Anda di halaman 1dari 8

KIKKO 6A 15

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN INDONESIA
1. 1. Faktor penyebab terjadinya konflik Indonesia-Belanda
1. Kedatangan tentara sekutu diboncengi oleh NICA

Semenjak Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus
1945 maka secara hukum tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini mengakibatkan
Indonesia berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada pemerintah yang
berkuasa) dan waktu itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Pada tanggal 10 September 1945 Panglima
Bala Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan
diserahkan pada Sekutu bukan pada pihak Indonesia. Dan pada tanggal 14
September perwirwa Sekutu datang ke Jakarta untuk mempelajari dan melaporkan
keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.

Pada tanggal 29 September 1945 akhirnya Sekutu mendarat di Indonesia yang


bertugas melucuti tentara Jepang. Semula rakyat Indonesia menyambut dengan
senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka mengumandangkan perdamaian.
Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil Administration (NICA)
di bawah pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat
Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirkan
orang-orang Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah
pada Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia. Keadaan
bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas oleh
Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia
menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan
NICA dan Sekutu.

Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces
Netherlands East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Sir Philip Christinson. Mereka
memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia Belanda. Adapun tugas
AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Menerima penyerahan dari tangan Jepang.


2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan.
4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan
kepada pemerintahan sipil.
5. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di depan
pengadilan.

1. Kedatangan Belanda (NICA) berusaha menegakkan kembali kekuasaannya di


Indonesia.
Kedatangan pasukan Sekutu pada mulanya disambut dengan sikap netral oleh pihak
Indonesia. Namun, setelah diketahui bahwa Sekutu membawa NICA(Netherland
Indies Civil Administration) sikap masyarakat berubah menjadi curiga karena NICA
adalah pegawai sipil pemerintah Hindia Belanda yang dipersiapkan untuk
mengambil alih pemerintahan sipil di Indonesia. Para pemuda memberikan
sambutan tembakan selamat datang. Situasi keamanan menjadi semakin buruk
sejak NICA mempersenjatai kembali tentara KNIL yang baru dilepaskan dari
tawanan Jepang.

Melihat kondisi yang kurang menguntungkan, Panglima AFNEI menyatakan


pengakuan sedara de facto atas Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945.
Sejak saat itu, pasukan AFNEI diterima dengan tangan terbuka oleh pejabat-pejabat
RI di daerah-daerah untuk membantu memperlancar tugas-tugas AFNEI.

Namun dalam kenyataannya di daerah-daerah yang didatangi Sekutu selalu terjadi


insiden dan pertempuran dengan pihak RI. Hal itu disebabkan pasukan Sekutu tidak
bersungguh-sungguh menghormati kedaulatan RI. Sebaliknya pihak Sekutu yang
merasa kewalahan, menuduh pemerintah RI tidak mampu menegakkan keamanan
dan ketertiban sehingga terorisme merajalela. Pihak Belanda yang bertujuan
menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia berupaya memanfaatkan situasi ini
dengan memberi dukungan kepada pihak Sekutu. Panglima Angkatan Perang
Belanda, Laksamana Helfrich, memerintahkan pasukannya untuk membantu
pasukan Sekutu.

Kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA menyebabkan terjadinya konflik


dan pertempuran di berbagai daerah. Keinginan Belanda untuk kembali menjajah
Indonesia berhadapan dengan rakyat Indonesia yang mempertahankan
kemerdekaannya. Oleh karena itu, terjadi pertempuran di berbagai daerah di
Indonesia. Konflik antara Indonesia-Belanda ini akhirnya melibatkan peran dunia
internasional untuk menyelesaikannya.

Peran dunia internasional dalam penyelesaian konfik Indonesia-Belanda

1. A. Peranan PBB

Peranan PBB dalam ikut menyelesaikan pertikaian Indonesia dengan Belanda


diwujudkan dengan dibentuknya Badan Perdamaian yang bertugas menengahi
perselisihan dan menjadi mediator dalam perundingan perdamaian Indonesia
Belanda. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia setelah proklamasi tercatat
ebeberapa badan Perdamaian yang dibentuk PBB untuk Indonesia adalah :

1. Komisi Jasa Baik (Komisi Tiga Negara)

Lembaga ini dibentuk pada tanggal 25 Agustus 1947 sebagai reaksi PBB terhadap
Agresi Militer Belanda I. Lembaga ini beranggotakan 3 negara :

1. Australia (dipilih oleh Indonesia) : Richard Kirby


2. Belgia (dipilih oleh Belanda) : Paul Van Zealand
3. Amerika Serikat (pihak netral) : dr. Frank Graham

Badan ini berperan dalam :

1. mengawasi secara langsung penghentian temabak menenmbak sesuai resolusi


Dewan Keamanan PBB
2. memasang patok-patok wilayah status quo yg dibantu oleh TNI
3. mempertemukan kembali Indonesia Belanda dalam Perundingan Renville.

1. UNCI (United Nations Commisions for Indonesia)

Badan perdamaian ini dibentuk pada tanggfal 28 Januari 1949 untuk menggantikan
Komisi Tiga Negara yang dianggap gagal mendamaikan Indonesia – Belanda
(Belanda kembali melakukan Agresi Militer setelah P. Renville)

Peranan UNCI adalah :

1. mengadakan Perundingan Roem Royen (7 Mei 1949)


2. mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda

B. Peranan Negara Negara Lain

1. Konferensi Asia di New Delhi (20 – 25 Januari 1949)

Konferensi ini terselenggara atas prakarsa PM India Jawaharlal Nehru dan PM


Burma (sekarang Myanmar) U Aung San, sebagai bentuk dukungan
kepada Indonesia setelah terjadinya Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta.
Konferensi berhasil mendesak PBB untuk mengambil langkah tegas atas tindakan
Belanda yang melanggar kedaulatan Republik Indonesia

1. Pengakuan Kedaulatan RI

Walaupun bukan sayarat utama berdirinya sebuah Negara, pengakuan negara lain
sangat penting bagi eksistensi sebuah Negara dalam pergaulan internasional.
Pengakuan atas kemerdekaan Indonesia pertama kali dari Mesir (14 Juli 1947)
disusul kemudian oleh Negara-negara Timur Tengah yang lain. Pengakuan ini atas
kerja keras Menteri Luar negeri H. Agus Salim yang mengadakan kunjungan ke
Negara Negara Timur Tengah.

Amerika Serikat dan Inggris walaupun secara de facto juga mengakui kedaulatan RI
pada tahun 1947.

Australia merupakan salah satu pendukung utama RI pada masa-masa


mempertahankana kemerdekaan. Australia juga berpartisipasia dalam Konferensi
New Delhi.
1. 2. Pengaruh adanya konflik Indonesia-Belanda
1. Pengaruh wilayah facto RI

Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke


Indonesia untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda.
Pada tanggal 7 Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta
dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn.
Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan
meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai tanggal 11
November 1946. Dalam perundingan ini Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir,
Belanda diwakili oleh tim yang disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim
Schermerhorn dengan anggota H.J. van Mook, dan Lord Killearn dari Inggris
bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini.

Hasil perundingan terdiri dari 17 pasal yang antara lain berisi:

1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa,


Sumatera dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth
/Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai
kepala uni.

Dalam perundingan ini Indonesia dirugikan karena wilayah Indonesia hanya meliputi
Jawa, Sumatra dan Madura. Pelaksanaan hasil perundingan ini juga tidak berjalan
mulus. Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya
menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada
tanggal 21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan akibat
dari perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Belanda.

1. Berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)

Pada tanggal 19 Desember 1948 agresi militer kedua dilancarkan Belanda dengan
sasaran langsung ditujukan ke ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta. Presiden,
Wakil Presiden dan beberapa pejabat tinggi lainnya ditahan oleh Belanda. Sebelum
terjadinya aksi penangkapan, pemerintah RI melakukan sidang darurat yang salah
satu keputusannya memberi mandat kepada menteri kemakmuran, Mr. Syafruddin
Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan darurat Republik Indonesia (PDRI)
di Sumatera.

Mandat tersebut ditandatangani oleh Presiden dan Wakil Presiden RI. Untuk
menjaga kemungkinan gagalnya pembentukan Pemerintahan darurat Republik
Indonesia di Sumatera, Menteri Luar negeri Republik Indonesia H. Agus Salim
mengirimkan mandat kepada Mr. A. A. maramis, L.N. Palar, dan Dr. Sidarsono yang
sedang berada di India untik membentuk pemerintahan pengasingan (exile
government) di new Delhi, India.
Mr. Syafruddin Prawiranegara tidak segera mengumumkan terbentuknya
pemerintahan Darurat republik Indonesia di Sumatera, sebab ia ingin memastikan
bahwa para pemimpin Republik Indonesia di Yogyakarta benar-benar telah ditahan.
Setelah mendapat konfirmasi dari Mohammad Rasyid (residen Sumatera Barat)
tentang penangkapan tersebut, barulah Mr. Syafruddin
Prawiranegara mengumumkan berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
pada tanggal 22 Desember 1948 yang berkedudukan di Bukittinggi.

Keberadaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia kemudian diumumkan lewat


radio ke seluruh dunia. Ia mengatakan bahwa pemerintahan Republik Indonesia
tetap ada dan propaganda Belanda yang menyatakan bahwa pemerintahan
Republik Indonesia telah musnah tidak benar.

Keberadaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ternyata diakui didalam dan


luar negeri. Kalangan pejabat tinggi TNI, sperti soedirman, A.H. nasution dan T.B.
Simatupang segera mengitrim telegram ke Sumatera, menyatakan bahwa mulai saat
itu tentara Republik tunduk kepada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.
Sementara itu kontak-kontak Pemerintahan Darurat Republik Indonesia via India
kedunia Internasional telah menyebabkan semua negara (kecuali Belgia) mengecam
tindakan Belanda di Indonesia. Pihak Belanda benar-benar dibuat sebagai
“tersangka” yang kehilangan muka di panggung pengadilan dunia. Kemenangan
militer Belanda dalam agresi militer pertama semakin tidak berarti dan sia-sia, sebab
akhirnya Belanda harus menarik pasukan kedaerah-daerah yang didudukinya.
Dengan demikian Pemerintahan Darurat Republik Indonesia berhasil
mempertahankan keberadaan Republik Indonesia dalam situasi yang amat kritis.

1. Pembentukan negara-negara boneka Belanda

Berbagai macam cara dilakukan Belanda untuk menguasai Indonesia kembali


diantaranya pembentukan Negara-negara boneka. Pihak Belanda membentuk
pemerintahan Federal dengan Van Mook sebagai kepala pemerintahannya. Dalam
Konferensi Federal di Bandung pada tanggal 27 Mei 1948 lahirlah Badan
Permusyawaratan Federal (BFO: Bijeenkomst voor Federal Overleg) didalam BFO
terhimpun Negara-negara boneka ciptaan Belanda

1. Negara Indonesia Timur, terbentuk pada Desember 1946 dengan wali negara
Cokorda Gde Raka Sukarwati.
2. Negara Sumatra Timur, terbentuk pada 24 Maret 1948 dengan wali negara Dr.
Mansyur.
3. Negara Sumatra Selatan, terbentuk pada 30 Agustus 1948 dengan wali negara
Abdul Malik.
4. Negara Jawa Timur, terbentuk pada 26 November 1948 dengan kepala negara RT.
Kusumonegoro.
5. Negara Pasundan, terbentuk pada 26 Februari 1948 dengan wali negara RAA.
Wiranatakusumah.

1. Munculnya semangat nasionalisme anti penjajahan

Munculnya semangat nasionalisme tersebut dipengaruhi oleh:


1. Faktor dalam (internal):

 Kenangan kejayaan masa lampau


 Perasaan senasib dan sepenanggungan akibat penderitaan dan kesengsaraan
masa penjajahan
 Munculnya golongan cendekiawan
 Paham nasionalis dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan

1. Faktor luar (eksternal):

 Kemenangan Jepang atas Rusia


 Perkembangan nasionalisme di berbagai negara

Karena adanya faktor pendukung diatas maka di Indonesiapun mulai muncul


semangat nasionalisme. Semangat nasionalisme ini digunakan sebagai
ideologi/paham bagi organisasi pergerakan nasional yang ada. Ideologi Nasional di
Indonesia diperkenalkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir.
Soekarno. PNI bertujuan untuk memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang
bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-citanya adalah mencapai Indonesia merdeka
dan berdaulat, serta mengusir penjajahan pemerintahan Belanda di Indonesia.
Dengan Nasionalisme dijadikan sebagai ideologi maka akan menunjukkan bahwa
suatu bangsa memiliki kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta tujuan dan cita-cita.
Sehingga akan merasakan adanya sebuah kesetiaan yang mendalam terhadap
kelompok bangsa tersebut.

1. Timbulnya perlawanan bangsa Indonesia


1. Pertempuran Surabaya

Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Tanjung Perak, Surabaya.


Tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby. Kedatangan tentara
tersebut diikuti oleh NICA. Mula-mula tentara NICA melancarkan hasutan sehingga
menimbulkan kekacauan di Surabaya. Hal tersebut menimbulkan bentrokan antara
rakyat Surabaya dengan tentara Sekutu. Tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober
1945 terjadi pertempuran yang hebat. Ketika terdesak, tentara Sekutu mengusulkan
perdamaian. Tentara Sekutu mendatangkan pemimpin-pemimpin Indonesia untuk
mengadakan gencatan senjata di Surabaya. Tentara Sekutu tidak menghormati
gencatan senjata. Dalam insiden antara rakyat Surabaya dan tentara Sekutu, Brigjen
Mallaby terbunuh. Letnan Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta
kepada pemerintah Indonesia menyerahkan orang-orang yang dicurigai membunuh
Jendral Mallaby. Permintaan tersebut diikuti ultimatum dari Mayor Jendral Mansergh.
Isi ultimatum tersebut: Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan
senjatanya. Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945 pukul 18.00 WIB.
Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan diserang dari
darat, laut, dan udara. Gubernur Suryo, diberi wewenang oleh pemerintah pusat
untuk menentukan kebijaksanaannya. Beliau bermusyawarah dengan pimpinan TKR
(Tentara Keamanan Rakyat) dan para pemimpin perjuangan rakyat di Surabaya.
Hasil musyawarah tersebut adalah rakyat Surabaya menolak ultimatum dan siap
melawan ancaman Sekutu. Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu
menggempur Surabaya dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur
Suryo dan Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal
tanah pun kepada tentara Sekutu. Dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo
membakar semangat rakyat. Dalam pertempuran yang berlangsung sampai awal
Desember itu gugur beribu-ribu pejuang Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal
10 November sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan untuk memperingati jasa para
pahlawan. Perlawanan rakyat Surabaya mencerminkan tekad perjuangan seluruh
rakyat Indonesia.

1. Pertempuran Lima Hari di Semarang

Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. Kurang lebih 2000 pasukan
Jepang berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Peristiwa ini memakan banyak
korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi menjadi salah satu korban sehingga
namanya diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota Semarang
sampai sekarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah
membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.

1. Pertempuran Ambarawa

Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan


Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan
tentara Sekutu. Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA
dan membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka terjadilah
perlawanan dari TKR dan para pemuda. Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur
ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut Letkol Isdiman gugur sebagai kusuma
bangsa. Kemudian Kolonel Sudirman terjun langsung dalam pertempuran tersebut
dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul mundur
Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya maka pada tanggal 18 Desember 1945
Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dan berpangkat Jendral.
Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infantri.

1. Pertempuran Medan Area

Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang diboncengi Belanda dan NICA
di bawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Medan. Pada tanggal 13
Oktober 1945 para pemuda yang tergabung dalam TKR terlibat bentrok dengan
pasukan Belanda, sehingga hal ini menjalar ke seluruh kota Medan. Hal ini menjadi
awal perjuangan bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Medan Area.

1. Bandung Lautan Api

Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945. Sekutu meminta
hasil lucutan tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 21
November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan. Hal ini
tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut diulang tanggal 23
Maret 1946. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan supaya TRI mengosongkan
Bandung, tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta mengintruksikan supaya Bandung tidak
dikosongkan. Akhirnya dengan berat hati TRI mengosongkan kota Bandung.
Sebelum keluar Bandung pada tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI menyerang
markas Sekutu dan membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk
mengenang peristiwa tersebut Ismail Marzuki mengabadikannya dalam sebuah lagu
yaitu Hallo-hallo bandung

Anda mungkin juga menyukai