Cerebral Palsy
Oleh :
Pembimbing
KENDARI
2017
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. ASR
Tanggal Lahir : 14 Oktober 2016
Umur : 9 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Kakatua
No. RM : 50 24 55
Tanggal ke poli : 26 Mei 2017
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan Ibu pasien
Keluhan utama : Terlambat perkembangan
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang ke poli bersama ibunya untuk kontrol fisioterapi dengan keluhan
terlambat perkembangan yang dikeluhkan oleh ibunya. Ibu pasien mengatakan
anaknya belum bisa tengkurap, namun sudah bisa bersuara. Hal ini ibunya sadari
sejak anaknya berusia 5 bulan.
Riwayat penyakit kejang demam kompleks 2 kali dialami, pertama umur 5 bulan
anak mengalami kejang seluruh tubuh yaitu sebanyak 5 kali dalam sehari dengan
durasi ± 2 menit, kemudian pada umur 7 bulan, anak mengalami kejang ± 5 kali
selama 2 menit. Riwayat penyakit lainnya, pada usia 4 bulan anak mengalami
batuk (+), demam sehingga dirawat di RS dan sempat melakukan transfuse PRC
50 cc saat Hb 8 mg/dl.
Riwayat persalinan: lahir normal, cukup bulan
C. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang/Composmentis
Pucat : (+)
Antropometri : BB : 5 Kg │ PB : 62 cm
Status Gizi: Gizi Kurang
Didapatkan BB baku untuk TP aktual= 6 kg
BB/TB % = BB Aktual x 100%
BB Baku untuk TB Aktual
= 5 x 100 / 6 = 500/6 = 83,3%
Tanda Vital
N : 108 x/menit
P : 30 x/menit
S : 36,9 0C
D. DIAGNOSA KERJA
Cerebral Palsy
E. RESUME
An. ASR, Laki-laki, 9 bulan, BB 5 kg, datang ke poli bersama ibunya untuk
kontrol fisioterapi dengan keluhan terlambat perkembangan yang dikeluhkan oleh
ibunya. anak belum bisa tengkurap, namun sudah bisa bersuara. Hal ini sudah disadari
sejak anak berusia 5 bulan. Riwayat penyakit kejang demam kompleks 2 kali dialami,
Riwayat penyakit lainnya, pada usia 4 bulan anak mengalami batuk (+), demam
sehingga dirawat di RS dan sempat melakukan transfusi PRC 50 cc saat Hb 8 mg/dl.
Riwayat persalinan: lahir normal, cukup bulan.
Pemeriksaan tanda vital N:108x/m, P:30x/m, S: 36,90C dengan status gizi
kurang.
F. PENATALAKSANAAN
Fisioterapi
BAB 2
ANALISA KASUS
An. ASR, Laki-laki, 9 bulan, BB 5 kg, datang ke poli bersama ibunya untuk
kontrol fisioterapi dengan keluhan terlambat perkembangan yang dikeluhkan oleh
ibunya. anak belum bisa tengkurap, namun sudah bisa bersuara. Hal ini sudah disadari
sejak anak berusia 5 bulan. Riwayat penyakit kejang demam kompleks 2 kali dialami,
Riwayat penyakit lainnya, pada usia 4 bulan anak mengalami batuk (+), demam
sehingga dirawat di RS dan sempat melakukan transfusi PRC 50 cc saat Hb 8 mg/dl.
Riwayat persalinan: lahir normal, cukup bulan.
Pemeriksaan tanda vital N:108x/m, P:30x/m, S: 36,90C dengan status gizi
kurang.
Cerebral palsy berdasarkan konsensus internasional tahun 2006 adalah suatu
kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, karena suatu
kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik di susunan saraf pusat yang sedang
tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
Cerebral palsy adalah gangguan yang tidak progresif dari fungsi otak yang
disebabkan faktor ibu, faktor prenatal, faktor perinatal dan faktor pascanatal. 70-80%
cerebral palsy diperoleh selama masa prenatal sebagian besar penyebab tidak
diketahui. Lebih dari 50% penyebab cerebral palsy tidak diketahui. Karena itu,
diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yang teliti. Apabila ditemukan lebih dari satu
anak dalam satu keluarga yang menderita kelainan ini, kemungkinan besar
penyebabnya adalah faktor genetik. Selain itu, perhatikan faktor-faktor risiko
terjadinya palsi cerebral.
1. Pranatal
a. Inheritance : Jika di duga lebih dari satu kasus cerebral palsy ditemukan
pada saudara kandung. Terjadinya lebih dari satu kasus cerebral palsy pada
satu keluarga tidak membuktikan adanya kondisi genetic. Penyebabnya
mungkin lesi otak perinatal sebagai komplikasi persalinan (persalinan
prematur) yang dapat terjadi lebih dari satu kali pada ibu yang sama.
b. Infeksi : jika ibu mengalami infeksi organisme yang dapat menembus
plasenta dan menginfeksi janin, proses ini meyebabkan prenatal brain injury.
Infeksi janin tersering adalah syphilis, toxoplasmosis, rubella, cytomegalic .
semua dapat menyebabkan gejala dan tanda akut pada neonatus di ikuti
dengan kerusakan otak permanen saat masa kanak-kanak. Di dominasi temuan
retardasi mental tapi gangguan gerak juga dapat muncul.
c. Komplikasi lain selama kehamilan : komplikasi selama kehamilan
seperti episode anoxia, radiasi x-ray, intoksikasi maternal dapat
mempengaruhi fetus. Jika terjadi kondisi yang menyebabkan gangguan pada
otak fetus , biasanya akan terjadi retardasi yang biasanya di kombinasi dangan
cerebral palsy
2. Perinatal :
3. Postnatal :
Klasifikasi
Terdapat bermacam-macam klasifikasi pali serebral, tergantung pada dasarnya
apa klasifikasi tersebut dibuat:
A. Berdasarkan gejala klinis, palsi serebral dibagi menjadi
1. Spastik
- Monoparesis
- Hemiparesis
- Diplegia
- Triplegia
- Kuadriplegia
2. Athetoid
3. Rigid
4. Ataksia
5. Tremor
6. Atonik/hipotonik
7. Campuran
- Spastik-athetoid
- Rigid-spastik
- Spastik-ataksik
B. Berdasarkan derajat kemampuan fungsional, palsi serebral dibagi menjadi
1. Ringan
Penderita masih dapat melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari, sehingga
hanya sedikit membutuhkan bantuan
2. Sedang
Aktivitas sangat terbatas sekali. Penderita membutuhkan bermacam-macam
bantuan/pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, bergerak,
atau berbicara, sehingga dapat bergaul di tengah masyarakat dengan baik
3. Berat
Penderita sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas fisik dan tidak mungkin
hidup tanpa pertolongan orang. Pendidikan/latihan khusus sangat sedikit
hasilnya. Sebaiknya pendertia seperti ini ditampung pada tempat perawatan
khusus terutama bila disertai dengan retardasi mental atau yang diperkirakan
akan menimbulkan gangguan sosial-emosional, baik bagi keluarga maupun
lingkungannya.
C. Berdsarkan tingkat keparahan palsi serebral dapat dinilai fungsi motoric yang
dapat dilakukan oleh penderita dengan menggunakan GMFCS
1. Derajat I : berjalan tanpa hambatan, keterbatasan terjadi pada
gerakan motorik kasar yang lebih rumit.
2. Derajat II : berjalan tanpa alat bantu, keterbatasan dalam ber-jalan di
luar rumah dan di lingkungan masyarakat.
3. Derajat III : berjalan dengan alat bantu mobilitas, keterbatasan dalam
berjalan di luar rumah dan di lingkungan masyarakat.
4. Derajat IV : kemampuan bergerak sendiri terbatas, mengguna-kan alat
bantu gerak yang cukup canggih untuk berada di luar rumah dan di lingkungan
masyarakat.
5. Derajat V : kemampuan bergerak sendiri sangat terbatas, walaupun
sudah menggunakan alat bantu yang canggih.
Diagnosis
20-40%.
b. Terapi obat-obatan : obat pada gangguan motorik cerebral
palsy dibatasi, namun tetap harus di berikan utamanya pada
bentuk spastic. Diazepam jarang digunakan karena kurang
membantu dan dapat menyebabkan kantuk dan kadang
menimbulkan hipotonia namun pada syndrome dyskinetic kadang
dapat mengurangi gerakan involunter . Lioresal (baclofen) telah
terbukti sangat efektif pada beberapa kasus hemiplegia dan
diplegia dalam mengurangi spatisitas dan memudahkan fisioterapi
namun kontraindikasi pada anak dengan riwayat seizures.
Prognosis
12