Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gas dalam keseharian sering kita alami sebagai suatu perwujudan yang hanya dapat kita
rasakan keberadaannya tanpa tahu bagaimana bentuk fisik perwujudannya. Dan bahwa segala
sesuatu terkait apa yang ada di semesta alam ini, tak dipungkiri gas telah menjadi suatu
komponen yang urgent dan yang seyogiyanya telah memberikan efek tersendiri bagi manusia
yang ikut merasakannya. Menelaah lebih jauh tentang keterdapatan itu, segala sesuatu yang
keterikatannya dengan gas ada dalam sistem dan hukum yang dikenal termodinamika.
Serempak kemudian, kejadian dan pristiwa termodinamika telah lebih jauh oleh kita
dipelajari, dan bahkan mengerti tentang konsepnya dalam kejadian sehari-hari, sebut saja
yang sederhana seperti perubahan suhu di gelas yang berisi air panas, menjelaskan tentang
keterikatan penuh dalam hubungannya dengan reaksi yang terjadi di alam. Yang mana turut
memengaruhi keberlangsungan proses termodimaika itu. Lebih simpelnya bahwa
termodinamika itu berkenaan dengan proses pindah energi antara sistem dengan lingkungan
sekitar dimana sistem terdapat. Sebuah contoh sederhana di atas kemudian menjadi jelas
bahwa, hukum termodinamika itu perlu untuk kita telaah lebih jauh kejelasan dan lebih
detail, sebab segala sesuatu yang berkaitan dengan gas, tak pernah terlepas dari segala
tindakan kita dan kejadian yang secara alami terjadi di alam ini, terlebih pemahaman
aplikasinya.
Menyadari sebagaimana tersebutkan di atas dan begitu pentingnya bagi kita untuk
memiliki pengetahuan yang lebih tentang gas dalam penerapan hukum termodinamika, maka
kami dari kelpok 2 akan membahasnya dalam sebuah makalah yang berjudul “APLIKASI
HUKUM-HUKUM GAS DALAM BIDANG LINGKUNGAN”, yang kemudian oleh kelpok
sendiri lebih difokuskan penerapnnya di bidang lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini ialah:
 Apa itu hukum termodinamika?
 Apa saja hukum-hukum gas?
 Apa saja aplikasi hukum termodinamika dalam kehidupan sehari-hari (bidang
lingkungan)?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah, untuk mengetahui tentang pengaplikasian
hokum-hukum termodinamika dalam keseharian di bidang lingkungan.
1.4 Manfaat Penulisan
Menambah wawasan bagi pembaca terkait hokum termodinamika dan aplikasinya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dasar Termodinamika

Thermodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah kita ketahui bahwa energi di alam
dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia,
energi listrik, energi nuklir, energi gelbang elektragnit, energi akibat gaya magnet, dan lain-
lain. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil
rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan
atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain
tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau
kekekalan energi. Prinsip thermodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami
dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi thermodinamika yang begitu luas dimungkinkan
karena perkembangan ilmu thermodinamika sejak abad 17 yang dipelopori dengan penemuan
mesin uap di Inggris, dan diikuti oleh para ilmuwan thermodinamika seperti Willian Rankine,
Rudolph Clausius, dan Lord Kelvin pada abad ke 19. Pendekatan tentang sifat thermodinamis
suatu zat berdasarkan perilaku kumpulan partikel-partikel disebut pendekatan mikroskopis
yang merupakan perkembangan ilmu thermodinamika modern, atau disebut thermodinamika
statistik. Pendekatan thermodinamika statistik dimungkinkan karena perkembangan teknologi
kputer, yang sangat membantu dalam menganalisis data dalam jumlah yang sangat besar.
2.2 Klasifikasi Sistem Termodinamika
Suatu sistem thermodinamika adalah suatu masa atau daerah yang dipilih, untuk
dijadikan obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas
antara sistem dengan lingkungannya disebut batas sistem (boundary). Dalam aplikasinya
batas sistem merupakan bagian dari sistem maupun lingkungannya, dan dapat tetap atau
dapat berubah posisi atau bergerak.
Sistem termodinamika bisa diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok:
1. Sistem tertutup.
Merupakan sistem massa tetap dan identitas batas sistem ditentukan oleh ruang
zat yang menempatinya. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang
dipanaskan, dimana masa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan
energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon Sistem tertutup. Gas di dalam
silinder dianggap sebagai suatu sistem. Jika panas diberikan ke silinder dari sumber
luar, temperatur gas akan naik dan piston bergerak ke atas.
2. Sistem terbuka
Pada sistem ini, zat melewati batas sistem. Panas dan kerja bisa juga melewati batas
sistem.
3. Sistem terisolasi
Adalah sebuah sistem yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh lingkungannya.
Sistem ini massanya tetap dan tidak ada panas atau kerja yang melewati batas sistem
2.3 Jenis Hukum-Hukum Gas

Hukum Boyle

Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Robert Boyle menemukan bahwa apabila


suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, volume gas
semakin berkurang. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, volume gas
semakin bertambah. Istilah kerennya tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas.
Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Boyle. Secara matematis ditulis sebagai
berikut :

Hukum Charles

Seratus tahun setelah Obet Boyle menemukan hubungan antara volume dan tekanan,
seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis yang bernama Jacques Charles (1746-1823)
menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas. Berdasarkan hasil percobaannya,
Cale menemukan bahwa apabila tekanan gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika suhu
mutlak gas bertambah, volume gas pun ikut-ikutan bertambah, sebaliknya ketika suhu
mutlak gas berkurang, volume gas juga iku-ikutan berkurang. Hubungan ini dikenal
dengan julukan hukum Charles. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
Hukum Gay-Lussac

Setelah obet Boyle dan Charles mengabadikan namanya dalam ilmu fisika, Joseph Gay-
Lussac pun tak mau ketinggalan. Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Jose
menemukan bahwa apabila volume gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan
gas bertambah, suhu mutlak gas pun ikut2an bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika
tekanan gas berkurang, suhu mutlak gas pun ikut2an berkurang. Istilah kerennya, pada
volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan ini
dikenal dengan julukan Hukum Gay-Lussac. Secara matematis ditulis sebagai berikut :

2.4 Jenis-jenis Hukum Termodinamika

 Hukum Ke-nol Termodinamika


Hukum ini berbunyi: “Jika dua benda berada dalam kondisi kesetimbangan termal dengan
benda ketiga, maka benda-benda tersebut berada dalam kesetimbangan termal satu sama
lainnya”.
 Hukum Pertama Termodinamika

Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi
dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi
kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.
Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum universal dari
kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu bentuk
perpindahan energi. Pernyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika ini
berbunyi: Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan
jumlah energi panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang
dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya.
Pondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang melalui
eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling dapat
dikonversikan. Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850:
"Terdapat suatu fungsi keadaan E, yang disebut 'energi', yang diferensialnya sama dengan
jumlah kerja yang dipertukarkan dengan lingkungannya pada suatu proses adiabatik."
Hukum kekekalan energi: Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dihancurkan/dihilangkan. Tetapi dapat ditransfer dengan berbagai cara.
 Hukum Kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa
total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat
seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
Hukum keseimbangan/kenaikan entropi: Panas tidak bisa mengalir dari material yang
dingin ke yang lebih panas secara spontan. Entropi adalah tingkat keacakan energi. Jika
satu ujung material panas, dan ujung satunya dingin, dikatakan tidak acak, karena ada
konsentrasi energi. Dikatakan entropinya rendah. Setelah rata menjadi hangat, dikatakan
entropinya naik.
 Hukum Ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses
akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga
menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut
bernilai nol.
Hukum suhu 0 Kelvin (-273,15 Celcius): Teori termodinamika menyatakan bahwa
panas (dan tekanan gas) terjadi karena gerakan kinetik dalam skala molekular. Jika
gerakan ini dihentikan, maka suhu material tersebut akan mencapai 0 derajat kelvin.

2.5 Aplikasi
 Transfer Gas
Transfer gas didefinisikan sebagai perpindahan gas dari fase gas ke fase cair atau
sebaiknya. Transfer gas melibatkan terjadinya kontak antara udara atau gas lain dengan air
yang menyebabkan berpindahnya suatu senyawa dari fase gas ke fase cair atau menguapnya
suatu senyawa dari fase cair (dalam bentuk terlarut) menjadi fase gas (lepas ke udara).
Perpindahan massa zat dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya (absorpsi – desorpsi), terjadi
bila ada kontak antar permukaan cairan dengan gas atau udara. Mekanisme ini terjadi secara
difusi. Gaya penggerak perpindahan massa dari udara ke dalam air atau sebaliknya
dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi zat dalam larutan dan kelarutan gas pada kondisi
tertentu.
Kelarutan gas, tidak seperti kelarutan zat padat dalam air, menurun seiring dengan
kenaikan suhu. Pada tekanan parsial sampai 1 atm, konsentrasi keseimbangan gas dalam
larutan pada suatu suhu tertentu sebanding dengan tekanan parsial gas dalam air, sesuai
dengan hukum Henry:

Cs=H.P
dimana:
C s = konsentrasi jenuh atau keseimbangan gas dalam larutan, mg/l
P = Tekanan parsial phase gas dalam air, atm
H = koefisien kelarutan Henry.

Jika kita perhatikan dengan seksama persamaan tersebut dapat kita ketahui bahwa
persamaan tersebut merupakan bektuk khusus dari persamaan kesetimbangan gas. Dimana
kesetimbangan gas dipengaruhi oleh tekanan parsial gas. Sedangkan tekanan parsial gas
diperngaruhi oleh faktor konsentrasi zat serta suhu yang dapat diformulasikan melalui
hukum boyle-charles yaitu:

PV = βT

Dimana :
Β = koefisien massa dari gas
P = tekanan gas
V = volume gas
T = tekanan absolute gas

Β dalam persamaan tersebut secara umum menyatakan fumgsi jumlah mol gas yang ada,
sehingga persamaan gas ideal dapat ditulis kembali menjadi :

PV = nRT
Dimana n merupakan jumlah mol zat dan R merupakan konstanta untuk semua jenis
gas.
Hukum Henry merupakan hukum yang penting berkaitan dengan kelarutan gas dalam
air. Hukum Henry juga berkaitan dengan hukum tekanan gas parsial yang dikemukakan oleh
Dalton yang berbunyi “ pada campuran gas, seperti udara, setian jenis gas yang ada
memiliki tekana yang tidak bergantung terhadap yang lainnya. Tekanan parsial setiap jenis
gas sebanding dengan jumlah (persen volume) gas dalam campuran...”. Sebagai contoh,
konstanta Henry (Kh) untuk oksigen dalam air dengan temperatur 200C adalah 0,73 atm-
m3/mol. Sedangkan udara mengandung 21% oksigen, tekanan parsial gas berdasarkan
hukum Dalton adalah 0,21 atm jika tekanan total udara adalah 1 atm. Sehingga, konsentrasi
oksigen dalam air pada 200C dan tekanan 1 atm adalah 0,21/0,73 = 0,288 mol/m3 atau
0,288(32000)/1000 = 9,2 mg/L.

Banyak permasalahan yang berhubungan dengan transfer gas dalam air melibatkan
penambahan oksigen dalam proses aerasi untuk menjaga agar proses pengolahan
berlangsung secara aerobic. Removal beberapa gas dari larutan atau air juga dilakukan
dengan proses aerasi menggunakan aerator atau peralatan lainnya. Biasanya proses yang
berkaitan dengan transfer gas pada kondisi yang mendekati tekanan atmosfer dari udara
yang melewati larutan dan terlepas keudara, tetesan air hujan, adanya turbulensi pada
permukaan yang kontak dengan udara. Meskipun hukum Henry merupakan hukum
kesetimbangan gas, ia tidak menjelaskan secara langsung kinetika dari transfer gas, ia
menjelaskan sejauh mana sistem kesetimbangan cair-gas, yang merupakan faktor dari laju
transfer gas.
Dalam pengolahan air, gas-gas yang sering ditemui adalah oksigen, metana,
karbondioksida, dan hidrogen sulfida. Dua gas terakhir mengalami reaksi dalam air.
Kelarutan CO2 :
CO2 + H2O-->H2CO3
H2CO-->H+ + HC3
HCO3--->H+ + CO32-
Kelarutan CO2 dalam air akan menyebabkan alkalinitas dalam air sehingga apabila air
tesebut melarutkan ion-ion divalen akan menyebabkan timbulnya kesadahan sementara.
Dalam kondisi normal konsentrasi H2CO3 dalam air tidak lebih dari 1% dari konsentrasi
CO2.
Kelarutan H2S :
H2S-->H++ HS-
HS---> H+ + S2-
Berdasarkan reaksi kesetimbangan diatas, kelarutan dari H2S tergantung pada derajat pH
larutan, jika pH air rendah (kondisi asam ) maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
pembentukan H2S sehingga kelarutannya akan menurun. Ammonia (NH3) dan klorin (Cl2)
memiliki kelarutan gas tinggi dan mudah bereaksi dengan air. Hubungan kelarutan – tekanan
gas ini bias bila digunakan hukum Henry.
Bila permukaan air dipaparkan dengan udara atau gas dan belum terjadi kesetimbangan
sebelumnya, maka secara serentak dan segera pada bidang kontak antar fase akan jenuh
dengan gas dan gas ditransportasikan ke badan air dengan proses difusi molekuler sebagai
berikut:

Model secara isik dari konsep persamaan di atas ditunukkan dalam gambar di bawah ini :
Diasumsikan bahwa tahanan pada perpindahan gas berada dalam lapisan tetap (fixed
film) gas dan cair pada antar bidang (interface) gas - cair. Perpindahan gas melintasi bidang
permukaan lapisan gas menunjukkan adanya gradien tekanan dalam lapisan gas dan oleh
sebab itu tekanan gas pada bidang permukaan (interface), Pi lebih rendah dari tekanan bulk
gas, Pg. Perpindahan gas terjadi dalam dua langkah (1) perpindahan dari keseluruhan fase
gas dengan tekanan gas (Pg) ke interface, dengan tekanan parsial gas (Pi), selanjutnya
dikonversi ke fase liquid dengan konsentrasi Ci, (2) Transformasi dalam fase cair ke bulk
liquid dengan konsentrasi (CL). Perpindahan ini dapat terjadi dalam dua arah tergantung
pada perbedaan konsentrasi CL dan Ci. Jika CL > Ci dan Pi > Pg maka terjadi pelepasan
gas dari fase cair ke fase gas.
Laju perpindahan gas melintas bidang permukaan A dinyatakan dalam persamaan:

Untuk menyatakan massa gas dalam bentuk konsentrasi maka satuan massa gas dibagi
dengan volume cairan yang ada dan disederhanakan maka diperoleh persamaan:

Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu:
Gas-gas yang menjadi perhatian pada bidang pengolahan air adalah oksigen,
karbondioksida, metana, hidrogen sulfida, ammonia, dan klor. Tujuan transfer gas dalam
pengolahan air adalah: (1) untuk mengurangi konsentrasi bahan penyebab rasa dan bau,
seperti hidrogen sulfida dan beberapa senyawa organik, dengan jalan penguapan atau
oksidasi (2) untuk mengoksidasi besi dan mangan (3) untuk melarutkan gas ke dalam air
(seperti penambahan oksigen ke dalam air tanah dan penambahan karbondioksida setelah
pelunakan air) (4) untuk menyisihkan senyawa yang mungkin dapat meningkatkan biaya
pengolahan (misal: adanya hidrogen sulfida akan meningkatkan kebutuhan klor pada proses
diklorinasi; adanya karbondioksida akan meningkatkan kebutuhan kapur pada proses
pelunakan, dan sebagainya).
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai