Anda di halaman 1dari 3

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun 2015 menunjukkan bahwa

100.000 kelahiran hidup di Indonesia, 305 di antaranya berakhir dengan kematian sang ibu
(Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tersebut – 305/100.000

Gustina menjelaskan bahwa kematian ibu akibat persalinan merupakan masalah yang bersifat
multidimensional. Kematian ibu akibat persalinan tidak hanya disebabkan oleh faktor kesehatan
sang ibu semata seperti kekurangan gizi, anemia dan hipertensi. serta kesadaran keluarga
untuk meminta bantuan tenaga kesehatan dalam proses persalinan (Media Indonesia, 2017).

Angka Kematian Ibu (AKI)

World Health Organization (WHO) memiliki beberapa istilah berbeda terkait dengan AKI. Istilah
pertama adalah maternal death – atau kematian ibu, yang didefinisikan sebagai “kematian yang
terjadi saat kehamilan, atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan, tanpa memperhitungkan
durasi dan tempat kehamilan, yang disebabkan atau diperparah oleh kehamilan atau
pengelolaan kehamilan tersebut, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan”
(WHO, 2004).

Untuk kasus Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes
(2014) penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah pendarahan (30.3% pada
tahun 2013) dan hipertensi (27.1% pada tahun 2013). Hal ini sangat ironis, mengingat berbagai
penyebab kematian ibu di atas sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu mendapatkan
perawatan medis yang tepat.

Safe Motherhood Initiative dan Gerakan Sayang Ibu (GSI)

Konsep safe motherhood sendiri mencakup serangkaian upaya, praktik, protokol, dan panduan
pemberian pelayanan yang didesain untuk memastikan perempuan menerima layanan
ginekologis, layanan keluarga berencana, serta layanan prenatal, delivery, dan postpartum yang
berkuaitas. konsep safe motherhood sendiri memiliki enam pilar utama, yaitu:

Keluarga Berencana – Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan memiliki akses
terhadap informasi, dan layanan keluarga berencana untuk merencanakan waktu, jumlah, dan
jarak kehamilan.

Perawatan Antenatal – Menyediakan vitamin, imunisasi, dan memantau faktor-faktor risiko


yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan; serta memastikan bahwa segala bentuk
komplikasi dapat terdeteksi secara dini, dan ditangani dengan baik.

Perawatan Persalinan – Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses
persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat kesehatan untuk mendukung
persalinan yang aman.
Perawatan Postnatal – Memastikan bahwa perawatan pasca-persalinan diberikan kepada ibu
dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan keluarga berencana, serta mengamati
tanda-tanda bahaya yang terlihat pada ibu dan anak.

Perawatan Post-aborsi – Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan bahwa komplikasi aborsi


terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, membahas tentang permasalahan kesehatan
reproduksi lain yang dialami oleh pasien, serta memberikan layanan keluarga berencana jika
dibutuhkan.

Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS – mendeteksi, mencegah, dan
mengendalikan penularan IMS, HIV dan AIDS kepada bayi; menghitung risiko infeksi di masa
yang akan datang; menyediakan fasilitas konseling dan tes IMS, HIV dan AIDS untuk mendorong
upaya pencegahan; dan – jika memungkinkan – memperluas upaya kontrol pada kasus-kasus
transmisi IMS, HIV dan AIDS dari ibu ke bayinya.

Melalui Program Layanan KB dan Kespro, PKBI menyediakan pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (termasuk kelompok difabel dan
kelompok marjinal lain). Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh PKBI dalam program
tersebut adalah program keluarga berencana – senada dengan poin pertama dari enam pilar
utama The Safe Motherhood Association. PKBI juga memiliki komitmen untuk
mengembangkan upaya pencegahan dan penanggulangan IMS, HIV dan AIDS. – sejalan dengan
pilar terakhir The Safe Motherhood Initiative.

Hingga saat ini PKBI memiliki kantor di 26 Provinsi mencakup 249 Kabupaten/Kota di Indonesia.
PKBI akan terus berkomitmen untuk menyediakan layanan KB dan Kespro yang dapat diakses
oleh seluruh lapisan masyarakat, demi mendukung penurunan Angka Kematian Ibu Indonesia.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sudah melakukan berbagai hal
demi tercapainya MDGs 4 dan 5. Yaitu menurunkan angka kematian balita dan menurunkan
angka kematian ibu (AKI).

Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Anung
Sugihantono, MKes mengatakan apa yang dilakukan keduanya tidak hanya berfokus di hilir, tapi
juga di hulu.

"Diawali dengan kesehatan di sekolah, kemudian terkait dengan reproduksi remaja. Selanjutnya,
ke program tentang pelayanan anatal care, persalinan, dan pelayanan kepada bayi," di Rumah
Sakit Ibu dan Anak.

Selain itu, Kemenkes juga melakukan perluasan akses serta mutu pelayanan, sebagai berikut.
1. Tenaga kesehatan diperbanyak di daerah terpencil yang memang jangkauan pelayanannya
masih dirasa kurang.

Di pulau Jawa, kata Anung, masih dirasa kurang untuk beberapa hal tertentu. "Karena memang,
yang hamil di pulau Jawa ini sangat banyak. Lebih banyak dibandingkan daerah-daerah lain,"
kata Anung menjelaskan.

2. Melengkapi sarana dan prasarana yang ada di fasilitas kesehatan. Baik fasilitas kesehatan
dasar atau rujukan.

3. Obat akan disediakan dalam satu kesatuan dengan sistem layanan kesehatan.

4. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kehamian

5. Mengembangkan riset-riset operasional atau litbang secara sederhanan.

Anda mungkin juga menyukai