komplikasi terhadap asma tersebut sehingga bertambahnya

gejala terhadap distress pernapasan yang di biasa dikenal dengan Status

Asmaticus (Brunner & Suddarth, 2011).

Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan

whizing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas),

kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (pepanjangan ekshalasi),

perbesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis,

dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya

obstruksi di bronkus maka suara whizing dapat hilang dan biasanya menjadi

pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth, 2011).

Begitu bahayanya gejala asma (Dahlan, 1998). Gejala asma dapat

mengantarkan penderitanya kepada kematian seketika, sehingga sangat penting

sekali penyakit ini dikontrol dan di kendalikan untuk kepentingan keselamatan

jiwa penderitanya (Sundaru, 2008; Dahlan, 1998).

D. Patofisiologi

Corwin (2000) berpendapat bahwa pada penderita asma, terjadi

bronkokonsentriksi. Proses bronkokonsentriksi ini diawali dengan proses

hypersensitivitas yang distimulasi agent fisik seperti suhu dingin, debu, serbuk
tanamana dan lainya. Asma juga dapat terjadi karena adanya stimulasi agent

psikis seperti kecemasan dan rasa takut. Pada suatu serangan asma otot-otot

polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan Efektifitas Latihan Nafas

yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya

peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara.

Hal ini memperkecil diameter dari saluran udara (disebut

bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha

sekuat tenaga supaya dapat bernafas. Sel-sel tertentu didalam saluran udara

(terutama sel mast) diduga bertanggung jawab terhadap awal terjadinya

penyempitan ini.

Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan

leukotrien yang menyebabkan terjadinya konstraksi otot polos, peningkatan

pembentukan lender dan perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Sel

mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang

mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus

yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi

pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang

tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan

kecemasan juga bisa memicu dilepaskanya histamin dan leukotriene.

E. Mencegah Penyakit Asma

Cara Pencegahan asma antara lain :

Hindarkan alergen atou faktor pencetus yang bisa membuat alergi.

Gantilah sprei dan gorden seminggu sekali.

Hindarkan penggunaan karpet karena bisa menjadi tempat menempelnya debu.


Bersihkan tempat tidur kita setiap hari agar tidak berdebu.

Ada juga serangan asma akibat perubahan cuaca, maka lindungilah dengan

memakan makanan yang bergizi tinggi agar memiliki daya tahan tubuh yang

baik sehingga sehingga siap menghadapi perubahan cuaca.

F. Mengobati Penyakit Asma

1. Pengendalian asma

Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai

berikut:

a. Pengetahuan Memberikan pengetahuan kepada penderita asma

tentang keadaan penyakitnya dan mekanisme pengobatan yang akan

dijalaninya kedepan (GINA, 2005).

b. Monitor Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang

menangani penyakit asma. Memonitor perkembangan gejala, hal-hal

apa saja yang mungkin terjadi terhadap penderita asma dengan kondisi

gejala yang dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru

(GINA, 2005).

c. Menghindari Faktor Resiko Hal yang paling mungkin dilakukan

penderita asma dalam mengurangi gejala asma adalah menhindari

faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma. Faktor resiko

ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya

(GINA, 2005).

2. Pengobatan Medis Jangka Panjang Pengobatan jangka panjang terhadap

penderita asma, dilakukan berdasarkan tingkat keparahan terhadap gejala

asma tersebut. Pada penderita asma intermitten, tidak ada pengobatan


jangka panjang. Pada penderita asma mild intermitten, menggunakan

pilihan obat glukokortikosteroid inhalasi dan didukung oleh Teofilin,

kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten,

menggunakan pilihan obat β-agonist inhalsi dikombinasikan dengan

glukokortikoid inhalasi, teofiline atau leukotrien. Untuk asma severe

persisten, β2-agonist inhalasi dikombinasikan dengan glukokortikosteroid

inhalasi, teofiline dan leukotrien atau menggunakan obat β2 agonist oral

(GINA, 2005).

G. Asuhan Keperawatan Asma

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Nama : Ny. T

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 33 tahun

Status Pernikahan : Menikah

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : IRT

Suku/ Bangsa : Sunda/ Indonesia

Alamat : Kp. Cigombong

Diagnosa Medis : Asma

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SLTP

Hubungan dengan klien : Suami

2. Keluhan utama

Sesak nafas

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien merasa sesak, sesak dirasakan seperti di ikat oleh tali, sesak

dirasakan di bagian dada, sesak dirasakan saat alergi terkena debu atau

dingin.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan sudah sering kambuh penyakit asma saat terkena

alergi debu atau kedinginan

c. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan di keluarga emang ada yang menderita juga yaitu

ibu.

4. Pola persepsi

a. kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

1) Klien mengeluh sesak nafas, batuk, lendir susah keluar

2) Mengeluh mudah lelah dan pusing

b. Pola nutrisi metabolik

1) Mual, muntah, tidak nafsu makan

2) Menunjukan tanda dehidrasi, membran mukosa kering

3) Cyanosis, banyak keringat

c. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas terbatas karena adanya wheezing dan sesak nafas

2) Kebiasaan merokok

3) Batuk dan lendir yang sulit dikeluarkan

4) Menggunakan otot-otot tambahan saat inspirasi

d. Pola tidur dan istirahat

1) Keluhan kurang tidur

2) Lelah akibat serangan sesak nafas dan batuk

e. Pola persepsi dan konsep diri

Klien kemungkinan dapat mengungkapkan strategi mengatasi

serangan, tetapi tidak mampu mengatasi jika serangan datang.

f. Pola kognitif dan persepsi sensori

1) Sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakitnya

2) Kemampuan mengatasi masalah

3) Melemahnya proses berfikir

g. Pola peran dan hubungan dengan sesame

1) Terganggunya peran akibat serangan

2) Merasa malu bila terjadi serangan

h. Pola seksualitas dan reproduksi

Menurunnya libido

i. Mekanisme dan toleransi terhadap stress

1) Mengingkari

2) Marah

3) Putus asa
5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Tampak sakit

b. Keadaan Sakit : Tampak sakit sedang

c. Kesadaran : Compos mentis

d. Tekanan darah : 110/70 mmHg

e. Nadi : 108 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

f. Pernapasan : 32 kali/menit, cepat, dan dangkal

g. Temperatur : 37,3 ºC

h. Pemeriksaan Head to toe

1) Kulit

Warna sawo matang, turgor kembali cepat, ikterus pada kulit (-),

scar (-), keringat umum (+), pucat pada telapak tangan dan kaki

(-), pertumbuhan rambut normal.

2) Kelenjar Getah Bening

Tidak ada pembesaran KGB pada aksila, leher, inguinal, leher,

submandibula dan supraklavikula.

3) Kepala

Normosefali, bentuk oval, simetris, deformitas (-), ekspresi

tampak sakit sedang.

4) Mata

5) Edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik

(-).

6) Hidung

Epistaksis (-)
7) Mulut

Sariawan (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), atrofi papil (-),

stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-)

8) Leher

Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP (5-2) cmH2O.

9) Thorax

a) Paru

Inspeksi : statis: simetris kanan = kiri; dinamis:

simetris kanan = kiri, retraksi dinding dada (+).

Palpasi : stemfremitus kanan sama dengan kiri.

Perkusi : sonor di kedua lapangan paru.

Auskultasi : vesikuler (+) ekspirasi memanjang, ronkhi

(-), wheezing (+) ekspirasi pada kedua lapangan paru.

b) Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.

Perkusi

Batas kanan : linea sternalis dekstra.

Batas kiri : linea midclavicularis sinistra ICS V.

Batas atas : ICS II.

Auskultasi : HR= 108 kali/menit, murmur (-), gallop (-).

10) Abdomen

Inspeksi : Datar, spider nevi (-), venektasi (-), caput medusa

(-)
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal, undulasi (-)

11) Genital

Tidak diperiksa

12) Ekstremitas

Ekstremitas atas : Palmar eritem (-) kiri dan kanan, nyeri sendi

(-), eutoni, eutrophi, kekuatan +5, gerakan bebas, clubbing finger

(-).

Ekstremitas bawah : Nyeri sendi (-), eutoni, eutrophi, kekuatan

+5, gerakan bebas, edema pretibial (-), telapak kaki pucat (-).

6. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan produksi sekret.

b. Intoleransi beraktivitas dalam melakukan perawatan diri b.d sesak dan

kelemahan fisik.
7. Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional implementasi evaluasi

Keperawatan

Ketidakefektifan jalan Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi 1. Beberapa derajat 1. Mengauskultasi bunyi S :klien mengatakan

nafas b.d peningkatan tindakan nafas, catat spasme bronkus terjadi nafas, terdapat suara sesak berkurang

produksi sekret. keperawatan adanya bunyi dengan obstruksi jalan wheezing (+) O : - nafas bisa diatur

diharapkan pasien nafas misalnya nafas dan dapat/tidak 2. Mengkaji frekuensi Suara wheezing

tidak sesak dan mengi, krekels, dimanifestasikan pernafasan berkurang

tidak memiliki ronchi. adanya bunyi nafas 3. Merubah posisi tidur A : Masalah tertasi

suara tambahan adventisius misalnya: menjadi semi fowler P : tindakan

penyebaran, krekels 4. Mempertahankan dilalnjutkan

basah (bronkitis), bunyi lingkungan jauh dari

nafas redup dengan alergi

ekspirasi mengi
(emfisema) atau tidak

adanya bunyi nafas

(asma berat).

2. Kaji/pantau 2. Tachipnea biasanya ada

frekuensi pada beberapa derajat

pernafasan, catat dan dapat ditemukan

radio pada penerimaan atau

inspirasi/ekspirasi selama stress/adanya

proses infeksi akut.

3. Kaji pasien untuk 3. Peninggian kepala

posisi yang tempat tidur

nyaman misalnya mempermudah fungsi

peninggian
kepala tempat pernafasan dengan

tidur, duduk pada menggunakan gravitasi.

sandaran tempat

tidur.

4. Pertahankan 4. Pencetus tipe reaksi

polusi lingkungan alergi pernafasan yang

minimum dapat, mentriger

misalnya: debu, episode akut.

asap dan bulu

bantal yang

berhubungan

dengan kondisi

individu.
Intoleransi Setelah dilakukan 1.Kaji keluhan 1. Memahami masalah 1. Melakukan S: klien mengatakan

beraktivitas dalam tindakan sesak, pusing dan klien. pengkajian keluhan tidak terasa lemas

melakukan perawatan keperawatan kemampuan sesak nafas yang O : aktivitas bisa

diri b.d sesak dan diharapkan klien merawat diri klien didapatkan secara mandiri

kelemahan fisik. dapat melakukan 2.Bantu personal 2. Membantu personal A : masalah teratasi

aktivitas kembali higiene (mandi, 2. Higiene klien terpenuhi. hygiene P : tindakan di

secara normal dan berpakaian, bab, hentikan

merawat diri sendiri bak).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma adalah suatu penyakit serius yang biasa dialami oleh anak-anak pada

usia rata-rata 5 tahun pada tahun pertama. Berat dan perjalanan asma sulit

diramalkan. Karena kadang-kadang hanya terserang ringan sampai sedang.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor terutama karena

mempunyai riwayat genetik/keturunan yang menderita penyakit ini. Penyakit

ini dapat dicegah dengan menganjurkan pasien untuk banyak istirahat

(mengurangi aktivitas-aktivitas yang cukup berat), mengkonsumsi makanan

yang tidak menimbulkan alergi, mengurangi stres emosional, serta

menghindari polusi udara seerti asap rokok, dll. Apabila penyakit ini tidak

dicegah maka akan menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut.

Penyakit asma dapat ditangani dengan baik, tergantung dari motivasi anak

sendiri dan suport dari orang tua serta keluarga. Peran perawat sangat

dibutuhkan dalam memberikan penyuluhan akan penyebabnya, cara

penanggulangannya dan komplikasinya untuk menambah pengetahuan anak

serta terutama pada orang tua yang mengasuh anak.

B. Saran

Jangan anggap mudah terhadap semua penyakit yang diderita saat itu karena

kita tidak tau akan lebih atau komplikasi yang akan dirasakan nantinya. Maka

dari itu harus lebih sadar akan penyakit sejak dini. Makalah ini masih jauh dari

kata sempurna maka kritik dan saran di harapkan untuk membangun makalah

ini.

Anda mungkin juga menyukai