Anda di halaman 1dari 8

II.

Riwayat Psikiatri
A. Keluhan Utama
Mudah marah dan sulit tidur sejak + 1 bulan yang lalu
B. Riwayat Gangguan Sekarang
AUTOANAMNESIS
• Perempuan 41 tahun, merupakan anak kelima dari lima bersaudara dan sudah menikah. Pasien baru
keluar dari RSKJ Soeprapto tanggal 17 Februari 2015. Selama 1 bulan terakhir ini pasien mengeluh mudah
marah dan sulit tidur. Pasien mudah marah saat tersinggung, pasien menganggap orang lain itu selalu
mengancam atau mengejek dirinya. Pasien mudah tersinggung dengan siapa saja tetapi pasien paling
sering ribut dengan kakaknya. Menurut pasien kakaknya sudah tidak waras sering mengancam dirinya,
sering mau memukul dirinya, jadi sering terjadi keributan di rumah pasien. Kakak pasien selalu pulang
malam dan jarang tidur di rumah, setiap kakak pasien tidur di luar pasien merasa aman dan tenang. Selain
kakak pasien, pasien juga marah dengan kakak sepupu ipar pasien yang menurut pasien sering marah, dan
yang sering membawa pasien untuk berobat ke rumah sakit jiwa. Kakak sepupu ipar pasien tinggal di
sebelah rumahnya dan sering lewat mondar-mandir dan melihat ke rumah pasien dengan pandangan sinis.
Pasien merasa kakak sepupu pasien ingin membawanya ke rumah sakit jiwa lagi. Pasien merasa dirinya
sakit tetapi sudah mau sembuh karena sudah dirawat lama di rumah sakit jiwa. Setiap keluar rumah pasien
juga merasa sering dilihat oleh orang-orang seperti pandangan jijik melihat dirinya karena dirinya baru
keluar dari rumah sakit jiwa. Sehingga kalau ditegur pasien akan marah karena mereka seperti mengolok-
olok dirinya.
• Tidur pasien juga tidak nyenyak dan sering terbangun pada malam hari karena diganggu oleh
bisikan- bisikan. Bisikan tersebut sering di dengar pasien, bisikan tersebut seperti suara orang yang dia
kenal kadang seperti suara kakaknya, kadang seperti suara tetangganya tetapi dia tidak melihat ada orang
di sekelilingnya. Bisikan itu kadang menyuruh pasien untuk melakukan sesuatu, setiap di suruh pasien
kadang menuruti apa yang di suruh oleh bisikan tersebut, seperti pasien disuruh melempar rumah tetangga
karena tetanga tersebut sedang membicarakan dirinya, kadang pasien disuruh untuk telanjang dan keluar
rumah. Kadang bisikan tersebut mengejek dirinya, kadang mengancam dirinya bahwa dirinya akan masuk
neraka jika tidak menuruti apa yang disuruh bisikan tersebut. Kadang bisikan tersebut mengajak pasien
untuk mengobrol. Menurut pasien saat disuruh oleh bisikan itu dia tidak merasa sadar lagi dan secara
spontan melakukan apa yang disuruh oleh bisikan tersebut. Bisikan tersebut sering terdengar apalagi dalam
2 minggu terakhir ini, bisikan tersebut bisa terdengar kapan saja dan dimana saja. Selain mengganggu tidur
bisikan tersebut sering mengganggu saat pasien ingin melakukan pekerjaan rumah, sehingga kadang pasien
malas untuk membersihkan rumah pasien dan pasien hanya duduk saja di dalam rumah atau duduk di teras
rumah pasien.
• Pasien juga mengeluh dalam 1 bulan ini pasien sudah tidak mau minum obat karena menurut
pasien dia sudah tidak sakit lagi dan tidak butuh obat. Pasien mengaku sudah 2 minggu benar-benar tidak
minum obat.
• Pertama kali keluhan mudah marah pasien ini dimulai saat pasien kelas 2 SMA, pada saat itu pasien
merasa mudah marah, membakar bajunya sendiri dan sering memukul keluarganya karena menurut pasien
ada suara-suara yang menyuruhnya untuk melakukan hal tersebut. Suara-suara tersebut seriing muncul dan
suara-suara tersebut mirip dengan suara-suara keluarga nya kadang kakaknya, kadang ayahnya. Kemudian
pasien hanya dibawa ke orang pintar dan pasien putus sekolah. Pasien mengaku dirinya sembuh saat itu
dan menjalani kehidupan normal.
• Pada tahun 2005 keluhan pasien kembali muncul saat ayah pasien meninggal karena jatuh dari
tangga. Pasien kembali sering marah, mengamuk, dan melempar orang lain. Pasien juga sering pergi keluar
rumah dan lama kembali.
• Pasien mengaku sudah sering keluar masuk rumah sakit jiwa dan setiap kali di rawat pasien pasti
lama kadang sampai setahun lebih setiap kali di rawat. Sesudah dirawat pasien merasa baikan dan merasa
tidak butuh obat dan akhirnya kambuh lagi.
HETEROANAMNESIS
Diperoleh dari saudara sepupu pasien, Ny. R, berusia 66 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga yang
merupakan tetangga pasien dan yang paling sering mengurus pasien ketika di tinggal oleh ayahnya. Ny. R
mengatakan bahwa pasien memang sering marah-marah dan keluyuran keluar rumah. Dan pasien kadang
sering melempari orang lain jika menegur pasien ataupun kadang tanpa sebab. Pasien sering bicara sendiri
dan sering tertawa sendiri di rumahnya. Pasien tidak tidur semalaman dan sering keluar rumah sendiri, jika
di tegur pasien marah dan sering mengamuk. Pasien juga sering curiga dengan orang termasuk suaminya
ataupun dirinya jika berkunjung ke rumah pasien. Kadang-kadang suami Ny. R sering melewati rumah
pasien untuk melihat keadaan pasien apakah pasien kadang kambuh atau tidak. Setelah mengetahui pasien
sudah kambuh sepupu pasien ini menghubungi kakak pasien yang pertama agar dibawa ke rumah sakit
jiwa untuk diobati.
Pasien pertama kali terkena gejala seperti ini ketika pasien di kelas 2 SMA, ketika itu pasien tiba-tiba saja
sering marah-marah dan mudah tersinggung. Pasien sering berbicara sendiri, tertawa sendiri dan sering
keluyuran. Kadang-kadang pasien telanjang saat keluyuran ke luar rumah atau duduk di depan rumah. Dan
jika di tegur pasien marah-marah dan mengamuk. Pasien kemudian hanya diobati dengan pengobatan
alternatif dan tidak dibawa ke rumah sakit jiwa. Kemudian pasien sembuh tetapi pasien menjadi lebih
pemurung dan jarang mengobrol dengan keluarganya lagi.
Pasien pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa itu pada tahun 2005 karena keluhan pasien muncul
kembali, saat itu ayah pasien meninggal karena jatuh dari tangga. Pasien dirawat lebih dari satu tahun.
Kemudian pasien sering keluar masuk rumah sakit jiwa dengan keluhan yang sama. Pasien kadang tidak
mau minum obat karena merasa telah sembuh.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah ada gangguan psikiatri sebelumnya, pasien belum pernah berobat ke rumah sakit jiwa
maupun ke psikiater.
2. Riwayat Gangguan Medik
- Pasien tidak ada riwayat gangguan medis, dan pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
- Tidak ada riwayat hipertensi, tidak ada riwayat diabetes mellitus dan riwayat sakit hipotiroid.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Riwayat mengkonsumsi alkohol, rokok, dan narkoba tidak ada.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat pranatal
Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan normal ditolong dukun dirumah. Selama kehamilan dan
kelahiran tidak ada masalah, ibu pasien sering mengontrol kehamilannnya dengan bidan di posyandu.
b. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita normal. Pasien minum ASI sejak 0 bulan
sampai usia 2 tahun didampingi dengan makanan lunak karena saat itu ibu pasien tidak sanggup membeli
susu formula.
c. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan padan masa ini normal. Pasien berkembang menjadi anak yang biasa saja,
setiap pulang ke rumah pasien selalu membantu ibunya di rumah dan jarang keluar rumah. Pasien
merupakan anak yang pendiam, tidak banyak berbicara, jarang bermain keluar rumah, sehingga tidak
memilik banyak teman.
d. Riwayat masa remaja
Pasien saat remaja tetap berkembang menjadi gadis yang pendiam. Pasien juga pemalu, sering merasa
minder di sekolah karena pasien dari keluarga miskin. Pasien tidak memiliki teman dekat disekolah, pasien
dalam bergaul memilih- milih teman dan tidak pernah pergi bermain keluar rumah dengan teman- teman
sekolahnya. Sehari- hari pasien sering dirumah membantu ibunya mengurus rumah dan belajar. Pasien juga
tidak mempunyai pacar atau teman laki-laki.
e. Riwayat dewasa muda
Saat SMA, pasien berhenti sekolah karena sakit dan menjalani hidupnya di rumah saja hanya membantu
ibunya di rumah, jarang keluar rumah. Pasien tidak mempunyai teman, pasien sering mengurung diri di
rumah karena malu bertemu dengan teman-temanya yang dulu sekolah bersama dengannya.
f. Riwayat pendidikan
Pasien sekolah SD, SMP, dan SMA tidak pernah mendapat juara di sekolahnya. Pasien berhenti sekolah
karena sakit saat kelas 2 SMA dan tidak melanjutkan lagi.
g. Riwayat pekerjaan
Pasien tidak pernah bekerja, pasien hanya membantu ibunya di rumah dan mengurus adik-adiknya.
h. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah tetapi belum memiliki anak. Pasien memaksa menikah karena ada yang suka
dengannya, dan direstui oleh orang tua pasien. Kemudian pasien menikah secara sah. Tetapi saat orang tua
pasien tahu kalau suami pasien merupakan orang yang tidak benar, sering mencuri, sering minum
minuman keras, sering keluar malam dan malas bekerja. Akhirnya keluarga pasien menyuruh pasien untuk
berpisah dengan suaminya. Dan akhirnya sampai sekarang pasien berpisah dengan suaminya tetapi belum
bercerai.
i. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam dan mengaku beribadahnya kurang, pasien sering solat tetapi jarang 5 waktu.
j. Riwayat Psikoseksual
Pasien sudah menikah. Pasien belum mempunyai anak. Pasien tidak pernah pacaran sebelumnya dan tidak
ada laki-laki yang dekat dengannya saat SMA ataupun setelah keluar dari SMA.
k. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan terlibat dalam masalah hukum
l. Aktivitas sosial
Pasien jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tetangga. Pasien jarang keluar rumah, pasien
tidak pernah mengobrol dan bercengkrama dengan tetangga. Pasien hanya tersenyum jika ada tetangga
yang menegurnya saat ia menyapu teras rumah, tetapi tidak pernah mengobrol dengan tetangga atau teman
disekitar rumah.
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien banyak keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien. Ayah pasien sebelum
meninggal juga sering marah-marah, berbicara sendiri, sering mengamuk dan sering tidak nyambung jika
diajak ngobrol. Kakak ke dua pasien juga mengalami keluhan yang serupa sering menyendiri, berbicara
sendiri, mudah tersinggung dan akhirnya meninggal karena sakit sebelumnya. Kakak ketiga pasien juga
sering marah-marah dan melempar rumah tetangga, melempar orang lain yang lewat sering berkelahi
dengan pasien.

Genogram

Keterangan :

 Pasien

 Laki- laki

 Perempuan

 Keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien

 Keluarga yang tinggal serumah dengan pasien


 Menikah

 berpisah

 Sepupu pasien yang tinggal sebelah rumah pasien

 Meninggal

F. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien sekarang tinggal dengan kakak ketiga pasien dan ibu pasien yang sudah tua. Lingkungan tempat
tinggal pasien terkesan kurang baik, pasien tinggal di daerah yang saling berdekatan rumahnya dengan
tetangga, dan hubungan keluarga dengan tetangga pasien kurang baik. Rumah Sakit Umum berada kira-
kira 1 kilometer dari rumah pasien. Saat ini pasien tidak bekerja dan setiap hari melakukan pekerjaan
rumah seperti mencuci, menyapu, memasak dan membersihkan rumah. Dalam biaya pengobatan pasien
menggunakan BPJS, sehingga tidak dikenai biaya yang pasien dapatkan dari kakak pertamanya. Hubungan
pasien dengan kakak-kakaknya kurang baik apalagi dengan kakak ketiganya yang mengalami keluhan
yang sama pasien sering berkelahi dan sering ribut. Ibu pasien sekarang sudah linglung tidak bisa berbuat
apa-apa sehingga kadang dipukuli oleh pasien.
G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan Lingkungannya
Pasien menyangkal kalau dirinya sakit dan di antar ke RSKJ karena diantar oleh keluarganya dan kadang
di antar oleh masyarakat sekitar. Pasien tidak menyukai Lingkungan tempat tinggal pasien karena menurut
pasien orang-orang yang disana selalu membicarakan dan mengejek pasien dan selalu sinis dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Pemeriksaan dilakukan di rumah pasien pada tanggal 04 April 2015, hasil pemeriksaan ini
menggambarkan situasi keadaan pasien saat home visite.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan berusia 41 tahun, paras sesuai umur dengan postur tubuh yang astenikus (kurus), kesan gizi
pasien cukup. Rambut pasien pendek sebahu, kusut dan tidak dikuncir, dengan poni yang dipotong pendek
tidak terlalu rapi. Muka pasien kusam seperti tidak mandi. Pasien menggunakan baju dasterb bewarna
putih kecoklatan seperti tidak dicuci. Kuku pasien tidak dipotong, tidak menggunakan kutex. Pasien
tampak murung.

2. Kesadaran
Kompos mentis, secara kualitas berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Keadaan pasien tenang. Pasien tidak memperlihatkan gerak-gerik yang tidak bertujuan, gerak berulang,
maupun gerakan abnormal/involunter.
4. Pembicaraan
• Kuantitas : Pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
• Kualitas : pasien menyambung jika ditanya, dan menjawab pertanyaan dengan spontan, pasien terkadang
bercerita dengan spontan tetapi tiba- tiba pasien terdiam,volume bicara terkadang kuat tetapi kadang
lemah, intonasi pasien berbicara agak lambat, pengucapan kata jelas dan pembicaraan dapat dimengerti.
• Tidak ada hendaya berbahasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak mata tidak adekuat. Pasien sering kali menjawab pertanyaan tidak melihat kearah
pemeriksa kadang pasien melihat kearah rumah tetangga pasien. Pasien dapat menjawab pertanyaan
dengan baik, walaupun setiap menjawab pertanyaan pasien merespon agak lama dan seringkali saat
ditanya terdiam
B. Keadaan Afektif
1. Mood : labil
2. Afek : menyempit
3. Keserasian : tidak serasi
C. Gangguan Persepsi
- Halusinasi auditorik ada  pasien mendengar suara- suara yang mengganggunya, menghina dan
menyuruh pasien
D. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : autistik atau non realistik
2. Arus pikir
a. Produktivitas : pasien dapat menjawab spontan saat diajukan pertanyaan, namun terkadang pasien saat
ditanya tiba-tiba terdiam (blocking).
b. Kontinuitas : Koheren, mampu memberikan jawaban sesuai pertanyaan
c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
3. Isi pikiran : Waham curiga (+), pasien merasa bahwa orang-orang disekitarnya selalu mengejek dirinya
karena dirinya selalu keluar masuk RSKJ. Waham kontrol (+), pasien merasa dirinya di kontrol oleh
bisikan-bisikan yang menyuruhnya dan pasien secara refleks dan tidak sadar melakukan hal tersebut
E. Fungsi Intelektual / Kognitif
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
• Taraf pendidikan
Pasien lulusan SMP
• Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat siapa presiden Indonesia dan Gubernur Bengkulu
2. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien kurang, pasien tidak dapat mengurangkan angka 7 dikurang 100, pasien juga tidak bisa
mengalikan angka seperti 4x5 atau 5x10, pasien mengatakan tidak bisa fokus merasa bahwa memorinya
terganggu oleh suara-suara tersebut.
3. Orientasi
• Waktu : Baik, pasien mengetahui saat wawancara saat sore hari
• Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada dirumahnya, dan menjalani pengobatan di RSJ
Bengkulu
• Orang : Baik, pasien mengetahui siapa saja saudaranya, siapa saja yang tinggal serumah dengannya, dan
mengetahui sedang diwawancara oleh siapa.
• Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan wawancara.
4. Daya Ingat
• Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah SD
• Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat kapan dia menikah
• Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat makan apa tadi malam
• Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa
• Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.
6. Kemampuan baca tulis: baik
7. Kemampuan visuospatial: baik
8. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat menjelaskan persamaan apel dan jeruk
9. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien dapat melakukan perawatan diri sehari- hari secara
mandiri seperti mandi, makan, minum, dan melakukan pekerjaan rumah sendiri. Tetapi kadang jika suara-
suara tersebut sering menyuruh pasien untuk bermalas-malasan sehingga pasien sering bermalas-malasan.
F. Daya Nilai
Daya nilai sosial pasien baik. Uji daya nilai realitas pasien juga baik.
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara dapat mengontrol emosinya dengan baik (tidak
mengamuk atau menangis)
H. Tilikan
Tilikan derajat 2, karena pasien menyadari bahwa dirinya mengalami stres, tetapi pasien juga merasa
bahwa dirinya tidak memiliki sakit dalam kejiwaannya, pasien hanya memerlukan pengobatan untuk dapat
tidur dengan nyenyak tanpa diganggu oleh bisikan.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup akurat, pasien berkata dengan jujur mengenai peristiwa
yang terjadi, dan di cross check juga dengan keterangan dari ayah pasien yang menceritakan kejadian yang
serupa.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
• KU : Tampak Sehat
• Sensorium : CM (GCS: E4 V5 M6)
Vital Sign
• TD : 110/70 mmHg
• Nadi : 81 x/menit
• RR : 22 x/menit
• Suhu : 36,8 oC
b. Status Internus
Kepala Normocephali, rambut tidak mudah dicabut, pertumbuhan rambut merata, dan warna rambut hitam.
Mata Biasa, tidak sipit, Sklera ikterik -/-, conjungtiva palpbera anemis -/-, edema palpebra -/-
Hidung Pesek, deformitas (-), tidak ada sekret.
Telinga Biasa, tidak terlalu lebar, menggantung, deformitas (-), liang lapang, pengeluaran sekret (-).
Mulut bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata, mukosa lidah merah
Leher Dalam batas normal, tiroid tidak membesar

Thorax Tidak terdapat scar, simetris kiri dan kanan


Paru I Pernapasan Statis-Dinamis kiri = kanan.
P Tidak dilakukan
P Dalam batas normal
A Dalam batas normal
Jantung I iktus kordis tidak terlihat
P Tidak dilakukan
P Tidak dilakukan
A Bunyi jantung normal
Abdomen I Datar, tampak benjolan (-)
A Bising usus (+)
P Timpani (+) di seluruh regio abdomen
P Nyeri tekan di reg epigastrium
Ektrimitas Superior, inferior, dekstra, sinistra dalam batas normal
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
- pada pasien belum dilakukan pemeriksaan penunjang
- disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah rutin dan urin lengkap
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
 Perempuan 41 tahun, sudah menikah tetapi berpisah dengan suaminya, tidak bekerja, tinggal dirumah
dengan ibunya dan kakak no 3 nya
 Penampilan rambut kusut, baju lusuh dan tampak kotor, muka kusam tampak seperti tidak terawat
 Riwayat stressor : meninggalnya ayah pasien
 Pasien kooperatif, kontak mata inadekuat, pembicaraan pasien koheren dan terdapat blocking
 Mood pasien labil, afek pasien menyempit dan tidak serasi
 Terdapat halusinasi auditorik, waham curiga dan waham kendali
 Keluhan pertama kali muncul saat pasien berusi 16 tahun dan sudah berlangsung selama + 25 tahun.
 Gangguan pada aktivitas sosial
VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
F 20.0 Skizofrenia tipe Paranoid
Z 91.1 Ketidak patuhan minum obat
Aksis II
Tidak ada diagnosis
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Masalah dukungan keluarga, masalah dengan lingkungan
Aksis V
GAF scale 60 – 51
VII. PROGNOSIS
1. Faktor yang memberikan pengaruh baik:
◦ Adanya faktor pencetus: meninggalnya ayah pasien, tuntutan ekonomi
◦ Adanya gejala positif yaitu adanya halusinasi dan waham
2. Faktor yang memberikan pengaruh buruk:
◦ Gangguan terjadi saat usia muda
◦ Gangguan sudah terjadi selama 25 tahun
◦ Pasien memang dikenal sebagai anak yang pendiam dan tidak memilik banyak teman
◦ Keluarga tidak mendukung kepatuhan minum obat pasien
Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad malam

Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas sebagai berikut :
Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
Quo Ad Functionam : dubia ad malam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad malam
VIII. Terapi
• Psikofarmaka
o Risperidone tablet 2 x 2 mg
o Trihexylphenidil talet 2 x 2 mg, kapan perlu
• Psikoterapi & Edukasi
Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif, dan terapi kognitif-
perilaku.
- Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan) pasien terhadap stres.
- Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap penyakitnya serta
mengembangkan kemampuannya untuk menunjang penyembuhan dirinya. Selain itu juga meningkatkan
pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan
edukasi baik terhadap pasien maupun keluarga.
- Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik nirsadar dengan usaha
untuk mecapai perubahan struktur luas kepribadian.
- Edukasi
o Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada pasien, jangan membatasi aktivitas
pasien secara wajar, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal yang dapat meningkatkan stresor.
o Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan kontrol selain itu kembali
menyibukan diri seperti aktivitas dulu, kembali melakukan hal-hal yang menyenangkan, jangan
menyimpan emosi, bila mungkin bisa kontrol ke psikiater.

Anda mungkin juga menyukai