Anda di halaman 1dari 16

BELADIRI TANGAN KOSONG (BETAKO) MERPATI PUTIH:

ANTARA FILOSOFI AWAL DAN SITUASI AKTUAL

Tania Intan
Departemen Susastra dan Kajian Budaya,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
tania.intan@unpad.ac.id

PENDAHULUAN
Seni beladiri pencak silat memiliki sifat pisau bermata dua, artinya dapat
digunakan untuk menolong atau untuk melukai. Untuk itulah, suatu seni beladiri harus
memiliki dasar-dasar filosofi yang kuat di dalam pengajarannya agar tidak salah dan
tidak disalahgunakan. Pada akhirnya, apapun yang dicapai oleh praktisi beladiri harus
mengarah pada kekuatan batin.
Demikian pula halnya dengan Perguruan Pencak Silat (PPS) Betako Merpati
Putih yang merupakan salah satu ilmu beladiri asli bangsa Indonesia. Perguruan ini
menempa kepribadian anggota-anggotanya agar berwatak dan berkepribadian luhur,
berbudi, kuat, harmonis, dinamis, cinta tanah air, dan berdasarkan Pancasila. Nama
‘Merpati Putih’ merupakan singkatan dalam bahasa Jawa, yaitu: Mersudi Patitising
Tindak Pusakane Titising Hening yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘Mencari sampai
mendapat Kebenaran dalam Ketenangan’. Prinsip ini menunjukkan harapan agar setiap
anggota Merpati Putih dapat selalu menyelaraskan hati dan pikiran dalam segala
tindakannya. Harapan ini diperlihatkan pula melalui motto perguruan: "Sumbangsihku
tak berharga, namun keikhlasanku nyata".
Ilmu Merpati Putih merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang
yang pada awalnya hanya diajarkan di lingkungan keraton dan diwariskan secara
tertutup. Ilmu ini diciptakan pada masa Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng
Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro atau yang
lebih dikenal dengan sebutan Sri Susuhunan Amangkurat II, pendiri sekaligus raja
pertama Kasunanan Kartosuro yang memerintah pada tahun 1677-1703.
Seiring perkembangan zaman, atas wasiat Sang Guru, R. Saring Hadi Poernomo,
aliran Merpati Putih pada akhirnya diperkenankan untuk disebarluaskan dan
dikembangkan agar berguna bagi negara. Faktor lain yang mendesak agar ilmu
tersebut dibuka pada masyarakat umum adalah masuknya olahraga karate dari Jepang
secara masif ke Indonesia sekitar tahun 1962 (Madiuntoday, 2018). Perguruan Pencak
Silat Betako Merpati Putih pun didirikan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta oleh
Sang Guru dan kini setidaknya telah memiliki kurang lebih 85 cabang di dalam negeri
dan 4 cabang di luar negeri dengan jumlah kolat (kelompok latihan) sebanyak 415 buah
(Susanto, tahun tidak diketahui). Perguruan ini terdiri dari sekitar dua setengah juta
anggota. Hingga tahun 1998, PPS Betako Merpati Putih masih hanya untuk WNI saja,
namun selanjutnya mulai membuka diri untuk menerima anggota dari luar negeri. Saat
ini, ilmu Merpati Putih telah menyebar hingga ke Jepang, Amerika, Belanda, Australia,
Perancis, dan negara lainnya (Banurea, 2014).
Beberapa kajian mengenai Merpati Putih pernah dilakukan dalam berbagai
tinjauan seperti historis, psikologis, maupun keolahragaan. Spyanawati (2014)
misalnya menulis tentang Hasil Belajar Jurus Tunggal Cabang Olahraga Pencak Silat
berkaitan dengan pembelajaran olah tubuh, dan Santosa (2018) mengkaji Pengaruh
Latihan Gerak Dasar dan Latihan Pernafasan Merpati Putih Terhadap Peningkatan
Kebugaran Jasmani Anggota UKM Pencak Silat Merpati Putih Universitas Negeri
Malang. Khunaefi (2015) menganalisis Pembentukan Karakter di Perguruan Pencak
Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
ada tiga tahap dalam pembentukan karakter di PPS Merpati Putih yaitu in-put sebagai
pre-test calon anggota Merpati Putih, proses melalui latihan, dan output berupa
karakter yang terbangun.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap dan tepat
mengenai Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih. Adapun ruang
lingkup pembahasan dibatasi pada sejarah perguruan, filosofi, dan situasi kekinian
yang berkaitan dengan Merpati Putih.

METODE
Menurut Ratna (2016: 406-407), dalam rangka mempermudah menjaring data
di lapangan, objek kajian budaya dibedakan menjadi: benda-benda keras, perilaku
sosial, dan bentuk mental spiritual. Sebagai penelitian kualitatif, semua objek harus
dianggap berupa wacana, diskursus, dan teks. Oleh karena itu, cara analisisnya pun
sama dengan analisis teks. Sebagai wacana, maka langkah-langkah yang dilakukan
yaitu: (a) pemahaman secara umum, secara keseluruhan dalam rangka menemukan
kedudukan objek dalam totalitas kebudayaan, sebagai analisis makro, (b) pemahaman
dengan intensitas pada objek yang bersangkutan, sebagai analisis mikro, dan (c)
mengadakan hubungan dialektis antara analisis makro dan mikro sekaligus
menemukan maknanya.
Data formal untuk penelitian tentang PPS Betako Merpati Putih ini adalah
berbagai dokumen yang memuat informasi mengenai sejarah, filosofi, hingga situasi
terkini dari perguruan tersebut, yang di antaranya meliputi buku teks, artikel jurnal,
serta artikel dari media massa. Data dikumpulkan dengan metode pustaka
nonlapangan dan teknik baca-catat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif dan model analisis historis dan kajian budaya, yang
dilakukan dengan cara menguraikan, membandingkan, dan mengklasifikasikan.

PEMBAHASAN
1. Sejarah dan Filosofi Awal PPS BETAKO Merpati Putih
Menurut Win (2016), karena kondisi sulit yang ditimbulkan oleh penjajahan
Belanda pada saat itu, Pangeran Prabu Amangkurat II mengadakan pengungsian ke
daerah Bagelen, wilayah terpencil di Yogyakarta, bersama cicit perempuannya, R.A.
Djojoredjoso. Di sela-sela kesibukannya dalam memikirkan mengatur situasi kerajaan,
beliau sempat membimbing, menggembleng, serta mengawasi cicitnya dalam
menekuni ilmu beladiri. R.A. Djojoredjoso kemudian mewariskan ilmu Merpati Putih
kepada tiga orang putranya, yaitu Gagak Handoko, Gagak Samoedro, dan Gagak Seto,
menurut spesialisasinya masing-masing. Gagak Samoedro diwarisi ilmu pengobatan,
Gagak Seto diwarisi ilmu sastra, dan Gagak Handoko diwarisi seni beladiri. Ketiga
saudara ini tercerai berai karena kondisi penjajahan. Semasa pelariannya, Gagak
Samoedro mendirikan perguruan di Gunung Jeruk di daerah Pegunungan Menoreh.
Gagak Handoko mendirikan perguruan di daerah Bagelen, yang akhirnya pindah ke
daerah utara Pulau Jawa, sedangkan Gagak Seto mendirikan perguruan di daerah
sekitar Magelang, Jawa Tengah.
Lewat Gagak Handoko inilah, garis sejarah warisan ilmu yang dikenal sebagai
Merpati Putih tidak terputus. Namun Gagak Handoko mengerti bahwa ajaran
perguruan tersebut sebenarnya kurang lengkap, maka beliau tidak segera
mengembangkan dan menurunkan kepada keturunannya, akan tetapi berusaha keras
menelaah dan menjabarkan ilmu tersebut lalu menuangkan dalam gerakan silat dan
tenaga tersimpan yang ada dalam naluri suci. Beliau sadar dengan usianya yang telah
lanjut sehingga tidak sanggup lagi melanjutkan pengembangannya, maka beliau
memberi mandat penuh dan amanat kepada keturunannya, yaitu R. Bongso Permono
Ing Ngoelakan Wates, untuk melanjutkan perkembangan perguruan.
Setelah Gagak Handoko menyerahkan tumpuk kepemimpinan perguruan,
beliau lalu pergi menyepi bertapa hingga sampai meninggalnya di Gunung Jeruk.
Karena menyadari perkembangan perguruan yang kurang baik, R. Bongso Permono,
menurunkan ilmunya kepada keturunannya yaitu R.M. Wongso Widjojo dan kemudian
mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan. Karena tidak mempunyai keturunan,
R.M. Wongso Widjojo mengambil murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada
hubungan cucu yang bernama R. Saring Siswo Hadi Poernomo. Dari R. Saring Siswo
Hadi Poernomo, ilmu beladiri ini kemudian diturunkan kepada dua orang putranya,
yaitu Poerwoto Hadi Poernomo dan Budi Santoso Hadi Poernomo.

Gambar 1
Sang Guru, Mas Saring Hadi Poernomo
Sumber: http://merpatiputihub.blogspot.com/2013/12/profil-pewaris-dan-dewan-
guru-merpati.html

R. Saring Hadi Poernomo merasa prihatin mengamati perkembangan


kehidupan generasi muda yang terkotak-kotak membentuk kelompok-kelompok yang
mencerminkan rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Atas dasar hal tersebut,
tergerak hati nurani beliau untuk berbuat sesuatu demi kecintaannya pada bangsa dan
negara. Pada tahun 1962, R. Saring Siswo Hadi Poernomo mengamanahkan kepada
pewarisnya agar ilmunya disebarluaskan. Kedua pewaris yang juga puteranya, yaitu
Poerwoto Hadi Poernomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Poernomo (Mas Budi)
bertekad mengambil langkah nyata dalam pengabdian kepada bangsa dan negara
dengan mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang dimiliki keluarga untuk
kepentingan nasional, dan terutama agar budaya bangsa tidak tergerus oleh budaya
luar. Untuk itulah, pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta didirikan perguruan dengan
nama PPS Betako Merpati Putih.

Gambar 2
Lambang PPS Betako Merpati Putih
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Merpati_Putih

Arti dari lambang PPS Betako Merpati Putih tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bentuk segi lima, PPS Betako Merpati Putih berazaskan Pancasila dan UUD
1945.
2. Garis segi lima berwarna merah, melambangkan persatuan dan kesatuan
seluruh keluarga besar PPS Betako Merpati Putih dalam mengembangkan dan
melestarikan budaya bangsa.
3. Warna dasar biru, melambangkan sikap dan watak perdamaian sebagai pesilat,
baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional.
4. Tulisan Betako dan Merpati Putih bermotif aksara Jawa, melambangkan
sumber ilmu Merpati Putih yang berasal dari tanah Jawa dan merupakan
budaya asli bangsa Indonesia.
5. Gambar telapak tangan berwarna hitam melambangkan keteguhan hati setiap
anggota Merpati Putih.
6. Warna kuning melingkari tangan melambangkan kejayaan dari ilmu Merpati
Putih.
7. Burung merpati dengan kepala tunduk, melambangkan sikap dan watak
anggota Merpati Putih, semakin memiliki ilmu semakin mencapai ketenangan
lahir dan batin, seperti falsafah padi (semakin berisi semakin merunduk).
8. Pita berwarna merah dengan tulisan Merpati Putih berwarna putih,
melambangkan warna bendera Pusaka Merah Putih yang berarti berani dan
suci.
Pada tahun 2002 Mas Budi meninggal dunia, disusul kemudian pada tahun
2014 Mas Poeng juga meninggal dunia. Sebagai penerusnya, pewaris berikutnya
adalah putra-putranya, yaitu Amos Priono Tri Nugroho dan Nehemia Budi Setyawan.
Silsilah keturunan dari pewaris PPS Betako Merpati Putih disusun dalam tabel berikut
ini.

Tabel 1
Silsilah Keturunan Ilmu Merpati Putih

No Grat Nama
1. Grat-I BPH Adiwidjojo
2. Grat-II PH Singosari
3. Grat-III R. A. Djojoredjoso
4. Grat-IV Gagak Handoko
5. Grat-V RM Rekso Widjojo
6. Grat-VI R. Bongso Djojo
7. Grat-VII Djo Premono
8. Grat-VIII RM Wongso Djojo
9. Grat-IX Kromo Menggolo
10. Grat-X Saring Hadi Poernomo
11. Grat-XI Poerwoto Hadi Poernomo dan
Budi Santoso Hadi Poernomo

Latihan Merpati Putih menggunakan tenaga dalam asli manusia dengan teknik
olah napas. Pada orang biasa, tenaga asli tersebut dapat dilihat dan digunakan hanya
pada saat orang bersangkutan dalam kondisi terdesak saja, misalnya ketika ia harus
melompati pagar saat anjing mengejarnya di jalan yang buntu. Dalam keadaan kembali
normal/ tidak terdesak, orang tersebut tidak dapat melompati pagar yang tinggi
tersebut. Merpati Putih melatih anggotanya untuk menggunakan tenaga asli manusia
tersebut pada saat normal, kapanpun, dan di manapun.
Secara normal, sel dalam tubuh manusia menghasilkan zat bernama Adenosine
Triphospate (A.T.P) yang merupakan cadangan energi dalam tubuh. Dengan bantuan
teknik olah napas, tenaga tersembunyi manusia itu dapat dilatih untuk diperoleh dan
dikumpulkan di dalam tubuh. Ada banyak teknik olah napas di dalam latihan Merpati
Putih, di antaranya ‘Pernapasan Pembinaan’ dan ‘Pernapasan Pengolahan’. Seperti
umumnya aliran pencak silat lain, gerakan Merpati Putih kaya dengan unsur-unsur
pembelaan diri seperti: hindaran, elakan, bantingan, serangan (pukulan dan
tendangan), dan kuncian (Spyanawati, 2014: 13). Ada pula beberapa teknik jurus yang
disebut dengan rangkaian gerak, di antaranya adalah Rangkaian Gerak Praktis (RGP),
Rangkaian Gerakan Terikat (RGT), dan Rangkaian Gerakan Bebas (RGB). Hasil olah
napas dan olah gerak ini kemudian dapat diolah menjadi tenaga 'getaran'. Urutan
pemahaman gerakan pada Merpati Putih adalah:

Gerak Dasar --> Gerak Pengarahan --> Gerak Naluri (ditambah getaran).

Selain dari diri sendiri (energi badan), pengambilan energi getaran di Merpati
Putih dapat pula diambil dari alam seperti dari bumi (energi tanah juga pohon yang
berusia amat tua), atau bahkan energi dari angkasa (energi bintang, matahari, atau
bulan). Bila sistem olah nafas merupakan aspek mental spiritual, gerakan pencak silat
lebih ditujukan untuk pembentukan sikap dan watak kepribadian pesilat yang sesuai
dengan falsafah budi pekerti luhur, dalam bentuk kaidah dan irama taktik kepada
keselarasan, keseimbangan, dan keserasian antara wiraga, wirama, dan wirasa.
Keempat aspek tersebut mendasari pengembangan pencak silat menjadi empat
cabang atau jenis yang masing-masing memiliki tujuan tersendiri, yakni pencak silat
mental spiritual.
Ada dua belas tingkatan di dalam PPS Betako Merpati Putih ini, yang diuraikan
dalam tabel 2 berikut ini.

Tabel 2
Tingkatan dalam PPS Betako Merpati Putih

No Tingkat Keterangan
1. Dasar I Tingkatan pertama masih berstatus calon anggota,
walaupun telah berseragam baju Merpati Putih, celana
hitam, kerah baju merah dengan label nama diri di dada,
namun sabuk masih putih polos.
2. Dasar II Tingkatan kedua dan seterusnya telah memakai seragam
anggota tanpa nama diri dengan lambang IPSI dan
lambang Merpati Putih di dada serta bersabuk merah
polos.
3. Balik I Sabuk merah (tanpa strip) dengan lambang Merpati Putih
di salah satu ujungnya.
4. Balik II Sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan
berstrip merah di salah satu ujungnya.
5. Kombinasi I Sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan
berstrip jingga di salah satu ujungnya.
6. Kombinasi II Sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan
berstrip kuning di salah satu ujungnya.
7. Khusus I (Khusus Tangan) Sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan
berstrip hijau di salah satu ujungnya.
8. Khusus II (Khusus Kaki) Sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan
berstrip biru di salah satu ujungnya.
9. Khusus III (Khusus Badan) Sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan
berstrip nila di salah satu ujungnya.
10. Kesegaran Sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan
berstrip ungu di salah satu ujungnya.
11. Inti I Sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan
berstrip putih di salah satu ujungnya.
12. Inti II Sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan
berstrip merah-putih di salah satu ujungnya.

Para anggota berlatih setidaknya dua kali dalam seminggu di suatu Kelompok
Latihan (Kolat). Setiap kali latihan memakan waktu sekitar kurang-lebih dua jam.
Setiap tahun, tepatnya setiap Tahun Baru 1 Suro atau 1 Muharam, seluruh anggota
dari semua tingkatan dapat mengikuti dan berkumpul bersama-sama anggota lainnya
di Yogyakarta, tepatnya di pantai Parang Kusumo untuk latihan bersama. Selain itu,
juga diadakan Napak Tilas di daerah Bukit Manoreh. Acara ini sudah merupakan tradisi
di dalam perguruan pencak silat ini yang berguna untuk saling mengenal dan ajang
untuk bertukar pikiran di antara satu anggota dengan anggota lainnya.
Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) pada setiap tingkatan dibedakan berdasarkan
wilayah. Ujian tingkat Dasar I hingga Balik II dilaksanakan di Cabang (Pengcab). Pada
UKT tingkat Kombinasi I menuju Kombinasi II dilaksanakan di Daerah (Pengda),
sedangkan UKT untuk tingkat Kombinasi II dan selanjutnya dilaksanakan di Pusat
(Parangkusumo, Yogyakarta) baik anggota dalam negeri maupun luar negeri.

Gambar 3
Peragaan Ilmu Merpati Putih di KAA Tahun 2013
Sumber: https://www.merdeka.com/pendidikan/7-gerakan-ipsi-ini-harus-kamu-
pelajari-dalam-pencak-silat.html

‘Sikap Hormat Perguruan’ merupakan bagian dari pendidikan adab yang


diajarkan kepada setiap anggota untuk selalu rendah hati dan saling menghormati.
Sikap tersebut diwujudkan dengan cara mengangkat dua jari tangan kiri (telunjuk dan
jari tengah) di depan kening. Bersamaan itu pula, sambil menarik napas halus disertai
tangan kanan mengepal di depan dada agak ke kiri (di depan jantung) tidak menempel,
badan tegak, pandangan lurus ke depan, muka tegak, kaki terbuka (selebar sikap
sempurna).
Sikap ini secara simbolis menyiratkan hal-hal berikut. Dua jari di depan kening
berarti anggota Merpati Putih selalu mengutamakan pemikiran terlebih dahulu
daripada bertindak, dan dua jari merupakan lambang perdamaian (kode etik
internasional) sehingga anggota Merpati Putih harus selalu mengutamakan,
menjunjung tinggi, menghormati, serta mencintai perdamaian. Dua jari juga
mengingatkan bahwa di dunia ini ada dua hal yang selalu ada baik-buruk, siang-malam,
ayah-ibu, laki-laki-perempuan, untung-rugi, serta pencipta-ciptaan. Tangan mengepal
melambangkan keteguhan hati (waktu menghirup napas) menyatukan dengan alam,
dengan kehendakNya, berpasrah diri, menyadari sedalam-dalamnya bahwa kita adalah
hamba Tuhan. Bentuk kaki (sikap sempurna) melambangkan sikap mandiri, kukuh,
tegak, tegap, dan tegas dengan sikap memandang lurus ke depan.
Baju seragam Merpati Putih pun tidak luput dari berbagai simbol yang
menyiratkan nilai-nilai luhur yang harus diingat penggunanya. Pada baju terdapat
lubang untuk tali 3 pasang di dekat leher. Warna putih dengan leher warna merah
berbentuk segi lima dengan garis-garis jahitan berjumlah 5 buah pada bagian setiap
ujung lengan. Warna putih menunjukkan kesucian, ketulusan hati, kepasrahan,
keterbukaan hati serta menjunjung tinggi arti perdamaian. Leher berbentuk segi lima
menggambarkan Pancasila, terdapat juga jumlah jahitan pada leher tersebut. Ini
berarti anggota Merpati Putih menjunjung tinggi dasar negara Indonesia yaitu
Pancasila. Lubang tali kancing mengingatkan kita agar selalu ingat bahwa di dalam
hidup ini terdapat TUHAN YME (sang pencipta), ALAM (sumber hidup), DUNIA
(kehidupan). Selain itu juga menggambarkan jumlah janji anggota Merpati Putih yang
sering disebut TRI PRASETYA. Sedangkan celana pangsi berwarna hitam
menggambarkan ciri khas Pencak Silat indonesia dan merupakan pakaian khas
masyarakat (petani). Warna hitam juga melambangkan keteguhan hati.

Gambar 4
Seragam PPS Betako Merpati Putih
Sumber: https://pusakadunia.com/seragam-silat-merpati-putih/

Sabuk berwarna merah dengan jumlah jahitan 5 jalur menggambarkan


Pancasila. Dalam menggunakan seragam yang telah dilengkapi dengan menggunakan
sabuk merah berarti anggota Merpati Putih telah siap untuk memahami makna baik
dan buruk serta bertanggung jawab dalam melaksanakan dan mengamalkan ajaran
perguruan yaitu Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening. Anggota yang
sudah bersabuk merah sebenarnya memiliki beban tanggung jawab yang besar karena
telah diakui penuh, disumpah melalui janji Anggota. Bunyi Tri Prasatya Silat Merpati
Putih tersebut adalah sebagai berikut: (1) Taat dan percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa; (2) Mengabdi dan berbakti kepada nusa, bangsa, dan Negara Republik Indonesia;
(3) Setia dan taat kepada perguruan.
Anggota yang masih bersabuk putih harus melalui ujian dengan menjiwai gerak
dalam berlatih pencak silat dan olah napas. Dari tindakan ini akan muncul semangat
untuk mendapat pengakuan dari Keluarga Besar Perguruan Pencak Silat Beladiri
Tangan Kosong Merpati Putih. Dengan mengemban amanat dari Sang Guru, setiap
anggota Merpati Putih harus: (1) memiliki rasa jujur dan welas asih, (2) percaya pada
diri sendiri, (3) memiliki keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan
(4) menghayati serta mengamalkan sikap itu agar menimbulkan ketakwaan kepada
Tuhan. Berdasarkan penelitian Khunaefi (2015: 219), karakter yang terbentuk pada
anggota setelah melewati latihan Merpati Putih di antaranya adalah: disiplin, berani,
tangguh, setia, tenang, berbudi luhur, dan selaras-serasi-seimbang.
2. PPS Betako Merpati Putih dalam Konteks Kekinian
Dari sebuah ilmu beladiri yang diwariskan secara tertutup di lingkungan keraton
Kartosuro, Merpati Putih berkembang untuk membawa manfaat pada lebih banyak
kalangan masyarakat Indonesia. Ilmu ini, terutama getaran, terus menerus dipelajari
dan dikembangkan untuk pengobatan dan kebugaran, untuk membantu kaum tuna
netra, untuk memperkuat militer, dan berbagai fungsi lain.
Sesuai namanya, sebagai perguruan silat beladiri tangan kosong, latihan
Merpati Putih mementingkan aspek beladiri tanpa senjata/tangan kosong. Artinya,
bagian-bagian tubuh manusia dapat digunakan sebagai senjata yang tak kalah
ampuhnya dengan senjata sesungguhnya. Akan tetapi, di luar kurikulum latihan rutin,
anggota Merpati Putih diperkenalkan pada berbagai senjata dengan sifat dan
karakteristiknya, cara menggunakan, dan cara menghadapinya. Hal ini dimungkinkan
karena bila lawan bersenjata, anggota Merpati Putih harus senjata tersebut mulai dari
bentuk, lintasan, alat penyasar, target sasaran senjata, dan sebagainya. Untuk itulah
teknik penggunaan senjata juga dipelajari. Senjata khas Merpati Putih adalah ‘Tekbi’
dan ‘Kudi’ yang penggunaannya diajarkan secara wajib pada pesilat secara bertahap
pada tingkatan tertentu.

Gambar 5
Kudi, Senjata Khas Merpati Putih
Sumber: https://merpatiputih.ukm.ugm.ac.id/merpati-putih/senjata-khas/

Kudi Merpati Putih berbentuk sangat khas, dan diciptakan oleh Mas Poeng
sebagai Guru Besar. Senjata ini memiliki dimensi horizontal dan dimensi vertikal yang
sarat dengan nilai-nilai dan falsafah. Dalam hal ini, Mas Poeng telah diakui sebagai
seorang Empu yang membuat senjata khas.
Pada beberapa tahun terakhir, ilmu tenaga dalam Merpati Putih yang
mengandung energi dan getaran diteliti lebih jauh secara ilmiah. Sejak tahun 1995,
atas prakarsa dan kerja sama dengan Yayasan Kartika Destarata di bawah pimpinan Hj.
Oetari K. Hartono dan Titiek Prabowo, Merpati Putih mengembangkan kegiatan
pembinaannya terhadap tuna netra. Selain dikembangkan untuk tujuan pengobatan,
ilmu ini pun ditujukan untuk membantu kaum tuna netra agar mereka dapat
membaca, membedakan dan mengenali warna, serta dapat mempermudah aktivitas
sehari-hari lainnya. Program-program pengobatan yang sedang dikerjakan oleh
perguruan di antaranya: normalisasi Diabetes, pengobatan gangguan penglihatan (atau
siapa saja yang kehilangan daya lihat karena kecelakaan atau disebabkan oleh penyakit
seperti Glukoma dan Retinitis Pigmentosa), pelatihan tuna netra yang buta total akibat
kerusakan pada mata yang akut, program 'Lepas Kacamata' bagi mata yang minus,
plus, atau silinder, program penghancuran batu ginjal (masih tahap riset), program
kecantikan kulit, dan regenerasi sel-sel tubuh (program kebugaran untuk manula dan
yang menderita penyakit).

Gambar 6
Latihan Anggota Merpati Putih Tuna Netra
Sumber: http://mppalembang.blogspot.com/2013/04/sumbangsih-merpati-putih-
pada-tuna-netra.html

Dalam catatan Merpati Putih Palembang (2013), latihan dasar untuk kaum tuna
netra adalah latihan gerak beberapa jurus. Bila anggota biasa dapat melakukannya
dengan meniru pelatih, anggota tuna netra mengenal gerakan dengan cara meraba
tubuh pelatih untuk setiap jurus yang diajarkan. Waktu latihan pengenalan gerak ini
dilakukan selama sekitar 3 bulan. Setelah menguasai gerakan dasar, barulah mereka
diperkenalkan dengan metode pernafasan atau getaran. Lewat metode getaran ini,
dalam waktu 6 bulan, anggota tuna netra mampu berjalan dengan tidak menggunaan
tongkat. Untuk mengujinya, setiap anggota harus melintasi halang rintang tanpa
menyentuh sedikitpun. Melalui metode ini pula mereka dilatih untuk mengenal warna
dan mendeteksi benda hidup atau benda mati dengan cara melatih fungsi otak kecil
selain naluri. Setelah mengenal warna dan benda-benda tanpa menyentuh para tuna
netra ini pun diajarkan mengenal huruf latin. Mereka belajar membaca dan menulis
dalam waktu 6 bulan. Pada tahap selanjutnya, mereka juga dilatih untuk mengendarai
sepeda, sepatu roda, dan motor. Berdasarkan kajian psikologis yang dilakukan
Rasyidah (2015: 51), hasil latihan dari ilmu getaran di Merpati Putih membuat anggota
tuna netra mendapatkan (relatif) banyak peningkatan, baik dalam penglihatan,
kesehatan tubuh, maupun interaksi sosialnya, dan semakin banyak pula kepercayaan
yang diberikan orang lain kepada yang bersangkutan.
Tabel 3
Perbedaan Sebelum dan Setelah Mengikuti Ilmu Getaran Merpati Putih

SEBELUM ILMU GETARAN SESUDAH


Penglihatan terganggu. Jalur keilmuan untuk ilmu Peningkatan pada penglihatan.
Kesehatan normal. getaran bagi tuna netra yaitu Kesehatan tetap terjaga.
Kurang bisa mengontrol pada jalur teknik pernapasan. Kontrol emosi lebih baik dari
emosi. Pengembangan selanjutnya ke sebelumnya.
Rasa aman: arah naluri, hingga seterusnya Rasa aman:
- lebih sering di rumah dapat menimbulkan getaran. - Semakin banyak kegiatan
- tidak berani keluar lebih Aplikasi naluri getaran halang Di luar rumah
jauh dari rumah rintang dan deteksi, yaitu - Lebih berani untuk
- pengalaman kurang deteksi kondisi sekeliling. bepergian lebih jauh dari
- tidak banyak bergaul Program: orientasi mobilitas, rumah
Ambisi normal: belajar mendeteksi benda, - Semakin bertambah
- Keinginan untuk bisa deteksi huruf serta warna. pengalamannya
melakukan segala sesuatu Tujuan: untuk melatih tuna - Lebih banyak bergaul dan
seperti orang normal netra agar dapat beraktivitas banyak kenalan
Konsep diri: seperti orang normal, untuk Ambisi normal:
- Minder membantu tuna netra dalam - Keinginan mempunyai
- Merasa kurang orientasi medan pekerjaan
- Merasa rendah diri Proses: peregangan, - Tidak ada keinginan yang
- Keyakinan diri kurang penggunaan metode-metode terlalu besar untuk
Kemandirian: penyembuhan melalui latihan mengejar sesuatu secara
- Masih sering bergantung pernapasan, pemberian berlebihan
kepada orang lain pembinaan mental dan Konsep diri:
karakter. - Mulai bisa menerima
keterbatasannya
- Yakin dan optimis terhadap
pekerjaan yang dijalaninya
Kemandirian:
- Memerlukan bantuan ketika
benar-benar membutuhkan
saja.

Pola dan program latihan Merpati Putih telah diteliti oleh para ilmuwan sejak
mulainya Operasi Seta I (1972) dengan uji coba pada taruna militer. Tahun 1973,
Merpati Putih bekerjasama dengan AKABRI Angkatan Udara dan beberapa tenaga ahli
dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada dipimpin oleh Prof. Dr. Achmad
Muhammad. Hasilnya terungkap bahwa metode latihan Merpati Putih menghasilkan
pola yang hampir serupa dengan aerobik plus, ditambah dengan munculnya tenaga
tambahan.
Menurut Amaliah (2015), proses olah nafas teknik Merpati Putih
memanfaatkan energi dari ATP. Dalam teori listrik, kekurangan satu elektron dari satu
atom akan menimbulkan gaya listrik. Ketika kita menghirup napas yang kemudian
ditahan, terjadi kekurangan zat asam. Pada saat hal ini berlangsung, timbul suatu zat
baru yang sangat aktif untuk membantu mempercepat pengulangan peristiwa kimiawi
tadi. Zat ini dikenal sebagai Adenose Triposphat atau disingkat ATP. Tenaga yang
ditimbulkan ATP ini besarnya 5 kali lipat tenaga yang dihasilkan oleh peristiwa oksidasi
itu sendiri. Untuk mendapatkan ATP, diperlukan syarat-syarat seperti penegangan
otot, kemudian digabungkan dengan kemampuan psikis dan biologis. Bila proses
oksidasi terus berulang dengan cepat maka akan timbul getaran. Getaran dapat
ditingkatkan frekuensinya bila kita mengenal ciri-cirinya. ATP sebenarnya dapat
disebut sebagai zat kimia-biologis yang ada di dalam sel, proses metabolisme tubuh
tidak terlepas dari ATP itu sendiri, penguraian ATP menjadi ADP menghasilkan energi
yang digunakan sehari-hari. Proses ini terus berulang sehingga manusia tetap hidup.
Selain terurai menjadi ADP, energi juga menghasilkan limbah (residu) berupa Asam
laktat, yang membuat tubuh menjadi pegal. Mekanisme pernapasan menimbulkan
energi (bio energy-inner power) yang memiliki daya memperpendek siklus
metabolisme terutama pada penguraian asam laktat tadi, dan proses ini tidak terlepas
dari Oksigen. Dengan sedikit Oksigen, asam laktat cepat berubah dan menghasilkan
energi yang besar. Proses ini sama seperti reaksi berantainya reaktor atom. Kunci dari
seluruh latihan olah napas ini adalah kekejangan tubuh, sedikit oksigen, konsentrasi,
tahan latihan, dan doa.
Di kalangan militer pada tahun 1968, Merpati Putih melatih anggota seksi I
Korem 072 dan Anggota Bataliyon 403/ Diponegoro di Yogyakarta. Selanjutnya
kerjasama dengan pihak militer ini berkembang dengan pesat, terutama sejak
mendapat kepercayaan untuk melatih anggota ABRI, diawali dengan melatih anggota
Seksi I Korem 072 Pamungkas dan anggota Batalyon Infanteri 403 Wirasada Pratista.
Pada tahun 1968 Merpati Putih melakukan ekspansi ke luar Yogyakarta, mulai dari
Madiun hingga berkembang ke Pusdik Brimob Polri di Watukosek, Jawa Timur. Pada
tahun 1976, Merpati Putih melatih anggota Pasukan Pengawal Presiden dan
dilanjutkan pada tahun 1977 melatih anggota Komando Pasukan Sandi Yudha
(Kopassandha) yang kemudian berubah nama menjadi Komando Pasukan Khusus
(Kopassus).

Gambar 7
Peragaan Ilmu Merpati Putih oleh Kopassus
Sumber: https://yudiweb.files.wordpress.com/2014/11/merpati-putih-kopassus-
mp.jpg

Komandan Satuan 81 Kopassus Kolonel Inf. Yudha Airlangga yang dikutip Ozi
(2018) menyatakan bahwa selama anggota Kopassus mempelajari beladiri Merpati
Putih, banyak manfaat yang bisa diperoleh termasuk manfaat dalam mendukung
pelaksanaan tugas-tugas yang diemban. Pertama adalah manfaat berupa kemampuan
beladiri tangan kosong saat menjalankan tugas tanpa senjata di daerah-daerah tugas
yang berbahaya. Berikutnya, salah satu kemampuan khas Merpati Putih yaitu getaran,
dapat digunakan untuk mendeteksi ranjau saat mereka ditugaskan ke Kamboja.
Upaya untuk memperkenalkan Merpati Putih ke dunia internasional
ditunjukkan pada awal bulan Oktober 2000, ketika Mas Poeng dan Mas Budi, kedua
putra Mas Saring, meresmikan American School of Merpati Putih yang berlokasi di
Ogden City Mall, Utah. Saat ini, selain merupakan anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh
Indonesia (IPSI), Merpati Putih juga telah menjadi bagian dari Martial Arts Federation
For World Peace (MAFWP), serta (International Pencak Silat Federation). Sebagai
bentuk evaluasi hasil latihan, Merpati Putih juga aktif berpartisipasi di dalam event-
event pertandingan nasional dan internasional seperti World Martial Arts Festival dan
International Martial Arts (Murdiyanto, 1992: 1).
Ilmu getaran Merpati Putih juga telah diujicobakan pada Badan Tenaga Atom
Nasional (BATAN) untuk mendeteksi radiasi nuklir. Hasilnya, getaran dapat lebih cepat
digunakan untuk mendeteksi radiasi nuklir dibandingkan dengan alat yang digunakan
oleh BATAN. Di Markas Polisi DKI Jakarta, getaran diujicobakan untuk mendeteksi
narkoba yang disembunyikan pada mobil, kantong perorangan, lemari, dan banyak
tempat. Hasilnya, anggota Merpati Putih berhasil menunjukkan dengan sempurna
lokasi penyimpanan narkoba tersebut.
Pada tahun 2009, bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, PPS
Merpati Putih menggunakan ilmu getaran untuk mendeteksi kerusakan Daerah Aliran
Sungai (DAS) di sepanjang Ciliwung. Selanjutnya pada tahun 2010, diupayakan
kerjasama dengan Palang Merah Internasional untuk masuk di dalam tim bantuan
pencarian korban bencana alam (banjir, kebakaran, gempa, dan tanah longsor).
Selain berkembang dengan pesat di dalam negeri, ilmu Merpati Putih juga
disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Sejak tahun 1990 misalnya, perguruan ini telah
diperkenalkan di New Caledonia oleh seorang WNI bernama Soepinarno (Prayitno,
2016). Claude Japel, pelatih sekaligus pemimpin PPS Betako Merpati Putih Cabang New
Caledonia, menyatakan sampai saat ini anggotanya telah berjumlah 200 orang. Dua
tahun sekali, kelompok latihan ini membawa para pesertanya untuk mengikuti
Pertemuan Keluarga Besar Merpati Putih sekaligus melaksanakan ujian kenaikan
tingkat di Pantai Parangkusumo Yogyakarta.
Ilmu beladiri Merpati Putih saat ini telah dikenal dan dipelajari bukan hanya di
kelompok latihan umum dan karyawan melainkan juga di sekolah, kampus, dan
kelompok latihan anak-anak. Dalam konteks anak-anak, gerakan pencak silat yang
diajarkan di Perguruan Merpati Putih tidak hanya berfungsi sebagai olahraga untuk
prestasi tapi juga sebagai permainan.
Gambar 8
Peragaan Mematahkan Besi Pompa oleh Anggota Anak-anak
Sumber: https://www.boombastis.com/kehebatan-merpati-putih/98227

Selain anggota dewasa, anggota anak-anak dari PPS Merpati Putih juga kerap
berpartisipasi secara aktif dalam peragaan. Mereka biasanya melakukan Rangkaian
Gerak Bebas baik dengan tangan kosong maupun dengan senjata tajam atau tongkat.
Selanjutnya peragaan tarung satu lawan satu dengan tangan kosong maupun senjata.
Peragaan juga menampilkan para pesilat yang mematahkan tumpukan material keras
seperti besi, baja, dan beton, dengan menggunakan tangan, kaki, bahkan kepala atau
telunjuk. Material yang dipatahkan berjumlah dua sampai belasan lapis. Selain itu, ada
pula pertunjukan mata tertutup dan menggunakan ilmu getaran untuk melakukan aksi
seperti membaca, mencari dan mematahkan benda, mengendarai sepeda motor, atau
menebas semangka. Pada prinsipnya, peragaan ini dilakukan untuk memperkenalkan
hasil latihan di PPS Betako Merpati Putih dan juga memberi motivasi pada masyarakat
umum tentang potensi tenaga manusia yang sesungguhnya. Sejatinya ilmu yang
didapatkan merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang patut disyukuri
keberadaannya dan digunakan untuk membantu sesama mahlukNya.
Dari seluruh pembahasan ini, terbukti bahwa ilmu beladiri Merpati Putih,
sebuah ilmu dan budaya asli Indonesia yang awalnya diwariskan secara tertutup dalam
lingkungan keraton, dapat membawa manfaat untuk kalangan yang lebih luas. Namun
demikian, eksplorasi dan kreativitas terus dilakukan oleh para pewaris ilmu dan
pengurus perguruan, agar ilmu yang luhur ini dapat dilestarikan dan terus
berkembang.

PENUTUP
Dari pembahasan di atas, terungkap bahwa ilmu beladiri Merpati Putih tidak
hanya membangun para anggotanya secara fisik tetapi juga mental spiritual yang sehat
dengan gerakan-gerakan alami tubuh yang lentur, lembut, dan bertenaga. Kekuatan
fisik dan karakter secara diajarkan bertahap sejak awal latihan sampai mencapai
tingkatan tertinggi, demikian pula dengan berbagai simbol dan maknanya. Ilmu
Merpati Putih terus berkembang hingga dapat menyentuh kalangan yang lebih luas
dan bidang kehidupan yang lebih beragam.
DAFTAR ACUAN
Amaliah, Atia Dian. (2015). Olah Nafas dalam Merpati Putih.
http://merpatiputih.lk.ipb.ac.id/2015/11/25/olah-nafas-dalam-merpati-putih/
Diakses tanggal 19 Juni 2019.
Banurea, Miller. (2014). Parangkusumo Bakal Dipenuhi Merpati Putih.
https://www.kompasiana.com/suarasaktibanurea/54f93932a3331112678b4b5
b/parangkusumo-bakal-dipenuhi-merpati-putih. Diakses tanggal 20 Juni 2019.
Faradina. (2018). Merpati Putih, Perguruan Silat Asal Keraton yang Dikagumi Dunia.
https://www.boombastis.com/kehebatan-merpati-putih/98227 Diakses tanggal
21 Juni 2019.
Khunaefi, Muhammad Wildan. (2015). Pembentukan Karakter di Perguruan Pencak
Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih. Forum Ilmu Sosial. Vol. 42 No. 2.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS. diakses tanggal 19 Juni 2019.
Lambang PPS Betako Merpati Putih. https://id.wikipedia.org/wiki/Merpati_Putih.
Diakses tanggal 19 Juni 2019.
Madiuntoday. (2018). PPS Betako Merpati Putih, Pencak Silat Keraton yang Mendunia.
http://madiuntoday.id/2018/09/28/pps-betako-merpati-putih-pencak-silat-
keraton-yang-mendunia/ diakses tanggal 21 Juni 2019.
Mardotillah, Mila & Zein, Dian Mochammad. (2016). Silat: Identitas Budaya,
Pendidikan, Seni Bela Diri, Dan Pemeliharaan Kesehatan. Jurnal Antropologi:
Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2016. Vol. 18 (2): 121-133.
Ozi. (2018). Dansat-81 Kopassus: Kemampuan Beladiri Merpati Putih Dukung
Pelaksanaan Tugas Prajurit Kopassus. http://majalahmiliter.co.id/dansat-81-
kopassus-kemampuan-beladiri-merpati-putih-dukung-pelaksanaan-tugas-
prajurit-kopassus-4170. diakses tanggal 19 Juni 2019.
Peragaan Ilmu Merpati Putih oleh Kopassus.
https://yudiweb.files.wordpress.com/2014/11/merpati-putih-kopassus-mp.jpg.
diakses tanggal 21 Juni 2019.
Prayitno, Sugiyanto Hadi. (2016). Pencak Silat Merpati Putih dan Soft Diplomacy di New
Caledonia.
https://www.kompasiana.com/sugiyantohadi/571e3548f0927362098b458a.
Diakses tanggal 20 Juni 2019.
Profil Pewaris dan Dewan Guru Merpati Putih (2013).
http://merpatiputihub.blogspot.com/2013/12/profil-pewaris-dan-dewan-guru-
merpati.html Diakses tanggal 19 Juni 2019.
Rasyidah, Afif Nur. (2015). Kepercayaan Diri Pada Tuna Netra (Studi Kasus Pengguna
Ilmu Getaran Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih).
Jurnal Indigenous. Vol. 13, No. 1, Mei 2015: 51-59.
Ratna, Dewi. (2016). 7 Gerakan IPSI ini Harus Kamu Pelajari dalam Pencak Silat.
https://www.merdeka.com/pendidikan/7-gerakan-ipsi-ini-harus-kamu-pelajari-
dalam-pencak-silat.html. Diakses tanggal 19 Juni 2019.
Ratna, Nyoman Kutha. (2016). Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rudiyanto. 1992. Pemahaman Makna Merpati Putih: Telaan Secara Holistik.Tidak
dipublikasikan.
Santosa, Arif Teguh. (2018). Pengaruh Latihan Gerak Dasar dan Latihan Pernafasan
Merpati Putih Terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Anggota UKM
Pencak Silat Merpati Putih Universitas Negeri Malang.
journal2.um.ac.id/index.php/sport-science/article/download/5270/2830.
Diakses tanggal 20 Juni 2019.
Senjata Khas Merpati Putih. https://merpatiputih.ukm.ugm.ac.id/merpati-
putih/senjata-khas/ Diakses tanggal 21 Juni 2019.
Seragam Silat Merpati Putih. https://pusakadunia.com/seragam-silat-merpati-putih/
Diakses tanggal 21 Juni 2019.
Spyanawati, Ni Luh Putu. (2014). Hasil Belajar Jurus Tunggal Cabang Olahraga Pencak
Silat. Jurnal Ilmu Keolahragaan. Vol. 13 (1) Januari – Juni 2014: 13-22
Sumbangsih Merpati Putih pada Tuna Netra.
http://mppalembang.blogspot.com/2013/04/sumbangsih-merpati-putih-pada-
tuna-netra.html. Diakses tanggal 21 Juni 2019.
Susanto, Denies. (tahun tidak diketahui). Pencak Silat.
https://www.academia.edu/20422850/Pencak_Silat. Diakses tanggal 19 Juni
2019.
Win, Agus (2016). 10 Perguruan Historis Pencak Silat.
https://www.kompasiana.com/aguswin/56bd315682afbd7d0ea03c19/10-
perguruan-historis-pencak-silat?page=all. Diakses tanggal 19 Juni 2019.

Anda mungkin juga menyukai