PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada
tahun 1992, World Health Organizatiom (WHO) telah mencanangkan TB sebagai Global
Emergency.
Jumlah kasus terbanyak adalah region Asia Tenggara (35%), Afrika (30%), dan region
Pasifik Barat (20%). Sebanyak 11-13% kasus TB adalah HIV positif. Dari hasil data WHO tahun
2009, lima Negara dengan insidens kasus terbanyak yaitu India (1,6 – 2,4 juta), China (1,1 – 1,5
juta), Afrika Selatan (0,4 – 0,59 juta), Nigeria (0,35 – 0,52 juta), dan Indonesia (0,35 – 0,52
juta).
HIV dan TB merupakan kombinasi penyakit mematikan. HIV akan melemahkan system
imun. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian utama pada penderita HIV. Adanya kasus TB
dan HIV menyebabkan meningkatnya kasus TB ekstraparu, terutama di negara-negara
berkembang.
Tuberkulosis abdominal adalah suatu lesi granuloma dalam rongga perut yang
disebabkan oleh kuman tuberkulosa. Penyakit ini telah jarang ditemukan di negara barat,
walaupun pada umumnya di derita oleh imigran dari negara berkembang, sedangkan di negara
berkembang sendiri frekwensinya masih tinggi termasuk di Indonesia.
Sulit untuk menegakkan secara pasti penyakit tuberkulosis abdominal ini, oleh karena
gambaran patogenesis dari pemeriksaan fisik dari pasien ini tidak jelas. Diagnosa dapat
ditegakkan secara pasti bila basil tahan asam ditemukan dalam rongga perut atau ditemukannya
jaringan yang histologinya mengandung struktur tuberkenel dengan nekrosis caseosa, sel
epiteloid dan sel datia Langhan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi
B.Epidemiologi
Oleh karena banyak menyerang usia produktif, tentu hal ini akan sangat
menimbulkan masalah bagi suatu negara.
C. Etiologi
D. Patofisiologi
1) Saluran cerna
2) Peritoneum, misalnyaasites
(i) ulcerative,
(ii) hypertrophic
(iii) stricturousatauconstrictive.
F. Manifestasi Klinis
Presentasinya dapat bervariasi dari tanpa gejala (tidak sengaja ditemukan pada
laparotomi) sampai ke akut, akut pada penyakit kronis atau penyakit kronis
menahun. Manifestasiklinis tergantung pada lokasi dan organ yang terlibat.
Gejalanya terutama mencakup
(ii) gejaladan tanda-tandalokal sesuai dengan lokasi dan organ yang terlibat.
2) Radang usus
1. Limfadenopati mesenterika
Penyakit dimulai perlahan dengan penurunan berat badan, demam tidak begitu
tingi yang hilang timbul, dan rasa lemas.4 Seiring dengan perjalanan penyakit yang kian
lama kian progresif, mulailah timbul pembengkakan pada abdomen yang disebabkan baik
karena akumulasi cairan di dalam rongga abdomen maupun karena pembesaran kelenjar
getah bening secara masif.4 Apabila penyakit ini terus berkembang, maka akan timbul
gejala tambahan berupa anemia, hipoalbuminemia dan oedem perifer yang sering disertai
dengan limfoedema.4 Perkejuan masif pada kelenjar limfe mesenterika muncul.4 Ruptur
nodus merupakan komplikasi mayor pada bentuk tuberkulosis ini dengan penyebaran
basil ke dalam rongga abdomen sehingga menyebabkan peritonitis tuberkulosis dengan
tuberkel-tuberkel di permukaan peritoneum.4
2. Daerah ileocaecal
Daerah gastrointestinal yang sering terlibat adalah daerah ileocaecal. TB pada
ileocaecal dan usus halus ditandai dengan massa yang teraba pada kuadran kanan bawah
atau didapatkan komplikasi berupa obstruksi, perforasi atau malabsorpsi, terutama jika
sudah terdapat striktur. Gejala yang sering muncul yaitu mual dan nyeri. Nyeri mungkin
disebabkan karena adanya obstruksi akibat striktur yang biasanya terjadi di ileum
terminal.4 Nyeri biasanya berlokasi di bagian tengah abdomen atau di fossa iliaca
dextra.4,5 Suatu massa mungkin dapat teraba di fossa iliaca dextra dan biasanya sering
timbul demam, diare dan penurunan keadaan umum.4,5 Perforasi, meskipun tidak biasa
terjadi, dapat saja timbul dan dapat menyebabkan nyeri abdomen yang luas yang
mengarah kepada peritonitis.4,5,8
Gejala klinis lain yang jarang adalah dysphagia, odynophagia dan ulkus
esophagus pada TB yang mengenai esophagus, dyspepsia dan gastric outlet obstruction
pada TB Gastroduodenal, nyeri abdomen bagian bawah dan hematochezia karena TB
colon dan striktur rectum atau fistula perianal yang multiple dapat disebabkan TB pada
anus dan rectum.
3. Penyakit kolon dan anorektal.
Infeksi dapat terbatas sampai kolon bikla gejala yang muncul terdiri dari nyeri
kolik di kuadran bawah abdomen, perubahan kebiasaan buang air dan demam.4
Pembentukan striktur adalah komplikasi yang sering terjadi.4 Tuberkulosis yang terjadi di
sebelah distal ileocaecal adalah suatu hal yang tidak biasa dan jarang dipertimbangkan
sebagai diagnosis banding bila suatu proses penyakit berlokasi di usus besar.5
Tuberkulosis juga terkadang mengenai kanalis ani dimana ia dapat menyebabkan ulkus
yang pada awalnya tidak dapat dibedakan dengan fissure ani sederhana.4 Bila penyakit
ini mengenai daerah perianal,maka dapat tertukar dengan penyakit Chorn’s,
aktinomikosis, fistula ani, colloid carcinoma, sarcoidosis dan penyakit kulit lainnya.5
Fistula ani merupakan tampilan klinis yang paling sering dari tuberkulosis anorektal
(sekitar 80%-90%).5 Penyakit anorektal mungkin dapat dipersulit oleh adanya
pembentukan fistula dan abses.4 Suatu fistula tuberkulosis harus dipertimbangkan bila
pada lubang ke arah kulit terlihat kasar, dimana terdapat tidak ada atau ada indurasi
ringan dengan cairan yang encer.4
4. Peritonitis
Bentuk infeksi tuberkulosis ini mungkin terhitung sekitar 25-30% dari penyakit
tropis dan proporsinya hampir sama atau bahkan lebih tinggi pada pasien imigran di
negara berkembang.4 Sama seperti sebelumnya, onset penyakitnya bersifat perlahan-
lahan, biasanya berhubungan dengan demam dan penurunan kesadaran. 4 Keterlibatan
peritoneal dapat menyebabkan asites yang progresif (tipe basah) atau keterlibatan
peritoneal yang meluas tanpa disertai asites tetapi disertai dengan adhesi (tipe kering) dan
tipe fibrosis dimana terdapat penebalan omentum, perlengketan yang luas dan ascites
yang terlokalisir.4,8 Kadang-kadang peritonitis dapat terjadi secara tiba-tiba, biasanya
berhubungan dengan ruptur masif dari kelenjar limfe abdomen yag mengalami nekrosis
perkejuan.4
G. Diagnosis
H. Pemeriksaan penunjang
Namun, uji tuberkulin yang dilakukan berikutnya (setelah 6-8 minggu) akan
selalu positif pada pasien-pasien ini.
4) Tehnik Pencitraan:
Barium Studies
Ultrasound
Ultrasonografi (USG) bermanfaat dalam mendiagnosis TB ekstraintestinal
(peritoneal, kelenjar getah bening). USG abdomen biasanya menunjukkan
adanya massadi dalam usus kecil dengan penebalan dinding, omentum yang
menggulung, dan loculated ascites. Kadang tampak adanya puing-puing
echogenic (dilihat sebagai untaian halus) dalam TB ascites, karena kandungan
fibrin yang tinggi pada cairan asiteseksudatif.Pada TB peritoneum biasanya
ditemukan penebalan peritoneal dan KGB.
CT scan abdomen lebih baik dari USG untuk mendeteksi high density
ascites, limfadenopati dengan kaseasi, penebalan dinding usus dan irregular soft
tissue density di daerah omentum. Limfadenopati merupakan manifestasi paling
umum TB yang sering ditemukan pada CT scan.
Endoscopy
I. Penatalaksanaan
Selama pengobatan, pasien harus dimonitor secara ketat karena semua obat
antituberkulosis dapat menyebabkan disfungsi hepar meskipun hal ini tidak biasa terjadi.1 Pasien
dengan lesi ulseratif lebih responsif dibandingkan pasien dengan tuberkulosis abdomen tipe
hipertropik.1
Komplikasi dari tuberkulosis abdomen seperti obstuksi usus dan perforasi membutuhkan
operasi segera.4 Suatu pendekatan konservatif pada penyakit anorektal disetujui sebagai cara
yang terbaik, namun abses perianal atau ischiorektal memerlukan drainase dengan pembedahan
sebelum dilanjutkan dengan penggunaan obat oral antituberkulosis.4 Pembedahan untuk fistula
juga diperlukan apabila penyembuhan dengan terapi antituberkulosis tidak tercapai.4
DAFTAR PUSTAKA
SN Chugh dan Vinesh Jain. Abdominal Tuberculosis – Current Concepts in Diagnosis and
Managemet. In: Medicine Update. [database on apiindia.org] 2007: 600-607 [cite on
Oct 26, 2014]. Available from:
http://www.apiindia.org/pdf/medicine_update_2007/102.pdf
https://id.scribd.com/document/251732653/TB-Abdomen
https://id.scribd.com/doc/120725491/TBC-Abdomen-Final