Anda di halaman 1dari 8

 ASUHAN KEPERAWATAN Tn. T DENGAN GANGGUAN SISTEM P...

Berlangganan
Entri [Atom]

Jumat, 2009 Januari 30


ASKEP DM

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. TEORI PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolic kronis yang tidak dapat disembuhkan,
tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikkan dengan hiperglekemia Karena defisiensi
insulin atau ketidakadekuatan penggunaan insulin. (Barbara Engram, 1999: 532).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglekemia). (Diane C. Baughman, 2000: 108).
Diabetes mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
tuntutan dan suplai insulin (Hotman Rumahorbo, 1999: 100).
Diabetes mellitus adalah toleransi glukosa yang disebabkan oleh defesiensi produksi dan
kerja insulin, menimbulkan hiperglekemia dan abnormalitas metabolisme arbohidrat,
protein dan lemak. (Sandra M, Nettina, 2001: 114).
Gangren yaitu suatu keadaan yang diakibatkan oleh perubahan makrovaskuler,
mikrovaskuler dan neuropati. Perubahan yang penting yakni adanya anesthesia yang
timbul karena hilangnya fungsi saraf dan sensoris sehingga berperan dalam terjadinya
trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang pada akhirnya menyebabkan gangren
(Barbara C. Long, 1996:17).
2. Anatomi dan Fisiologi
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan glukosa darah antara
70-110 mg/dI (euglikemia) dlam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda normalisasi
glukosa darah diatur oleh hormon-hormon.
Hormon insulin dan glukosa diproduksi dalam prankeas. Insulin merupakan hormon yang
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. Insulin diperlukan untuk transport
glukosa, asam animo, kalium dan fosfat dan untuk mengaktifasi enzim yang
meningkatkan metabolisme intraseluler.
Insulin menjalankan fungsinya dengan adanya model reseptor tertentu. Jadi jelaslah
bahwa jika terdapat kekurangan insulin maka peningkatan metabolisme lemak dan
penurunan sinesta protein akan terjadi.
Perubahan-perubahan makrovaskuler, mikrovaskuler dan neuropati menyebabkan
perubahan-perubahan pada ekstremitas bawah. Perubahan yang penting yakni adanya
anesthesia yang timbul karena hilangnya fungsi saraf-saraf sensorik. Keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
menyebabkan gangren infeksi dimulai pada celah-celah kulit yang mengalami hipertropi,
pada sela-sela kuku yang tertanam dijari kaki, bagian kulit yang menebal, demikian juga
pada daerah yang terkena trauma.
Ulkus neurotropik merupakan salah satu keadaan yang insensitive dan biasanya timbul di
bawah kulit kaki yang menebal atau dibawah kalus. Nyeri pada ulkus neurotropik
menunjukkan infeksi yang telah mencapai tulang.
Gambar hubungan antara perubahan vaskuler dan perubahan persyarafan pada lesi-lesi
kaki penderita diabetes yang biasanya membutuhkan tindakan amputasi karena gangren
yang terjadi pada gambar 1.
Gangren yang timbul dapat berupa gangren kering atau gangren basah.
 Gangren kering terjadi jika jaringan yang mati tidak berhubungan dengan perubahan-
perubahan pada reaksi peradangan. Autoamputasi (pelepasan spontan) jari-jari kaki yang
mengalami gangren kering merupakan terapi pilihan. Daerah-daerah yang mengalami
gangren kering dibiarkan kering selama proses gangren.

3. Etiologi
Meskipun berbagai lesi dengan jenis yang berbeda akhirnya akan mengarah pada
infusiensi insulin, tetapi determinan genetic biasanya memegang peranan yang penting
pada mayoritas penderita diabetes mellitus (DM). DM tergantung insulin (DMTI) adalah
penyakit autoimun yang ditentukan secara genetic tampaknya memberikan respon
terhadap kejadian-kejadian pemicu yang diduga berupa infeksi virus, dengan
memproduksi antibody terhadap sel beta yang mengakibatkan berkurangnya sekresi
insulin yang dirangsang oleh glukosa. Manifestasi klinis dari DM terjadi jika lebih dari
90% sel-sel beta menjadi rusak. Pada DM berat, sel beta dirusak semua sehingga terjadi
insulinopenia dan semua kelainan metabolisme yang berkaitan dengan definisi insulin.
Pada pasien diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTII), penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat. Pada pasien ini, terdapat kelainan pada pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsive insulin pada membran sel. Akibatnya, terjadinya penggabungan abnormal
antara kompleks reseptor insulin dengan system transport glukosa.

4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan
sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis hiperglekimia
(kadar glukosa darah lebih dari 110 mg/dI) jika terdapat defisit insulin, 4 perubahan
metabolisme terjadi dan menimbulkan hiperglekemia:
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang
b. Glikogenesis berkurang dan tetap tidak kelebihan glukosa dalam darah.
c. Glikosis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati diluahkan
ke dalam darah secara terus-menerus melebihi kebutuhan.
d. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam
darah hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Tanda-tanda klasik hiperglekemia adalah sebagai berikut:
- Polidipsia
- Poliuria
- Polipaghia
- Penurunan berat badan
- Keletihan

Gambar 2.3

5. Manifestasi Klinis
a. DM tipe I
1) Hiperglikemia berpuasa
2) Glukosuria, diuresis osmotic, poliuria, polidipsi, polipaghia.
3) Gejala-gejala lain yang termasuk keletihan dan kelemahan.
4) Ketoasidosis diabetik (DAK) menyebabkan tanda-tanda dan gejala-gejala nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah, jika tidak ditangani, perubahan
tingkat kesadaran, koma, kemahan.

b. DM tipe II
1) Lambat (selama tahunan), intoleransi gula progresif.
2) Gejala-gejala sering ringan dan dapat mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuira, polidipsi, luka pada kulit yang sembuhnya lambat, infeksi vaginal, atau
penglihatan kabur jika kadar glukosa sangat tinggi.
3) Komplikasi jangka panjang jika diabetes tidak terdeteksi dalam waktu beberapa tahun
yang mungkin telah terjadi sebelum diagnosa actual ditetapkan.

6. Komplikasi
a. Komplikasi akut/terjadi akibat ketidakseimbangan jangka pendek dalam glukosa darah.

1) Hipoglikemia
2) Ketoasidosis Diabetik (DKA)
3) Sindorm hiperglikemia nekrotik (tireruk)
b. Komplikasi kronis (umumnya terjadi 10-15 tahun setelah awitan)
1) Makrovaskuler (penyakit pembuluh darah besar): mengenai sirkulasi koroner, vaskuler
perifer dan vaskuler serebral.
2) Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil): mengenai mata (retinopati) dan ginjal
(neuropati).
3) Penyakti neuropati: mengenai saraf sensorik-motorik dan outonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik
Glukosa darah: meningkat 200-100 mg/dI
Aseton plasma (keton): positif secara mencolok.
Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolestrol meningkat.
Osmolaritas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/I

Elektrolit
Natrium : mungkin normal, meningkat dan menurun.
Kalium : normal/ peningkatan semu (perpindahan seluler) kemudian menurun.
Fosfor: lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir.
Gus darah arteri : Biasanya menunjukkan PH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis
metabolis) dengan kompensasi alkolasi respiratorik
Trombosit terakhir: Ht mungkin meningkat/normal (dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
Amilase darah: mungkin meningkat yang mengidentifikasikan adanya prankeatitis akut
sebagai penyebab DKA.

8. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan dengan diabetes adalah untuk mengatur glukosa darah dan
mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronis. Penatalaksanaan diabetes tergantung
pada ketetapan interaksi dari 3 faktor aktifitas fisik, diet dan intevensi farmakologi
dengan preparat hipoglikemik oral/insulin. Penyuluhan lishin awal dan berlanjutan
penting dalam membantu klien mengatasi kondisi kronis ini. Intervensi yang
dilaksanakan untuk diabetes harus individual. Ini berarti intervensi harus berdasarkan
pada tujuan, usia, gaya hidup, kebutuhan nutrisi, maturasi, tingkat aktivitas, pekerjaan,
tipe diabetes klien dan kemampuan untuk secara mandiri untuk melakukan keterampilan
yang dibutuhkan oleh rencana penatalaksanaan pernyataan aspek psikososial kedalam
rencana keseluruhan adalah verbal.
Tujuan awal untuk klien yang baru didiagnosa diabetes atau klien dengan kontrol buruk
diabetes harus difokuskan pada berikut ini:
a. Eliminasi ketosis jika terdapat
b. Pencapaian berat badan diinginkan
c. Pencegahan manifestasi hiperglekemia.
d. Pemeliharaan toleransi latihan
e. Pemeliharaan kesejahteraan sosial.
f. Pencegahan hipoglikemia.

B. TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata
1) Biodata klien meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dokter pengangung jawab
2) Biodata penanggung jawab meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama
b) Keluhan waktu didata
2) Riwayat penyakit masa lalu
Apakan klien pernah mengalami penyakit DM sebelumnya.
c. Riwayat penyakit keluarga.
Apakan ada penyakit yang sama dalam keluarga, adakah penyakit keturunan.
d. Data biologis
Terdiri dari pola nutrisi meliputi makan dan minum, pola eliminasi meliputi poliuria,
polidipsia, polipaghia, pola istirahat dan tidur, personal hygiene dan pola aktifatas sehari-
hari.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut (Doengos Moerhouse Eissler, 2002: 726).
1) Keadaan Umum
Lemah, letih, sulit bergeser, atau
2) System persyarafan
Tanda-tandanya diorientasi: mengantuk, letargi, tupor/koma (tahap lanjut) gangguan
memori (baru, masa lalu), kacau mental.
Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma)
Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
3) System kardiovaskuler
Tanda-tandanya: takhikordia, nadi menurun/tak ada, perubahan tekanan darah postural,
hipertensi.

4) System gastrointestinal
Gejala: abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
5) System pernafasan
Merasa kekurangan oksigen, batuk atau dengan sputum paralen (tergantung adanya
infeksi/tidak)
f. Data sosial
Lingkungan sosial klien, nilai-nilai dalam keluarga, pola interaksi dan status ekonomi.
g. Data psikologis
Klien mengatasi masalah, hubungan klien dengna orang lain, kekuatan psikologi klien.
h. Data spiritual
Meliputi keyakinan terhadap agama, kebiasaan beribadah, keyakinan tentang kesehatan.
i. Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium glukosa darah
j. Terapi
Tanggal pemberian, nama obat, dosis, cara pemberian. Infeksi penyakit atau terapi obat
(glokokartikasteroid diuretikhazid kontrasepsi oral).
b. Kaji terhadap manifestasi DM
- Poliuria (akibat dari uresisosmotic bila ambang ginjal terhadap reabsorbsi dicapai dan
kelebihan glukosa keluar melalui ginjal)
- Polidipsia (disebabkan oleh dehidrasi dari poliuria)
- Polipagia (disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energi dari perubahan sintesis
protein dan lemak)
- Penurunan berat badan akibat dari metabolisme protein dan lemak pruritus vulvular,
kelelahan gangguan penglihatan, peka rangsang dan kaku otot. Temuan ini menunjukkan
gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi ateroskherosis
c. Pemeriksaan fisik
- Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200 mg/dI). Biasanya tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat di bawah
kondisi stress.
- Gula darah puasa (FBS) normal atau diatas normal
- Essei hemoglobin glikosilat di atas rentang normal. Test ini mengukur presentase
glukosa yang melekat pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin selama
hidup sel darah merah. Rentang normal adalah 5-6%
- Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton pada respon terhadap defisiensi intra
seluler, protein dan lemak diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) untuk energi.
Selama proses pengubahan ini asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton oleh
hepar. Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosuria memnunjukkan bahwa
ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai. Ketonuria menunjukkan ketoasidosis.

- Kolesterol dan kadar trigsilerida serum dapat meningkatkan menandakan


ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas terhadap terjadinya
aterosklerosis. Diagnosis DM dibuat bila gula darah puasa diatas 140 mg/dI selama dua
atau lebih kejadian pasien menunjukkan gejala DM (poliuria, polidipsia, polipaghia,
penurunan berat badan, ketonuria dan kelelahan). Juga diagnosis dapat dibuat bila contoh
TTG selama periode 2 jam dan periode lain (30 menit, 60 menit, 90 menit) melebihi 200
mg/dI
d. Kaji pemahaman klien tentang kondisi, tindakan pemeriksaan, diagnostik dan tindakan
perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
e. Kaji perasaan pasien tentang kondisi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dibuata berdasarkan analisa data pasien. Berikut adalah beberapa
diagnosa keperawatan yang terdapat pada klien dengan DM, namun demikian bukan
berarti bahwa diagnossa keperawatan pada klien ini terbatas hanya yang disebutkan saja.
a. Defisit volume cairan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi
d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensorik receptual.
e. Keletihan
f. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
g. Ketidakberdayaan
h. Resiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik (individual)

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa keperawatan:
Kurang pengetahuna mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan tujuan-
tujuan
Klien akan :
- Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
- Mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala pada proses penyakit dan menghubungkan
gejala dengan faktor penyebab
- Dengan benar melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan rasional tindakan
- Melakukan perubahan gaya hidup yang diperlukan dan berparitispasi dalam program
pengembangan
Intervensi :
a. Cipatakan lingkungan saling percaya dan mendengarkan penih perhatian dan selalu ada
saat diperlukan
b. Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
c. Pilihlah berbagai strategi belajat misalnya peragakan teknik keterampilan yang
diperlukan dan minta pada pasien untuk melakukan sendiri, gabungan keterampilan baru
ini kedalam rutinitas didalam rumah sakit.
d. Diskusikan topik-topik penting seperti :
- Beberapa kadar glukosa normal dan bagaimana hal tersebut dibandingkan dengan kadar
gula darah pasien, tipe DM yang diderita pasien, hubungan antara kekurangan insulin
dengan kadar gula darah yang tinggi
- Alasan mengeapa terjadi serangan ketoasidosis
- Komplikasi penyakit akut dan kronis meliputi gangguan penglihatan (retinopati),
perubahaan dalam neurosensori dan kardiovaskuler, perubahan fungsi ginjala atau
hipertensi

e. Peragakana cara pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “ finger stick” dan beri
kesempatan pasien untuk memperagakan ulang instruksikan pasien untuk memeriksa
keton dalam urin jika glukosa darahnya lebih dari 250 mg/dl
f. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk
melakukan makan diluar rumah/
g. Review regiman pengobatan meliputi awitan, puncak durasi, insulin hg resepkan
dengan pasien atau keluarga
h. Review pemberian insulin mandiri dan perawatan peralatan diberikan kesempatan pada
pasien untuk memperagakan prosedur tersebut (misalnya menentukan daerah persuntikan
dengan cara menyuntik atau penggunaan alat suntik pompa yang kontinyu).
i. Pemeriksaan gula darah setiap hari, waktu dan dosis obat, masuikan diet aktifitas,
perasaan dan sensasi dan peristiwa dalam hidup.
j. Buat jadwal latihan atau aktifitas yang teratur dan identifikasika hal-hal yang
berhubungan dengan penggunaan insulin
k. Identifikasi gejala hipoglikemia (misalnya lemah, pusing, latergi, apar, peka rangsang,
pucat, takiakrdia, tremor, sakit kepala dan perubahan fungsi mental) dan jelaskan
penyebabnya
l. Instruksikan pentingnya pemeriksaan secara rutin pada kaki dan perawatan kaki.
Peragakan cara pemeriksaan kaki menghindari sepatu yang ketat, perawatan kuku,
jaringan halus dan jaringan tanduk, anjurkan penggunaan stocking dengan bahan alamiah
m. Tekankan pentingnya pemeriksaan mata secara teratur terutama pada pasien yang
telah mengalami DM tipe I selama 5 tahun atau lebih
n. Diskusikan mengenai fungsi seksual dan jawab semua pertanyaan pasien atau orang
terdekat
o. Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat

Diagnosa keperawatan :
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang adalah progresif
sehingga tidak dapat disembuhkan, ketergantungan pada orang lain:

Tujuan :
Klien akan :
- Mengakui perasaan putus asa
- Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan
- Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil
tanggung jawab untuik aktivitas perawatan diri
Intervensi :
a. Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengekpresikan perasaanya tentang perawatan
dirumah sakit dan penyakit secara umum
b. Akui normalitas perasaan
c. Kaji pasien bagaiman menangani masalahnya dimasa lalu indentifikasi lokul kontrol
d. Berikan kesempatan pada orang terdekat untuk mengekspresikan kekhawatirannya dan
diskusikan cara dimana mereka dapat membantu pasien
e. Pertegas tujuan atau harapan dari pasien atau orang terdekat
f. Tentukan apakah telah terjadi perubahan hubungan dengan orang terdekat
g. Beri dorongan pasien memberikan keputusan pasien yang berhubungan dengan
perawatan misalnya ambulasi, waktu untuk beraktivitas dan seterusnya.
h. Dukung partisipasi dalam perawatan diri dan berikan umpan balik positif untuk upaya
yang dilakukannya.
Penyuluhan pasien dan pemeliharaan pasien : perawatan di rumah dan komunitas :
1. Ajarkan pasien keterampilan untuk bertahan hidup termasuk patofisiologis sederhana
tentang diabetes, modalitas pengobatan, pengenalan dan pencegahan komplikas akut dan
informasi fragmatik (dimana untuk mendapatan peralatan kapan harus menghubungi
dokter)
2. Ajarkan perilaku pencegahan untuk komplikasi diabetes jangka panjang

DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara C. Long, 1996, Perawatan Medical Bedah, Bandung : Yayasan IAPK Pajajaran

2. Carpenito, Iyada Jual, 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta :
EGC
3. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses Penyakit, 1995. Jakarta :
EGC
4. Engram, Barbara, 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah Vol.3. Jakarta :
EGC
5. Doengos, Marilynn, E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai