PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Salah
satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab infeksi susunan saraf pusat
adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan
penyakit yang bervariasi. Haemophilus influenzae tipe B ditemukan pada 33% diantara kasus
meningitis.
Penelitian lanjutan, didapatkan 38% penyebab meningitis pada anak kurang dari 5 tahun.
Di Australia pada tahun 1995 meningitis yang disebabkan Neisseria meningitidis 2,1 kasus per
100.000 populasi, dengan puncaknya pada usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19 tahun . Sedangkan kasus
meningitis yang disebabkan Steptococcus pneumoniae angka kejadian pertahun 10 – 100 per
100.000 populasi pada anak kurang dari 2 tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun
untuk seluruh kelompok usia, dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental
B. Rumusan Masalah
1
4. Bagaimana menifestasi klinis dari meningitis?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak 1 pada semester IV, dan
diharapkan agar mahasiswa agar mampu memahami tentang konsep dasar penyakit persyarafan,
meningitis pada anak dan dapat membuat asuhan keperawatan anak dengan dengan meningitis.
Tujuan Khusus
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Meningitis
Meningitis adalah infeksi pada meninges (selaput pelindung) yang menyelimuti otak dan saraf
tulang belakang yang biasanya menyerang pada anak- anak usia 1. Neonatus yang disebabkan oleh virus
Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes. 2. Anak di bawah 4 tahun
biasanya disebabkan oleh virus Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus. 3. Anak di atas 4
tahun dan orang dewasa biasanya disebabkan oleh virus Meningococcus, Pneumococcus. Meningitis
adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak (araknoidea dan piamater ). (Nabiel, 2014) .
bakterial memasuki area secara langsung sebagai akibat cedera traumatik atau secara tidak
langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal (CSS).
Berbagai agens dapat menimbulkan inflamasi pada meninges termasuk bakteri, virus, jamur, dan
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi, 2006).
suatu peradangan dari selaput-selaput (meningen) yang mengelilingi otak dan sumsum tulang
3
B. Etiologi
1. Pneuomokokus
2. Haimofilus influenza
3. Stapilokokus
4. Streptokokus
5. Escherichia coli
6. Meningokokus
7. Salmonella
Bakteri tersebut di kenal sangat toksik karena dapat mengakibatkan jaringan cepat
meningitis purulenta.
(Nabiel, 2014).
4
C. Patofisiologi
5
D. Manifestasi klinis
Gambaran klinis yang sering muncul pada anak dengan meningitis antara lain :
a. Lesu
b. Mudah terangsang
c. Hipertermia
d. Anoreksia
e. Sakit kepala
c. Sakit kepala
4. Koma biasanya terjadi pada anak yang lebih tua (Willianms, 2008)
5. Ruam Purpura disebabkan oleh perjedarahan darah dibawah kulit (Willianms, 2008)
7. Gangguan frekuensi dan irama pernafasan ( Cepat dengan irama kadang dangkal dan
kadang dalam).
8. Munculnya tanda-tanda meningeal seperti kaku kuduk (leher kaku yang dapat
6
persendian,lutut,positif bila ada tekanan dan rasa sakit sebelum mencapai ekstensi
maksimal) dan Brudzinky positif (pada saat fleksi leher lutut ikut fleksi juga). .
(Nabiel, 2014)
7
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada anak dengan meningitis antara lain :
Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
1. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventikulitis). Abses pada meningen dapat
sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun hematogen
termasuk ke ventrikuler.
Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sundapan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis.
3. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
4. Epilepsi
sudah menyebar keserebrum sehingga menggangu gyrus otak anak sebagai tempat
menyimpan memori.
6. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak
tuntas atau mikrooranisme yang sudah resisten terhadap antibiotic yang digunakan
untuk pengobatan.
(Nabiel, 2014)
8
F. Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan Medis
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Hidrocepalus
b. Saraf
c. Tuli
d. Keterbelakangan mental
(Williams, 2008)
2. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yan bersifat isotonik seperti asering atau
ringer laktat dengan dosis yang di pertimbangkan melalui penurunan berat badan
anak atau tingkat dehidrasi. Terapi diberikan karena anak yang menderita
yang sering dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400 mg/kgBB dibagi
9
dalam 6 dosis pemberian secara intravena dikombinasikan dengan kloramvenikol
G. Asuhan Keperawatan
( Nabiel, 2014).
H. Pengkajian
Pengkajian keperawatan meningitis meliputi: anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan diagnostik,
a. Anamnesis, meliputi:
1. Identitas klien, antara lain: nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan, agama,
pendidikan, dsb.
2. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa
anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah panas badan tinggi, kejang,
dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Saat Ini
10
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahhui jenis kuman
penyebab. Disisi harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul sepertyi
kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajiian klien
meningitis, biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari
infeksi dan peningkatan TIK.
b. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamneesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per system B3 (brain) yang terarah dan
dihubungkan dengan keluhan-keluha dari klien.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa TTV. Pada klien meningitis biasanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih daru normal, yaitu 38-410 C, dimulai dari
fase sistemik. Kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya
dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu
pusat pengatur suhu tubuh.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic rutin pada klien meningitis meliputi laboratorium klinik
rutin (Hb, leukosit,LED, trombosit, retikulosit, glukosa) pemeriksaan faal hemostatis
diperlukan untuk mengetahui sacera awal adanya DIC. Serum elektrolit dan serum
glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama
hiponatremia.
11
I. Analisa Data
dalam
Mudah terangsang.
Kejang.
tubuh
12
8. Kejang. Peningkatan reaksi Resiko cidera
Kelumpuhan. otot
meningeal.
J. Diagnosa Keperawatan
13
K. Intervensi Keperawatan
Airway Management
a. Buka jalan nafas,gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu.
Oxygen Therapy
14
g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
sistolik.
Airway suction
15
d. Minta klien napas dalam sebelum suction dilakukan.
nasotrakeal.
g. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal.
Airway management
a. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu.
16
l. Monitor respirasi dan status O2.
Fever treatment
b. Monitor IWL.
h. Berikan antipiretik.
j. Selimuti pasien.
Temperature Regulation
17
d. Monitor warna dan suhu kulit.
i. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari
kedinginan.
diperlukan.
d. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernapasan sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
18
k. Monitor adanya chusing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, dan
peningkatan sistolik).
Fluid management
darah osmotic).
Hypovolemia Management
b. Pelihara IV line.
19
c. Monitor tingkat Hb dan hematocrit.
h. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan.
Nutrition Management
b. Kolaborasi dengan ahli giziuntuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di
butuhkan.
d. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
Nutrition Monitoring
20
d. Monitor lingkungan sebelum makan.
panas/dingin/tajam/tumpul.
21
g. Monitor adanya tromboplebitis.
Pain management
f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
h. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pebcahayaan,
dan kebisingan
j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non fakmakologi dan interpersonal)
o. Tingkatkan intirahat
22
p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih
dari satu.
h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
perabotan).
23
d. Memasang side rail saat tidur.
g. Membatasi pengunjung.
k. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan
i. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum.
24
j. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing.
infeksi).
p. Batasi pengunjung.
x. Dorong istirahat.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
suatu peradangan dari selaput-selaput (meningen) yang mengelilingi otak dan sumsum tulang
belakang (spinal cord). Penyebab infeksi susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau
mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian berkisar
B. Saran
Makalah ini dibuat agar pembaca mampu menegtahui tentang menangani anak yang
terdiagnosa meningitis. Khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui peran dan
fungsi pelayanan kesehatan pada anak. Memberikan tindakan yang sesui dengan penyebab
meningitis yang di alami seseorang. Banyak faktor penyebab terjadinya meningitis dan cara
merawat anak yang terdiagnosa meningitis untuk itu makalah ini dapat di gunakan sebagai
Dalam penulisan makalah ini belum sempurna dan masih terdapat bahasa asing yang
belum difahami oleh pembaca. Untuk itu penulis sanagat menyarankan agar pembaca meresensi
makalah ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Herdman, T. 2009. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2012 – 2014. Jakarta :
EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Pillitteri, 2010, Maternal and Child Health Nursing care of childbearing and childrearing family,
Lippincolt Williams & Wilkins, Philadelphia.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA (North America Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Yogyakarta : Mediaction Publishing Jogja.
27