Anda di halaman 1dari 10

TYPHOID

1.1 Definisi

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi.

Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan

urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella (Smeltzer, 2014).

Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran

cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% -

80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak

(5%-10%) (Arief, 2010).

Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada

pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia, 2006).

Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif

Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik

mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah. (Darmowandowo, 2006)

1.2 Etiologi

Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella parathypi

(S. Parathypi A dan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, mempunyai flagela,

dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu

600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau

aglutinin yaitu :

1. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh

kuman).

2. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel

kuman).

3. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen Vi

(berasal dari simpai kuman)


Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk

diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid (Sudoyo, 2009).

1.3 Patofisiologi

Penularan salmonella typi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5f

yaitu : food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui

feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman salmonella thypi

kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat dimana lalat akan

hinggap di makanan yang akan di makan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang

memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman

salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Sebagian kuman akan di

musnahkan oleh asam lambung, sebagian masuk ke usus halus, jaringan limfoid dan

berkembang biak menyerang vulli usus halus. Kemudian kuman masuk keperedaran darah

(bakteremia primer) dan mencapai sel-sel retikuloendoteal, hati, limpa, dan organ lain.

Proses ini terjadi pada masa tunas dan berakhir saat sel-sel retukuloendoteal melepaskan

kuman kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kali. Kemudian

kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limp, usus dan kandung empedu

Pada minggu I, terjadi hyperplasia plaks player pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu II

terjadi nekrosis. Minggu III terjadi ulserasi plaks player. Minggu IV terjadi penyembuhan

dengan menimbulkan sikatrik, ulkus dapat menyebabkan perdarahan sampai perforasi usus,

hepar, kelenjar mesenterikal dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin

sedangkan gejala saluran cerna karena kelainan pada usus halus (Price, 2006).
PATOFLOW

Resiko defisist volume


bakteri salmonella typhi
cairan
(lewat perantara 5 F)

saluran pencernaan
Gangguan nutrisi
lambung kurang dari kebutuhan
tubuh

infeksi usus halus nausea, vomit intake & nafsu


makan menurun

inflamasi Peristaltik usus menurun


Hipertermia
pembuluh limfe Bising usus menurun

suhu tubuh meningkat, demam bakteri masuk ke aliran darah Konstipasi


Gangguan pada termoregulator
(pusat pengaturan suhu tubuh)
bakteri yang tdk difagositosis
akan masuk dan berkembang
Hipotalamus di hati dan limfa

Pirogen beredar dalam darah inflamasi pada hati limfa dan hati

Hepatomegali&splenomegali

endotoksin merangsang sintesa&


pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yg terinflamasi
nyeri tekan

Peradangan lokal meningkat Nyeri akut masa inkubasi 5-9 hari

Bakteri mengeluarkan endotoksin masuk ke dalam darah


1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Mansjoer, 2010 pada demam typoid memiliki masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30)

hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang

tidak khas) :

1. Perasaan tidak enak badan

2. Lesu

3. Nyeri kepala

4. Pusing

5. Diare

6. Anoreksia

7. Batuk

8. Nyeri otot

Menyusul gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu :

1. Demam

a. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan

malam hari

b. Minggu II: Demam terus

c. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur.

2. Gangguan pada saluran pencernaan

a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang

disertai tremor

b. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan

c. Terdapat konstipasi, diare

3. Gangguan kesadaran

a. Kesadaran yaitu apatis–somnolen

b. Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit)
1.5 Komplikasi

Menurut Sudoyo, 2010 komplikasi dari typoid dapat dibagi dalam :

1. Komplikasi intestinal

a. Perdarahan usus

b. Perforasi usus

c. Ileus paralitik

2. Komplikasi ekstra intestinal

a. Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis,

dan tromboflebitie.

b. Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik

c. Paru : pneumonia, empiema, pleuritis

d. Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.

e. Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

f. Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.

g. Neuropsikiatrik : delirium, sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.

Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi

sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien

kurang sempurna.

1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan

limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-

batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau

infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa

Pemeriksaan leukosit demam typhoid.

2. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT

SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
3. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif

tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan

darah tergantung dari beberapa faktor :

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini

disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan

darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang

pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah

klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

d. Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan

kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

4. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin

yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga

terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal

adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji

widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka

menderita tifoid

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella typhi. Uji

widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan

ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali pemeriksaan.
1.7 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan typoid sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam thypoid,

yaitu :

a. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama

demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250

mg selama 5 hari kemudian

b. Ampisilin/Amoksisilin : dosis 50 – 15- mg/Kg/BB/hari, diberikan selama 2 minggu

c. Kotrimoksasol : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametosazol-80 mg

trimetropim), diberikan selama dua minggu.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Diet

1) Cukup kalori dan tinggi protein

2) Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat diberikan

bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan. Namun beberapa

penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk

pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan secara aman.

3) Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan

nutrisi parenteral total.

b. Istirahat

Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus tirah baring

absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi

dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi. Klien dengan kondisi

kesadaran menurun perlu diubah posisinya setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus dan

pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu perhatian karena kadang – kadang

terjadi obstipasi dan retensi urine.

c. Perawatan sehari – hari

Dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur, pakaian, dan

peralatan yang digunakan oleh klien.


1.8 Prognosis

Prognosis demam typoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh,

jumlah dan virulensi Salmonela, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada

anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa adalah 7,4%

1.9 Pencegahan

1. Terhadap lingkungan

a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan

b. Pembuangan kotoran manusia (faeces) BAB dan BAK yang tertutup

c. Pemberantasan lalat

d. Pengawasan terhadap rumah-rumah makan dan penjualan makanan.

2. Terhadap manusia

a. Imunisasi aktif maupun pasif

b. Menemukan dan mengawasi Carier Typhoid

c. cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan

makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air

mentah, rebus air sampai mendidih


DAFTAR PUSTAKA

Bhuta, Z. A., 2006, Typhoid Fever Current Concepts, Infectious Diseases in


Clinical Practice, 14 (2), 266-271
BPOM, 2008, Infomatorium Obat Nasional Indonesia, DepKes RI, Jakarta.
Chowta, NK. & Chowta, MN., 2005, Study Of Clinical Profile And Antibiotic
Response In Typoid Fever, Indian Journal of Medical Microbiology, 23(2), 125-
127.
Entjang, I., 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan
Sekolah Tenaga Kesehatan, Hal 52-54, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
FKUI, 2005, Ilmu Kesehatan Anak, Hal 594-597, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Gunawan,S.G.,2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima, Penerbit Departemen
Farmakologi dan Therapeutik FKUI, Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID

Disusun Oleh :

RIA SUSANTI,S.Kep

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA

2019

Anda mungkin juga menyukai