Anda di halaman 1dari 14

ASSALAMUALAIKUM WAARAHMATULLAHI WABARAKAATUH

ALHAMDULILLAHI ROBBL ALAMIIN, NAHMADUHU WANASTAIINU


WANASTAGHFIRUHU,,,WANA UUDDZU BILLAHI MIN SYURURI ANFUSINA
WAMIN SSAAYYIATI A`MALINA...MAYAHDILLAHU FALA MUDHILLALAH
WAAMAYUDDHLILHU FFALA HAADIYA LAHU.. ASYHADU ALLAA ILAAHA
ILLALLAH WA ASHADU ANNA MUHAMMADARRASULULLAH
ALLAHUMMASALLI ALA SSAAYIDINA MUHAMMAD WA ALA ALI SAYIDINA
MUHAMMAD... AMMA BA`DU.

Sebagai hamba Allah yang beriman marilah kita panjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kesehatan iman lahir
dan batin kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini
dalam rangka hanya semata-mata menghambakan diri kepada Allah SWT.

Salawat dan salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi
Allah Muhammad SAW yang telah menngantarkan umat manusia dari
peradaaban hidup yang jahiliyah menuju pada peradaban hidup yang
moderen,,,, yg penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
seperti yang kita rasakan pada saat ini. Semoga kita semua termasuk
hambanya yang taat, yang berhak mendapatkan syafaatnya di hari akhir
kelak.

Hadirin-Hadirat yang dirahmati Allah...Dalam kesempatan ini


Perkenankanlah saya untuk menyampaikan ceramah agama yang

Bagaimana cara berinteraksi dengan Al Qur'an?

Sejarah membuktikan bahwa kejayaan Islam pada masa dahulu disebabkan


oleh karena Ummat Islam memiliki interaksi yang baik dengan Al Qur'an.
Sejarah juga membuktikan bahwa keruntuhan kejayaan Islam disebabkan
jauhnya Ummat Islam dari Al Qur’an. Menjadikan Al Qur’an sebagai
pedoman akan membawa kepada kemuliaan, sedangkan meninggalkannya
akan mengakibatkan kehinaan.

Saat ini, kondisi Ummat Islam sedang jauh dari Al Qur’an. Hanya sedikit
orang Islam yang mampu membaca Al Qur’an dengan benar. Hanya sedikit
orang Islam yang memahami Al Qur’an. Yang mengamalkannnya? Pasti
jumlahnya jauh lebih sedikit lagi.

Bahkan, telah banyak orang Islam yang meninggalkan Al Qur’an. Jangankan


untuk menghafalkannya/memahaminya, membacanya saja mereka sudah
tidak berminat lagi. Benarlah keluhan Nabi saw kepada Allah swt yang
termaktub dalam Al Qur’an [Al Furqan: 30]

Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al


Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".

Jauhnya Ummat Islam dari Al Qur’an mengakibatkan Ummat Islam


terjerembap ke dalam lumpur kehinaan. Khususnya di Indonesia, sebagai
negara muslim terbesar di dunia, orang Islam digambarkan dengan image
miskin dan tertinggal.

Karena itu, jika ingin bangkit, maka tidak ada pilihan lain kecuali kembali
kepada Al Qur'an. Kembali kepada Al Qur’an berarti kita harus memperbaiki
interaksi kita dengan Al Qur’an. Lalu, Bagaimana cara berinterkasi dengan
Al Qur'an?

Berinteraksi dengan Al Qur’an tidaklah sulit. Karena pada dasarnya


berinteraksi dengan Al Qur’an adalah mudah, sebagaimana yang telah Allah
janjikan dalam surat Al Qamar: 15, 17, 22, 32.

dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka


Adakah orang yang mengambil pelajaran?

Cukuplah 5 (lima) hal yang perlu dilakukan, yaitu: membacanya,


memahaminya, mengamalkannya, menghafalkannya, dan
mendakwahkannya.

1. Membaca Al Qur'an
Membaca Al Qur’an adalah kunci untuk memahami Al Qur’an. Tanpa
kemampuan membaca Al Qur’an dengan baik, akan mustahil bagi
seseorang untuk dapat memahami Al Qur’an dengan baik.
Ketidakmampuan membaca Al Qur’an dengan baik akan menyebabkan
kurang sempurnanya ibadah shalat seseorang. Oleh sebab itu, hukum
membaca Al Qur’an dengan benar adalah wajib.
Selain itu, membaca Al Qur'an dengan benar dan lancar merupakan salah
satu bukti ciri baiknya keimanan sesesorang. [Al Baqarah: 121]

Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka


membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman
kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah
orang-orang yang rugi.

Bagi yang belum bisa membaca Al Qur’an, maka segeralah belajar tahsin.
Jangan sampai kita kena ejekan, "Ummatu Iqra' laa taqra", yaitu ummat
yang wahyu pertamanya "bacalah", tapi tidak bisa membaca kitabnya
sendiri.

Bagi yang sudah bisa membaca Al Qur’an dengan benar, maka bacalah Al
Qur'an minimal 1 juz setiap harinya. Berdasarkan hadits,

Abdullah bin Amr r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Bacalah (khatamkan
bacaan) Al-Qur’an dalam masa sebulan. Jawabku: Aku merasa kuat,
sehingga Nabi saw. bersabda: Bacalah (khatamkan) dalam tujuh hari jangan
kurang dari itu. (Bukhari, Muslim)

2. Memahami Al Qur'an
Orang yang pandai membaca Al Qur’an tapi tidak memahaminya seperti
burung beo yang pandai berkicau tapi tidak faham apa yang diucapkan
oleh mulutnya sendiri.

Memahami Al Qur’an dapat dilakukan dengan mengikuti pengajian tafsir Al


Qur’an ataupun membaca kitab-kitab tafsir yang sudah banyak
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Namum demikian cara ideal
untuk memahami Al Qur’an adalah dengan cara mempelajari bahasa Arab.
Bahkan banyak ulama yang mewajibkan belajar bahasa Arab.

Berdasarkan kaidah usul fiqh, "Man lam yutimmul wajib illa bihi fahuwa
wajib"."Sesuatu yang tanpanya kewajiban menjadi tidak sempurna, maka
sesuatu itu menjadi wajib".

Karena pemahaman Al Qur’an tidak akan sempurna tanpa bahasa Arab,


maka hukum belajar bahasa Arab menjadi wajib.

Saudaraku kaum muslimin, tidak ada kata terlambat untuk belajar bahasa
Arab. Bagi yang belum berkesempatan belajar bahasa Arab, berdoalah
kepada Allah SWT, semoga diberikan kesempatan untuk mempelajarinya
suatu saat nanti, insya Allah.

3. mengamalkan Al Qur'an (4:82)


Membaca dan memahami Al Qur'an saja tidaklah bermanfaat tanpa
mengamalkannya.
----------------
Namanya Bairuha’.
Begitu indah dan memikat hati. Sejuk, rimbun, luas, menghadap ke masjid
Nabawi di Madinah. Dan yang menjadikannya lebih istimewa lagi adalah
karena Rasulullah saw yang mulia pernah memasukinya kemudian
meminum airnya yang sejuk.
Bairuha’ adalah nama sebuah kebun kurma yang sangat dicintai Abu
Thalhah, pemiliknya.
Tapi tiba-tiba kebun yang begitu prestisius, berlokasi strategis dan bernilai
sejarah tinggi itu menjadi tak bernilai sama sekali di mata Abu Thalhah
ketika turun ayat berikut:

” Kalian sekali-kali tidak akan mencapai kebaikan, sebelum kalian


menafkahkan dari sesuatu yang kalian cintai “ (Q.S. Ali Imran: 92)

Demi mendengar ayat di atas, Abu Thalhah segera bergegas menuju


Rasulullah kemudian dengan serta merta menyerahkan Bairuha’ beserta
segala isinya kepada Rasulullah untuk dipergunakan sebagaimana apa yang
diperintahkan Allah kepadanya.
Rasulullah yang bijak memuji tindakan Abu Thalhah ini tetapi menyarankan
agar Bairuha’ dibagi saja kepada kerabat Abu Thalhah yang lebih
membutuhkan.
Maka dibagikanlah kebun itu kepada kerabat dan sepupu-sepupu Abu
Thalhah yang berjumlah sekitar 70 orang. Masing-masing mendapatkan
200 pohon kurma!
Kisah ini diriwayatkan oleh sahabat Anas ra dan dicantumkan oleh Imam
Nawawi dalam Bab ke-37 Riyadhus Shalihin yang ditulisnya.
----------------
Kisah di atas memberikan gambaran bagaimana patuhnya para shahabat
terhadap perintah-perintah Allah yang terdapat dalam Al Qur'an.

Mereka mendengar dan mereka taat (sami’na wa atha’na). Inilah salah satu
ciri orang beriman. [Al Baqarah: 285]

Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari


Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang
pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan:
"Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan
kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".

Sebaliknya salah satu ciri dari orang kafir adalah ketika mendengar Al
Qur’an lalu mereka ingkar (sami’na wa ashaina) [Al Baqarah: 93]
dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat
bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-
teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" mereka
menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". dan telah diresapkan
ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena
kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan
imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).

Respon yang luar biasa terhadap Al Qur'an yang telah ditunjukkan oleh
para shahabat merupakan bukti kebenaran iman. Kerena, iman tidak hanya
terucap di lisan, tapi juga diyakini oleh hati dan DIAMALKAN dalam
perbuatan.

Dan sesungguhnya, sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling baik


adalah yang paling banyak mengeksekusi/mengamalkan ayat-ayat Allah
SWT. Berdasarkan hadits,

"Sebaik-baik kamu adalah yang belajar Al Qur'an dan YANG


MENGAMALKANNYA" (HR Bukhari)

Sungguh Nabi SAW telah memberikan teladan, dimana beliau digambarkan


oleh istrinya Aisyah r.a sebagai, “Kaana khuluquhul Qur’an” (Al Qur'an yang
berjalan).

4. Menghafalkan Al Qur'an
Banyak hadits Rasulullah saw yang mendorong untuk menghafal Al Qur’an,
sehingga hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian
dari kitab Allah swt. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas, “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur’an sedikit pun adalah
seperti rumah kumuh yang mau runtuh.” (HR. Tirmidzi)

Berikut adalah Fadhail Hifzhul Qur’an (Keutamaan menghafal Qur’an) yang


dijelaskan Allah dan Rasul-Nya, agar kita lebih bergairah dalam menghafal
Al Qur’an.
Fadhail Dunia
1. Hifzhul Qur’an merupakan nikmat rabbani yang datang dari Allah.
Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahlul
Qur’an, “Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara,
menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al Qur’an
kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga
tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, ‘Andaikan aku
diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat
sebagaimana si fulan berbuat’” (HR. Bukhari).
Bahkan nikmat mampu menghafal Al Qur’an sama dengan nikmat
kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu,
“Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Qur’an, maka sungguh dirinya telah
menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya.” (HR.
Hakim)
2. Al Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi
penghafalnya “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan
mengajarkannya” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Seorang hafizh Al Qur’an adalah orang yang mendapatkan tasyrif nabawi
(penghargaan khusus dari Nabi SAW). Di antara penghargaan yang pernah
diberikan Nabi SAW kepada para sahabat penghafal Al Qur’an adalah
perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al Qur’an.
Nabi saw mendahulukan pemakamannya. “Adalah nabi mengumpulkan di
antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, “Manakah di
antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur’an, ketika ditunjuk kepada
salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat.”
(HR. Bukhari).
Pada kesempatan lain, Nabi SAW memberikan amanat pada para hafizh
dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi. Dari Abu Hurairah ia
berkata, “Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak
jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per
satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada
shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau
hafal? Ia menjawab,”Aku hafal surat ini, surat ini, dan surat Al Baqarah.”
Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?” Tanya Nabi lagi. Shahabi
menjawab, “Benar.” Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah
pemimpin delegasi.” (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa’i). Kepada hafizh Al
Qur’an, Rasul SAW menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda,
“Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya.”
(HR. Muslim)
4. Hafizh Qur’an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi.
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat
bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al
Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad).
5. Menghormati seorang hafizh Al Qur’an berarti mengagungkan Allah.
“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua
yang muslim, penghafal Al Qur’an yang tidak melampaui batas (di dalam
mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan
membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil.” (HR. Abu Daud)

Fadhail Akhirat
1. Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafalnya. Dari Abi
Umamah ra. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Bacalah olehmu Al Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at
pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya).”” (HR. Muslim
2. Hifzhul Qur’an akan meninggikan derajat manusia di surga. Dari Abdillah
bin Amr bin ‘Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Akan dikatakan kepada
shahib Al Qur’an, “Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau
dulu mentartilkan Al Qur’an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir
ayat yang kau baca.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
Para ulama menjelaskan arti shahib Al Qur’an adalah orang yang hafal
semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan mentadabur serta
mengamalkan isinya dan berakhlak sesuai dengan tuntunannya.
3. Para penghafal Al Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan taat.
“Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an sedangkan ia hafal
ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat.”
(Muttafaqun’alaih)
4. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota
kemuliaan). Mereka akan dipanggil, “Dimana orang-orang yang tidak
terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku?” Maka
berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota
kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan
kekekalan dengan tangan kirinya. (HR. At-Tabrani)
5. Kedua orang tua penghafal Al Qur’an mendapat kemuliaan. “Siapa yang
membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka
dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti
cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan)
yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami
dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak
kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (HR. Al-Hakim)
6. Penghafal Al Qur’an adalah orang yang paling banyak mendapatkan
pahala dari Al Qur’an. Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada
yang lupa, seseorang memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika
sedang atau selesai menghafal. Dan begitulah sepanjang hayatnya sampai
bertemu dengan Allah.
Allah telah menjanjikan pahala untuk setiap huruf Al Qur’an yang dibaca.
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu
hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak
mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam
satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. At-Turmudzi)

5. Mendakwahkan Al Qur'an
Jika seseorang telah pandai membaca Al Qur’an, mampu memahaminya,
mengamalkannya, dan menghafalkannya, maka insya Allah Allah dia telah
menjadi orang yang shalih secara pribadi. Namun keshalehan pribadi tentu
saja belum cukup, harus diiringi dengan keshalihan secara sosial. Karena itu,
menjadi wajib baginya untuk mendakwahkan Al Qur’an.

Karena, pada dasarnya hukum berdakwah adalah wajib bagi setiap mukmin
[An Nahl: 125]

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.

Selain itu, sesunggunya orang yang hanya ingin shalih untuk dirinya sendiri
maka dia termasuk orang yang merugi,

Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali


orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat
menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran (Al Ashr: 2-3)

Wallahua'lam

Anda mungkin juga menyukai