Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS

HUBUNGAN BISNIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis yang diampu oleh :

Dadang Agus Suryanto, SH.,MH

Disusun oleh :

Ulfa Khoerun Nisa

A10180158

S1 Manajemen

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas

Bandung

2019
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembagan dunia bisnis di Indonesia saat ini, menunjukkan peningkatan yang sangat
pesat, dari waktu kewaktu, baik secara kuantitas maupun kualitas, pelaku usaha sekarangpun
tidak lagi dimonopoli pelaku usaha dosmetik, tetapi sudah melibatkan pihak asing, yang
untuk mendistribusikan produknya kedalam negeri, situsi ini tidak mengherankan, mengingat
indonesia memiliki potensi yang cukup besar dengan jumlah penduduk keempat terbesar di
dunia.
Dimana pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya bertujuan
untuk mendapatkan laba sesuai dengan tujuan pokok yang diharapkan. Diantaranya yaitu agar
perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidup serta kelancaran operasinya. Hal ini tentunya
bisa tercapai dengan mengaktifkan dan mengefisienkan kerja perusahaan.
Latar belakang terjadinya hubungan bisnis keagenan ini disebabkan oleh adanya pihak
luar negeri yang tidak diperbolehkan untuk menjual barangnya secara langsung. Dalam
kegiatan bisnis, keagenan biasanya diartikan sebagai suatu hubungan hukum di mana
biasanya seseorang/ pihak agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama orang/ pihak
prinsipal untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain.

Sedangkan, seorang distributor tidak bertindak untuk dan atas nama pihak yang menunjuknya
sebagai distributor (biasanya supplier, atau manufacture). Seorang distributor bertindak untuk
dan atas nama sendiri.

.1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan keagenan dan distributor dan ciri ciri nya?
2. Apa yang dimaksud dengan Franchising dan karakteristik nya?
3. Apa yang dimaksud dengan Penggabungan Usaha?
4. Apa yang dimaksud dengan Joint Venture?
5. Apa yang dimaksud dengan BOT?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa saja dari hubungan bisnis.

2.Memahami apa itu Keagenan,Franchising,Penggabungan Usaha,Joint Vnture, BOT.


BAB II

STUDI EMPIRIS
2.1 Pengertian Agen

Istilah “agen” cukup sering kita dengar sehari-hari, tapi sebenarnya apa yang
dimaksud dengan agen? Dalam ilmu pemasaran dan bisnis, pengertian agen adalah penyalur
yang atas nama suatu perusahaan tertentu melakukan penjualan barang dan jasa hasil
produksi dari perusahaan tersebut.

Pendapat lain mengatakan pengertian agen adalah lembaga yang melaksanakan


perdagangan melalui penyediaan barang atau jasa atau fungsi khusus yang berkaitan dengan
penjualan atau distribusi barang. Akan tetapi mereka tidak memiliki hak untuk memiliki
barang yang diperdagangkan tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian agen  adalah seseorang atau
perusahaan perantara yang mengusahakan penjualan bagi suatu perusahaan lainnya atas nama
pengusaha, sehingga akan sering juga disebut sebagai perwakilan atau kaki tangan.

Pada umumnya agen berperan sebagai perantara antara konsumen dengan perusahaan
induk. Sedangkan suatu distributor bekerja atas nama perusahaannya sendiri di mana
memiliki hak atas pembelian, penyimpanan, penjualan dan pemasaran barang barang tertentu.

Ciri-Ciri Agen

Pada umumnya barang atau jasa yang dijual oleh agen adalah hasil produksi satu perusahaan
saja dan harga produk yang dijual oleh agen pun juga ditentukan oleh produsen. Agen
seringkali dianggap sebagai makelar atau distributor, namun sebenarnya keduanya berbeda.

Mengacu pada pengertian agen di atas, adapun ciri-ciri agen adalah sebagai berikut:

 Jumlah barang yang dijual oleh agen umumnya lebih kecil dari distributor.
 Wilayah pemasaran agen tidak begitu luas.
 Agen membeli barang dalam jumlah banyak untuk dijual kembali kepada reseller.
 Sistem pembelian barang atau jasa dari distribusi dapat dilakukan dengan cara beli
putus atau sistem komisi.
 Biasanya agen tidak melayani pembelian langsung oleh konsumen.
 Agen dapat membuka peluang menjadi reseller kepada pihak lain.
 Agen hanya menjual produk dari satu produsen, dan tidak boleh menjual produk
dari pesaing.
 Menjadi agen tidak harus berbentuk badan usaha atau memiliki ijin badan usaha.

    Golongan Agen
Pada dasarnya perantara agen dapat digolongkan kepada dua golongan, yaitu
1.     Agen Penunjang
Agen penunjang merupakan agen  yang mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa
aspek pemindahan barang dan jas. Mereka terbagi dalam beberapa golongan, yaitu :
a.       Agen pengangkutan borongan ( Bulk Transportation Agent )
b.      Agen penyimpanan ( Storage Agent )
c.       Agen pengangkuta khusus ( Specialty Shipper )
d.      Agen pembelian dua penjualan ( Purchaseand Sales Agent )
Kegiatan agen penunjang adalah membantu untuk memindahkan barang-barang
sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan langsung dengan pembeli dua
penjual. Jadi agen penunjang ini melayani kebutuhan-kebutuhan dari setiap kelompok
secara serempak. Dalam praktek agen semacam ini dapat dilakukan sendiri oleh si
penerima barang.
2.     Agen pelengkap
Agen pelengkap  berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam penyaluran
barang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan. Apabila
pedagang atau lembaga lain tidak dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan penyaluran barang, maka agen pelengkap dapat
menggantikannya. Jasa-jasa yang dilakukan antara lain berupa :
1.      Jasa pembimbing/konsultasi
2.      Jasa financial
3.      Jasa informasi
4.      Jasa khusus lainnya
Berdasarkan berbagai macam jasa yang mereka tawarkan tersebut, agen pelangkap
dapat digolongkan kedalam :
a.       Agen yang membantu di bidang keuangan, seperti bank
b.      Agen yang membantu dalam mengambil keputusan, seperti biro iklan, lembaga
penelitian, doter,dsb.
c.       Agen yang membantu dalam penyediaan informasi, seperti televisi, dsb.
d.      Agen khusus yang tidak masuk dalam tiga golongan dimuka.
Kedua macam perantara ( agen dan pedagang ) tsb sama-sama pentingnya dalam
pemasaran. Perlu diketahui bahwa agen dapat menyewa agen-agen yang lain. Sebagai
contoh : sebuah biro periklanan dapat menggunakan radio atau televise sebagai media
periklanan bagi perusahaan, begitu pula dalam hal pengangkutan, perusahaan
angkutan dapat menyewa alat-alat transport kepada perusahaan lain.

 Jenis-Jenis Keagenan

Suatu keagenan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu  sebagai


berikut :

1.      Agen manufaktur
Agen maufaktur adalah agen yang berhubungan lansung dengan pabrik untuk
melakukan pemasaran atas seluruh atau sebagian barang-barang hasil produksi pabrik
tersebut.
2.      Agen penjualan
Agen penjualan adalah agen yang merupakan wakil dari pihak penjual, yang bertuga
untuk menjual barang-barang milik pihak principal kepada pihak konsumen.
3.      Agen pembelian
Agen pembelian adalah agen yang merupakan wakil dari pihak pembeli, yang
bertugas untuk melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang telah ditentukan.

4.      Agen umum
Agen umum adalah agen yang diberikan wewenang secara umum untuk melakukan
seluruh transaksi atas barang-barang yang telah ditentukan.
5.      Agen khusus
Agen khusus adalah agen yang diberikan wewenang khusus kasus per kasus atau
melakukan sebagian saja dari transaksi tersebut.
6.      Agen tunggal/eksklusif
Agen tunggal/eksklusif adalah penunjuka hanya satu agen untuk mewakili principal
untuk suatu wilayah tertentu.

Pengertian Distributor

Distributor adalah pihak yang membeli produk secara langsung dari produsen dan
menjualnya kembali ke retailer/ pengecer, atau bisa juga menjual langsung ke konsumen
akhir (end user).

Pendapat lain mengatakan, pengertian distributor adalah suatu badan usaha atau perorangan
yang bertanggungjawab untuk mendistribusikan atau menyalurkan produk perdagangan, baik
itu barang maupun jasa, ke retailer atau konsumen akhir. Dalam hal ini, distributor hanya
mengambil produk yang sudah jadi dan siap digunakan tanpa perlu memodifikasinya.

Dalam perdagangan, distributor adalah rantai pertama setelah produsen. Distributor bisa
dalam bentuk perorangan atau perusahaan yang membeli produk secara langsung dari
produsen dalam jumlah yang sangat besar.

Distributor mendapatkan keuntungan dari potongan harga pembelian produk dari produsen.
Semakin banyak produk yang dibeli dari produsen, maka potongan harga produk biasanya
akan semakin besar.

Fungsi dan Tugas Distributor

Fungsi utama distributor adalah sebagai perantara antara produsen dengan pengecer atau
konsumen. Mengacu pada pengertian distributor di atas, adapun beberapa fungsi distributor
adalah sebagai berikut:
1. Membeli Produk, distributor bertugas untuk membeli produk (barang maupun
jasa) dari produsen atau pedagang yang lebih besar
2. Menyimpan Produk, setelah membeli produk dari produsen, distributor juga
harus menyimpan produk tersebut di gudang hingga batas waktu tertentu dan
disalurkan ke retailer atau konsumen akhir.
3. Menjual Produk, distributor menjual produk kepada pengecer atau ke konsumen
akhir dengan harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan.
4. Mengangkut Produk, proses pemindahan atau pengangkutan produk dari
produsen ke retailer atau konsumen juga merupakan tugas dari distributor. Namun,
beban biaya pengangkutan tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam harga
produk yang dijual.
5. Klasifikasi Produk, distributor juga bertanggungjawab dalam mengklasifikasikan
atau memilah produk berdasarkan jenis, ukuran, dan kualitasnya.
6. Informasi Produk, pihak distributor bertanggungjawab untuk memberikan
informasi terkait perkiraan harga dan pemasaran barang pada waktu tertentu yang
akan dilakukan oleh pelaksana di lapangan.
7. Promosi Produk, kegiatan promosi bertujuan untuk memperkenalkan produk
kepada konsumen. Kegiatan promosi ini mencakup penjelasan manfaat produk,
mutu produk, harga produk, yang dilakukan melalui media iklan.

JENIS DISRIBUTOR

Secara umum, distributor dapat dikelompokkan berdasarkan proses distribusinya. Sesuai


dengan pengertian distributor, adapun beberapa jenis distributor adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan Distributor Barang

Dalam hal ini produk yang didistribusikan adalah berbentuk barang fisik. Pada proses
distribusinya, produsen mempercayakan kepada distributor untuk menyalurkan produk
kepada pengecer. Selanjutnya, pengecer yang akan menyalurkan kepada konsumen akhir.

2. Perusahaan Distributor Jasa


Produk yang disalurkan adalah berbentuk jasa. Pada proses distribusinya, distributor dapat
langsung menyalurkan produk jasa kepada konsumen akhir tanpa melalui pengecer
lain. Sebagai contoh, kita dapat melihat alur distribusi jasa keuangan dari perusahaan
multifinance kepada nasabahnya.

3. Distributor Perorangan

Pada dasarnya distributor perorangan ada dalam lingkup yang berbeda namun terdapat
kesamaan dalam proses distribusinya dengan perusahaan penyalur jasa. Distributor
perorangan banyak dikenal dalam bisnis MLM, dimana proses penyalurannya dari produsen
ke distributor pribadi lalu disalurkan ke konsumen akhir.

2.2 FRANCHISING

Franchising (Hak Monopoli)

Pada awalnya, franchise dipandang bukan sebagai suatu usaha (bisnis), melainkan sebagai
suatu konsep, metode ataupun sistem pemasaran. Franchise merupakan suatu metode untuk
memasarkan produk atau jasa ke masyarakat. Lebih spesifik lagi, franchising adalah suatu
konsep pemasaran. Sedangkan pakar lain melihat franchise lebih merupakan suatu sistem.
Perusahaan yang memberikan lisensi disebut Franchisor dan penyalurnya disebut Franchisee.

Ada 4 hal yang menonjol dalam franchise, yaitu product, price, place/distribution, dan
promotion.
1. British Franchise Association (BFA) mendefinisikan franchise adalah contractual licence
yang diberikan oleh suatu pihak (franchisor) kepada pihak lain (franchisee) yang:
1. Mengizinkan franchisee untuk menjalankan usaha selama periode franchise berlangsung,
suatu usaha tertentu yang menjadi milik franchisor.
2. Franchisor berhak untuk menjalankan kontrol yang berlanjut selama periode franchise.
3. Mengharuskan franchisor untuk memberikan bantuan pada franchisee dalam melaksanakan
usahanya sesuai dengan subjek franchisenya (berhubungan dengan pemberian pelatihan,
merchandising atau lainnya).
4. Mewajibkan franchisee untuk secara periodik selama periode franchise berlangsung,
membayar sejumlah uang sebagai pembayaran atas franchise atau produk atau jasa yang
diberikan oleh franchisor kepada franchisee.
5. Bukan merupakan transaksi antara perusahaan induk (holding company) dengan
cabangnya atau antara cabang dari perusahaan induk yang sama, atau antara individu dengan
perusahaan yang dikontrolnya

Karakteristik Dasar Franchise

1. Harus ada suatu perjanjian (kontrak) tertulis, yang mewakili kepentingan yang seimbang
antara franchisor dengan franchise.
2. Franchisor harus memberikan pelatihan dalam segala aspek bisnis yang akan dimasukinya.
3. Franchisee diperbolehkan (dalam kendali franchisor) beroperasi dengan menggunakan
nama/ merek daganag, format dan atau prosedur, serta segala nama (reputasi) baik yang
dimiliki franchisor.
4. Franchisee harus mengadakan investasi yang berasal dari sumber dananya sendiri atau
dengan dukungan sumber dana lain (misalnya kredit perbankan).
5. Franchisee berhak secara penuh mengelola bisnisnya sendiri.
6. Franchisee membayar fee dan atau royalty kepada franchisor atas hak yang didapatnya dan
atas bantuan yang terus-menerus diberikan oleh franchisor.
7. Franchisee berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu di mana ia adalah satu-satunya
pihak yang berhak memasarkan barang atau jasa yang dihasilkannya.
8. Transaksi yang terjadi antara franchisor dengan franchisee bukan merupakan transaksi
yang terjadi antara cabang dari perusahaan induk yang sama, atau antara individu dengan
perusahaan yang dikontrolnya.

Keuntungan dan Kerugian Franchise


Setiap hubungan bisnis yang ada selalu saja ada faktor kerugian dan
keuntungannya.Demikian juga dengan bisnis franchise, ada keuntungan dan kerugian yang
terjadi di dalamnya. Keuntungan dari bisnis franchise antara lain:
1. Diberikannya latihan dan pengarahan yang diberikan oleh franchisor.
2. Diberikannnya bantuan finansial dari franchisor.
3. Diberikannya penggunaan nama perdagangan, produk atau merek yang telah dikenal.
Sedangkan kerugian dalam bisnis franchise antara lain:
1. Adanya program latihan yang dijanjikan oleh franchisor kadangkala jauh dari apa yang
diinginkan oleh franchisee.
2. Perincian setiap hari tentang penyelenggaraan perusahaan sering diabaikan.
3. Hanya sedikit sekali kebebasan yang diberikan kepada franchisee untuk menjalankan akal
budi mereka sendiri.
4. Pada bisnis franchise jarang mempunyai hak untuk menjual perusahaan kepada pihak
ketiga tanpa terlebih dahulu menawarkannya kepada franchisor dengan harga yang sama.

2.3 Penggabungan Usaha

Penggabungan  badan  usaha  adalah untuk  menggabungkan  suatu  perusahaan dengan 


satu  atau  lebih  perusahaan  lain kedalam  satu  kesatuan  ekonomis.

Penggabungan  usaha  merupakan  salah satu  solusi  eksistensi  maupun  ekspansi


perusahaan  menghadapi  persaingan usaha.  Eksistensi  adalah  kelangsungan usaha  untuk 
dapat  bertahan  menghadapi persaingan   sedangkan  ekspansi merupakan  upaya 
perusahaan  dalam usahanya  untuk  menjadi  besar  dan  kuat.

Pengertian Merger dan Akuisisi


Merger  adalah  penggabungan  dua usaha  atau  lebih  dengan  cara  pengalihan aktiva
dan kewajiban suatu perusahaan ke perusahaan  lain.

Menurut  Mardiyanto  (2009,  h.319) Jenis-jenis merger tediri dari :

1. Merger Horizontal (horizontal merger)


Merger  antara  perusahaan  yang sama  lini  bisnisnya.  Misalnya,  merger antara sesama
pabrikan peralatan mesin.
2. Merger Vertikal (vertikal merger)
Merger  antara  perusahaan  yang mempunyai  hubungan  pemasokpelanggan. 
Contohnya,  merger  antar pabrikan  peralatan  mesin  dan  pemasok cetakan peralatan-mesin.
3. Merger Kongenerik  (congeneric merger)
Merger  antara  perusahaan  yang berbeda  lini  bisnis  dan  tidak  memiliki hubungan 
pemasok-pelanggan,  tatapi masih  dalam  satu  industri  yang  sama. Misalnya,  merger 
antara  pabrikan peralatan-mesin dengan pabrikan sistem peralatan pembawa barang
(conveyor).

4. Merger Konglomerat   (conglomerate merger)


Merger  antara  perusahaan  yang berbeda  jenis  bisnisnya.  Contohnya, merger antara
pabrikan peralatan-mesin dengan perusahaan makanan siap saji.

akuisisi berasal dari kata acquisition(bahasa latin) atau  acquisition (bahasa  inggris),  yang 
berarti  membeli atau  mendapatkan  sesuatu  atau  obyek tertentu   untuk  kemudian 
ditambahkan pada  sesuatu  atau  obyek  tertentu  yang telah dimiliki.

Menurut  Haryani 2011 akuisisi  dapat  dibedakan  dalam  tiga kelompok besar sebagai
berikut :

1. Akuisisi horizontal
Akuisisi  yang  dilakukan  oleh suatu  badan  usaha  yang  masih berkecimpung dalam bidang
bisnis yang sama.

2. Akuisisi vertikal
Akuisisi  yang  dilakukan  oleh suatu  badan  usaha  yang  bergerak  di bidang  industri  hilir 
dengan  hulu  atau sebaliknya.

3. Akuisisi konglomerat
Akuisisi  badan  usaha  yang  tidak memiliki bidang bisnis yang sama atau tidak saling
berkaitan

2.4 Penggabungan Perseroan Terbatas (Joint Venture)


            Merupakan usaha bersama yang mencakup semua jenis kerja sama. Istilah joint
venture juga sering dinyatakan dengan istilah lain seperti foreign collaboration, International
Enterprise, dsb. Dan ada dua jenis Joint Venture yaitu:
1.    Joint venture yang tidak melaksanakan penggabungan modal, sehingga kerja sama tersebut
hanya terbatas pada know-how yang dibawa kedalam joint venture.
2.    Jenis kedua adalah joint venture yang ditandai oleh partisipasi modal.
Secara teoretis joint venture terbagi menjadi konsolidasi, merger dan akuisisi.
Konsolidasi adalah bergabungnya dua atau lebih suatu badan usaha menjadi suatu badan
usaha baru. Merger berarti penggabungan beberapa badan usaha, dimana sampai saat ini
peraturan mengenai merger hanya ada untuk usaha di bidang perbankan saja. Dan akuisisi
adalah pengambilalihan suatu badan usaha oleh badan usaha lain dengan tetap menggunakan
nama badan usaha lama. Dari keempat model penggabungan usaha tersebut tentu saja akan
mempunyai akibat aspek hukum yang berbeda yang dapat dilihat dalam pasal 102-109 UU
No. 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas.

2.5    Bangun Guna Serah ( Build, operate and transfer)/ BOT


            Menurut Keputusan Menteri keuangan Nomor : 248/KMK.04/1995 tanggal 2 juni
1995, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bangun guna serah adalah suatu bentuk
perjanjian kerja sama yang dilakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor, yang
menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk
mendirikan bangunan selama masa perjanjian bangun guna serah (BOT), dan mengalihkan
kepemilikan bangunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah masa bangun guna
serah berakhir.

Bangunan Guna Serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati,
untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
 
Perjanjian Bangunan Guna Sejarah
Pelaksanaan BGS dituangkan dalam perjanjian. Perjanjian BGS ditandatangani antara
Gubernur/Bupati/Walikota dengan mitra BGS.
 
Perjanjian BGS dituangkan dalam bentuk Akta Notaris. Penandatanganan perjanjian
BGS/BSG dilakukan setelah mitra BGS menyampaikan bukti setor pembayaran kontribusi
tahunan pertama kepada pemerintah daerah. Bukti setor pembayaran kontribusi tahunan
pertama merupakan salah satu dokumen pada lampiran yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dari perjanjian BGS.
 
Pihak- Pihak dalam BGS
Pihak yang dapat melakukan BGS adalah Pengelola Barang.Pengelola Barang adalah
pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang
milik daerah
 

Pihak yang dapat menjadi mitra BGS meliputi:


a.    Badan Usaha Milik Negara
b.    Badan Usaha Milik Daerah
c.    Swasta kecuali perorangan
d.    Badan Hukum lainnya.

Anda mungkin juga menyukai