PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan diare?
2. Kenapa diare bisa terjadi?
3. Klasifikasi diare?
4. Bagaimana cara mengatasi diare baik yang kronis maupun yang akut?
1.3 TUJUAN
1. Tahu apa itu diare.
2. Mengetahui bagaimana diare bisa terjadi.
3. Mengetahui klasifikasi atau pembagian diare.
4. Mengetahui cara penanggualngannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih ) dalam satu hari.Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011).
4
Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14 hari,
umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan, diare kronik lebih ditujukan
untuk diare yang memiliki manifestasi klinis hilang-timbul, sering berulang atau diare
akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya
disebabkan oleh agen non infeksi.
2.4 PATOFISIOLOGI
1. Diare adalah ketidakseimbangan antara absorpsi air dan sekresi air atau elektrolit.
Pada keadaan normal, absorpsi air dan elektrolit lebih besar di bandingkan ekskresi.
2. Empat mekanisme yang menyebabkan ketidakseimbangan dan elektrolit, adalah :
a. Perubahan transfor aktif yang berakibat pada pengurangan absorpsi sodium (Na)
dan peningkatan sekresi klorida
b. Perubahan motilitasnsaluran pencernaan.
c. Peningkatan osmolaritas luminal saluran pencernaan
d. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
3. Diare sekretori dapat terjadi jika dalam saluran pencernaan terdapat zat-zat sejenis
vasoaktif peptide intestinal atau toksin bakteri yang meningkatkan sekresi atau
menghambat absorbs air atau elektrolit dalam jumlah yang besar.
4. Adanya gangguan absorpsi suatu zat dalam intestinal yang menyebabkan diare
osmotic
5. Inflamasi di usus halus yang menyebabkan diare eksudatif dan terjadi sekresi mucus,
protein atau darah dalam usus halus.
6. Adanya infeksi baik non invesif atau invasive. Pada non invasive (enterotoksigenik)
toksin yang diproduksi akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak termasuk
mukosa. Pada diare invasive, diare, menyebabkan kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulcerasi dan menyebabkan sekretorik eksudatif. Penyebab diare lainnya,
seperti parasit menyebabkan keruakan berupa ulkus yag besar ( hystolitica),
kerusakan vili yang penting untuk penyerapan air, elektrolit da zat makanan (G.
lambria).
7. Obat antimikroba dapat merubah flora normal dalam saluran pencernaan, sedangkan
obat lain seperti laksatif dapat meningkatkan motilitas saluran pencernaan.
5
2.5 CARA PENANGANNYA
1. Tujuan Terapi
Mencegah gangguan keseimbangan air, elektrolit dan asam basa. Memberikan terapi
simtomatik, menghilangkan penyebab diare dan mengatasi gangguan karena diare.
Terapi Non-Farmakologi
Pemberian edukasi sebagai langkah pencegahan, meliputi :
1. Higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.
2. Mengkonsumsi makanan yang sehat.
3. Menghindari makanan yang merangsang peristaltik usus, seperti makanan padat,
pedas, produk susu dan makanan berserat.
4. Imunisasi
5. Penambahan suplemen zinc pada anak-anak.
untuk mengurangi tingkat keparahan dan durasi diare. Suplemen zinc dapat
mengurangi produksi tinja dan pengurangan pengeluran tinja. Dan untuk
mencegah berulangnya episode diare.
6. Penambahan vitamin A pada bayi dan anak untuk pencegahan diare karena infeksi
dan paparan HIV.
Terapi Farmakologi
1. Terapi kausal misalnya penyebabnya adalah bakteri maka diberi obat antibiotik.
2. Terapi simptomatis
a) Zat – zat penekan peristaltik misalnya : atropin, belladonnae ekstrak,difenoksilat,
loperamid.
b) Adstringensia ( menciutkan selaput lendir usus ), misalnya : garam – garam
bismuth dan alluminium tanin.
c) Adsorbensia ( menyerap zat – zat beracun ), misalnya : carbo adsorben ( norit ),
zat – zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka – lukanya dengan
suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam
tinja akibat imflamasi mukosa lambung atau usus sehingga terjadi kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Sebagai akibat dari berkurangnya absorpsi cairan dan elektrolit di
usus besar, maka muncul beberapa masalah keperawatan dari diare ini, diantaranya adalah
adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang daru kebutuhan dan nausea. Dari
masalah tersebut, dipilih beberapa tindakan penatalaksanaan, diantaranya :
B. Saran
1. Biasakanlah untuk selalu hidup sehat agar kita tidak terkena diare.
2. Tingkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan, agar tidak terserang penyakit.
3. Masaklah air minum sampai mendidih.
4. Cucilah tangan sebelum dan sesudah makan.
5. Buang Air Besar(BAB) dan Buang Air Kecil(BAK) di kakus(WC).