Anda di halaman 1dari 13

KONSEP KEPERAWATAN KELUARA

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan


masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawata, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai
saran/penyalur.

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,


keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari keluarga ?

2. Bagaimana tipe dan peran keluarga ?

3. Apa tugas perkembangan dalam keluarga ?

III. TUJUAN

Adapun tujuan dan pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengetahui
tentang :

1. Konsep keluarga

2. Tugas perkembangan dalam keluarga

3. Implikasi yang terjadi dalam keluarga

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. DEFINISI

Duval (1972). Duval menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang


yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang
bertujuan, menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada di
dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya
ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.

Departemen Kesehatan RI (1988). Menurut Departemen Kesehatan RI


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan saling bergantung.

Bailon dan Maglaya (1989). Bailon dan Maglaya mengatakan keluarga


adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan
lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Burgess dan kawan-kawan (1963). Burgess dkk, menyebutkan bahwa :

1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,


darah, dan ikatan adopsi
2. Para anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam satu rumah tangga
atau jika hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga
tersebut sebagai rumah mereka
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan lainnya
dalam peran sosial. Keluarga seperti suami dan istri, ayah dan ibu, anak
laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari
4. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri

2
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Marilynn M. Friedman, 1998).

II. TIPE KELUARGA

Friedman (1986) membagi tipe keluarga sebagai berikut ini :

1. Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang masih
menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak
keluarga lainnya.
2. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari satu atau
dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang
satu sama lain.
3. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung
kepadanya
4. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tinggal dalam satu rumah yang sama
5. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan,
yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil
perkawinan terdahulu
6. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu
kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah
7. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu
orang dewasa yang hidup dalam rumahnya
8. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami
istri paruh baya

Marilyn M. Friedman (1998) membagi tipe keluarga menjadi keluarga inti


(konjugal). Keluarga yang menikah. Sebagai orang tua, atau pemberi nafkah.
Keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan anak (anak kandung, anak adopsi).
Keluarga orientasi (keluarga asal). Unit keluarga tempat seseorang dilahirkan. Dan
yang terakhir keluarga besar, keluarga inti da orang lain yang ada hubungan darah,
misalnya sanak keluarga, kakek, nenek, tante, paman, dan sepupu.

3
III. STRUKTUR KELUARGA

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :

a. Pola dan proses komunikasi


1. Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
a) bersifat terbuka dan jujur.
b) selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c) berfikiran positif.
d) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
2. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a) Karakteristik pengirim Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau
pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta
dan menerima umpan balik.
b) Karakteristik penerima Siap mendengarkan, memberi umpan balik,
dan melakukan validasi.

b. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya.
Tetapi kadang peran initidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu
dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarga yang lain, sedangkan orang tua mereka entah kemana
atau malah berdiam diri di rumah.

c. struktur kekuatan

4
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :

1. Legimati power
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa dalam
suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku
anggota keluarga yang lain.
2. Referent power
Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu terhadap orang lain karena
identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi positif seorang anak
dengan orang tua (role mode).

3. Reward power

Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh


seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan seseorang.
Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.

4. Coercive power

Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan


paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.
5. Affectif power
Kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan atau
tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan
seksual pasangan suami istri.

5
d. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secarasadar atau
tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

IV. PERAN KELUARGA

Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan yang


berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota
keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga,
pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, dan pemberi rasa aman kepada
anggota keluarga. Selain itu, sebagai anggota masuyarakat/kelompok sosial
tertentu. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak,
pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Selain
itu, sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai
dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.

V. FUNGSI KELUARGA

Bab ini akan menguraikan fungsi keluarga menurut Friedman dan Undang-
Undang No. 10 tahun 1992.

Friedman membagi fungsi keluarga menjadi 5, yaitu :

1. Fungsi afektif. Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang


merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan
gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan baik, dan penuh rasa
kasih sayang.

6
2. Fungsi sosialisasi. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut
melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan
tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan
belajar disiplin, norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam
keluarga, sehingga individu mampu berperan di dalam masyarakat.
3. Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi. Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
5. Fungsi perawatan keluarga. Keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga
melakukan asuhan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan memengaruhi
status kesehatan keluarga dan individu.

Undang-undang No.10 tahun 1992 membagi fungsi keluarga menjadi 8, yaitu :

1. Fungsi keagamaan adalah


(1) membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh
anggota keluarga
(2) menerjemahkan ajaran dan norma agama ke dalam tingkah laku hidup
sehari-hari bagi seluruh angggota keluarga
(3) memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari dalam
pengalaman ajaran agama
(4) melengkapi dan menambah proses belajar anak tentang keagamaan
yang tidak/kurang diperoleh disekolah atau masyarakat
(5) membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan beragama.
2. Fungsi budaya adalah
(1) membina tugas keluarga sebagai sarana untuk meneruskan norma
budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan
(2) membina tugas keluarga untuk menyaring norma dan budaya asing
yang tidak sesuai
(3) membina tugas keluarga sebagai sarana anggotanya untuk mencari
pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia
(4) membina tugas keluarga sebagai sarana bagi anggotanya untuk
mengadakan kompromi/adaptasi dan praktik (positif) serta kehidupan
globalisasi dunia

7
(5) membina budaya yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya
masyarakat/bangsa untuk menunjang terwujudnya norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera.
3. Fungsi cinta kasih adalah
(1) menumbuhkembangkan potensial simbol cinta kasih sayang yang telah
ada diantara anggota keluarga dalam simbol nyata, seperti ucapan dan
tingkah laku secara optimal dan terus menerus
(2) membina tingkah laku, saling menyayangi di antara anggota keluarga
maupun antara keluarga yang satu dan yang lainnya secara kuantitatif dan
kualitatif
(3) membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan uhkrawi
dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang
(4) membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu
memberika dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.
4. Fungsi perlindungan adalah
(1) memenuhi kebutuhan akan rasa aman di antara anggota keluarga.
Bebas dari rasa tidak aman yang tumbuh dari dalam maupun dari luar
keluarga
(2) membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar maupun dalam
(3) membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai
modal menuju Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.
5. Fungsi reproduksi adalah
(1) membina kehidupa keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi
sehat baik bagi anggota keluarga maupun keluarga sekitarnya
(2) memberikah contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga
dalam hal usia, kedewasaan fisik dan mental
(3) mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak antara kelahiran dua anak, dan jumlah
ideal anak yang diinginkan dalam keluarga
(4) mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
6. Fungsi sosialisasi adalah
(1) menyadari, merencanakan, dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama
(2) menyadari, merencanakan, dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik

8
dan permasalahan yang dijumpainya baik dilingkungan masyarakat
maupun sekolahnya.
Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal yang perlu
dilakukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan baik fisik
maupun mental, yang tidak/kurang diberikan lingkungan sekolah maupun
masyarakat
(3) membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga
sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua
untuk perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera.
7. Fungsi ekonomi adalah melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun
di dalam kehidupan keluarga dalam rangka menopang perkembangan
hidup keluarga, mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselamatan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran
keluarga, mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota rumah tangga berjalan secara serasi,
selaras, dan seimbang, membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga
sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

8. Fungsi pelestarian lingkungan adalah membina kesadaran dan praktik


pelestarian lingkungan internal keluarga, membina kesadaran, sikap, dan
praktik pelestarian lingkungan hidup eksternal keluarga, membina
kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan hidup yang serasi,
selaras, dan seimbang antara lingkungan keluarga dan lingkungan hidup
sekitarnya.

VI. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)

9
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga tahap ini antara lain adalah :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
2. Menetapkan tujuan bersama.
3. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5. Persiapan menjadi orang tua.
6. Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).


Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak
bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
1. Suami merasa diabaikan.
2. Peningkatan perselisihan dan argument.
3. Interupsi dalam jadwal kontinu.
4. Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :


1. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap
bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak
5. Konseling KB post partum 6 minggu.
6. Menata ruang untuk anak.
7. Biaya / dana Child Bearing.
8. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.

10
9. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah


Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2. Membantu anak bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas.
2. Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
3. Menyediakan aktivitas untuk anak.
4. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
5. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.

e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang
dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa
muda dan mulai memiliki otonomi).
2. Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orangtua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
3. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.

11
4. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).


Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerim,a kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.


2. Mempertahankan keintiman.
3. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6. Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.

g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat
social dan waktu santai.
2. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3. Keakrapan dengan pasangan.
4. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5. Persiapan masa tua/ pension.

h. Keluarga Lanjut Usia.


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4. Melakukan life review masa lalu.

VII. IMPLIKASI KEPERAWATAN DALAM KEPERAWATAN


KELUARGA

12
Tugas perkembangan keluarga

Keluarga dengan anak remaja usia 13-20 tahun

Dalam tugas perkembangan ini, orang tua yang memiliki anak remaja
dengan usia 13-20 tahun harus mengetahui bagaimana perkembangan dan apa
yang harus orang tua lakukan terhadap anak remajanya tersebut. Orang tua
harus memberikan kebebasan kepada remaja mengingat saat usia itu mereka
sudah memiliki otonom. Kebebasan yang diberikan kepada remaja haruslah
tetap diawasi, karena pada usia-usia ini remaja rawan dengan identitas diri dan
rasa ingin tahu yang besar.

Tetap tingkatkan komunikasi terbuka antara remaja, karena yang


dibutuhkan remaja saat usia ini adalah teman bercerita yang mampu
mendengarkan dengan baik. Apabila tidak tejalin komunikasi terbuka yang
baik, maka remaja akan mencari pelarian/teman bercerita yang belum tentu
baik dan mengerti bagaimana remaja itu sebenarnya. Orang tua harus
menghindari rasa kecurigaan dengan memastikan kebenarannya kepada
remaja tersebut, karena sebuah kesalahfahaman akan memicu keretakan pada
keluarga tersebut.

BAB III

LITERATUR

Duvall E. & Miller C. M. (1985). Marriage and family development 6th ed. New
York: Harper & Row Publisher.

Ali Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Bailon, G S., & Maglaya, S. A. (1989). Perawatan Kesehatan Keluarga


(Terjemahan oleh Pusdiknakes Depkes RI). Pusdiknakes Depkes RI. Bailon, G S.,
& Maglaya, S. A. (1978). Family Healt Nursing, The Process

13

Anda mungkin juga menyukai