Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASKEP PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA

MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK

KELAS : TINGKAT 2B

DI SUSUN OLEH :

SITI MASITOH

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE

TANGERANG

Website : www.akperisvill.ac.id Email : info@akperisvill.ac.id,


akperislamicvillage@yahoo.com

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih tak pilih kasih, lagi Maha Penyayang. Segala puji
adalah milik Allah Tuhan yang maha mengatur lagi maha bijaksana, yang maha penyayang lagi maha
dermawan dan maha pengasih lagi maha pemurah. Karena hanya dengan rakhmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Demi
kesempurnaan dan peningkatan kualitas makalah ini, kami mohon kritik dan saran dari berbagai pihak
dalam rangka penyempurnaan makalah ini.

Untuk itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu kami dalam proses penyelesaian penyusunan makalah ini yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan pada kami guna terselesainya makalah ini, dengan tidak mengurangi rasa hormat yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan membantu kami dalam melaksanakan
kuliah nanti. Amiinn. . . . . .

Tangerang, 06 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Leukemia
B. Etiologi Leukemia
C. Fatifisiologi Leukemia
D. Komplikasi Leukemia
E. Manifestasi Klinis Leukemia
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan Leukemia

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti
darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses
terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan
mengganggupembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas,
2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta
anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo,
2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia
meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang
terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal
dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Di Maksud Dengan Leukemia?
2. Apa Saja Penyebab Leukemia?
3. Apa Saja Tanda Dan Gejala Leukemia?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
2. Mengetahui Proses Terjadinya Leukemia
3. Mengetahui Proses Asuhan Keperawatan pada Leukamia
BAB II
PEMBAHASAN LEUKAMIA

A. DEFINISI LEUKEMIA
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada tahun 1874, adalah
penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau banyak sel di
sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah
banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga
terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain
daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel
darah putih sirkulasinya meninggi.

B. ETIOLOGI LEUKEMIA
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil penelitian, orang
dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.
a. Host
1.Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia paling sering
ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39
tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada
orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita.
Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok
kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di
Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-
anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu
terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-University of Southern
California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak
yaitu hispanik (60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA
Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%), Amerika Afrika
(11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
2. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal.
Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat
pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom
Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan
untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga
dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang
yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-
10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif
leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.
b. Agent
1. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil
penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve
transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam
virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus
leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur
pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang
dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
2. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia. Angka
kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali
lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang
hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali lebih
banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan
penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14
kali lebih banyak.
3. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan
risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya
Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang terpapar
benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya
orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak
menderita leukemia.
4. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok mengandung
leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun
meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA
kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita LMA.
Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok.
Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko
LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya,
dan lamanya merokok.
c. Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan kejadian leukemia.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan
kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien
termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien
tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai
risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan
2,35 kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.
3. PATOFISIOLOGI LEUKEMIA
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini
secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia
meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel
darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah
lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai
oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada
pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali),
delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan
menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan
kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu
pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas.
Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya
termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
D. KOMPLIKASI LEUKEMIA
Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyabab utama kematian.
Pembentukan batu ginjal, anemia dan masalah gastroentestinal merupakan komplikasi lain.
Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka
trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan kemerahan atau
keabuan sebesar ujung jarum di permukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami perdarahan berat jika
jumah trombositnya turun sampai di bawah 20.000/mm3 darah. Dengan alasan tidak jelas, demam dan
infeksi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan.
Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam keadaan terancam infeksi.
Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai dengan derajat netropenia, sehingga jika granulosit
berada di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi imum mempertinggi
resiko infeksi.
Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi akan meningkatkan kadar
asam urat dan membuat pasien rentan mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal. Maka pasien
memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah kristalisasi asam urat dan pembentukan batu.
Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat infiltrasi leukosit abnormal ke oran abdominal selain
akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi mukosa mulut.

E. MANIFESTASI KLINIS LEUKEMIA


Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan
organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis
berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa
dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan
sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan
leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas
sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu
hiperurisemia dan hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya
ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya
nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi
semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan
hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan
terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang
bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.
Gejala yang khas leukemia secara umum :
1. Panas Dan Pucat
2. Splenomegali
3. Hepatomegali
4. Limfadenopati
5. Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epitaksis, dan perdarahan gusi
6. Gejala yang tidak khas
7. Sakit/ nyeri sendi atau sakit tulang disalahtafsirkan sebagai reumatik
8. Lesi purpura pada kulit
9. Efusi pleura
10. kejang

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.
1.Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia
(25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan
limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih
dari 50.000/mm3.
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular.
Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda
(blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti
dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu
lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan
limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan
jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.
G. PENATALAKSANAAN LEUKEMIA
a. Kemoterapi
1.Kemoterapi pada penderita LLA
· Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam
darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit
yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel
leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,
prednison dan asparaginase.
· Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk
mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten
terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
· Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam
tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi
yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki
otak dan sistem saraf pusat.
· Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu
2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat
mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap
dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang
diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
2. Kemoterapi pada penderita LMA
· Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia
secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa
sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini
berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.
· Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya
terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau
lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang
dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
3. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem
penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
· Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
· Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
· Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
· Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
· Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan/tanpa gejala pembesaran hati,
limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvensional, terutama
untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak
memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa.
Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun.
Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan
stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
4. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
· Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk
jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase
kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
· Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi
ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini
bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan
cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening
setempat.
c. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum
tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi
radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak
karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani
transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA)
yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan
respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon
terhadap pengobatan.
d. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan
mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia,
transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
KASUS

An T 8 tahun datang ke RS dengan orng tua nya,dengan keluhan demam tinggi


disertai nyeri kepala,nyeri kepala yang di rasakan seperti ada benda berat yang
menimpa dengan frekusensi hilang timbul. hasil anamnesa didapatkan bahwa klien
sering berkeringat pada malam hari, lemas, mudah sakit terutama pilek, mudah
pendarahan terutama di gusi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan RR 20x/menit, S
38,7 derajat celcius, N 82 x/menit, TD 120/90 mmHg, leukosit 35.000 sel/tetes
darah, klien tampak lemas dan pucat, bibir kering dan sianosis, akral dingin dan
sianosis, CRT 3 detik.
BAB III
PENUTUP

a. KESIMPULAN
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti
darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah
putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker membelah secara
tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker yaitu Leukemia
Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut
(LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK) (Medicastore, 2009).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi,
mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi.

b. SARAN
Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan makalah yang kami tulis ini
sehingga menambah minat untuk mencari sumber lain. Karena kami pun menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam 1994. Surabaya : Tim Dokter
RSUD dr.Sutomo

Anonim, 2009, Leukemia, http://leukemia-akut.html, 18 Desember 2010

Anonim, 2009, Leukemia, http://penyakit-leukemia-kanker-darah.html, 18 Desember 2010

Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr
Soetomo, Surabaya

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC


Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-anak-leukimia/

Anda mungkin juga menyukai