Anda di halaman 1dari 14

KARYA TULIS

HUBUNGAN BISNIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis yang diampu oleh :

Dadang Agus Suryanto, SH.,MH

Disusun oleh :

Mochamad ikbal dwi putra

A10180140

S1 Manajemen

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas

Bandung

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembagan dunia bisnis di Indonesia saat ini, menunjukkan peningkatan yang sangat
pesat, dari waktu kewaktu, baik secara kuantitas maupun kualitas, pelaku usaha sekarangpun
tidak lagi dimonopoli pelaku usaha dosmetik, tetapi sudah melibatkan pihak asing, yang untuk
mendistribusikan produknya kedalam negeri, situsi ini tidak mengherankan, mengingat
indonesia memiliki potensi yang cukup besar dengan jumlah penduduk keempat terbesar di
dunia.
Dimana pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya bertujuan
untuk mendapatkan laba sesuai dengan tujuan pokok yang diharapkan. Diantaranya yaitu agar
perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidup serta kelancaran operasinya. Hal ini tentunya
bisa tercapai dengan mengaktifkan dan mengefisienkan kerja perusahaan.
Latar belakang terjadinya hubungan bisnis keagenan ini disebabkan oleh adanya pihak
luar negeri yang tidak diperbolehkan untuk menjual barangnya secara langsung. Dalam
kegiatan bisnis, keagenan biasanya diartikan sebagai suatu hubungan hukum di mana
biasanya seseorang/ pihak agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama orang/ pihak
prinsipal untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain.

Sedangkan, seorang distributor tidak bertindak untuk dan atas nama pihak yang menunjuknya
sebagai distributor (biasanya supplier, atau manufacture). Seorang distributor bertindak untuk
dan atas nama sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan keagenan dan distributor dan ciri ciri nya?
2. Apa yang dimaksud dengan Franchising dan karakteristik nya?
3. Apa yang dimaksud dengan Penggabungan Usaha?
4. Apa yang dimaksud dengan Joint Venture?
5. Apa yang dimaksud dengan BOT?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa saja dari hubungan bisnis.

2.Memahami apa itu Keagenan,Franchising,Penggabungan Usaha,Joint Vnture, BOT.


BAB II

STUDI EMPIRIS

2.1 Pengertian Agen

Istilah “agen” cukup sering kita dengar sehari-hari, tapi sebenarnya apa yang dimaksud
dengan agen? Dalam ilmu pemasaran dan bisnis, pengertian agen adalah penyalur yang atas
nama suatu perusahaan tertentu melakukan penjualan barang dan jasa hasil produksi dari
perusahaan tersebut. Pendapat lain mengatakan pengertian agen adalah lembaga yang
melaksanakan perdagangan melalui penyediaan barang atau jasa atau fungsi khusus yang
berkaitan dengan penjualan atau distribusi barang. Akan tetapi mereka tidak memiliki hak
untuk memiliki barang yang diperdagangkan tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian agen adalah seseorang atau
perusahaan perantara yang mengusahakan penjualan bagi suatu perusahaan lainnya atas nama
pengusaha, sehingga akan sering juga disebut sebagai perwakilan atau kaki tangan.

Pada umumnya agen berperan sebagai perantara antara konsumen dengan perusahaan
induk. Sedangkan suatu distributor bekerja atas nama perusahaannya sendiri di mana memiliki
hak atas pembelian, penyimpanan, penjualan dan pemasaran barang barang tertentu.

Ciri-Ciri Agen

Pada umumnya barang atau jasa yang dijual oleh agen adalah hasil produksi satu perusahaan
saja dan harga produk yang dijual oleh agen pun juga ditentukan oleh produsen. Agen
seringkali dianggap sebagai makelar atau distributor, namun sebenarnya keduanya berbeda.

Mengacu pada pengertian agen di atas, adapun ciri-ciri agen adalah sebagai berikut:

 Jumlah barang yang dijual oleh agen umumnya lebih kecil dari distributor.
 Wilayah pemasaran agen tidak begitu luas.
 Agen membeli barang dalam jumlah banyak untuk dijual kembali kepada reseller.
 Sistem pembelian barang atau jasa dari distribusi dapat dilakukan dengan cara beli
putus atau sistem komisi.
 Biasanya agen tidak melayani pembelian langsung oleh konsumen.
 Agen dapat membuka peluang menjadi reseller kepada pihak lain.
 Agen hanya menjual produk dari satu produsen, dan tidak boleh menjual produk
dari pesaing.
 Menjadi agen tidak harus berbentuk badan usaha atau memiliki ijin badan usaha.

Golongan Agen
Pada dasarnya perantara agen dapat digolongkan kepada dua golongan, yaitu
1. Agen Penunjang
Agen penunjang merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa
aspek pemindahan barang dan jas. Mereka terbagi dalam beberapa golongan, yaitu :
a. Agen pengangkutan borongan ( Bulk Transportation Agent )
b. Agen penyimpanan ( Storage Agent )
c. Agen pengangkuta khusus ( Specialty Shipper )
d. Agen pembelian dua penjualan ( Purchaseand Sales Agent )
Kegiatan agen penunjang adalah membantu untuk memindahkan barang-barang
sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan langsung dengan pembeli dua
penjual. Jadi agen penunjang ini melayani kebutuhan-kebutuhan dari setiap kelompok
secara serempak. Dalam praktek agen semacam ini dapat dilakukan sendiri oleh si
penerima barang.
2. Agen pelengkap
Agen pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam penyaluran barang
dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan. Apabila pedagang atau
lembaga lain tidak dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
penyaluran barang, maka agen pelengkap dapat menggantikannya. Jasa-jasa yang
dilakukan antara lain berupa :
1. Jasa pembimbing/konsultasi
2. Jasa financial
3. Jasa informasi
4. Jasa khusus lainnya
Berdasarkan berbagai macam jasa yang mereka tawarkan tersebut, agen pelangkap
dapat digolongkan kedalam :
a) Agen yang membantu di bidang keuangan, seperti bank
b) Agen yang membantu dalam mengambil keputusan, seperti biro iklan, lembaga
penelitian, doter,dsb.
c) Agen yang membantu dalam penyediaan informasi, seperti televisi, dsb.
d) Agen khusus yang tidak masuk dalam tiga golongan dimuka.
Kedua macam perantara ( agen dan pedagang ) tsb sama-sama pentingnya dalam
pemasaran. Perlu diketahui bahwa agen dapat menyewa agen-agen yang lain. Sebagai
contoh : sebuah biro periklanan dapat menggunakan radio atau televise sebagai media
periklanan bagi perusahaan, begitu pula dalam hal pengangkutan, perusahaan angkutan
dapat menyewa alat-alat transport kepada perusahaan lain.

Jenis-Jenis Keagenan

Suatu keagenan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :

1. Agen manufaktur
Agen maufaktur adalah agen yang berhubungan lansung dengan pabrik
untuk melakukan pemasaran atas seluruh atau sebagian barang-barang hasil
produksi pabrik tersebut.
2. Agen penjualan
Agen penjualan adalah agen yang merupakan wakil dari pihak penjual,
yang bertuga untuk menjual barang-barang milik pihak principal kepada pihak
konsumen.
3. Agen pembelian
Agen pembelian adalah agen yang merupakan wakil dari pihak pembeli,
yang bertugas untuk melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang telah
ditentukan.
4. Agen umum
Agen umum adalah agen yang diberikan wewenang secara umum untuk
melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang telah ditentukan.
5. Agen khusus
Agen khusus adalah agen yang diberikan wewenang khusus kasus per
kasus atau melakukan sebagian saja dari transaksi tersebut.
6. Agen tunggal/eksklusif
Agen tunggal/eksklusif adalah penunjuka hanya satu agen untuk mewakili
principal untuk suatu wilayah tertentu.

Pengertian Distributor

Distributor adalah pihak yang membeli produk secara langsung dari produsen dan
menjualnya kembali ke retailer/ pengecer, atau bisa juga menjual langsung ke konsumen akhir
(end user).

Pendapat lain mengatakan, pengertian distributor adalah suatu badan usaha atau perorangan
yang bertanggungjawab untuk mendistribusikan atau menyalurkan produk perdagangan, baik
itu barang maupun jasa, ke retailer atau konsumen akhir. Dalam hal ini, distributor hanya
mengambil produk yang sudah jadi dan siap digunakan tanpa perlu memodifikasinya.

Dalam perdagangan, distributor adalah rantai pertama setelah produsen. Distributor bisa dalam
bentuk perorangan atau perusahaan yang membeli produk secara langsung dari produsen dalam
jumlah yang sangat besar.

Distributor mendapatkan keuntungan dari potongan harga pembelian produk dari produsen.
Semakin banyak produk yang dibeli dari produsen, maka potongan harga produk biasanya akan
semakin besar.

Fungsi dan Tugas Distributor

Fungsi utama distributor adalah sebagai perantara antara produsen dengan pengecer atau
konsumen. Mengacu pada pengertian distributor di atas, adapun beberapa fungsi distributor
adalah sebagai berikut:

1. Membeli Produk, distributor bertugas untuk membeli produk (barang maupun jasa)
dari produsen atau pedagang yang lebih besar
2. Menyimpan Produk, setelah membeli produk dari produsen, distributor juga harus
menyimpan produk tersebut di gudang hingga batas waktu tertentu dan disalurkan
ke retailer atau konsumen akhir.
3. Menjual Produk, distributor menjual produk kepada pengecer atau ke konsumen
akhir dengan harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan.
4. Mengangkut Produk, proses pemindahan atau pengangkutan produk dari produsen
ke retailer atau konsumen juga merupakan tugas dari distributor. Namun, beban
biaya pengangkutan tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam harga produk
yang dijual.
5. Klasifikasi Produk, distributor juga bertanggungjawab dalam mengklasifikasikan
atau memilah produk berdasarkan jenis, ukuran, dan kualitasnya.
6. Informasi Produk, pihak distributor bertanggungjawab untuk memberikan
informasi terkait perkiraan harga dan pemasaran barang pada waktu tertentu yang
akan dilakukan oleh pelaksana di lapangan.
7. Promosi Produk, kegiatan promosi bertujuan untuk memperkenalkan produk
kepada konsumen. Kegiatan promosi ini mencakup penjelasan manfaat produk,
mutu produk, harga produk, yang dilakukan melalui media iklan.

JENIS DISRIBUTOR

Secara umum, distributor dapat dikelompokkan berdasarkan proses distribusinya.


Sesuai dengan pengertian distributor, adapun beberapa jenis distributor adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan Distributor Barang

Dalam hal ini produk yang didistribusikan adalah berbentuk barang fisik. Pada proses
distribusinya, produsen mempercayakan kepada distributor untuk menyalurkan produk kepada
pengecer. Selanjutnya, pengecer yang akan menyalurkan kepada konsumen akhir.

2. Perusahaan Distributor Jasa

Produk yang disalurkan adalah berbentuk jasa. Pada proses distribusinya, distributor dapat
langsung menyalurkan produk jasa kepada konsumen akhir tanpa melalui pengecer
lain. Sebagai contoh, kita dapat melihat alur distribusi jasa keuangan dari perusahaan
multifinance kepada nasabahnya.

3. Distributor Perorangan

Pada dasarnya distributor perorangan ada dalam lingkup yang berbeda namun terdapat
kesamaan dalam proses distribusinya dengan perusahaan penyalur jasa. Distributor perorangan
banyak dikenal dalam bisnis MLM, dimana proses penyalurannya dari produsen ke distributor
pribadi lalu disalurkan ke konsumen akhir.

2.2 FRANCHISING

Franchising (Hak Monopoli). Pada awalnya, franchise dipandang bukan sebagai suatu
usaha (bisnis), melainkan sebagai suatu konsep, metode ataupun sistem pemasaran. Franchise
merupakan suatu metode untuk memasarkan produk atau jasa ke masyarakat. Lebih spesifik
lagi, franchising adalah suatu konsep pemasaran. Sedangkan pakar lain melihat franchise
lebih merupakan suatu sistem. Perusahaan yang memberikan lisensi disebut Franchisor dan
penyalurnya disebut Franchisee.

Ada 4 hal yang menonjol dalam franchise, yaitu product, price, place/distribution, dan
promotion.
1. British Franchise Association (BFA) mendefinisikan franchise adalah contractual
licence yang diberikan oleh suatu pihak (franchisor) kepada pihak lain (franchisee)
yang:
1. Mengizinkan franchisee untuk menjalankan usaha selama periode franchise
berlangsung, suatu usaha tertentu yang menjadi milik franchisor.
2. Franchisor berhak untuk menjalankan kontrol yang berlanjut selama periode
franchise.
3. Mengharuskan franchisor untuk memberikan bantuan pada franchisee dalam
melaksanakan usahanya sesuai dengan subjek franchisenya (berhubungan dengan
pemberian pelatihan, merchandising atau lainnya).
4. Mewajibkan franchisee untuk secara periodik selama periode franchise berlangsung,
membayar sejumlah uang sebagai pembayaran atas franchise atau produk atau jasa
yang diberikan oleh franchisor kepada franchisee. Bukan merupakan transaksi antara
perusahaan induk (holding company) dengan cabangnya atau antara cabang dari
perusahaan induk yang sama, atau antara individu dengan perusahaan yang
dikontrolnya

Karakteristik Dasar Franchise

1. Harus ada suatu perjanjian (kontrak) tertulis, yang mewakili kepentingan yang
seimbang antara franchisor dengan franchise.
2. Franchisor harus memberikan pelatihan dalam segala aspek bisnis yang akan
dimasukinya.
3. Franchisee diperbolehkan (dalam kendali franchisor) beroperasi dengan menggunakan
nama/ merek daganag, format dan atau prosedur, serta segala nama (reputasi) baik
yang dimiliki franchisor.
4. Franchisee harus mengadakan investasi yang berasal dari sumber dananya sendiri atau
dengan dukungan sumber dana lain (misalnya kredit perbankan).
5. Franchisee berhak secara penuh mengelola bisnisnya sendiri.
6. Franchisee membayar fee dan atau royalty kepada franchisor atas hak yang
didapatnya dan atas bantuan yang terus-menerus diberikan oleh franchisor.
7. Franchisee berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu di mana ia adalah satu-
satunya pihak yang berhak memasarkan barang atau jasa yang dihasilkannya.
8. Transaksi yang terjadi antara franchisor dengan franchisee bukan merupakan transaksi
yang terjadi antara cabang dari perusahaan induk yang sama, atau antara individu
dengan perusahaan yang dikontrolnya.

Keuntungan dan Kerugian Franchise


Setiap hubungan bisnis yang ada selalu saja ada faktor kerugian dan
keuntungannya.Demikian juga dengan bisnis franchise, ada keuntungan dan kerugian yang
terjadi di dalamnya. Keuntungan dari bisnis franchise antara lain:
1. Diberikannya latihan dan pengarahan yang diberikan oleh franchisor.
2. Diberikannnya bantuan finansial dari franchisor.
3. Diberikannya penggunaan nama perdagangan, produk atau merek yang telah dikenal.
Sedangkan kerugian dalam bisnis franchise antara lain:
1. Adanya program latihan yang dijanjikan oleh franchisor kadangkala jauh dari apa
yang diinginkan oleh franchisee.
2. Perincian setiap hari tentang penyelenggaraan perusahaan sering diabaikan.
3. Hanya sedikit sekali kebebasan yang diberikan kepada franchisee untuk menjalankan
akal budi mereka sendiri.
4. Pada bisnis franchise jarang mempunyai hak untuk menjual perusahaan kepada pihak
ketiga tanpa terlebih dahulu menawarkannya kepada franchisor dengan harga yang
sama.

2.3 Penggabungan Usaha

Penggabungan usaha merupakan salah satu solusi eksistensi maupun ekspansi


perusahaan menghadapi persaingan usaha. Eksistensi adalah kelangsungan
usaha untuk dapat bertahan menghadapi persaingan sedangkan ekspansi
merupakan upaya perusahaan dalam usahanya untuk menjadi besar dan kuat.

Pengertian Merger dan Akuisisi


Merger adalah penggabungan dua usaha atau lebih dengan cara pengalihan aktiva
dan kewajiban suatu perusahaan ke perusahaan lain.

Menurut Mardiyanto (2009, h.319) Jenis-jenis merger tediri dari :

1. Merger Horizontal (horizontal merger)


Merger antara perusahaan yang sama lini bisnisnya. Misalnya, merger
antara sesama pabrikan peralatan mesin.
2. Merger Vertikal (vertikal merger)
Merger antara perusahaan yang mempunyai hubungan pemasokpelanggan.
Contohnya, merger antar pabrikan peralatan mesin dan pemasok cetakan
peralatan-mesin.
3. Merger Kongenerik (congeneric merger)
Merger antara perusahaan yang berbeda lini bisnis dan tidak memiliki
hubungan pemasok-pelanggan, tatapi masih dalam satu industri yang sama.
Misalnya, merger antara pabrikan peralatan-mesin dengan pabrikan sistem peralatan
pembawa barang (conveyor).

4. Merger Konglomerat (conglomerate merger)


Merger antara perusahaan yang berbeda jenis bisnisnya. Contohnya,
merger antara pabrikan peralatan-mesin dengan perusahaan makanan siap saji.
akuisisi berasal dari kata acquisition(bahasa latin) atau acquisition
(bahasa inggris), yang berarti membeli atau mendapatkan sesuatu atau obyek
tertentu untuk kemudian ditambahkan pada sesuatu atau obyek tertentu yang
telah dimiliki. Menurut Haryani 2011 akuisisi dapat dibedakan dalam tiga
kelompok besar sebagai berikut :
1. Akuisisi horizontal
Akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang masih
berkecimpung dalam bidang bisnis yang sama.
2. Akuisisi vertikal
Akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang bergerak di
bidang industri hilir dengan hulu atau sebaliknya.
3. Akuisisi konglomerat
Akuisisi badan usaha yang tidak memiliki bidang bisnis yang sama
atau tidak saling berkaitan

2.4 Penggabungan Perseroan Terbatas (Joint Venture)


JOINT VENTURE, menurut pandangan seorang ahli hukum, Joint Venture adalah
kerjasama sementara, yaitu suatu macam Partnership (perserikatan) yang bersifat sementara
Join Venture adalah kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional
semata-mata berdasarkan suatu perjanjian berkala (contractueel).
Operasional dari Joint Venture adalah:
• mencoba memanfaatkan modal asing yang berasal dari luar negeri
• mencoba untuk memanfaatkan teknologi yang berasal dari luar negeri
• mencoba untuk memanfaatkan kapasitas manajemen berasal dari luar negeri.

Joint Venture dapat juga diartikan sebagai usaha patungan antara pihak domestik dengan
pihak asing (luar negeri) dalam rangka kerjasama yang berupa kontrak yang bersifat
internasional dengan masing-masing pihak menundukan diri pada sistem nasional yang
berbeda .Pada kedua belah pihak yang berkontrak harus berpegang pada azas hukum
berkontrak (azas konsensualitas).

2.5 Bangun Guna Serah ( Build, operate and transfer)/ BOT


Menurut Keputusan Menteri keuangan Nomor : 248/KMK.04/1995 tanggal 2 juni 1995,
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bangun guna serah adalah suatu bentuk perjanjian
kerja sama yang dilakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan
bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan
selama masa perjanjian bangun guna serah (BOT).
Bangunan Guna Serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati,
untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

Perjanjian Bangunan Guna Sejarah


Pelaksanaan BGS dituangkan dalam perjanjian. Perjanjian BGS ditandatangani antara
Gubernur/Bupati/Walikota dengan mitra BGS. Perjanjian BGS dituangkan dalam bentuk Akta
Notaris. Penandatanganan perjanjian BGS/BSG dilakukan setelah mitra BGS menyampaikan
bukti setor pembayaran kontribusi tahunan pertama kepada pemerintah daerah. Bukti setor
pembayaran kontribusi tahunan pertama merupakan salah satu dokumen pada lampiran yang
menjadi bagian tidak terpisahkan dari perjanjian BGS.

Pihak- Pihak dalam BGS


Pihak yang dapat melakukan BGS adalah Pengelola Barang.Pengelola Barang adalah
pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang
milik daerah

Pihak yang dapat menjadi mitra BGS meliputi:


a) Badan Usaha Milik Negara
b) Badan Usaha Milik Daerah
c) Swasta kecuali perorangan
d) Badan Hukum lainnya.

Anda mungkin juga menyukai