Bali didirikan pada akhir tahun 1933, yang diprakarsai oleh dr. K. Loedin pada
Bangli” atau Rumah perawatan orang sakit jiwa di Bangli. Rumah Sakit Jiwa
Propinsi Bali ini menempati area tanah seluas 77.850 m². Fasilitas pelayanan yang
tersedia yaitu rawat inap terdiri dari 11 bangsal dengan 400 tempat tidur.
Tempat penelitian dilakukan di dua ruangan yaitu ruang Arimbi dan ruang
Nakula. Dua ruangan ini dipilih sebagai tempat penelitian karena mempunyai
karakteristik yang hampir sama yaitu untuk perawatan pasien tenang. Lokasi
ruang Arimbi terletak di sisi selatan dari area rumah sakit jiwa menghadap ke
selatan, merupakan ruang perawatan jiwa untuk pasien laki-laki dengan kapasitas
36 tempat tidur dengan jumlah tenaga perawat sebanyak 14 orang antara lain
Kepala ruangan 1 orang, ketua tim 2 orang dan perawat pelaksana sebanyak 11
keperawata Jiwa dan 4 orang DIII Keperawatan. Jumlah responden diruangan ini
berjumlah 10 orang.
III menghadap ke utara. Ruang Nakula merupakan ruang perawatan jiwa untuk
pasien laki-laki dengan kapasitas 40 tempat tidur dengan jumlah tenaga perawatan
sebanyak 15 orang antara lain 1 Kepala Ruangan, Kepala tim 2 orang dan perawat
harga diri rendah yang dirawat di ruang Arimbi dan ruang Nakula RSJ Provinsi
Bali. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan
Tabel 4.1
Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Umur
Pada Kelompok Perlakuan
Tabel 4.2
Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Umur
Pada Kelompok Kontrol
responden kelompok kontrol sebagian besar berumur 31-40 tahun yaitu sebanyak
7 responden (70.0%).
4.1.2.2 Pendidikan
Tabel 4.3
Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pendidikan
Pada Kelompok Perlakuan
59
Berdasarkan distribusi frekuensi tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa
Tabel 4.4
Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pendidikan
Pada Kelompok Kontrol
responden (70.0%).
Tabel 4.5
Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Status Perkawinan
Pada Kelompok Perlakuan
responden (90.0%).
Tabel 4.6
Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Status Perkawinan
Pada Kelompok Kontrol
60
Berdasarkan distribusi frekuensi tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa
responden (70.0%).
Penelitian
Tabel 4.7
Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan Pre-test
Dan Post-test Pada Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol Di RSJ
Provinsi Bali
61
Pre-test mengontrol perilaku kekerasan yang mampu sebanyak 1 (10.0%) dan
(80.0%).
sekaligus menolak atau menerima hipotesa penelitian. Teknik analisis data yang
Rank Test dan Uji Mann Whitney. Analisis data dilakukan untuk menganalisis
Tabel 4.8
Tabel Hasil Pengamatan Perbedaan Mengontrol Perilaku Kekerasan Pre-test
dan Post-test Pada Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol Di RSJ
Provinsi Bali
62
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas perbedaan mengontrol perilaku kekerasan
kelompok perlakuan yang dilakukan Pre-test dan Post-test dengan jumlah sampel
menunjukan hasil yang dilakukan Pre-test dan Post-test dengan jumlah sampel 10
63
Tabel 4.9
Tabel Hasil Analisis Perbedaan Mengontrol Perilaku Kekerasan Antara
Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol Di RSJ Provinsi Bali
Kelompok P value
Perlakuan Post-test Mengontrol perilaku Kekerasan
0,000
Kontrol Post-test Mengontrol perilaku Kekerasan
dengan α = 0,05 diperoleh nilai p value sebesar 0,000 karena nilai p < α maka
Skizofrenia.
4.2 Pembahasan
membahas hasil penelitian yang sudah diuraikan sebelumnya, yang pada akhirnya
kekerasan) di RSJ Provinsi Bali didapat data Rentang usia terbanyak antara 26-45
(SMP-SMA), yaitu 18 klien. Hal ini menunjukkan bahwa klien mempunyai latar
64
belakang pendidikan yang cukup memenuhi syarat dalam menerima informasi
disampaikan oleh mahasiswa. Hal ini dapat diamati pada saat mahasiswa
tidak mampu menjalani interaksi dengan orang lain karena merasa tidak percaya
diri.
perilaku kekerasan. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan TAK
dan hanya (10%) yang mampu mengontrol perilaku kekerasan. Kondisi tersebut
terlihat saat dilakukan observasi pasien dengan perilaku kekerasan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol tidak mampu mengontrol baik secara verbal non
irama lagu, saat diminta memberi pendapat tentang musik yang didengar pasien
65
tidak bisa dimana pasien diam tidak menjawab serta pasien tidak bisa menjelaskan
perasaan setelah mendengar musik. Pasien juga tidak mampu mengontrol baik
secara verbal non verbal pada musik yang diputar terhadap gambar seperti pasien
menyebutkan gambar yang dibuat serta tidak mampu menceritakan gambar yang
dibuat. Pasien juga tidak mampu mengontrol baik secara verbal non verbal pada
pada saat menonton misalnya tersenyum, sedih, dan gembira, pasien juga tidak
Hasil penelitian yang didapat didukung oleh teori Stuart and Laraia,
(2007) pasien memiliki perasaan negatif terhadap diri sendiri serta merasa dirinya
tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang
lain sehingga menyebabkan pasien tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang
baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu
menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini
66
sehingga kebanyakan pasien dengan perilaku kekerasan tidak mampu mengontrol
semakin dewasa seseorang maka semakin lebih baik cara berpikirnya. Usia
untuk melakukan aktivitas dan merasa kurang mampu atau tidak percaya diri.
(Stuart, 2009, dalam Abdul Wakhid, 2010) yang menyatakan bahwa usia
merupakan aspek sosial budaya terjadinya gangguan jiwa dengan risiko frekuensi
tertinggi mengalami gangguan jiwa yaitu pada usia dewasa. Pasien dengan
perilaku kekerasan pada penelitian ini baik pada kelompok perlakuan dan kontrol
pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Hasil penelitian ini
hasil dari 12 orang (100%) responden pasien harga diri rendah tidak ada yang
kesulitan dalam berespon terhadap musik, dan tontonan disebabkan karena pada
67
pasien perilaku kekerasan lapang persepsinya menyempit dimana pasien
mempertahankan keyakinan yang salah mengenai diri sendiri dan orang lain,
mengenai hal yang kecil. Pasien juga kesulitan menangkap informasi dan
dengan perilaku kekerasan dalam berespon terhadap musik, gambar dan tontonan
cenderung apatis, Abulia (kemauan yang lemah) yaitu keadaan inaktivitas sebagai
suatu pertahanan psikologik dengan melawan atau menentang terhadap apa yang
kekerasan sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar 8 orang (80%) tidak
68
stimulasi sensori mampu mengontrol baik secara verbal non verbal pada musik
yang diputar, seperti pasien mau bergoyang, menggerakkan tangan, kaki dan
kepala sesuai irama lagu, saat diminta memberi pendapat tentang musik yang
didengar pasien bisa menjelaskan perasaan setelah mendengar musik walau masih
dibimbing oleh fasilitator. Pasien juga mampu mengontrol baik secara verbal non
verbal terhadap gambar seperti pasien mampu membuat gambar sesuai dengan
menceritakan gambar yang dibuat. Pasien juga mampu mengontrol baik secara
verbal non verbal terhadap tontonan seperti saat menonton video pasien
tersenyum saat ada adegan lucu dan menampilkan raut muka sedih saat ada cerita
yang menyedihkan, pasien juga mampu saat diminta untuk menceritakan cerita
panca indra (sensori) agar mengontrol yang adekuat melalui pemberian TAK
stimulasi sensori.
karena adanya salah satu pasien yang mampu mengontrol terhadap stimulus baik
69
terhadap musik, gambar atau tontonan pada saat pelaksanaan TAK stimulasi
sensori dengan baik dan benar akan mendorong atau mempengaruhi pasien lain
kekerasan pasien semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
Keliat dan Akemat (2005) menyatakan bahwa salah satu peran kelompok adalah
stimulus dengan baik dan benar akan mendorong atau mempengaruhi pasien lain
Hasil penelitian yang didapat juga sesuai dengan teori Purwaningsih dan
mengontrol yang lebih baik karena aktivitas TAK stimulasi sensori merangsang
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ruspawan (2012) yang
rendah di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Hasil penelitian ini menunjukkan
70
Menurut pendapat peneliti pemberian aktivitas berupa kegiatan
aktivitas yang telah dilakukan semakin sering dilakukan maka dapat menyebabkan
kelompok perlakuan yang diberikan TAK stimulasi sensori pada pasien dengan
Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test setelah dilakukan TAK stimulasi
sensori pada kelompok perlakuan diketahui p = 0,003 < α 0,05 yang berarti ada
kekerasan pada pasien skizofrenia. Sedangkan hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test
pada kelompok kontrol hasil pre-post test menunjukan hasil yang tidak signifikan
dimana p = 0,317 > α 0,05. Kemudian hasil Uji Mann Whitney didapatkan p =
0,000 < α 0,05 berarti ada pengaruh pemberian terapi aktivitas kelompok (TAK)
pada pasien skizofrenia di RS Jiwa Propinsi Bali. Hal ini membuktikan bahwa
TAK stimulasi sensori mengalami perubahan dari yang tidak mampu menjadi
71
mampu mengontrol perilaku kekerasan terhadap stimulus yang diberikan melalui
stimulasi sensori pasien diajari melalui tuntunan baik oleh fasilitator maupun
menggambar dan menonton video sebagai ekspresi dari perasaan yang sedang
dengan positif. Hal ini sesuai dengan teori Purwaningsih (2009) yaitu pemimpin
dan fasilitator dalam TAK, menjadi motivaror dan memberikan stimulus pada
dapat disebabkan karena pada saat pelaksanaan TAK stimulasi sensori diberikan
reinforcement positif atau penguatan positif yang salah satunya melalui pujian
pada tugas-tugas yang telah berhasil pasien lakukan seperti pasien mampu
tugas yang diberikan oleh perawat dan punya keinginan kuat untuk mengulangi
72
Penguatan positif memiliki kekuatan yang mengesankan sebagai alat pembentuk
perilaku.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tri Wahyuni (2010) tentang
dalam mengontrol perilaku kekerasan. Hal ini disebabkan karena pasien bisa
kekerasan yang adekuat setelah mendengar musik, gambar yang dibuat dan
kekerasan sebanyak 20%. Jadi dapat peneliti simpulkan ada Pengaruh Terapi
Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia dengan p value 0,003 < α = 0,05.
73
4.3 Keterbatasan Penelitian
4.3.1 Pemberian Terapi stimulasi sensori sering terkendala dengan mood pasien
karena alasan pasien capek, saat mood sedang tidak baik atau sedang jenuh
snack di akhir terapi agar pasien mau mengikuti kegiatan terapi sampai
akhir.
74
BAB V
5.1 Simpulan
kekerasan dan pada kelompok kontrol saat pre test semuanya (90%) tidak
kekerasan.
5.1.3 Hasil uji Wilcoxon Sign Rank Test setelah dilakukan TAK stimulasi
sensori kelompok perlakuan diketahui p = 0,003 < 0,05 yang berarti ada
kontrol menunjukan hasil yang tidak signifikan dimana p = 0,317 > 0,05.
5.1.4 Hasil uji statistik Mann Whitney Test didapatkan p = 0,000 < 0,05
75
(TAK) stimulasi sensori terhadap kemampun pasien mengontrol perilaku
5.2 Saran
5.2.1.1 Perlu perhatian lebih lanjut dari hasil penelitian bagi pihak RSJ Provinsi
76
5.2.2 Peneliti Selanjutnya
5.2.2.1 Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang Terapi Aktivitas Kelompok
penelitian yang berbeda dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
5.2.2.2 Perlu adanya kontrak waktu dengan enumenator di ruangan agar saat
pasien yang droup-out. Serta perlu adanya penelitian lebih dalam tentang
skizofrenia.
77