Perubahan pada system perkemihan termasuk terjadinya diuresis setelah persalinan terjadi pada hari
2-3 postpartum, tetapi seharusnya tidak terjadi dysuria. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya
penurunan volume darah yang tiba-tiba selama periode posrpoartum. Diuresis juga dapat tejadi
karena estrogen yang meingkat pada masa kehamilan yang menyebabkan sifat retensi pada masa
postpartum kemudian keluar kembali bersama urine. 1, 12Dilatasi pada saluran perkemihan terjadi
karena peningkatan volume vascular menghilang, dan organ ginjal secara bertahap kembali ke
keadaan pregravida.9
Segera setelah persalinan kandung kemih akan mengalami overdistensi pengosongan yang tidak
sempurna dan residu urine yang berlebihan akibat adanya pembengkakan kongesti dan hipotonik
pada kandung kemih. Efek ini akan hilang pada 24 jam pertama postpartum.5Jika Keadaan ini masih
menetap maka dapat dicurigai adanya gangguan saluran kemih.
Bladder dan uretra dapat terjadi kerusakan selama proses persalinan, yang menyebabkan kurangnya
sensasi untuk mengeluarkan urine pada dua hari pertama. Hal ini dapat menyebabkan retensi urin
karena overflow, dan dapat meningkatkan nyeri perut bagian bawah dan ketidaknyamanan, infeksi
saluran kemih dan sub involusi uterus, yang menjadi kasus primer dan sekunder dari perdarahan
postpartum.
http://akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/156-proses-adaptasi-fisiologi-dan-psikologi-ibu-nifas
Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi etensi urin.
Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang terentasi dalam tubuh, terjadi
selama 2 hari setelah melahirkan.
Depresi dari sfinter uretra oleh karna penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus
sfinterani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi tidak tertahankan
https://bidanelokfauzulazizah.wordpress.com/2014/10/18/makalah-perubahan-fisiologi-pada-ibu-
nifas/