Anda di halaman 1dari 4

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan 5 telur untuk setiap kelompok,

dengan 4 telur diberi perlakuan dengan disimpan selama satu minggu pada suhu ruang untuk telur 1,
minyak untuk telur 2, kapur untuk telur 3 dan pendingin untuk telur 4 sedangkan telur 5 tidak diberi
perlakuan. Sebelum itu kelima telur di uji kualitas eksterior yang terdiri dari warna kerabang, bentuk
telur, tekstur telur, dan kebersihan telur dan kualitas interior sebelum dipecahkan yang terdiri dari
berat telor, rongga udara, dan kuning telur.

warna kerabang

berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dengan mengamati terhadap warna kerabang pada
setiap telur. Hasil yang didapat telur 1,2,3,4 dan 5 warna kerabang coklat yang berarti normal. Hal ini
sesuai dengan pendapat sarwono (1994) bahwa kerabang dibagi menjadi dua yaitu warna putih dan
coklat. Dikatakan juga bahwa kerabang dengan warna coklat lebih awet dari pada warna putih.

Bentuk telur

Pengamatan tentang bentuk telur ini dilakukan denganmengukur panjang telur (mm) dan lebar telur
(mm) menggunakan jangka sorong. Hasil yang didapat panjang dan lebar masing masing telur 1 =
5,73 dan 4,31 mm, telur 2 = 5,53 dan 4,07 mm,telur 3 = 5,68 dan 4,29 mm, telur 4 = 5,84 dan 4,42
mm dan telur 5= 5,55 dan 4,37 mm yang berrti bentuk kelima telur tersebut normal. Hal ini sesuai
dengan pendapat edjeng (2008) bahwa telur yang baik memiliki bentuk yang proposional , tidak
berbenjol benjol, tidak lonjong dan tidak terlalu bulat serta bentuk telur secara umum dikarenakan
faktor genetis.

Tekstur

Pengamatan tentang tekstur telur dilakukan dengan perabaan terhadap tekstur kerabang telur
apakah licin, kasar atau keriput. Hasil yang didapat telur nomor 1,2,3 dan 5 teksturnya normal
sedanngkan telur no 4 kasar. Menuruut suprapti (2002)bahwa tekstur normal dan kekuatan baik,
tidak terdapat areal kasar/pengapuran yang tidak merata, bintik-bintik, dan keriput. Berarti hal ini
telur no 4 dikatakan telur yang tidak normal dan memiliki grade B. Hal ini disebabkan oleh faktor
genetis dan lingkungan.

Keutuhan telur

Pengamatan yang dilakukan terhadap keutuhan kerabang dengan hasil yang didapat kelima telur
memiliki grade sound atau tidak retak atau utuh. Hal ini sesuai pendapat suprapti (2002) bahwa telur
yang baik tidak terdapat keretakan pada kerabang bila di candling.

Kebersihan telur

Pengamatan kebersihan telur dilihat dari kerabang telur. Hasil yang didapat telur 2 dan 4 tidak ada
noda sedangkan telur 1,3 dan 5 terdapat noda.menurut Indratiningsih dan Rihastuti,
(1996) bahwa telur yang baik yaitu pada kerabang tidak ada retak, bersih
dan tekstur normal. Maka telur 1,3 dan 5 memiliki grade B. hal ini
disebabkan Faktor yang mempengaruhi kebersihan kerabang dan adalah
pakan (kandungan Ca dalam pakan), kemiringan lantai kandang, kebersihan
kandang, kesehatan saluran reproduksi ayam dan kebersihan di dalam
kloaka.

Berat telur

Pada praktikum ini untuk mengetahui berat telur dengan menimbang masing
masing telur. Hasil yang didapat telur 1 = 59 gr (besar), telur 2= 51 gr
medium), telur 3= 58 gr(besar), telur 4= 61 gr (besar dan telur 5 =58 gr (
besar). Menurut Indratiningsih dan Rihastuti (1996), berat telur saat
peneluran bervariasi antara 52 sampai 57,2 gram sesuai dengan kebutuhan
pasar. Faktor yang empengaruhi berat telur ialah pakan yang dikonsumsi
dan berat badan ayam. Untuk telur yang diberi perlakuan dan disimpan
selama 1 minggu berat telur mengalami penurunan yaitu telur 1= 58 gr,
telur 2= 51 gr telur 3= 56 gr telur 4= 51 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat
Jones dan Musgrove (2005) yang mengemukakan bahwa telur akan
mengalami penurunan bobot selama penyimpanan serta lama simpan dan
suhu berpengaruh nyata pada bobot telur

Rongga udara

Praktikum dilakukan dengan menggunakan candler selanjutnya tandai


dengan pencil dan ukur kedalamannya. Hasil yang didapat kelima telur
memiliki grade A yang artinya kedalaman rongga udara 0,47 cm. Menurut Gary
dkk ( 2009), kantung udara merupakan indikator umur atau mutu telur karena ukurannya akan
membesar dengan meningkatnya umur simpan. Menurut Jones dan Musgrove (2005) yang
menunjukkan bahwa lama simpan mempengaruhi secara nyata kedalaman kantung udara. Banerjee
dan Keener (2012) yang menyatakan bahwa CO2 pada telur mengalami lebih banyak penguapan pada
suhu tinggi dibanding suhu dingin. Namun pada hasil praktikum untuk telur yang diberi perlakuan
tidak sesuai hal ini.

Kuning telur

Praktikum dilakukan dengan mengamati banyangan yolk dengan candler pada masing masing telur.
Hasil yang didapat bayangan tidak terlihat yang berarti kelima telur memiliki grade AA. hal ini sesuai
dengan pendapat Indratiningsih, (1996)menunjukkan telur tersebut memiliki kerabang telur yang tebal
dan proporsi albumen yang cukup besar dan kental sehingga dapat dikatakan berkualitas baik.
sedangkan Pada telur yang diberi perlakuan terlihat bayangan yolk. Hal ini disebabkan karena
penipisan tebal kerabang

Setelah 1 minggu telur yang telah disimpan akan di uji kualitasnya interior setelah dipecahkan yaitu
terdiri dari tebal kerabang, indeks kuning telur, indeks putih telur, dan haugh unit

Tebal kerabang

Tebal kerabang dilakukan dengan mengukur salah satu bagian kerabang dengan milimeterscrub. Hasil

yang didapat telur 5 yang tidak diberi perlakuan memiliki tebal kerabang0,21 mm. Sedangkan telur

1,2,3 dan 4 yang diberi perlakuan memiliki tebal kerabang berurutan yaitu 0,31 mm, 0,35 mm,
0,34mm, 0,34mm. pendapat Steward dan Abbott (1972), bahwa tebal kerabang telur ayam ras berkisar

0,330mm- 0,510 mm. Untuk telur 1 memiliki kualitas kerabang yang jelek walau tidak diberi

perlakuan, sedangkan telur yang diberi perlakuan hanya telur no 1 yang tidak sesuai dengan pendapat

diatas.

Indeks kuning telur

Dilakukan dengan mengukur lebar dan tinggi kuning telur menggunakan jangka sorong selanjutnya
hitung indeks yolk. Hasil yang didapat telur 5 sebesar 0,28 mm sedangkan telur 1,2,3 dan 4 secara
berurutan yaitu 0,22 mm, 0,26 mm, 0,25mm, 0,28 mm.hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan
Kurtini (2011), bahwa indeks yolk berkisar antara 0,330-0,500. semakin lama telur disimpan, indeks
yolk turun akibat merembesnya air dari albumen ke yolk (Kurtini et al., 2011).

Indeks putih telur

Dilakukan dengan pengukuran rata-rata panjang dan lebar dan tinggi putih telur menggunakan jangka
sorong.hasil yang didapat telur no 5 0,3 mm sedankan telur yang diberi perlakuan yaitu 0,025mm,
0,049m, 0,036 mm, 0,031mm. Hasil tidak sesuai dengan pernyataan Buckle (1987), bahwa indeks
albumen bervariasi antara 0,054 sampai dengan 0,174. indeks akan menurun karena lama
penyimpanan telur (Kurtini et al., 2011).

Haugh unit

Dilakukan dengan mengukur tinggi albumen dan berat telur selanjutnya menghitung HU. Hasil yang

didapat telur 5 adalah 49,6 dengan grade B, sedangkan telur 1,2,3, dan 4 yaitu 58,9 grade B, 71,85

grade A, 60,53 grade A, 46,08 grade B. Penurunan nilai HU menurut Jo et al. (2011) dipengaruhi oleh

penguapan air dan pelepasan gas yang berakibat putih telur semakin mengencer. Pengenceran tersebut

berakibat pada penurunan tinggi putih yang juga membuat nilai HU semakin rendah.

Jo C, Ahn DU, Liu XD, Kim KH, Nam KC. 2011. Effects of chitosan coating and storage with dry ice

on the freshness and quality of eggs. Poultry Science. 90:467-472.

[USDA] United States Department of Agriculture. 2000. Egg Grading Manual. Washington DC (US):

Federal Crop Insurance Corporation (FCIC).

Buckle, K, A, R A. Edward., G.H.Fleet, M. Wotton. 1987. Food Science.

Australia Vice Chancellorst Commite. Sidney.


Indratiningsih dan Rihastuti. 1996. Dasar Teknologi Hasil Ternak Susu dan Telur.
Fakultas peternakan UGM. Yogyakarta.

Sarwono, B.1994. Pengawasan dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suparno. 2001. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan UGM.


Yogyakarta.

Soewedo, H. 1983. Hasil-hasil Olahan susu, Ikan, Daging dan Telur. Liberty.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai