Anda di halaman 1dari 16

A. Tinjauan Umum Halusinasi Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.

1. Pengertian Halusinasi Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi
Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak
pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sendiri
salah). atau yang dialamatkan pada pasien itu, akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara
Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar
tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya atau bicara-bicara sendiri atau bibirnya bergerak-gerak.
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan), sedangkan yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik
menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca dan lain-lain.Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal
indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. dari luar tubuh.Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke
Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan alam sadar.Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita
dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan jumpai pada keadaan normal atau patologis,maka materi-materi yang ada dalam
yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan. unconsicisus atau preconscius bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya
rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya
Nursing, 1987). kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan
keluar dalam bentuk stimulus eksterna.
2. Etiologi 4. Manifestasi Klinik
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien 5. Klasifikasi halusinasi
dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi karakteristik tertentu, diantaranya :
lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara,
dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya untuk melakukan sesuatu.
halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan
saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan /
perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
permasalahan pada pembicaraan. menakutkan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis
banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang
budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping. dementia.
3. Psikopatologi
d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak b. Faktor Presipitasi
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
dari tanah, benda mati atau orang lain. setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang berguna, putus asa dan tidak berdaya.
busuk, amis dan menjijikkan. Tahap-tahap tampilan klien perilaku yang diperlihatkan adalah :
f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh Tahap I
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau – Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum,
pembentukan urine.(Yosep Iyus, 2007) halusinasi merupakan suatu kesenangan.
1. Proses terjadinya halusinasi – Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari – Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas
gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk – Fikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran,
halusinasi ini bisa berupa suara – suara bising atau mendengung. Tetapi paling nonpsikotik.
sering berupa kata – kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi – Tersenyum, tertawa sendiri
tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara
– Menggerakkan bibir tanpa suara
sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap
– Pergerakkan mata yang cepat
mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian
– Respon verbal yang lambat
pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.
– Diam dan berkonsentrasi
Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan
schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa Tahap II

mania depresif dan syndroma otak organik – Menyalahkan

2. Faktor – faktor penyebab halusinasi – Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan
a. Faktor predisposisi perasaan antipati
1. Biologis – Pengalaman sensori menakutkan
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – – Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin – Mulai merasa kehilangan kontrol
timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul – Menarik diri dari orang lain non psikotik
perilaku menarik diri.
– Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
2. Psikologis
– Perhatian dengan lingkungan berkurang
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
– Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja
respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
– Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien. Tahap III

3. Sosial budaya – Mengontrol

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita – Tingkat kecemasan berat
seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana – Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. – Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi)
– Isi halusinasi menjadi atraktif 1. Farmakoterapi
– Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik a. Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita

– Perintah halusinasi ditaati skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi
dalam dua tahun penyakit.
– Sulit berhubungan dengan orang lain
b. Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
– Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik
dengan psikomotorik yang meningkat.
– Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan
2. Terapi kejang listrik
berkeringat
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan
Tahap IV
kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik
– Klien sudah dikuasai oleh halusinasi
melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang
– Klien panik listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari 3. Psikoterapi dan Rehabilitasi
apabila tidak ada intervensi terapeutik. Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
– Perilaku panik karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien
– Resiko tinggi mencederai kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk
– Agitasi atau kataton mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan
– Tidak mampu berespon terhadap lingkungan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena dapat
Hubungan Skhizoprenia dengan halusinasi membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri
suara – suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. dari :
Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang a. Therapy aktivitas
telah diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan 1. Therapy musik
perilaku yang dapat diamati Focus : mendengar,memainkan alat musik, bernyanyi.
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai klien.
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di BPK 2. Therapy seni
RSJ Propinsi Bali dan klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga Focus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai
mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien, pekerjaan seni.
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas 3. Therapy menari
minum obat (Maramis,2004) Focus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
1. Penatalaksanaan Medis 4. Therapy relaksasi
a. Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien dinyatakan Rasional : untuk koping / prilaku mal adaptif / deskriptif,
boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam
didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif kehidupan.
dan sebagai pengawas minum obat (Maramis,2004) a. Therapy sosial
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain Menunukkan anak atau memaksakan kehendak/mengatur dalam segala
b. Therapy kelompok hal, mengakibatkan kepribadian si anak tidak berkembang secara wajar
Group therapy (therapy kelompok) ketika dewasa memiliki kepribadian yang mantap, cenderung
1. Therapy group (kelompok terapiutik) mementingkan diri sendiri dan akibatnya kurang berhasil sebagai
2. Adjunctive group activity therapy (therapy aktivitas kelompok) orangtua.
a. Therapy lingkungan – Perkawinan tidak harmonis dan kehancuran rumah tangga.
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga (home Anak tidak mendapat kasih sayang. Tidak dapat menghayati displin tidak
like atmosphere) (www.blogskripsiperawat.com) ada panutan, pertengkaran dan keributan membingungkan dan
A. Tinjauan umum tentang karaketristik penderita halusinasi menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. Hal tersebut merupakan
1. Usia dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan
Usia disini dimaksud adalah masa pada keadaan tertentu yang dapat mendukung kepribadian pada anak dikemudian.
terjadinya gangguan jiwa antara lain : – Otoritas dan disiplin
a. usia bayi Disiplin diberikan sesuai dengan kemampuan dan tingkat kematangan
Yang dimaksud masa adalah menjelang usia 2-3 tahun, dasar perkembangan anak, diberikan dengan cara yang baik, tegas, dan konsisten, sehingga
yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini timbul anak menerima sebagai hal yang wajar. Disiplin yang diluar kemampuan
dua masalah yang penting yaitu : sianak , dipaksakan dengan cara yang keras kaku, menyebabkan anak
– cara mengasuh bayi akan melawan memberontak atau menuntut berlebihan. Sebaliknya
cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat aman/ bagi bayi disiplin yang tidak tegas secara mental, latihan keras, akan menyebabkan
dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan rasa cemas, rasa tidak aman dan kemudian hari mungkin menjadi nakal,
bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan keras kepala dan selalu ingin kesempurnaan (perfeksionios).
menolak dan dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat – Perkembangan seksual
menolak dan menentang terhadap lingkungan. Pendekatan yang sehat, kesediaan untuk memberi jawaban secara jelas,
– Cara memberi makanan terus terang wajar dan obyektif terhadap masalah seksual pada anak akan
Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa mengembangkan sikap positif. Reaksi orang tua yang menyebabkan anak
aman dan dilindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa- menganggap seks adalah tabu, menjijikan, memalukan dan sebagainya
gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan. akan merupakan awal kesulitan seksual dikemudian hari.
a. Usia prasekolah ( antara 2-7 tahun) – Agresi dan permusuhan
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh displin dan Merupakan hal yang wajar seorang anak akan mengembangkan pola-pola
otoritas, hal-hal yang penting pada fase ini adalah : yang berguna. Pengawasan yang berlebihan, menyebabkan anak akan
– hubungan orang tua- anak mengekang, sehingga timbul tingkah laku mengganggu. Agresi dan
penolakan orang orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, permusuhan yang diterima anak akan menyebabkan sikap defend dan mau
akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara menang sendiri. Sedangkan sikap yang longgar akan menyebabkan anak
penyerahan penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri menjadi nakal dan terbiasa dengan perbuatan-perbuatan yang
atau malah menentang dan memberontak. mengganggu ketertiban.
– Perlindungan yang berlebihan – Hubungan kakak – adik
Persaingan yang sehat antara adik-kakak merupakan hal yang wajar dan 2. beberapa faktor yang mungkin menyulitkan suatu perkawinan :
menjadi dasar untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Persaingan ○ perasaan takut yang bersalah mengenai perkawinan dan kehamilan
yang tidak sehat dan berlebihan (pilih kasih, menghukum tanpa meneliti, ○ perasaan takut untuk berperan sebagai orang tua, ketidak sanggupan
prasangka, kompensasi berlebihan, dan sebagainya) akan merupakan mempunyai anak.
dasar terbentuknya sifat-sifat yang merugikan. ○ Perbedaan harapan akan berperan masing-masing (tak ada
– Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan penyesuaian baru dalam tingkah laku/berpikir)
Kematian, kecelakaan, sakit perut, perceraian, perpindahan yang ○ Masalah-masalah keuangan
mendadak, kekecewaan yang berlarut-larut dan sebagainya, akan ○ Pemilihan dan penyesuaian pekerjaan.
mempengaruhi perkembangan kepribadian, tapi juga tergantung pada a. Usia dewasa tua
keadaan sekitarnya (orang, lingkungan atau suasan saat itu) apakah Sebagai patokan, masa ini dicapai apabila status pekerjaan dan sosial
mendukung atau mendorong dan tergantung pada pengalamannya dalam seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul :
menghadapi masalah tersebut.
a. Usia anak sekolah – menurunnya keadaan jasmaniah
Masa ini tandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada
– perubahan susunan keluarga (anak yang mulai berumah tangga atau
masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-
bekerja ) maka orang tua sering kesepian.
batas kelurga
– Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam bidang
b. Usia remaja
pekerjaan atau perbaikan kesalahan yang lalu.
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang penting
– Penurunan fungsi seksual dan reproduksi
yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-
Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan
lakian) sedang secara kejiwaan, pada masa ini pterjadi pergolakan yang hebat.
seperti rendah diri dan pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti
Pada masa ini, seorang remaja mulai (hak-hak seperti orang dewasa), sedang
murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan
dilain pihak belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas
mungkin usaha bunuh diri.
semua perbuatannya. Egosentrik bersifat menentang terhadap otoritas, senang
a. Usia tua
berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan masa ini berkurangnya daya
yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan
tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan
kepribadian di usia remaja.
kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman
serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orangtua terhadap orang
c. Usia dewasa muda
dilingkungannya. Persaan terasing karena kehilangan teman sebaya,
Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan
keterbatasan gerak, dapat menimbulkan kesulitan emosional cukup hebat
cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umunya ia akan
(Yosep Iyus, 2007)
berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang
Didalam mendapatkan laporan umur atau usia pada masyarakat
mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila mengalami masalah
pedesaan yang masih banyak didapatkan buta huruf. Untuk keperluan
pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan-gangguan jiwa. Masalah-
perbandingan maka WHO mengajurkan pembagian pembagian umur sebagai
masalah yang penting pada masa ini adalah :
berikut:
1. hubungan dengan lawan jenis; masa ini dimulai dari masa pancaran.
– Menurut tingkat kedewasaan yakni bayi dan anak-anak (0-14 tahun)
Menikah dan menjadi
– Intervel 5 tahun yakni 1-4 dan 5-9 dan seterusnya. kehilangan jam kerja. Dalam suatu penelitian nasional yang dilakukan,
Untuk mempelajari penyakit anak (Budiarto, Eko. 2003). dikemukakan bahwa kerugian dari sektor ini saja diperkirakan meliputu jimlah
1. Jenis Kelamin antara 50 hingga sampai 75 miliar dollar setahunnya. Hal ini berati lebih dari 750
Secara umum setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki dollar amerika untuk siap rata-rata karyawan amerika.
maupun perempuan. Tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi Pengangguran membawa pengaruh bagi kesehatan jiwa. Sumber stress
antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan terpenting bukanlah hakikat kehilangan pekerjaan itu sendiri tetapi lebih bersifat
pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis. perubahan-perubahan domesti psikologis yang berjalan secara perlahan-lahan. Hal
Angka-angka diluar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih ini lambat laun mambahayakan kesehatan individu yang bersangkutan .
tinggi dikalangan perempuan, sedangkan angka kematian lebih tinggi pada pria. 3. Pendidikan
Sebab-sebab adanya angka kematian yang lebih tinggi dikalangan wanita. Di Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya dan
Amerika Serikat dihubungankan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas diluar faktor dalam diri meliputi semua potensi individu sejak lahir , setiap manusia
untuk mencari perawatan (Budiarto, Eko. 2003). mempunyai potensi yang mengembangkan pikiran, perasaan segi sosial bakat dan
Hal tersebut menggambarkan adanya perbedaan tingkat kejadian suatu minat dalam potensi ini akan tetep terpendam jika tidak dikembangkan melalui
penyakit pada masing-masing jenis kelamin laki-laki dan perempuan demikian pendidikan, sehingga ditinjau dari potensi pendidikan mempunyai tugas untuk
pula dalam hal penyakit kejiwaan . mengaktualisasikan potensi tersebut. Melalui pendidikan diharapkan terbentuk
2. Pekerjaan kepribadian seseorang yang boleh dikatakan hampir semua kelakuan individu
Masalah pekerjaan merupakan sumber stress yang kedua setelah masa dipengaruhi dan pada orang lain (Nasution 1995)
perkawinan. Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah Menurut Tirtaraharja (2000), pendidikan dapat diklasifikasikan dalam 3 bentuk
pekerjaan ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, yaitu :
jabatan, kenaikan pangkat, pensiun kehilangan pekerjaan (PHK), dan lain 1. Pendidikan formal ( lingkungan sekolah )
sebagainya. dilingkungan sekolah, peserta didik untuk memeperluas bekal yang telah
Pekerjaan sebaiknya dipilih berdasarkan bakat dan minat sendiri, diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan,
pemilihan yang semata-semata dipaksa /disuruh/kompensasi atau karena keterampilan dan sikap. Bekal dimaksud baik berupa bekal dasar lanjutan (dari
“kesempatan dan kemudahan” sering mempermudah gangguan penyesuaian dalam SD dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan
pekerjaan. Gangguan berupa rasa malas, sering bolos, timbul bermacam keluhan secara aplikatif (sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi). Kedua
jasmani (sering sakit) sering mengalami kecelakaan dalam pekerjaan dan terlihat macam bekal tersebut dipersaipkan secara formal dan berguna sebagai sarana
ketegangan-ketegangan dalam keluarga karena jadi pemarah dan mudah penunjang pembangunan diberbagai bidang.
tersinggung. (Yosep Iyus, 2007). 2. Pendidikan Informal (lingkungan keluarga)
Kebanyakan pekerjaan dengan waktu yang sangat sempit ditambah lagi didalam lingkungan keluarga anak dilatih bertbagai kebiasaan yang baik (habit
dengan tuntutan yang harus serba cepat dan tepat membuat orang hidup dalam information) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan
keadaan ketegangan (stress). Suatu penelitian dikalangan karyawan amerika yang dan moral. Disamping itu, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan
tergolong white collar employees. Menyebutkan bahwa 44% dari mereka termasuk yang penting utamnya hal-hal yang bersifat religius. Hal-hal tersebut sangat
yang dibebani pekerjaan yang terlampau berat (over load). Mereka menunjukkan tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembangannya rasio
berbagai kelainan yang dapat dikelompokkan dalam impaiment of behavior atau mendominasi perilakunya. Kebiasaan baik dan dan keyakinan-keyakian
emotional disturbances. Dalam pada itu para pemimpin perusahaan dikejutkan penting yang mendarah dading merupakan landasan yang sangat diperlukan
oleh besranya ongkos yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan / perawatan dan untuk pembangunan
3. pendidikan non formal (lingkungan masyarakat) merupakan lanjutan atau pengganti pendidian disekolah ataupun diluar
sekolah
DIAGNOSIS GEJALA KLINIS PENGOBATAN TINDAK LANJUT
hasil
1. GANGGUAN Gaduh, gelisah; Perilaku abnormal; Major tranquilizer Bila dalam 4 minggu
PSIKOSIS:adalah suatu Gangguan tidur; Rasa curiga; Keluhan sepertiChlorpromazine hingga tidak menunjukkan
keadaan yang menyebabkan somatic yang aneh; Rasa sedih yang gejala klinis berkurang. Dosis awal kemajuan atau pasien
timbulnya ketidakmampuan tak wajar; Waham/halusinasi; dapat dimulai dengan 3 x 50 sangat gaduh gelisah dan
berat pada seseorang untuk Hilangnya perhatian terhadap mg/hari, ditingkatkan secara membahayakan diri atau
menilai realitas. kebersihan, keluarga dan pekerjaan. bertahap 3 x 100 mg dan seterusnya orang lain disekitarnya,
hingga pasien tenang. Dosis optimal rujuk ke RSJ terdekat.
dipertahankan sampai 4 minggu.

pendidikan orang dewasa adalah perubahan atau adanya perubahan


dilingkungan masyarakat, peserta didik memperoleh bekal praktis untuk
kemampuan , penampilan atau perilaku, selanjutnya perubahan perilaku
berbagai jenis pekerjaan khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan
didasari oleh adanya perubahan penambahan pengetahuan, sikap atau
proses belajarnya melalui jalur formal. Pada masyarakat kita (sebagai
keterampilan namun demikian perubahan sikap dan pengetahuan ini belum
masyarakat yang sedang berkembang). Sistem pendidikan non formal
tentu merupakan jaminan terjadinya perubahan perilaku sebab perilaku baru
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bertalian erat dengan
tersebut kadang-kadang memerlukan dukungan materil misalnya seorang ibu
semakin berkembangnya sektor swasta yang menunjang pembangunan. Disegi
memerlukan uang untuk dapat mengelola dan memberikan makanan yang
lain, hal tersebut dapat diartikan bernilai positif karena dapat
bergizi pada anak-anaknya (Notoatmodjo, 2003)
mengkonpensasikan keterbatasan lapangan kerja formal dilembaga-lembaga
pemerintah. Disamping itu juga dapat memperbesar jumlah angka kerja tingkat
dan menengah yang sangat diperlukan untuk memelihara proporsi yang selaras
antara pekerja rendah, menengah dan tinggi. Hal demikian dapat dipandang
sebagai upaya untuk menciptakan kestabilan nasional.
Menurut Unesco yang dikutip oleh lunardi, pendidikan orang dewasa
apapun isi tingkatan serta metodenya baik formal maupun informal

( EMPAT) TAHAPAN HALUSINASI, KARAKTERISTIK DAN PERILAKU YANG DITAMPILKAN


TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap I
- Memberi rasa nyaman tingkat ansietas - Mengalami ansietas, kesepian, rasa - Tersenyum, tertawa sendiri
sedang secara umum, halusinasi bersalah dan ketakutan. - Menggerakkan bibir tanpa suara Hubungan Skhizoprenia dengan halusinasi
merupakan suatu kesenangan. - Mencoba berfokus pada pikiran yang - Pergerakkan mata yang cepat Gangguan persepsi yang utama pada
dapat menghilangkan ansietas - Respon verbal yang lambat skizoprenia adalah halusinasi, sehingga
- Fikiran dan pengalaman sensori masih ada - Diam dan berkonsentrasi halusinasi menjadi bagian hidup klien.
dalam kontol kesadaran, nonpsikotik. Biasanya dirangsang oleh kecemasan,

Tahap II halusinasi menghasilkan tingkah laku yang

- Menyalahkan - Pengalaman sensori menakutkan - Terjadi peningkatan denyut jantung, tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau

- Tingkat kecemasan berat secara - Merasa dilecehkan oleh pengalaman pernafasan dan tekanan darah mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.

umum halusinasi menyebabkan sensori tersebut - Perhatian dengan lingkungan berkurang Halusinasi pendengaran adalah paling utama

perasaan antipati - Mulai merasa kehilangan kontrol - Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja pada skizoprenia, suara – suara biasanya

- Menarik diri dari orang lain non psikotik - Kehilangan kemampuan membedakan berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif.

halusinasi dengan realitas Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku


Tahap III pada klien seperti yang telah diuraikan
- Mengontrol Klien menyerah dan menerima pengalaman Perintah halusinasi ditaati tersebut di atas (tingkat halusinasi,
- Tingkat kecemasan berat sensori (halusinasi) - Sulit berhubungan dengan orang lain karakteristik dan perilaku yang dapat
- Pengalaman halusinasi tidak dapat - Isi halusinasi menjadi atraktif - Perhatian terhadap lingkungan berkurang diamati).
ditolak lagi - Kesepian bila pengalaman sensori berakhir hanya beberapa detik
psikotik - Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, 6. Penatalaksanaan medis pada halusinasi
tremor dan berkeringat pendengaran
Tahap IV Pengalaman sensori mungkin menakutkan Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah
- Klien sudah dikuasai oleh halusinasi jika individu tidak mengikuti perintah Perilaku panik dengan pemberian obat – obatan dan tindakan
- Klien panik halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa - Resiko tinggi mencederai lain, yaitu :
jam atau hari apabila tidak ada intervensi - Agitasi atau kataton a. Psikofarmakologis
terapeutik. - Tidak mampu berespon terhadap lingkungan Obat – obatan yang lazim digunakan pada
gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG) DOSIS HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tindal) 60-120 mg b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive
Klorpromazin (Thorazine) 30-800 mg Therapy (ECT)
Flufenazine (Prolixine, Permitil) 1-40 mg c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg B. ASUHAN KEPERAWATAN
Perfenazin (Trilafon) 12-64 mg 1. PENGKAJIAN
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg A. FAKTOR PREDISPOSISI
Promazin (Sparine) 40-1200 mg 1. Faktor perkembangan terlambat
Tioridazin (Mellaril) 150-800mg • Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg makanan, minum dan rasa aman.
Trifluopromazin (Vesprin) 60-150 mg • Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan
Tioksanten Klorprotiksen (Taractan) 75-600 mg
otonomi
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg • Usia sekolah mengalami peristiwa yang
Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg tidak terselesaikan
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg 2. Faktor komunikasi dalam keluarga
• Komunikasi peran ganda
• Tidak ada komunikasi
• Tidak ada kehangatan
• Komunikasi dengan emosi berlebihan
• Komunikasi tertutup
• Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
4. Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5. Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbic.
6. Faktor genetik
Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami schizoprenia dan kembar monozigot.

B. PERILAKU
Bibir komat kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk – angguk, seperti mendengar sesuatu, tiba – tiba menutup telinga, gelisah, bergerak seperti mengambil atau membuang
sesuatu, tiba – tiba marah dan menyerang, duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.
C. FISIK
1. ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan
aktivitas fisik yang berlebihan, agitasi gerakan atau kegiatan ganjil.
2. Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat – obatan dan zat halusinogen dan tingkah laku merusak diri.
3. Riwayat kesehatan
Schizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan obat.
4. Riwayat schizofrenia dalam keluarga
5. Fungsi sistim tubuh
• Perubahan berat badan, hipertermia (demam)
• Neurologikal perubahan mood, disorientasi
• Ketidak efektifan endokrin oleh peningkatan temperatur
D. STATUS EMOSI
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.
E. STATUS INTELEKTUAL
Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, penciuman dan kecap, isi pikir tidak realistis, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang motivasi, koping regresi dan denial serta sedikit
bicara.
F. STATUS SOSIAL
Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stress dan kecemasan.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan isolasi social : menarik diri.
3. Kerusakan interaksi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses fikir.
5. Perubahan proses fikir berhubungan dengan harga diri rendah.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya minat.
III. RENCANA INTERVENSI PERAWATAN 5. Dorong klien untuk memilih cara yang disukai untuk mengontrol halusinasi.
Diagnosa keperawatan I : Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan 6. Beri pujian atas pilihan klien yang tepat.
halusinasi pendengaran 7. Dorong klien untuk melakukan tindakan yang telah dipilih.
Tujuan umum : Klien dapat mengendalikan halusinasinya. 8. Diskusikan dengan klien hasil atau upaya yang telah dilakukan.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 9. Beri penguatan atas upaya yang telah berhasil dilakukan dan beri solusi jika ada keluhan
Intervensi klien tentang cara yang dipilih.
1. Bina hubungan saling percaya Rasional :
• Salam terapeutik 1. Mengetahui cara – cara klien mengatasi halusinasi baik yang positif maupun yang negatif.
• Perkenalkan diri 2. Menghargai respon atau upaya klien.
• Jelaskan tujuan interaksi 3. Melibatkan klien dalam menentukan rencana intervensi.
• Buat kontrak yang jelas 4. Memberikan informasi dan alternatif cara mengatasi halusinasi pada klien.
• Menerima klien apa adanya 5. Memberi kesempatan pada klien untuk memilihkan cara sesuai kehendak dan
• Kontak mata positif kemampuannya.
• Ciptakan lingkungan yang terapeutik 6. Meningkatkan rasa percaya diri klien.
2. Dorong klien dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya 7. Motivasi respon klien atas upaya yang telah dilakukan.
3. Dengarkan ungkapan klien dengan rasa empati. 8. Melibatkan klien dalam menghadapi masalah halusinasi lanjutan
Rasional Evaluasi :
1. Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan klien 1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan dan saat halusinasi terjadi
2. Ungkapan perasaan oleh klien sebagai bukti bahwa klien mempercayai perawat setelah dua kali pertemuan.
3. Empati perawat akan meningkatkan hubungan terapeutik perawat-klien 2. Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 cara mengatasi halusinasi.
Evaluasi TUK 4 : Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya.
Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan kondisinya secara verbal Intervensi :
TUK 2 : Klien dapat mengenali halusinasinya 1. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.
Intervensi : 2. Bantu klien untuk memutuskan bahwa klien minum obat sesuai program dokter.
1. Adakan kontak secara sering dan singkat 3. Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efek samping.
2. Observasi tingkah laku verbal dan non verbal klien yang terkait dengan halusinasi (sikap 4. Diskusikan dengan dokter tentang efek dan efek samping obat
seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam di tengah – tengah .
pembicaraan). Rasional :
3. Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat. 1. Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan klien tentang efek obat terhadap
4. Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi halusinasi dan halusinasinya.
frekuensi timbulnya halusinasi. 2. Memastikan klien meminum obat secara teratur.
5. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul. 3. Mengobservasi efektivitas program pengobatan.
6. Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi halusinasi. 4. Memastikan efek obat – obatan yang tidak diharapkan terhadap klien.
Rasional : Evaluasi :
1. Mengurangi waktu kosong bagi klien untuk menyendiri. Klien meminum obat secara teratur sesuai instruksi dokter.
2. Mengumpulkan data intervensi terkait dengan halusinasi. TUK 5 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasi.
3. Memperkenalkan hal yang merupakan realita pada klien. Intervensi :
4. Melibatkan klien dalam memperkenalkan halusinasinya. 1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
5. Mengetahui koping klien sebagai data intervensi keperawatan selanjutnya. 2. Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan tindakan yang dilakukan keluarga
6. Membantu klien mengenali tingkah lakunya saat halusinasi. dalam merawat klien.
Evaluasi : 3. Beri penguatan positif atas upaya yang baik dalam merawat klien.
1. Klien dapat membedakan hal yang nyata dan yang tidak setelah 3-4 kali pertemuan 4. Diskusikan dan ajarkan dengan keluarga tentang : halusinasi, tanda – tanda dan cara
dengan menceritakan hal – hal yang nyata. merawat halusinasi.
2. Klien dapat menyebutkan situasi, isi dan waktu timbulnya halusinasi setelah 3 kali 5. Beri pujian atas upaya keluarga yang positif.
pertemuan. Rasional :
3. Klien dapat mengungkapkan respon perilakunya saat halusinasi terjadi setelah 2 kali 1. Sebagai upaya membina hubungan terapeutik dengan keluarga.
pertemuan. 2. Mencari data awal untuk menentukan intervensi selanjutnya.
TUK 3 : Klien dapat mengendalikan halusinasinya 3. Penguatan untuk menghargai upaya keluarga.
Intervensi : 4. Memberikan informasi dan mengajarkan keluarga tentang halusinasi dan cara merawat
1. Identifikasi tindakan klien yang positif. klien.
2. Beri pujian atas tindakan klien yang positif. 5. Pujian untuk menghargai keluarga.
3. Bersama klien rencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi. Evaluasi :
4. Diskusikan ajarkan cara mengatasi halusinasi. 1. Keluarga dapat menyebutkan cara – cara merawat klien halusinasi.
• Klien-perawat-perawat lain
• Klien-perawat-perawat lain-klien lain
Diagnosa keperawatan 2 : Perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran • Klien-kelompok kecil (TAK)
berhubungan dengan isolasi social : menarik diri. • Klien-keluarga
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan sehingga 3. Libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan
halusinasi dapat dicegah. 4. Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Rasional :
Intervensi : 1. Untuk mengetahui pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan.
1. Bina hubungan saling percaya 2. Klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga
• Menyapa klien dengan ramah perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain.
• Mengingatkan kontrak 3. Membantu klien dalam mempertahankan hubungan inter personal.
• Terima klien apa adanya 4. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
• Jelaskan tujuan pertemuan Evaluasi :
• Sikap terbuka dan empati Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain, misalnya :
Rasional : • Membalas sapaan perawat
Kejujuran, kesediaan dan penerimaan meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien • Kontak mata positif
dengan perawat. • Mau berinteraksi
Evaluasi : TUK 5 : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam berhubungan dengan orang lain.
Setelah 2 kali pertemuan klien dapat menerima kehadiran perawat. Intervensi :
TUK 2 : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri. 1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
Intervensi : 2. Dorong klien untuk mengemukakan perasaan keluarga
1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri. 3. Dorong klien untuk mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti : makan, ibadah dan
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri. rekreasi.
3. Diskusikan bersama klien tentang menarik dirinya. 4. Jelaskan kepada keluarga tentang kebutuhan klien.
4. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya. 5. Bantu keluarga untuk tetap mempertahankan hubungan dengan klien yaitu
Rasional : memperlihatkan perhatian dengan kunjungan rumah sakit.
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang menarik diri sehingga perawat dapat 6. Beri klien penguatan misalnya : membawa makanan kesukaan klien.
merencanakan tindakan yang selanjutnya. Rasional :
2. Untuk mengetahui alasan klien menarik diri. 1. Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan klien.
3. Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan lingkungan sosialnya. 2. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan klien dengan keluarga.
Evaluasi : 3. Membantu klien dalam meningkatkan hubungan interpersonal dengan keluarga.
Setelah 1 kali pertemuan klien dapat menyebutkan penyebab atau alasan menarik diri. 4. Klien menarik diri membutuhkan perhatian yang khusus.
TUK 3 : Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain. 5. Keterlibatan keluarga sangat membantu dalam mengembangkan interaksi dengan
Intervensi : lingkungannya.
1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain. 6. Meningkatkan rasa percaya diri klien kepada keluarga dan merasa diperhatikan.
2. Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain. Evaluasi :
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan 1. Setelah 2 kali pertemuan klien dapat membina hubungan dengan keluarga.
orang lain. 2. Keluarga mengunjungi klien ke rumah sakit setiap minggu secara bergantian.
Rasional :
1. Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain. Diagnosa keperawatan 3 Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan
2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan. konsep diri : harga diri rendah.
3. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. Tujuan umum : Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.
Evaluasi :
Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat berhubungan dengan orang lain TUK 1 : Klien dapat memperluas kesadaran diri.
• Mendapat teman Intervensi :
• Dapat mengungkapkan perasaan 1. Diskusikan dengan klien kelebihan yang dimilikinya.
• Membantu memecahkan masalah 2. Diskusikan kelemahan yang dimiliki klien.
3. Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna, semua memiliki kelebihan dan
TUK 4 : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap. kekurangan.
Intervensi : 4. Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutupi dengan kelebihan yang dimiliki klien.
1. Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain. 5. Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yang dimiliki klien.
2. Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap antara lain : 6. Beritahukan bahwa ada hikmah di balik kekurangan yang dimiliki.
• Klien-perawat Rasional :
1. Mengidentifikasikan hal – hal positif yang masih dimiliki klien. 1. Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Mengingatkan klien bahwa ia manusia biasa yang mempunyai kekurangan. 2. Mempertahankan klien untuk tetap realistis.
3. Menghadirkan realita pada klien. 3. Agar prioritas yang dipilih sesuai dengan kemampuan.
4. Memberikan harapan pada klien. 4. Menghargai keputusan yang telah dipilih klien.
5. Memberikan kesempatan berhasil lebih tinggi. 5. Memberikan penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai.
6. Agar klien tidak merasa putus asa. 6. Memberikan kesempatan klien di dalam kelompok mengembangkan kemampuannya.
Evaluasi : 7. Meningkatkan harga diri klien.
1. Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1 kali pertemuan. Evaluasi :
2. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan untuk 1. Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 kali pertemuan.
mencapai keberhasilan. 2. Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 kali pertemuan.
TUK 2 : Klien dapat menyelidiki dirinya. TUK 5 : Klien dapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya.
Intervensi : Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien ideal dirinya, apa harapan selama di RS, rencana klien setelah 1. Diskusikan dengan keluarga tanda – tanda harga diri rendah.
pulang dan apa cita – cita yang ingin dicapai. 2. Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai klien tidak mengejek,
2. Bantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya. tidak menjauhi.
3. Beri kesempatan klien untuk berhasil. 3. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan berhasil pada klien.
4. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai. 4. Anjurkan pada keluarga untuk menerima klien apa adanya.
Rasional : 5. Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga.
1. Untuk mengetahui sampai dimana realistis dari harapan klien. Rasional :
2. Membantu klien membentuk harapan yang realistis. 1. Mengantisipasi masalah yang timbul.
3. Meningkatkan percaya diri klien. 2. Menyiapkan support sistem yang akurat.
4. Meningkatkan penghargaan terhadap perilaku yang positif. 3. Memberikan kesempatan pada klien untuk sukses.
Evaluasi : 4. Membantu meningkatkan harga diri klien.
Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya setelah 5. Meningkatkan interaksi klien dengan anggota keluarga.
1 kali pertemuan. Evaluasi :
TUK 3 : Klien dapat mengevaluasi dirinya. 1. Keluarga dapat menyebutkan tanda – tanda harga diri rendah.
Intervensi : • Mengatakan diri tidak berharga
1. Bantu klien mengidentifikasi kegiatan atau yang berhasil dicapainya. • Tidak berguna dan tidak mampu
2. Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan tersebut. • Pesimis dan menarik diri dari realita
3. Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab – sebab kegagalan. 2. Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien secara tepat setelah 2 kali pertemuan.
4. Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasinya.
5. Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk Diagnosa keperawatan 4 : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan
mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. proses pikir.
Rasional : Tujuan umum : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
1. Mengingatkan klien bahwa ia tidak selalu gagal. TUK 1 : Klien dapat mengenal akan wahamnya.
2. Memberi kesempatan klien untuk menilai dirinya sendiri. Intervensi :
3. Mengetahui apakah kegagalan tersebut mempengaruhi klien. 1. Adakan kontrak sering dan singkat.
4. Mengetahui koping yang selama ini digunakan oleh klien. • Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
5. Memberikan kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan merupakan akhir dari suatu • Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas.
usaha. 2. Jangan membantah atau menyangkal keyakinan pasien.
Evaluasi : Rasional :
1. Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 kali pertemuan. Hal ini mendorong untuk menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa percaya dan
2. Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 kali pertemuan. akhirnya mendorong klien untuk mendiskusikannya. Untuk memudahkan rasa percaya dan
TUK 4 : Klien dapat membuat rencana yang realistis. kemampuan untuk mengerti akan tindakan dan komunikasi pasien membantah atau
Intervensi : menyangkal tidak akan bermanfaat apa – apa.
1. Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapainya. Evaluasi :
2. Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien. Klien dapat mengenal akan wahamnya setelah mendapat penjelasan dari perawat dalam 4 x
3. Bantu klien memilih priotitas tujuan yang mungkin dapat dicapainya. pertemuan.
4. Beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih. TUK 2 : Klien dapat mengendalikan wahamnya.
5. Tunjukkan keterampilan dan keberhasilan yang telah dicapai klien. Intervensi :
6. Ikut sertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok. 1. Bantu klien untuk mengungkapkan anansietas, takut atau tidak aman.
7. Beri reinforcement positif bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok. 2. Focus dan kuatkan pada orang – orang yang nyata, ingatan tentang pikiran irasional.
Rasional : Bicarakan kejadian – kejadian dan orang – orang yang nyata.
3. Diskusikan cara untuk mencegah waham, contoh percaya pada orang lain, belajar akan 4. Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutup dengan kelebihan yang dimiliki.
kenyataan, bicara dengan orang lain, yakin akan dirinya bahwa tidak ada yang akan 5. Beritahukan klien bahwa ada hikmah di balik kekurangan yang dimiliki
mengerti perasaannya bila tidak cerita dengan orang lain. Rasional :
Rasional : 1. Mengidentifikasi hal – hal positif yang masih dimiliki klien
1. Ungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak terancam akan 2. Mengingatkan klien bahwa klien manusia biasa yang mempunyai kekurangan
mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya yang mungkin sudah terpendam. 3. Menghadirkan harapan pada klien
2. Diskusikan yang berfokus pada ide – ide yang salah tidak akan mencapai tujuan dan 4. Agar klien tidak merasa putus asa
mungkin buat psikosisnya lebih buruk jika pasien dapat belajar untuk menghentikan ansietas Evaluasi :
yang meningkat, pikiran waham dapat dicegah. 1. Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1 x pertemuan
Evaluasi : 2. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan untuk
1. Klien dapat mengendalikan wahamnya dengan bantuan perawat dengan menggunakan mencapai keberhasilan
cara yang efektif dalam 4 x pertemuan. TUK 2 : Klien dapat menyelidiki dirinya
TUK 3 : Klien dapat mengevaluasi dirinya. Intervensi :
Intervensi : 1. Diskusikan dengan klien ideal dirinya, apa rencana selama di RS, rencana klien setelah
1. Bantu klien mengidentifikasi kegiatan atau keinginan yang berhasil dicapainya. pulang dan apa cita – cita yang ingin dicapai
2. Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan. 2. Bantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya
3. Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab – sebab kegagalan 3. Beri kesempatan pada klien untuk berhasil
4. Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasi 4. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
5. Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk Rasional :
mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. 1. Untuk mengetahui sampai dimana realistis dan harapan pasien.
Rasional : 2. Membantu klien untuk membentuk harapan yang realistis
1. Mengingatkan klien bahwa ia tidak selalu gagal. 3. Meningkatkan rasa percaya diri klien
2. Memberi kesempatan klien untuk menilai dirinya sendiri 4. Memberi penghargaan terhadap perilaku yang positif
3. Mengetahui koping yang selama ini digunakan oleh klien Evaluasi :
4. Memberikan kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan merupakan akhir dari suatu 1. Klien dapat menyebutkan cita – cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya
usaha. setelah 1 x pertemuan.
Evaluasi :
1. Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 x pertemuan. Diagnosa keperawatan 6 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi
2. Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 x pertemuan. aktivitas.
TUK 4 : Klien dapat membuat rencana yang realistis. Tujuan umum : Klien dapat melakukan perawatan diri
Intervensi : TUK 1 : Klien mengetahui keuntungan melakukan perawatan diri
1. Bantu klien memuaskan tujuan yang ingin dicapainya. Intervensi :
2. Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien. 1. Diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri
3. Bantu klien untuk memilih prioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya. 2. Dorong klien untuk menyebutkan kembali keuntungan dalam melakukan perawatan diri
4. Beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih. 3. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan keuntungan melakukan
5. Tunjukkan keterampilan yang telah dicapai klien. perawatan diri
6. Ikutsertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok. Rasional :
Rasional : 1. Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
1. Agar klien dapat tetap realistis dengan kemampuan yang dimiliki. 2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yang telah diberikan
2. Mempertahankan klien agar tetap realistis. 3. Reinforcement posisitf dapat menyenangkan hati pasien
3. Agar prioritas yang dipilih sesuai dengan kemampuan. Evaluasi :
4. Menghargai keputusan yang telah dipilih klien. Klien dapat menyebutkan keuntungan dari melakukan perawatan diri seperti memelihara
5. Memberi penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai. kesehatan dan memberi rasa nyaman dan segar.
6. Memberikan kesempatan klien di dalam kelompok mengembangkan kemampuannya. TUK 2 : Klien mengetahui kerugian jika tidak melakukan perawatan diri
Diagnosa keperawatan 5 : Perubahan proses pikir berhubungan dengan harga diri rendah Intervensi :
kronis. 1. Diskusikan tentang kerugian tidak melakukan perawatan diri
Tujuan umum : Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri. 2. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan kerugian tidak melakukan
TUK 1 : Klien dapat memperluas kesadaran diri perawatan diri.
Intervensi : Rasional :
1. Diskusikan dengan klien kelebihan yang dimilikinya 1. Untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri.
2. Diskusikan kelemahan yang dimiliki klien 2. Reinforcement positif untuk menyenangkan hati klien.
3. Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna, semua memiliki kelebihan dan Evaluasi :
kekurangan.
Klien dapat menyebutkan kerugian dari tidak melakukan perawatan diri seperti terkena 1. Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
penyakit, sulit mendapat teman. 2. Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat klien
TUK 3 : Klien berminat melakukan perawatan diri untuk melakukan perawatan diri.
Intervensi : Evaluasi :
1. Dorong dan bantu klien dalam melakukan perawatan diri Klien melakukan perawatan diri seperti : mandi memakai sabun 2 x sehari, menggosok gigi
2. Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan perawatan diri dan mencuci rambut, memotong kuku.
Rasional :

Anda mungkin juga menyukai