Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penggunaan obat tradisional di indonesia telah berlangsung sejak ribua tahun dan salah
satunya tercatat dalam relief seperti di candi borobudur. Iklim tropis diindonesia
menjadikan keanekaragaman hayati yang tinggi terbesar di dunia dengan potensial bahan
alam untuk dijadikan obat tradisional merupakan ramuan bahan yang berasal dari
tumbuhan,hewan,mineral yang secara temurun digunakan utuk pengobatan berdasarkan
pengalaman (Dewoto,2007). Dekade ini penggunaan obat didorong untuk kembali ke
alam dengan mendayagunakan obat berbahan alam, yakni ini obat tradisonal. Mahalnya
harga obat modern dengan efek samping yang ditimbulkan dari obat tersebut menjadi
faktor yang mendorong masyarakat untuk menggunakan obat tradisional. Survei nasional
pada tahun 2000 oleh badan pusat statistik mendapati 15,6% masyarakat indonesia
menggunakan obat tradisional dan meningkat hingga 31,7% pada tahuun 2011(Badan
Statistik,2002). Seiring pertumbuhan minat masyarakat terhadap obat tradisional,
sejumlah industri obat tradisional yang telah terdaftar di BPOM meningkat dari tahun
2002 berjumlah 55 industri terdaftar, menjadi 291 industri pada tahun 2006
(Dewoto,2007). Tanaman obat secara tradisional digunakan dalam bentuk ekstrak,
minyak atsiri, getah untuk mengobati penyakit (Devkatte dkk.,2005).

B. Rumusan Masalah
 Pengertian Obat dan Pengobatan Tradisional
 Jenis dan Sumber Obat Tradisional
 Pengembangan Obat Tradisional Indonesia
 Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional
 Regulasi Obat dan Perbekalan Kesehatan
 Perubahan Sosial dan Budaya

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat dari makalah ini, agar kita dapat mengetahuiPengertian Obat dan
Pengobatan Tradisional, Jenis dan Sumber Obat Tradisional, Pengembangan Obat Tradisional
Indonesia,Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional, Regulasi Obat dan Perbekalan
Kesehatan,dan Perubahan Sosial dan Budaya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Obat tradisional Indonesia yang dikenal sebagai Jamu, telah digunakan secara
luas oleh masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai penyakit sejak
berabad-abad yang lalu jauh sebelum era Majapahit. Ke depan pengembangan dan pemanfaatan
obat bahan alam/obat herbal Indonesia ini perlu mendapatkan substansi ilmiah yang lebih kuat,
terutama melalui penelitian dan standarisasi sehingga obat herbal Indonesia dapat diintegrasikan
dalam sistem pelayanan kesehatan nasional (WHO 2002). Jamu adalah obat tradisional yang
berasal dari bahan tumbuh–tumbuhan, hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau
campuran bahan – bahan tersebut yang belum dibekukan dan dipergunakan dalam upaya
pengobatan berdasarkan pengalaman. Bentuk sediaan berwujud sebagai serbuk seduhan,
rajangan untuk seduhan dan sebagainya. Istilah penggunaannya masih memakai pengertian
tradisional seperti galian singset, sekalor, pegal linu, tolak angin dan sebagainya. Sedangkan
fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanannya dan khasiatnya, bahan
bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang
berlaku. Istilah cara penggunaannya menggunakan pengertian farmakologik seperti diuretik,
analgesik, antipiretik dan sebagainya (Sumarny 2002). Obat tradisional merupakan bahan atau
ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, obat
tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat,
narkotika atau psikotropika dan hewan atau tumbuhan yang dilindungi (BPOM RI 2006). Sampai
saat ini masyarakat tradisional di negara-negara berkembang termasuk Indonesia biasanya
mengatasi sendiri gejala-gejala sakit yang sdideritanya dengan pengobatan tradisional. Pada
masyarakat jawa upaya menjaga kesehatan, mencegah penyakit maupun pengobatan suatu
penyakit yang diderita, biasa dilakukan dengan meminum ramuan tradisional atau yang lebih
dikenal dengan jamu. (Atik dan Afiani 2003). Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari
bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari
bahanbahan tersebut yang belum dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan
pengalaman. Bentuk sediaan berwujud sebagai serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan dan
sebagainya. Istilah penggunaanya masih memakai pengertian tradisional seperti galian singset,
sekalor, pegel linu, tolak angin. Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan
keamanannya dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang
telah memenuhi persyaratan yang berlaku. Istilah cara penggunaannya menggunakan pengertian
farmakologik seperti diuretik, analgesik, antipiretik dan sebagainya. Dasar pembuatan simplisia
meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku,
sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan (Gunawan 2004)

2
1. Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan bahan-bahan yang
diperoleh dari tanaman,hewan atau mineral yang belum berupa zat murni. Obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Ditjen POM,1999). Sediaan galenik
adalah hasil ekstrasi bahan atau campuran bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Obat tradisional sering dipakai untuk pengobatan penyakit yang belum ada obatnya yang
memuaskan seperti penyakit kanker, penyakit virus termasuk AIDS dan penyakit genertif, serta
pada keadaan tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Suatu zat merupakan obat bila dalam pengobatan ataueksperimen sudah diperoleh informasi,di
antaranya tentang:
a. Hubungan dosis dan efek (dose – effect – relationship), selain dari hanya diketahui adanya
suatu efek.
b. Absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi zat tersebut
c. Tempat zat tersebut bekerja (site of action)
d. Cara bekerja at (mechanism of action)
e. Hubungan struktur dan respon ( structure – respons relationship).

Informasi tentang lima hal di atas diperlukan dan dievaluasi dalam menilai suatu obat.
Penisilin umpamanya sudah diketahui bahwa besar responsnya berkaitan erat dengan besar dosis,
ia diketahui kapan mencapai kadar efektif dalam darah manusia dan dalam bentuk apa sisa
penisilin diekskresi. Diketahui pula pada bagian apa dari kuman penisilin bekerja, serta
bagaimana bekerjanya dan diketahui pula hubungan kerja dengan struktur molekul penisilin.
Informasi seperti imi dipunyai obat modern yang dipasarkan, sementara kurangnya informasi
menyebabkan suatu obat tidak dapat diedarkan sebagai obat.

Untuk memperoleh informasi di atas, diperlukan penelitian, tenaga, dana dan waktu yang
sangat banyak. Diperkirakan dari ditemukannya suatu obat,dibutuhkan sekitar 25 tahun,sebelum
suatu zat diperbolehkan beredar sebagai obat. Penelitian berkenaan dengan hal di atas dimulai
dari penapisan tahap pertama, yaitu :
a. Penentuan toksitas dan pengaruh terhadap gelagat (behavior)
b. pengaruh zat terhadap tekanan darah dan semua percobaan yang ada kaitannya dengan tekanan
darah.
c. Pengaruh zat terhadap organ-organ terisolasi yang kemudian diikuti dengan ratusan percobaan
untuk melengkapi informasi yang diperlukan.

Tiga jenis penapisan ini banyak memberikan arah penelitian dan sifat bahan yang
diteliti,mulai dari pengaruh terhadap Susunan Saraf Pusat (SSP), Susunan Saraf Otonom(SSO),
respirasi , relaksan otot, dan sebagainya.

3
Pada table di bawah ini dapat dilihat daftar beberapa tanaman dan hewan obat yang
mempunyai prospek pengembangan yang potensial.

Tabel 1.
Tumbuhan dalam pemanfaatan sebagai Obat

Tabel 2.
Hewan dalam pemanfaatan sebagai Obat

4
2. Pengobatan Tradisional

Pengobatan Tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu
kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang
berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. WHO menyatakan Pengobatan tradisional ialah ilmu
dan seni pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik
yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakuakn diagnosis,prevensi dan
pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.

Jenis pengobatan tradisional di Indonesia

Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional terdapat dan dikenal di Indonesia. Ada
yang asli Indonesia dan ada pula yang berasal dari luar negeri. Secara garis besar ada 4 jenis
pengobatan tradisional yaitu :

1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat :


 Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia
 Pengobatan tradisional dengan ramuan obat cina
 Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India

2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan:


 Pengobatan tradisional atas dasar kepercayaan
 Pengobatan tradisional atas dasar agama
 Pengobatan dengan dasar getaran magnetis

3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan :
 Akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang
menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa (Daun Arthmesia
vulgaris yang di keringkan);
 Pengobatan tradisional urut pijat
 Pengobatan tradisional patah tulang
 Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)
 Pengobatan tradisional dengan peralatan benda tumpul.

4. Pengobatan tradisional yang telah mendapat pengarahan dan pengaturan pemerintah ;


 Dukun beranak
 Tukang gigi tradisional

5
B. Jenis dan Sumber Obat Tradisional

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen
POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam
peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan
menjadi 2 kelompok,yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin
berkembangnya teknologi,telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses
produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk
ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan
penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya
dapat dikelompokkan menjadi 3 , yaitu jamu, obat ekstrak alam dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical bused herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan
mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum
dibakukkan dan dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman. Bentuk
sediaannya berwujud sebagai serbuk seduhan,rajangan untuk seduhan,dan sebagainya. Istilah
penggunaannya masih memakai pengertian tradisional seperti galiansingset, sekalor, pegel linu,
tolak angin, dan sebagainya. Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, oil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang
menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini
dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat
yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu
yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin
ratusan tahun,telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatn
tertentu.

2. Ekstrak bahan alam ( Scientific based herbal medicine)


Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian
bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan
proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan
tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan
pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pra-klinik seperti standar kandungan bahan
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanman obat, standar pembuatan obat tradisional yang
higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)


Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanannya dan khasiatnya,
bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyarakatan
yang berlaku. Istilah cara penggunaanya menggunakan pengertian farmakologik seperti
diuretic,analgesic,antipiretik,dan sebagainya. Selama ini obat-obat fitofarmaka yang berada di
pasaran masih kalah bersaing dengan obat paten. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor,antara
lain kepercayaan, standar produksi, promosi dan pendekatan terhadap medis, maupun

6
konsumennya secara langsung. Fitofarmaka merupkan bentuk obat tradisional dari bahan alam
yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar,ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dnegn uji klinik pada manusia. Oleh karena itu,
dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan
berteknologi modern pula.

Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau yang
memproduksi obat tradisional yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Obat tradisional buatan sendiri


Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di
Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan
untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan untuk keperluan keluarga.

b. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu (Herbalist)


Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup
banyak. Saalah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu
gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan minum
yang sangat digemari masyarakat.

c. Obat tradisional buatan industri


Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI , industri obat tradisioanl dapat
dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar berdasarkan modal yang harus
mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi
mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Akan tetapi,pada umumnya yang
berbentuk sediaan modern berupa ektrak baham alam atau fitofarmaka. Sedangkan
industri jamu lebih condong untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun
akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang memproduksi jamu dalam bentuk
sediaan modern (tablet,kapsul, sirup dan lain-lain) dan bahkan fitofarmaka.

C. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia

Terdapat 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh dalam upaya pengembangan obat
tradisional tersebut,yakni kearah :
a. Obat kelompok fitoterapi, yang mendasarkan kepada simplisia (termasuk sediaan
galeniknya) yang digunakan sebagai obat.
b. Obat kelompok kemoterapi, yang mendasarkan kepada zat aktif yang dalam keadaan
murni diisolasi dari tumbuhan`

Seperti telah disinggung di muka, Departemen Kesehatan menekankan pengembangan


obat tradisional kelompok fitoterapi. Tujuannya agar dapat menghasilkan sediaan-sediaan
fitoterapik baik dalam bentuk simplisia ataupun sediaan galenik, yang segera dapat
dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan formal.
Dalam hal ini pertama-tama perlu dilakukan pengumpulan data tentang obat tradisional
yang ada dan pernah ada di Indonesia. Kemudian menyeleksi mana yang perlu dikembangkan
dan mana pula yang tidak. Untuk obat tradisional yang akan dikembangkan, perlu penelitian

7
lanjutan menyangkut keamanan penggunaan, farmakologi serta khasiatnya secara klinik.
Tahap berikutnya adalah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan sediaan yang dapat
digunakan dan penelitian mutu ditinjau dari sudut teknologi farmasi. Jika obat tradisional
telah mengalami penelitian dan pengembangan seperti diuraikan diatas dapat dikatakan telah
memenuhi persyaratan medic dan farmasetik.

Pemilihan obat tradisional yang akan dikembangkan ke arah obat kelompok


fitoterapi didasarkan atas pertimbangan :
1. Obat tradisional tersebut diharapkan mempunyai manfaat untuk penyakit-penyakit yang
angka kejadiannya menduduki urutan atas (pola penyakit).
2. Obat tradisional tersebut diperkirakan mempunyai manfaat untuk penyakit-penyakit
tertentu berdasarkan pengalaman pemakaiannya.
3. Obat tradisional tersebut diperkirakan merupakan alternatif yang jarang atau bahkan
merupakan satu-satunya alternatif untuk penyakit tertentu.

D. Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional

Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui Depkes telah
memberikan petunjuk pembuatan obat tradisional dengan komposisi rasional melalui pedoman
rasionalisasi komposisi obat tradisional dan petunjuk formularium obat tradisional. Hal ini
terkait dengan masih banyaknya ditemui penyusunan obat tradisional yang tidak rasional
(irrational) ditinjau dari jumlah bahan penyusunnya. Sejumlah simplisia penyusun obat
tradisional tersebut seringkali merupakan beberapa simplisia yang mempunyai khasiat yang
sama. Oleh karena itu,perlu diketahu racikan khasiat yang sama. Oleh karena itu,perlu
diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan obat yang diperoleh mempunyai khasiat
sesuai maksud pembuatan jamu tersebut.
Komposisi obat tradisional yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam bentuk jamu
sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat banyak dan bervariasi.
Sedangkan bentuk obat ekstrak alam dan fitofarmaka pada umumnya tersusun dari simplisia
tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan tanaman obat. Pada pembahasan ini lebih
ditekankan pada penyusunan obat tradisional bentuk sederhana atau jamu, mengingat cukup
banyak komposisi jamu yang irrasional seperti penggunaan simplisia yang tidak sesuai pada
satu ramuan, penggunaan simplisia yang tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan dan
sebagainya. Agar dapat disusun suatu komposisi obat tradisional maka beberapa hal yang perlu
diketahui adalah:

1. Nama umum obat tradisional/jamu


Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan pemanfaatan yang
tercermin dari nama umum jamu.Perlu diketahui bahwa terdapat peraturan tentang
penandaan obat tradisional. Jamu yang diproduksi dan didistribusikan kepada konsumen
harus diberi label yang menjelaskan tentang obat tradisional tersebut, diantaranya tentang
manfaat atau khasiat jamu. Penjelasan tentang manfaat jamu hanya boleh disampaikan
dalam bentuk mengurangi atau menghilangkan keluhan atau gejala yang dialami
seseorang dan bukan menyembuhkan suatu diagnosis penyakit.

8
Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua , yaitu yang bertujuan untuk menjaga
kesehatan atau promotif dan mencegah dari kesakitan,serta jamu yang dimanfaatkan
untuk mengobati keluhan penyakit.

2. Komposisi bahan penyusun jamu


Menyusun komposisi bahan penyusun jamu dapat dilakukan dengan
memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang dibuat derta kegunaan dari
masing-masing simplisia penyusun jamu tersebut. Tujuan pemanfaatan jamu untuk suatu
jenis keadaan tertentu harus memperhatikan keluhan yang biasa dialami pada kondisi
tersebut.Misalkan pada orang hamil tua sering mengalami kejang pada kaki, badan
mudah lelah,dan lain sebagainya;penderita rematik biasa mengeluhkan nyeri pada
persendian.
Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan kompisisi jamu adalah takaran
dari masing-masing simplisia maupun dosis sediaan. Penelitian ilmiah dalam hal ini
masih sangat kurang sehingga seringkali penetapan takaran maupun dosis hanya
mengacu pada pengalaman peracik obat tradisional yang lain dan atas dasar kebiasaan
penggunaan terdahulu.

3. Simplisia dan kegunaan


Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apa pun dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Dari jenis simplisia yang umum digunakan oleh industri jamu, ada beberapa
tanaman yang mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan lainnya meskipun pasti juga
terdapat perbedaan mengingat kandungan bahan berkhasiat antara satu tanaman dengan
lainnya tidak dapat sama. Bahkan, untuk jenis tanaman yang sama, masih ada
kemungkinan kadar bahan berkhasiat yang terkandung tidak sama persis mengingat
adanya pengaruh dari tanah tempat tumbuh, iklim, dan perlakuan,misalnya pemupukan.
Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia sangat penting,sebab
dengan diketahui kegunaan masing-masing simplisia, diharapkan tidak terjadi tumpang
tindih pemanfaatan tanaman obat serta dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat
apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak dapat diperoleh.

4. Penelitian yag telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat tradisional


Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian tanaman. Sesuai
dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat tradisional yang terbukti berkhasiat perlu
dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk dapat membuktikan khasiatnya,sampai
saat ini telah banyak dilakukan penelitian. Akan tetapi, masih bersifat pendahuluan dan
masih sangat sedikit percobaan dilakukan sampai fase penelitian klinik. Penelitian yang
telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku
obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan
keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional.
Penelitian dan pengembangan obat dan perbekalan kesehatan pada dasarnya
mencakup sistem (managemen obat, SDM, penggunaaan obat rasional, dan lain-lain),
komoditas ( obat ,bahan obat,obat tradisional kosmetik, bahan berbahaya, bahan
tambahan makanan, dan lain-lain), proses (pengembangan obat baru kimia farmasi,

9
formulasi,uji preklinik, uji klinik), kajian regulasi dan kebijakan (obat esensial, obat
generic, cara pembuatan obat yang baik).
Riset operasional memfasilitasi implimentasi, monitoring dan evaluasi berbagai
aspek dalam kebijakan obat. Riset operasional merupakan alat utama dalam menilai
dampak kebijakan obat dalam sistem pelayanan kesehatan disuatu Negara,meneliti aspek
ekonomis penyediaan obat, dan aspek sosial budaya dalam penggunaan obat
(WHO,2011).

E. Regulasi Obat dan Perbekalan Kesehatan

Menurut WHO (2001), otoritas regulasi obat adalah lembaga yang menyusun dan
melaksanakan berbagai peraturan mengenai kefarmasian untuk menjamin keamanan, khasiat,
mutu dan kebenaran informasi mengenai obat. Pengawasan obat merupakan salah satu upaya
mengatasi masalah penyalahgunaan obat yang merupakan masalah kompleks dan harus ditangani
secara lintas sektor dan lintas program. Selain itu, pengawasan obat juga mencakup perlindungan
kepada masyarakat terhadap penggunaan obat yang salah sebagai akibat dari kekurangtahuan
masyarakat serta informasi yang tidak benar,tidak lengkap , dan menyesatkan.
Dalam melaksanakan regulasi obat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Otoritas regulasi obat harus independen dan transparan.
b) Pengawasan yang dilaksanakn nasional, perizinan sarana produksi dan
distribusi,pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi, pengawasan terhadap
sarana produksi dan distribusi,akses laboratorium pemeriksaan mutu, surveilens pasca
pemasaran, uji klinik, serta ekspor dan impor dan impor obat dan pembekalan kesehatan.
c) Pembentukkan pusat informasi obat di sarana kesehatan dan dinas kesehatan untuk
ontensifikasi penyebaran informasi obat;
d) Pengembangan sistem Monitoring Efek Samping Obat Nasional (MESO Nasional).
Dengan demikian, yang menjadi elemen inti dalam regulasi obat adalah pengaturan
mengenai mutu, keamanan, khasiat, dan informasi obat.

F. Perubahan Sosial dan Budaya

Koentjaraningrat,dalam bukunya Penghantar Anthropologi (1996),menjelaskan bahwa


perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat dpat dibedakan ke dalam beberapa bentuk
yaitu:
1. perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat
2. perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang besar pengaruhnya
3. perubahan yang di rencanakan dan tidak direncanakan.

Disamping itu, proses perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu yang
pendek dinamakan inovasi. Inovasi membutuhkan beberapa syarat,antara lain :
 masyarakat merasa akan kebutuhan perubahan
 perubahan harus dipahami dan dikuasai masyarakat
 perubahan dapat diajarkan
 perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang
 perubahan tidak merusak prestise pribadi atau kelompok.

10
Sebaliknya, perubahan tidak bisa meluas karena :
 Pengguna penemuan baru mendapat suatu hukuman
 Penemuan baru sulit diintegrasikan ke dalam pola kebudayaan yang ada.

untuk mempelajari dinamika dari proses perubahan dari sudut individu,maka perlu sekali
mengetahui kondisi dasar dari individu agar mau mengubah tingkah lakunya, yaitu:
1) Individu harus menyadari adanya kebutuhan untuk berubah
2) harus mendapat informasi bagaimana kebutuhan ini dapat dipenuhi
3) mengetahui bentuk pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhannya dan biayanya
4) tidak mendapat sanksi yang negatip terhadap individu yang akan menerima inovasi.

Selanjutnya Foster menyatakan bahwa untuk membantu individu mau mengubah


perilakunya,maka yang perlu diperhatikan adalah:
 Mengidentifikasi individu,masyarakat yang menjadi sasaran perubahan
 mengetahui motif yang mendorong perubahan,anatra lain adalah motif ekonomi,
religi,persahabatan, prestise
 mengetahui faktor-faktor lain misalnya: kekuatan sosial dan nila-nilai yang ada dalam
masyarakat,kebutuhan masyarakat,waktu yang tepat,golongan dalam masyarakat yang
mudah menerima ide baru, serta golongan yang berkuasa.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhir-akhir ini perhatian terhadap obat alami meningkat dengan tajam. Penelitian
mengenai potensi dan khasiat obat alami pun mengalami peningkatan. Hal ini merupakan sesuatu
yang menggembirakan, mengingat potensi kekayaan alam Indonesia sangat berlimpah. Oleh
sebab itu,kita hanya menunggu kemauan pemerintah dan berbagai pihak yang berkepentingan
untuk mengembangkannya agar pelayanan kesehatan tidak semata-mata tergantung pada obat-
obat modern.
Secara singkat, sistem medis merupakan organisasi yang kaya dan kompleks yang
memberikan banyak peranan dan tujuan. Rupanya perhatian yang diberikan hanyalah pada
masalah-masalah penyakit (disease) dan penyakit (illness) yang didefinisikan secara sempit,
padahal dalam kenyataannya mereka mencerminkan pola-pola dan nilai-nilai dasar dari
kebudayaan, di mana mereka merupakan salah satu bagiannya. Hanya apabila dipandang dari
konteks yang luas dalam suatu lingkungan sosial-budaya yang menyeluruh, barulah tingkah laku
sehat dari anggota-anggota kelompok mana pun dapat dipahami sepenuhnya.

B. Saran
 Pembaca diharapkan mengerti, memahami dan menghayati makalah ini.
 Penulis diharapkan lebih baik lagi dalam menulis makalah ini.
 Penulis diharapkan mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan judul makalah.
 Semoga bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adelia N. 2010. Pengetahuan Tradisional tentang PemanfaatanTumbuhan sebagai Obat oleh


Suku Lom Dusun Air Abik Kecamatan Belinyu Bangka [Skripsi]. Balunijuk: Universitas Bangka
Belitung.

Bangun. A. 2012. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Penerbit IPH. Bandung.

Biofarmaka IPB. 2013. Quality of Herbal Medicine Plants and Traditional Medicine.
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-article/587-quality-of-herbal-medicine-plants-and-
traditionalmedicine-2013
.
Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Dewoto,H.R., 2007, Pengembangan Obat Tradisional Indonesia menjadi Fitofarmaka, Majalah
Kedokteran Indonesia, 57(7):205-211.

Costa-Neto EM. 2005. Animal Base Medicines: Biological Propection and the Sustainable Use
of Zootherapeutic Resources. An Acad Bras Cienc 77 (1): 33-43

Devkatte. A.N., Zore, G.B. and Karuppayil, S.M. 2005.potential of plant oils as inhibitor of
Candida albikan growh.FEMS Yeast research.5:867-873

BPOM. (2004). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor : HK.00.05.5.1.4547 Tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Pemanis Buatan dalam Produk Pangan. Jakarta: BPOM RI

Suharmiati dan Handayani, L., 2006, Cara Benar Meracik Obat Tradisional, 4-6,
Agro Pustaka, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta.

Vyas N, Mahawar MM, Jaroli DP. 2009. TraditionalMedicines Derived from DomesticAnimals
Used by Rebari Community of Rajasthan, India.http://www.nepjol.info [14 Maret 2015]

13

Anda mungkin juga menyukai