PENDAHULUAN
Prof. Dr. Sumarmi mengatakan bahawa ibu dengan gizi kurang sejak
trimester awal akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) yang
kemudian akan tumbuh menjadi balita stunting, jika tidak diberikan asupan yang
cukup sesuai dengan kebutuhan. Sebuah penelitian di Indramayu menunjukan
bahwa karakteristik bayi saat lahir mempengaruhi pola pertumbuhan post natal
bayi. Bayi yang berukuran kecil untuk usia kehamilannya mengalami kegagalan
tumbuh sejak dalam kehamilan. Bayi prematur dengan berat lahir rendah , berat dan
panjang badannya selain dipengaruhi oleh status gizi ibu, juga dipengaruhi oleh usia
kehamilan. Bayi tersebuat memiliki ukuran panjang , berat dan lingkar kepala
kurang dari ukuran normal. Penelitian di Brazil dengan desain kohort melaporkan
bahwa kelompok bayi lahir prematur memiliki resiko stunting saat usia 12 bulan
sebesar 2,35 kali dan saat usia 24 bulan sebesar 2,30 kali(Hana Sofia, 2012).
Bayi yang lahir normal juga dapat beresiko stunting jika asupan gizinya
kurang. Kualitas dan kuantitas MP-ASI yang baik merupakan komponen penting
dalam makanan balita karena mengandung makro dan mikro. Salah satu faktor yang
berpengaruh secara langsung pada balita stunting adalah rendahnya asupan zat gizi
terutama energi, protein, iron, zinc dan kasium. Asupan zat gizi tersebut diperoleh
dari Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
Penelitian menunjukan bahwa durasi menyusui dan pemberian asi ekslusif
berhubungan seras signifkan dengan status gizi anak terutama untuk z-score TB/U
(Susilowati;dkk, 2010). Ketepatan pemberian MP-ASI juga mempunyai pengaruh
yang signifikan pada peningkatan tinggi badan anak usia 6-24 bulan sehingga dapat
mengurangi resiko stunting. Waktu pertama kali pemberian MP-ASI memiliki
pengaruh 2,8 kali lebih besar terhadap kejadian stunting (Dwi Puji, 2016).