Kelompok 4 :
KELAS II.C
Dosen Pembimbing :
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dalam menuntut
ilmu.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan juga
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh Karena itu kami harapkan untuk memberikan masukan-
masukan yang bersikap membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................ 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada materi
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih ini yaitu sebagai berikut :
1. Apakah pengertian tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good
and clean governance) ?
2. Apa saja unsur kepemerintahan yang baik ?
3. Bagaimanakh tata kelola pemerintahan ?
4. Apa sajakah prinsip-prinsip good and clean governance ?
5. Apakah good and clean governance dan kontrol social itu ?
6. Bagaimanakah good and clean governance dan gerakan anti korupsi
7. Apakah good and clean governance dan kinerja birokrasi pelayanan public?
8. Bagaimanakah good and clean governance dalam islam ?
9. Bagaimanakah strategi penataan aparatur dalam pelaksanaan good
governance menuju pemerintahan yang bersih ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian tata kelola pemerintahan yang baik dan
bersih (good and clean governance)
2. Untuk mengetahui unsur kepemerintahan yang baik
3. Untuk mengetahui tata kelola pemerintahan
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip good and clean governance
5. Untuk mengetahui good and clean governance dan kontrol sosial
6. Untuk mengetahui good and clean governance dan gerakan anti korupsi
7. Untuk mengetahui good and clean governance dan kinerja birokrasi
pelayanan publik
8. Untuk mengetahui good and clean governance dalam islam
9. Untuk mengetahui strategi penataan aparatur dalam pelaksanaan good
governance menuju pemerintahan yang bersih
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good and
Clean Governance)
Good and clean governance memiliki pengertian segala hal yang berkaitan
dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau
memengaruhi urusan public untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam khidupan
sehari-hari.
Di Indonesia, good governance dapat diartikan sebagai pemerintahan yang
baik,bersih, dan berwibawa. Maksudnya baik yaitu pemerintahan negara yang
berkaitan dengan sumber social, budaya, politik, serta ekonomi diatur sesuai dengan
kekuasaan yang dilaksanakan masyarakat. sedangkan pemerintahan yang bersih
adalah pemerintahan yang efektif, efesien, transparan, jujur, dan bertnggung jawab.
Good and clean governance dapat terwujud secara maksimal apabila unsur
negara dan masyarakat madani (yang di dalamnya terdapat sector swasta) saling
terkait. Syarat atau ketentuan agar pemerintahan bisa berjalan dengan baik yaitu : bisa
bergerak secara sinergis,tidak saling berbenturan atau berlawanan dan mendapat
dukungan dari rakyat,pembangunan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam hal
biaya dan waktu.
Menurut United Nations Development Program (UNDP) salah satu badan PBB,
governance (kepemerintahan) mempunyai tiga model, yaitu :
6
2. Political Governance, mencakup proses pembuatan keputusan untuk
perumusan kebijakan politik negara.
3. Administrative Governance, berupa sistem implementasi kebijakan.
7
politik. Itulah sebabnya Miftah Thoha (2000) mengaris bawahi bahwa prinsip
demokratis yang melekat pada good governance meletakkan urgensi untuk
menempatkan kekuasaan ditangan rakyat bukan ditangan penguasa. Kemudian, tidak
adanya rasa takut untuk memasuki suatu perkumpulan atau serikat sesuai dengan
kebutuhan hati nurani, dan terakhir dihargainya moral perbedaan pendapat.
Sejalan dengan pemikiran, Riyaas Rasid dan Mostopadidjaja (2002)
menempatkan aparatur pemerintah sebagai ujung tombak penyelenggaraan good
governance yang bersih dari KKN tampaknya perlu juga ditelusuri sampai sejauh
mana bahaya perbuatan kolusi, korupsi dan nepotisme bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Hal ini sangat penting untuk dikaji mengingat perbuatan tersebut sangat
inheren dengan perilaku aparatur itu sendiri.
Sejalan dengan pandangan di atas, UNDP (1996) mengemukakan tiga unsure
utama (domains) yang perlu dilibatkan dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang
baik (good governance), yakni the state (Negara), the private sector (sektor swasta),
dan civil society organizations (organisasi kemasyarakatan).
Secara fungsional tugas terpenting negara di masa yang akan datangadalah
bagaimana mewujudkan masyarakat yang sejahtera, melalui peningkatan kinerja
birokrasi pemerintahan dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Selain itu, negara
harus mampu mewujudkan pembangunan manusia yang berkelanjutan seraya
melakukan penataan ulang terhadap berbagai sektor yang mendukung terhadap
pembangunan kualitas sumber daya manusia. Berbagai sektor yang dimaksud antara
lain ; sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, pertahanan, insfrastruktur,
penguatan demokrasi, desentralisasi, dan lain-lain.
Pemerintah (Negara) memiliki posisi dan peran yang sangat strategis dalam
melakukan penataan dan mengintegrasikan berbagai sektor sebagaimana dijelaskan di
atas, selain itu, pemerintah juga harus mampu mengupayakan perlindungan terhadap
masalah lingkungan terhadap masalah lingkungan, yang selama ini masih terabaikan.
Dalam konteks pelaksanaan good governance, sektor swasta jelas memiliki
peran yang sangat besar dan strategis, karena tanpa adanya keterlibatan pihak swasta,
agaknya sulit bagi pemerintah bahkan tidak mungkin untuk dapat melaksanakan
8
konsep good governance secara optimal. Salah satu peran penting sektor swasta
dalam mendukung terwujudnya konsep good governance adalah keterlibatan dalam
sektor ekonomi, tentu saja dengan tidak mengabaikan sektor-sektor lainnya, seperti
lingkungan hidup, sektor sosial, budaya dan lain-laain. Namun, pendekatan ekonomi
ini tampaknya merupakan salah satu pilar penting bagi pemerintah (Negara) dalam
mendorong pembangunan ekonomi bangsa, baik menyangkut investasi, pemasaran,
maupun produksi, sehingga pada akhirnya diharapkan mampu mendorong
pembangunan ekonomisecara nasional.
Seperti halnya sektor Negara dan swasta organisasi kemasyarakatan (civil
society organizations) pun tampaknya tidak boleh dipandang sebelah mata dalam
mendukung terwujudnya good governance. Secara fungsional, organisasi
kemasyarakatan berperan dalam memfasilitasi insteraksi sosial, politik, ekonomi,
hukum, lingkungan hidup maupun sektor lainnya. Selain itu, organisasi
kemasyarakatan juga berperan dalam melakukan “check and balance” terhadap
kewenangan dan kekuasaan pemerintah (Negara) dalam menjalankan tugasnya serta
aktifitas sektor swasta yang berkaitan dengan masalah kepentingan public. Peran lain
yang juga bisa dimainkan oleh organisasi kemasyarakatan dalam konteks pelaksanaan
good governance adalah menyalurkan partisipasi masyarakat trkait dengan aktivitas
sosial, ekonomi, politik, hukum, lingkungan hidup, ketenagakerjaan dan lain-lain.
Intinya, organisasi kemasyarakatan juga dapat berperan dalam memberikan kontribusi
pemikiran dan penekan dalam mempengaruhi kebijakan yang akan dikeluarkan oleh
pemerintah.
Dengan demikian, good governance merupakan sistem yang memungkinkan
terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintah negara yang evisien dan efektif
dengan menjaga sinergi yang konstruktif diantara pemerintah, sektor swasta, dan
masyarakat.
9
C. Tata Kelola Pemerintahan
Tata kelola yang buruk dalam masa orde baru dan pemerintahan penggantiannya
telah membuat Indonesia masuk kedalam daftar negara paling korup di dunia untuk
beberapa lama. Meskipun demikian, karena sebelum krisis Indonesia mengalami
pertumbhan ekonomi yang pesat, problem ini diabaikan oleh pembuat kebijakan.
Untuk banyak orang, pertumbuhan konomi ini sudah cukup sebagai kompensasi
kerugian yang timbul dari tata kelola pemerintahan yang buruk saat itu. Timbulnya
krisis ekonomimenunjukkan seriusnya KKN ini. MPR bahkan telah mengeluarkan
ketetapan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan tata kelola pemerintahan
yang baik. Namun, upaya untuk menciptakan terbukti sangat sulit dan sepertinya
mustahil (Hamilton-Hart, 2001: dan Sherlock, 2002).
Kinutha-Njenga (1999) menyimpulkan bahwa praktek-praktek pemerintahan
yang mencirikan bahwa suatu Negara melaksanakan tata kelola pemerintahan yang
baik adalah sebagai berikut:
a) Pemerintah Negara yang bersangkutan terpilih secara demokratis dan
mempromosikan hak asasi manusia dan kepastian hukum
10
konsisten dan bertanggungjawab, rendahnya disiplin dan kinerja sumber daya
manusia aparatur, lemahnya fungsi pengawasan terhadap kinerja aparatur pemerintah,
sistem karir berdasarkan prestasi kerja be-lum sepenuhnya diterapkan, gaji yang
belum memadai untuk hidup layak, dan lemahnya sistem pertanggungjawaban publik
yang kemudian berakibat rendahnya kualitas pembangunan.
Untuk dapat meminimalkan terjadinya penyimpangan tersebut, diperlu-kan
suatu pola penyelenggaraan pemerintahan yang mengatur hubungan antara
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.
Pola penyelenggaraan tata kepemerintahan tersebut dikenal den-gan Tata
Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Public Governance).
2. UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
2. Keterbukaan (Transparancy)
3. Partisipasi Masyarakat (Participatory)
4. Akuntabilitas (Accountability)
11
5. Profesionalisme Dan Kompetensi (Professionalism And Competency)
7. Keadilan/Kewajaran (Fairness)
8. Komitmen Pada Pengurangan Kesenjangan (Commitment To Reduce
Inequality)
12
kepada masyarakat yang lebih baik dan bahkan di beberapa daerah mampu
meningkatkan kesejahteraan pegawai. Pemberantasan tindak pidana korupsi yang
dilakukan secara konvensional selama ini terbukti tidak secara efektif mampu
mengurangi/menghilangkan tindakan korupsi dalam jangka waktu yang panjang.
Olehkarena itu diperlukan upaya kegiatan pencegahan yang komprehensif
sehingga usaha-usaha tindakan yang secara langsung atau tidak langsung mengarah
ke korupsi tidak akan terjadi.
Korupsi di Indonesia sulit dibasmi dan terus berkembang disebabkan oleh:
a. Peraturan perundangan yang belum memadai
b. Lemahnya law enforcement
c. Sikap permisif terhadap korupsi
d. Kurangnya keteladanan dan kepemimpinan
e. Sistem penyelenggaraan negara dan pengelolaan dunia usaha tidak/kurang
mengindahkan prinsip-prinsip good governance
f. Beragam sebab lain
Pendekatan atau cara yang digunakan setiap daerah dalam menerapkan tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance) tidak sama, namun semua
berorientasi pada masyarakat melalui peningkatan kualitas layanan dan perbaikan
sistem manajemen pemerintahan.
Jenis layanan yang diunggulkan dalam rangka peningkatan kualitas tata kelola
pemerintahan yang baik berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.
13
atau dasar prinsip demokrasi, yakni kebebasan berkumpul dan menegluarkan
pendapat secara konstruktif. Dalam hal ini perlu deregulasi birokrasi, sehingga
proses sebuah usaha efektif dan efisen.
b. Penegakan hokum ( rule of law ), yaitu bahwa pengelolaan pemerintahan yang
professional harus didukung oleh penegakannya secara konsekuen, maka
partisipasi msyarkat dapat berubah menjadi tindakan yang anarkis. Dalam hal ini
perlu komitmen pemerintah yang mengandung unsure-unsur :
c. Transparansi ( transparency )
Asas ini merupakan unsur lain yang menopang terwujudnya good and
cleangovernance. Menurut para ahli, jika tidak ada prinsip ini, bisa menimbulkan
tindakankorupsi. Ada 8 unsur yang harus diterpkan transparansi yaitu :
penetapanposisi/jabatan/kedudukan, kekayaan pejabat public, pemberian
penghargaan, penetapankebijakan, kesehatan, moralitas pejabat dan aparatur
pelayanan masyarakat, keamanan dan ketertiban, serta kebijakan strategis untuk
pencerahan kehidupan masyarakat.
d. Responsif
Asas responsif adalah dalam pelaksanaannya pemerintah harus
tanggap terhadappersoalan-persoalan masyarakat, harus memhami kebutuhan
masyarakat, harus proaktif responsif mempelajari dan menganalisa kebutuhan
masyarakat.
14
e. Konsensus
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui
prosesmusyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan consensus
memiliki kekuatanmemaksa terhadap semua yang terlibat untuk melaksanakan
keputusan tersebut danmemuskan semua atau sebagian pihak, serta mengikat
sebagian besar komponen yang bermusyawarah.
f. Kesetaraan
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.
Asas inimengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan berperilaku adil
dalam halpelayanan publik tanpa membedakan suku, jenis, keyakinan, jenis kelamin,
dan kelas social.
h. Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat public terhadap
msyarakatyang memberinya wewenang untuk mengurusi kepentingan mereka. Setiap
pejabat publicdituntut untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan,
moral, maupunnetralitas sikapnya terhadap masyarakat.
i. Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa
yangakan dating. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good and
clengovernance. Dengan kata lain, kebijakan apapun yang akan diambil saat ini,
harus diperhitungkan akibatnya untuk sepuluh atau dua puluh tahun ke depan.
15
E. Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial
16
Adanya political will dan political action dari pejabat negara dan pimpinan
lembagapemerintahan pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan
langkah proaktif pencegahan dan pemberantasan tindakan korupsi.
Penegakan hukum secara tegas dan berat ( mis. Eksekusi mati bagi para
koruptor) :
Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh
pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada
masyarakat,dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan/ atau
kepentinganmasyarakat.Beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik
strategis untuk memulai pengembangan dan penerapan good and clean governance di
Indonesia.
17
Pemberian, Yaitu harta yang di berikan oleh imam dari baitul mal kepada
orang-orang yang memiliki hak yang di berikan setiap tahunnya.
Rizki, Yaitu harta yang di berikan oleh imam dari baitul mal kepada orang-orang
yang memiliki hak yang di berikan setiap bulannya.
18
setiap pelayanan. Dengan adanya persaingan maka sektor usaha swasta dan
pemerintah bersaing dan terpaksa bekerja secara lebih profesional dan efisien.
4. Mission-driven government : be driven by mission rather than rules”. Aparatur
dan birokrasi harus melakukan aktivitas yang menekankan kepada
pencapaianapa yang merupakan “misinya” dari pada menekankan pada
peraturan-peraturan. Setiap organisasi diberi kelonggaran untuk menghasilkan
sesuatu sesuai dengan misinya.
5. Result-oriented government : result oriented by funding outcomes rather than
inputs. Aparatur dan birokrasihendaknya berorientasi kepada kinerja yang baik.
Instansi yang demikian harus diberi kesempatan yang lebih besar dibanding
instansi yang kinerjanya kurang.
6. Cuntomer-driver government : meet the needs of the customer rather than the
bureaucracy. Aparatur dan birokrasi harus mengutamakan pemenuhan
kebutuhan mayarakat bukan kebutuhan dirinya sendiri.
7. “ente prising government : concretrate on earning money rather than just
speding it. Aparatur birokrasi harus memiliki aparat yang tahu cara yang tepat
dengan menghasilkan uang untuk organisainya, disamping pandai menghemat
biaya. Dengan demikian para pegawai akan terbiasa hidup hemat.
8. Anticipatory government : invest in preventing problems rather than curing
crises. Aparatur dan birokrasi yang antisipasif. Lebih baik mencegah dari pada
memadamkan kebakaran. Lebih baik mencegah epidemi daripada mengobati
penyakit. Dengan demikian akan terjadi “mental swich” dalam aparat daerah.
9. Decentralilazed government : decentralized authority rahter than build
hierarcy. Diperlukan desentralisasi dalam pengelolaan pemerintahan, dari
berorientasi hirarki menjadi partisipasif dengan pengembangan kerjasama tim.
Dengan demikian organisasi bawahan akan lebih leluasa untuk berkreasi dan
mengambil inisiatif yang diperlukan.
10. Market-oriented government : solve problemby influencing market forces
rather than by treating public programs. Aparatur dan birokrasi harus
memperhatikan kekuatan pasar. Pasokan didasarkan pada kebutuhan atau
19
permintaan pasar dan bukan sebaliknya. Untuk itu kebijakan harus berdasarkan
pada kebutuhan pasar.
20
Ketiga pengendalian ini bisa dikembangkan melalui pengembangan
struktur organisasi kelembagaan yang bertumpu pada kekuatan aparatur seperti
gugus kendali mutu ( total quality control).
e. Strategi budaya / kultur (cultur Strategi), yaitu adanya upaya reorientasi
perilaku dan budaya aparatur serta birokrasi yang lebih terbuka dan mampu
merevitalisasi dan mengadopsi nilai-nilai budaya (baik budaya lama maupun
baru), yang lebih menyentuh nilai-nilai keadilan dan hati nurani.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hakikatnya Good Governance bagaimana memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat. Kapan pelayanan dikatakan
baik apabil pelayanan yang efesian artinya, adalah perbandingan yang terbalik antara
input dan output yang di capai dengan input yang menimal maka tingkat efesiansi
menjadi lebih baik. Input pelayanan dapat berupa uang, tenaga dan waktu dan materi
yang di gunakan untuk mencapai output.
Harga pelayanan publik harus dapat terjangkau oleh kemampuan ekonomi
masyarakat. Kedua; pelayanan yang non-partisipan. Artinya adalah, sistem pelayanan
yang memberlakukan penguna pelayan secara adil tanpa membedakan dan
berdasarkan status sosial ekonomi, kesekuan etnik, agama kepartaian, latar belakang
pengunaan pelayanan tidak boleh di jadikan pertimbangan dalam memberikan
pelayanan.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan suatu refrensi atau informasi bagi
mahasiswa keperawatan khususnya dan kalangan umum untuk melanjutkan
pendidikan selanjutnya. Mohon maaf bila banyak kekurangan dalam makalah ini dan
mohon kritik dan saran yang membangun.
22
DAFTAR PUSTAKA
Noryao, Jackie and Bipasha Chatterjee. 2011. Briefing Paper “Governance Of The
environment institute.
Baik. Kab. Solok, Kota Pekanbaru, Prov. Gorontalo, Kab. Wonosobo, Kota
Yogyakarta, Kota Surakarta, Kab. Sragen, Kab. Gianyar dan Kab. Jembrana.
23
24