PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut
usia (lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat
penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi
Menurut data dari WHO dilaporkan bahwa ada sekitar 3000 warga Amerika
dilaporkan bahwa ada 5,7 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita
gagal jantung (Padila, 2012). Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia
pada tahun 2012 menurut data dari Departemen Kesehatan mencapai 14.449
jiwa penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tahun 2012 di
Jawa Tengah terdapat 520 penderita CHF dan menjalani rawat inap. Selain itu,
telah diberikan secara optimal. Hal serupa juga dibenarkan oleh Rubeinstein
1
Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia lebih dari 50 tahun, CHF
merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk dirawat di rumah sakit
(usia 65–75 tahun mencapai persentase sekitar 75.2% pasien yang dirawat
dengan CHF). Resiko kematian yang diakibatkan oleh CHF adalah sekitar 5-
10% per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan meningkat menjadi 30-
40% pada gagal jantung berat. Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang
didiagnosis menderita CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Kowalak,
2011).
koroner baik rawat jalan maupun rawat inap mengalami peningkatan 10%
setiap tahunnya dan di AS 1,5 juta orang mengalami serangan jantung dan
2012).
2
Congestive Heart Failure (CHF) dan Asuhan Keperawatan klien dengan
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk
(di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal
ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh
4
Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung
B. Etiologi
yang meningkat
C. Manifestasi Klinis
berikut:
5
a. Dispnea, terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan
produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang
e. Ronkhi
dengan baik.
6
pitting edema, anoreksia, mual, secara luas peningkatan CPO dapat
D. Patofisiologi
dan gagal jantung kiri. Pada gagal jantung kanan, ventrikel kanan tidak
edema pada ekstremitas. Pada gagal jantung sisi kiri, ventrikel kiri tidak
edema paru. Ketika kedua sisi jantung tergantung pada fungsi yang
7
E. Komplikasi
berikut:
pembuluh darah.
tomponade jantung.
F. Pemeriksaan Diagnostik
sebagai berikut:
8
3. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
gerakan jantung.
4. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis
katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
5. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau
penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
6. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.
7. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
G. Penatalaksanaan
9
6) Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk
pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
7) Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
8) Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut
yang berat: Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan, Cedilamid 0,4 -
0,8 IV perlahan-lahan.
b) Terapi Farmakologis
Glikosida jantung. Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot
jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan :
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan
peningkatan diuresisidan mengurangi edema.
1) Terapi diuretik. Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air
mlalui ginjal. Penggunaan harus hati – hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia.
2) Terapi vasodilator. Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi
impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat
ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas
vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
3) Diet
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema.
c) Terapi Lain
1) Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain:
lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium
diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2) Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3) Posisi setengah duduk.
4) Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5) Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan
untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada
hipertensi dan gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada
10
gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan
1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
6) Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas,
tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur.
Latihan jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30
menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban
70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau
sedang.
7) Hentikan rokok dan alkohol
8) Revaskularisasi koroner
9) Transplantasi jantung
10) Kardoimioplasti
H. Pathways
Hambatan
Pengosongan
Kontraktilitas
Ventrikel
Gagal Jantung
11
Metabolisme Sinkop Tekanan vena
anaerob
pulmonalis
Hepar
Hepatomegali
Asidosis Tekanan vena
pulmonalis
Metabolik
Ketidakefe
ktivan
bersihan
jalan nafas
12
I. Data Fokus Intervensi
a) Batasan Karakteristik :
4. Sianosis
5. Dispnea
8. Gelisah
1. Lingkungan
a) Perokok pasif
b) Mengisap asap
c) Merokok
c) Fisiologis :
13
2. Penyakit paru obstruksi kronis
3. Infeksi
4. Disfungsi neuromuscular
nasotrakeal
14
2) Penurunan Curah Jantung
suatu keadaan dimana pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk
A. Batasan Karakteristik :
1. Aritmia
2. Brakikardia
3. Perubahan EKG
4. Palpitasi
5. Takikardia
b. Perubahan Preload
1. Edema
pressure/PAWP)
4. Keletihan
5. Peningkatan CVP
6. Peningkatan PAWP
8. Mur-mur
c. Perubahan Afterload
1. Kulit lembab
15
2. Dispnea
resistance/PVR)
resistance/SVR)
6. Peningkatan PVR
7. Peningkatan SVR
8. Oliguria
d. Perubahan Kontraktilitas
1. Crockle
2. Batuk
6. Ortopnea
8. Bunyi S3
9. Bunyi S4
e. Perilaku/Emosional
1. Ansietas
16
2. Gelisah
2. Perubahan Irama
4. Perubahan afterload
5. Perubahan kontraktilitas
6. Perubahan preload
1. Tekanan darah sitolik dan diastolik dalam rata-rata dalam rentang yang
diharapkan
Cardiac care
edema.
17
6. Monitor intake dan output per 24 jam
Menurut international association for the study of pain adalah awitan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi secara
konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
i. Pain management:
presipitasi.
18
c) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
f) Tingkatkan istirahat
yang sesuai
3) Level kelemahan
19
II. Nursing international classification (NIC)
mampu dilakukan
ix. Pantau dan dokumentasikan pola tidur dan lamanya waktu tidur
pasien
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
usia mulai dari masa neonatus, bayi, anak-anak sampai dewasa lansia.
Yang dari seluruhnya disebabkan karena faktor pola hidup yang tidak
CHF.
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Oesman I.N, 2009. Gagal Jantung. Dalam: Buku ajar kardiologi anak. Binarupa
Aksara. Jakarta. Hal 425 – 441
Price, Sylvia A 2014. Gangguan Fungsi Mekanis Jantung dan Bantuan Sirkulasi.
Dalam : Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. EGC.
Jakarta. 582 – 593
22