1.1 Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% -
80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif
Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik
1.2 Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella parathypi
(S. Parathypi A dan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, mempunyai flagela,
dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu
600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
3. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen Vi
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid (Sudoyo, 2009).
1.3 Patofisiologi
Penularan salmonella typi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5f
yaitu : food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui
feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat dimana lalat akan
hinggap di makanan yang akan di makan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Sebagian kuman akan di
musnahkan oleh asam lambung, sebagian masuk ke usus halus, jaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang vulli usus halus. Kemudian kuman masuk keperedaran darah
(bakteremia primer) dan mencapai sel-sel retikuloendoteal, hati, limpa, dan organ lain.
Proses ini terjadi pada masa tunas dan berakhir saat sel-sel retukuloendoteal melepaskan
kuman kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kali. Kemudian
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limp, usus dan kandung empedu
Pada minggu I, terjadi hyperplasia plaks player pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu II
terjadi nekrosis. Minggu III terjadi ulserasi plaks player. Minggu IV terjadi penyembuhan
dengan menimbulkan sikatrik, ulkus dapat menyebabkan perdarahan sampai perforasi usus,
hepar, kelenjar mesenterikal dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin
sedangkan gejala saluran cerna karena kelainan pada usus halus (Price, 2006).
PATOFLOW
saluran pencernaan
Gangguan nutrisi
lambung kurang dari kebutuhan
tubuh
Pirogen beredar dalam darah inflamasi pada hati limfa dan hati
Hepatomegali&splenomegali
Menurut Mansjoer, 2010 pada demam typoid memiliki masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30)
hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang
tidak khas) :
2. Lesu
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Diare
6. Anoreksia
7. Batuk
8. Nyeri otot
1. Demam
a. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
3. Gangguan kesadaran
b. Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit)
1.5 Komplikasi
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
dan tromboflebitie.
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi
sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien
kurang sempurna.
1. Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-
batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau
infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa
SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif
tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan
darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah
klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan
kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita tifoid
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella typhi. Uji
widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan
ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali pemeriksaan.
1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan typoid sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam thypoid,
yaitu :
a. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama
demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diet
2) Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat diberikan
bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan. Namun beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk
pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan secara aman.
3) Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan
b. Istirahat
Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus tirah baring
absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi
dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi. Klien dengan kondisi
kesadaran menurun perlu diubah posisinya setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus dan
pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu perhatian karena kadang – kadang
Dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur, pakaian, dan
Prognosis demam typoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh,
jumlah dan virulensi Salmonela, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada
1.9 Pencegahan
1. Terhadap lingkungan
c. Pemberantasan lalat
2. Terhadap manusia
c. cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan
makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air
DEMAM THYPOID
Disusun Oleh :
RIA SUSANTI,S.Kep
2019