Sebagai hamba Allah yang beriman marilah kita panjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kesehatan iman lahir
dan batin kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini
dalam rangka hanya semata-mata menghambakan diri kepada Allah SWT.
Salawat dan salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi
Allah Muhammad SAW yang telah menngantarkan umat manusia dari
peradaaban hidup yang jahiliyah menuju pada peradaban hidup yang
moderen,,,, yg penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
seperti yang kita rasakan pada saat ini. Semoga kita semua termasuk
hambanya yang taat, yang berhak mendapatkan syafaatnya di hari akhir
kelak.
Saat ini, kondisi Ummat Islam sedang jauh dari Al Qur’an. Hanya sedikit
orang Islam yang mampu membaca Al Qur’an dengan benar. Hanya sedikit
orang Islam yang memahami Al Qur’an. Yang mengamalkannnya? Pasti
jumlahnya jauh lebih sedikit lagi.
Karena itu, jika ingin bangkit, maka tidak ada pilihan lain kecuali kembali
kepada Al Qur'an. Kembali kepada Al Qur’an berarti kita harus memperbaiki
interaksi kita dengan Al Qur’an. Lalu, Bagaimana cara berinterkasi dengan
Al Qur'an?
1. Membaca Al Qur'an
Membaca Al Qur’an adalah kunci untuk memahami Al Qur’an. Tanpa
kemampuan membaca Al Qur’an dengan baik, akan mustahil bagi
seseorang untuk dapat memahami Al Qur’an dengan baik.
Ketidakmampuan membaca Al Qur’an dengan baik akan menyebabkan
kurang sempurnanya ibadah shalat seseorang. Oleh sebab itu, hukum
membaca Al Qur’an dengan benar adalah wajib.
Selain itu, membaca Al Qur'an dengan benar dan lancar merupakan salah
satu bukti ciri baiknya keimanan sesesorang. [Al Baqarah: 121]
Bagi yang belum bisa membaca Al Qur’an, maka segeralah belajar tahsin.
Jangan sampai kita kena ejekan, "Ummatu Iqra' laa taqra", yaitu ummat
yang wahyu pertamanya "bacalah", tapi tidak bisa membaca kitabnya
sendiri.
Bagi yang sudah bisa membaca Al Qur’an dengan benar, maka bacalah Al
Qur'an minimal 1 juz setiap harinya. Berdasarkan hadits,
Abdullah bin Amr r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Bacalah (khatamkan
bacaan) Al-Qur’an dalam masa sebulan. Jawabku: Aku merasa kuat,
sehingga Nabi saw. bersabda: Bacalah (khatamkan) dalam tujuh hari jangan
kurang dari itu. (Bukhari, Muslim)
2. Memahami Al Qur'an
Orang yang pandai membaca Al Qur’an tapi tidak memahaminya seperti
burung beo yang pandai berkicau tapi tidak faham apa yang diucapkan
oleh mulutnya sendiri.
Berdasarkan kaidah usul fiqh, "Man lam yutimmul wajib illa bihi fahuwa
wajib"."Sesuatu yang tanpanya kewajiban menjadi tidak sempurna, maka
sesuatu itu menjadi wajib".
Saudaraku kaum muslimin, tidak ada kata terlambat untuk belajar bahasa
Arab. Bagi yang belum berkesempatan belajar bahasa Arab, berdoalah
kepada Allah SWT, semoga diberikan kesempatan untuk mempelajarinya
suatu saat nanti, insya Allah.
Mereka mendengar dan mereka taat (sami’na wa atha’na). Inilah salah satu
ciri orang beriman. [Al Baqarah: 285]
Sebaliknya salah satu ciri dari orang kafir adalah ketika mendengar Al
Qur’an lalu mereka ingkar (sami’na wa ashaina) [Al Baqarah: 93]
dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat
bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-
teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" mereka
menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". dan telah diresapkan
ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena
kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan
imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).
Respon yang luar biasa terhadap Al Qur'an yang telah ditunjukkan oleh
para shahabat merupakan bukti kebenaran iman. Kerena, iman tidak hanya
terucap di lisan, tapi juga diyakini oleh hati dan DIAMALKAN dalam
perbuatan.
4. Menghafalkan Al Qur'an
Banyak hadits Rasulullah saw yang mendorong untuk menghafal Al Qur’an,
sehingga hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian
dari kitab Allah swt. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas, “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur’an sedikit pun adalah
seperti rumah kumuh yang mau runtuh.” (HR. Tirmidzi)
Fadhail Akhirat
1. Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafalnya. Dari Abi
Umamah ra. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Bacalah olehmu Al Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at
pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya).”” (HR. Muslim
2. Hifzhul Qur’an akan meninggikan derajat manusia di surga. Dari Abdillah
bin Amr bin ‘Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Akan dikatakan kepada
shahib Al Qur’an, “Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau
dulu mentartilkan Al Qur’an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir
ayat yang kau baca.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
Para ulama menjelaskan arti shahib Al Qur’an adalah orang yang hafal
semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan mentadabur serta
mengamalkan isinya dan berakhlak sesuai dengan tuntunannya.
3. Para penghafal Al Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan taat.
“Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an sedangkan ia hafal
ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat.”
(Muttafaqun’alaih)
4. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota
kemuliaan). Mereka akan dipanggil, “Dimana orang-orang yang tidak
terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku?” Maka
berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota
kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan
kekekalan dengan tangan kirinya. (HR. At-Tabrani)
5. Kedua orang tua penghafal Al Qur’an mendapat kemuliaan. “Siapa yang
membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka
dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti
cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan)
yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami
dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak
kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (HR. Al-Hakim)
6. Penghafal Al Qur’an adalah orang yang paling banyak mendapatkan
pahala dari Al Qur’an. Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada
yang lupa, seseorang memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika
sedang atau selesai menghafal. Dan begitulah sepanjang hayatnya sampai
bertemu dengan Allah.
Allah telah menjanjikan pahala untuk setiap huruf Al Qur’an yang dibaca.
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu
hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak
mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam
satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. At-Turmudzi)
5. Mendakwahkan Al Qur'an
Jika seseorang telah pandai membaca Al Qur’an, mampu memahaminya,
mengamalkannya, dan menghafalkannya, maka insya Allah Allah dia telah
menjadi orang yang shalih secara pribadi. Namun keshalehan pribadi tentu
saja belum cukup, harus diiringi dengan keshalihan secara sosial. Karena itu,
menjadi wajib baginya untuk mendakwahkan Al Qur’an.
Karena, pada dasarnya hukum berdakwah adalah wajib bagi setiap mukmin
[An Nahl: 125]
Selain itu, sesunggunya orang yang hanya ingin shalih untuk dirinya sendiri
maka dia termasuk orang yang merugi,
Wallahua'lam