Anda di halaman 1dari 10

200 Karakterisasi Film..............

(Dwi Indarti & Asnawati)

Karakterisasi Film Nata De Coco-Benedict secara Adsorpsi


untuk Sensor Glukosa dalam Urine

Characterization of Nata De Coco-Benedict Film by Adsorption


as Sensor for Glucose in Urine Sample

Dwi Indarti & Asnawati


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jember

ABSTRACT
Research on nata de coco utilization as a film to immobilize benedict reagent for glucose analysis has been
conducted. Immobilization of benedict by nata de coco film was evaluated by using adsorption method and
characterization i.e. physical characterization (morphology) and viability characterization of its sensors activity
for glucose. Morphological characterization (SEM) showed that the benedict reagent has been absorbed by nata
de coco film despite leaching activity of 14.7%, with optimum concentration of Benedict of 0.2682 M, 40 min
dyeing time at maximum of 541 nm. Sensor characterization of cellulose nata-Benedict for glucose showed
regression coefficient of 0.9895, the detection limit of 780 ppm with a sensitivity of 0.001 and adsorption
reproducibility of 0.2013%. Glucose content measurement on urine sample by using Nata De Coco-Benedict
based Film adsorption sensor was in correspondence with analysis by using Nelson-Somogyi.

Keywords : Adsorption, nata de coco, benedict, glucose, sensors

PENDAHULUAN pada lapisan Zhu et. al. (2002), secara cross-


linking melalui glutaraldehid pada
Indikator gejala awal diabetes dapat dilihat dari galvanostatik untuk mensistesis film polyvinyl
adanya glukosa dalam darah dan urine yang sulfonic acid/sodium nitrate
over dosis. Glukosa sebagai monosakarida (P(NMP)/PVS/NaNO3) oleh Shirale et al.,
paling sederhana kebanyakan bertindak sebagai (2006) dan pada Film PANI oleh Gaikwad
gula pereduksi, yang mampu mereduksi et.al. (2006) pada elektroda the Pt/sulfonated-
senyawa pengoksidasi. Senyawa pengoksidasi MWCNTs/GC oleh Wang et. al. (2007 &
yang selalu direduksi oleh monosakarida 2011). Wang et al., , mengimmobilisasikan
adalah Fe(CN)2, H2O2 dan ion kupri (Cu2+). glukosa oksidasi ke dalam mikrokapsul
Gula akan dioksidasi pada gugus karbonilnya Alginate-Chitosan.
(Lehninger 1997). Metode yang sering Nata de coco (sellulosa bacterial) sudah
digunakan dalam analisa kadar gula suatu dikembangkan sebagai material yang bernilai
sampel, biasanya menggunakan reagen tambah diantaranya: penggunaan selulosa
Benedict. Reagen Benedict mengandung ion bakterial sebagai bahan diafragma tranduser,
Cu2+ yang akan direduksi oleh gula menjadi ion bahan pencampur dalam industri kertas,
Cu+ melalui proses pemanasan sehingga karakterisasi sifat listrik dan magnetnya (Ighuci
menghasilkan endapan coklat atau merah bata et al. 2000), sebagai membran dialisis
(David & Halme 1998). (Shibazaki 1993). Bambang (2001)
Pengembangan teknik analisa secara menggunakan nata de coco sebagai membran
modern (sensor berbasis reagen kering) ultrafiltrasi dan Tanabe (2001) membran
memungkinkan pengukuran yang lebih cepat, selulosa digunakan sebagai matrik pendukung
praktis dan akurat. Reagen diimobilisasikan ke dalam fabrikasi sensor kimia dengan
material support dengan berrmacam teknik cyclodextran untuk mendeteksi suatu molekul.
seperti: adsorpsi, entrapmen, cross lingking, Mulyasuryani & Srihardiastutie (2011)
enkapsulasi dsb. Beberapa penelitian tentang menggunakan nata de coco sebagai material
pembuatan biosensor glukosa yang pendukung enzim uricase dalam penentuan
dimmobisasikan ke dalam material support asam urat.
telah dilakukan, diantaranya : enzim glucose Fokus penelitian ini adalah studi
oxidase diimobilisasikan pada film chitosan karakterisasi nata de coco sebagai material
Jurnal ILMU DASAR Vol. 12 No. 2. 2011 : 200 – 209 201

pendukung reagen benedict pada sensor kimia kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC
berbasis reagen kering untuk menentukan sampai kering.
kadar glukosa dalam urine. Diabetes mellitus
merupakan suatu bentuk kelainan pada manusia Karakteristik sifat fisik dan morfologi
Uji kerapatan (density)dilakukan untuk mengetahui
yang terjadi, bila metabolisme tubuh tidak kerapatan masing-masing jenis nata de coco
dapat menangani dan mengubah kadar gula berdasarkan lama inkubasinya. Film kering nata de
dalam darah sehingga kadarnya dalam darah coco ditimbang, kemudian hasilnya dibagi dengan
dapat mencapai tingkat yang membahayakan, volume kering. Penentuan volume dilakukan dengan
tetapi tidak banyak di dalam sel-selnya dan ikut perkalian luas alas x tebal film nata de coco.
dikeluarkan melalui urine (Hans Diehl 1995). Analisis morfologi dilakukan untuk mengetahui
distribusi reagen benedict pada permukaan film nata
METODE de coco. Membran nata de coco dan yang telah
mengadsorpsi benedict akan dilihat struktur
permukaannya dengan menggunakan mikroskop
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia
elektron (SEM).
Analitik dan laboratorium Kimia Fisik Jurusan
Kimia FMIPA, serta Laboratorium Kimia dan
Biosensor Program Studi Farmasi Universitas Pembuatan larutan induk gula standar
Larutan gula induk 10000 ppm dibuat dengan
Jember.
melarutkan 5 g glukosa dengan akuades sampai tepat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
500 mL larutan.. Selanjutnya dari larutan induk
ini adalah air kelapa, gula pasir, (NH4)2SO4, asam
tersebut dibuat larutan standar dengan konsentrasi
asetat glasial, NaOH, Bakteri acetobacter xylynum
1000, 2000, 30000, 4000, dan 5000 ppm.
yang ditanamkan dalam yeast ekstract agar
diperoleh dari laboratorium mikrobiologi Jurusan
Biologi UNEJ. Larutan Benedict (Na sitrat, Na Preparasi reagent benedict
50 g natrium sitrat dan 86,5 g natrium karbonat
karbonat, tembaga sulfat), glukosa (pa).
dalam air hangat sebanyak 300 ml dan tembaga
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
sulfat sebanyak 8,65 g dilarutkan dalam 150 mL
adalah nampan plastik, blender, timbangan analitik,
akuades. Kedua larutan dicampur dalam labu ukur
hot plate, stirer magnetik, plat kaca, oven, SEM
500 mL ditepatkan dengan akuades sampai tanda
(Scanning Electron Micrograph), Stop watch,
batas.
spektrometer USB 2000 ”Ocean Optic”, pinset,
mikrometer, dan peralatan gelas.
Penentuan film nata-Benedict
Film nata-Benedict dibuat ukuran dan ketebalan
Pembuatan nata de coco
tertentu dicelupkan ke dalam larutan glukosa dengan
Media fermentasi dalam pembuatan nata de coco
konsentrasi tertentu dan kemudian dipanaskan
terdiri air kelapa sebanyak 1L dididihkan lalu
selama waktu yang dibutuhkan. Didiamkan sebentar
ditambahkan 6,7 gula pasir dan 5 g ammonium
kemudian diamati perubahan warna yang
sulfat. Setelah dingin pH media diatur sehingga
terjadi.Parameter menagmatan meliputi: parameter
mencapai 4 dengan menambahkan asam asetat
optimasi film nata-benedict, penentuan waktu
glasial, kemudian diinokulasi dengan starter. Air
respon film nata-benedict, waktu yang dibutuhkan
kelapa yang telah diinokulasi tersebut selanjutnya
mulai pemanasan sampai terjadi awal perubahan
dipindahkan ke wadah (nampan plastik) (Piluharto &
warna, penentuan volume campuran (nata-benedict)
Cynthia 2001). Wadah tersebut diinkubasi pada suhu
serta perubahan warna yang spesifik.
kamar dengan lama inkubasi 10 hari.
Karakterisasi film nata-benedict
Pemurnian nata de coco
Penentuan kosentrasi glukosa dari perubahan warna
Bentuk nata de coco hasil fermentasi adalah berupa
dilakukan denganpembuatan larutan gula standar
gel. Masing-masing gel yang terbentuk dalam masa
dengan konsentrasi 2000, 4000, 6000, 8000 dan
inkubasi tersebut dicuci dengan air mengalir selama
10000 ppm dari larutan gula 10000 ppm. Dari film
24 jam. Selanjutnya dicuci dengan NaOH 2% selama
nata-benedict dengan larutan standar dapat dibuat
1 jam pada suhu 80-90oC. Terakhir dicuci kembali
range kerja dengan mengamati perubahan warna
dengan air sampai pH netral.
yang terjadi. Kemudian diujikan untuk urine.
Penentuan lama penyimpanan dilakukan dengan
Preparasi membran nata de coco-benedict
menyimpan film nata-benedict dalam plastik
dengan metode adsorpsi
berperekat dan diberi penyerap udara dengan silika
Nata de coco yang telah dimurnikan dipres
gel dalam kemasan. Lamanya penyimpan ditentukan
hingga mempunyai ketebalan yang sama kemudian
dari pertama kali film nata-benedict disimpan
dipotong ukuran 1x2 cm. Membran nata de coco
dengan kondisi di atas, sampai diketahui film nata-
dimasukkan dalam larutan benedict dengan variasi
benedict sudah tidak layak digunakan lagi, dalam
waktu pencelupan 30, 45, dan 60 menit. Membran
arti sudah tidak bereaksi lagi dengan sampel.
202 Karakterisasi Film.............. (Dwi Indarti & Asnawati)

HASIL DAN PEMBAHASAN sehingga semua glukosa yang ada dalam


bentuk α akan diubah dalam bentuk β melalui
Karakterisasi film nata de coco enzim isomerase yang berada pada bakteri
Karakterisasi film nata de coco ini tentunya acetobacter xylinum.20 Perubahan pada bentuk
diawali dengan pembuatan film nata de coco β terjadi pada gugus OH pada atom C-1 ( ).
yaitu dengan mencampurkan air kelapa dan Reaksi dapat dilihat pada Gambar 1.
gula kemudian ditambahkan starter (bakteri Tahap berikutnya glukosa berikatan dengan
acetobacter xylinum dalam medium cair) glukosa yang lain melalui ikatan 1,4 β-
setelah melalui pendinginan pada suhu kamar. glikosida. Ikatan ini terjadi antara gugus OH
Setelah masa fermentasi selama 10 hari akan pada atom C-1 ( ) dari satu glukosa β dengan
terbentuk gel pada permukaan media cairnya. gugus OH pada atom C-4 ( ) dari glukosa β
Gel yang terbentuk ini disebut pellicle. Pada yang lain (Gambar 2).
penelitian ini digunakan masa inikubasi 10 Tahap terakhir adalah tahap polimerisasi
hari. yaitu pembentukan selulosa. Polimerisasi ini
Proses terbentuknya pellicle merupakan terjadi melalui enzim polimerisasi yang ada
rangkaian aktifitas bakteri acetobacter xylinum pada bakteri acetobacter xylinum. Secara fisik
dengan nutrien yang ada pada media cair. pembentukan selulosa adalah terbentuknya
Dalam penelitian ini nutrien yang mengandung pellicle. Dengan demikian ketebalan yang
glukosa adalah air kelapa dan gula pasir. Pada berbeda pada variasi waktu inkubasi berkaitan
gula pasir, glukosa terbentuk melalui reaksi proses polimerisasi oleh aktifitas bakteri yang
hidrolisis sukrosa dengan air. terus berlangsung. Reaksi polimerisasi tersebut
Glukosa yang berperan dalam pembentukan dapat dilihat pada Gambar 3.
selulosa adalah glukosa dalam bentuk β

CH2OH CH2OH
O isomerase O OH
OH OH
OH OH OH
α-Glukosa
OH β-Glukosa OH

Gambar 1. Reaksi glukosa dalam bentuk α diubah dalam bentuk β oleh enzim isomerase.

CH2OH
O OH
CH2OH CH2OH
O OH O OH OH
H2O CH2OH
OH OH O O
OH
OH OH
OH
OH OH
OH
OH

Gambar 2. Reaksi pembentukan disakarida dengan ikatan glikosida


Jurnal ILMU DASAR Vol. 12 No. 2. 2011 : 200 – 209 203

CH2OH
CH2OH O OH
O OH
OH
OH CH2OH
CH2OH O O
O O Polimerisasi OH
OH OH
OH CH2OH
OH O O
OH
OH OH

OH

selulosa
Gambar 3. Reaksi polimerisasi disakarida menjadi glukosa.

Gambar 4. SEM (Scanning Electron Micrograph) Penampang lintang film nata de coco.

Pada proses pemurnian dilakukan pencucian pada Gambar 4 yang merupakan penampang
dengan air dan perendaman dalam NaOH 2%. lintang film nata de coco.
Pemurnian ini bertujuan untuk menghilangkan Pada Gambar 4 tampak kontur pori (celah)
komponen-komponen non-selulosa dan sisa dari film yang cukup bersih yang
bakteri yang masih ada. Komponen-komponen memungkinkan sebagai tempat untuk
non-selulosa ini diperkirakan akan immobilisasi reagent benedict. Penampang
menghalangi ikatan hidrogen yang terjadi antar muka dari film nata de coco tampak pada
rantai molekul selulosa yang mengakibatkan Gambar 5. Berdasarkan Gambar tersebut
terhadap menurunnya kekuatan sifat mekanis tampak bahwa permukaan film tersebut rata
selulosa. dengan tanpa cacat. Dengan demikian dapat
Karakterisasi morfologi dari film nata de disimpulkan bahwa meskipun pori-pori film
coco yang akan digunakan untuk yang tidak cukup tampak dari permukaan tapi
mengimmobilisasi reagent Benedict dilakukan dapat dikatakan bahwa pori film tersebut
dengan menggunakan SEM, seperti tampak seragam.
204 Karakterisasi Film.............. (Dwi Indarti & Asnawati)

Gambar 5. SEM (Scanning Electron Micrograph) permukaan film nata de coco

Gambar 6. Film nata de coco-benedict hasil adsorpsi.

Gambar 7. SEM penampang lintang film nata de coco-benedict.


Jurnal ILMU DASAR Vol. 12 No. 2. 2011 : 200 – 209 205

Tabel 1. Pengaruh waktu. adsorpsi terhadap λ maks


No Waktu adsorpsi λ maks (nm) Intensitas
(menit)
1 15 590,41 123,8
2 30 590,41 122,1
3 45 590,41 114,2
4 60 590,41 112,0

Gambar 8. SEM penampang muka film nata de coco-benedict.

Karakterisasi film nata de coco-benedict mengadsorpsi reagen benedict cukup kecil


Pembuatan film nata de coco-benedict dibandingkan jumlah/volume reagen yang
dilakukan dengan mengimmobilisasikan reagen digunakan, sehingga sudah jenuh.
benedict dalam film nata de coco. Proses Karakterisasi morfologi film nata de coco-
immobilisasi yang dilakukan dengan metode benedict dengan menggunakan SEM (Scanning
adsorpsi. Film nata de coco-benedict hasil Electron Micrograph) ditunjukkan pada
immobilisasi teknik adsorpsi dengan Gambar 7 dan Gambar 8.
menggunakan variasi waktu adsorpsi Berdasarkan Gambar 7 dan 8 tersebut
(pencelupan) 15, 30, 45 dan 60 menit tampak tampak jelas adanya fisik antara film nata de
pada Gambar 6. Hasil visual film nata de coco- coco sebelum diimmobilisasi dengan benedict
benedict yang diperoleh tidak menunjukkan (4 dan 5) dan sesudahnya, yaitu pada
perbedaan yang cukup signifikan dari warna penampang muka (Gambar 8) adanya
film. serpihan-serpihan material di permukaan
Karakterisasi film nata de coco-benedict tersebut yang bisa dikatakan bahwa material
dengan variasi waktu adsorpsi setelah tersebut adalah benedict yang menempel di
direaksikan dengan larutan glukosa 1000 ppm permukaan film. Sedangkan dari penampang
menghasilkan panjang gelombang maksimal lintang juga menunjukkan adanya benedict di
yang sama meskipun intensitasnya berbeda. dalam pori nata de coco. Hal ini menunjukkan
Panjang gelombang yang sama ini dapat bahwa proses adsorpsi telah mampu
dianalogikan bahwa variasi waktu adsorpsi mengimmobilisasikan reagen di dalam matriks
yang digunakan tidak menunjukkan perbedaan. film nata de coco.
Hal ini diduga karena film nata de coco yang
206 Karakterisasi Film.............. (Dwi Indarti & Asnawati)

Hasil adsorpsi yang diperoleh perlu Penentuan kerapatan ini hanya dilakukan pada
diketahui sifat leachingnya yaitu bagaimana waktu adsorpsi 45 menit, sehingga hasil yang
kekuatan reagent benedict terimmobilisasi diperoleh tidak bisa dibandingkan dari variasi
dalam film nata de coco. Dari data yang waktu adsorpsi
diperoleh pada Tabel 2 yaitu dengan merendam
fim nata de coco benedict dalam 10 mL Karakterisasi film nata de coco-benedict
akuades selama 1 menit, tampak bahwa untuk sensor glukosa
terjadinya leaching cukup besar. Sensor glukosa ini digunakan pada konsentrasi
glukosa dari 1000 ppm sampai 5000 ppm.
Tabel. 2. Uji Leaching Film Nata De Coco- Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya
Benedict. perbedaan warna setelah bereaksi dengan
No Waktu A larutan [larutan]sisa glukosa.
adsorpsi rata-rata Kompleks Cu-sitrat di dalamnya terjadi
(menit) ikatan kovalen koordinasi yang menyebabkan
1 15 0,078 6,1099 ikatan antara Cu2+ dengan sitrat sangat kuat
2 30 0,066 4,8278 dan gugus sitrat mempunyai gugus yang besar
3 45 0,085 6,8425 yang mengakibatkan halangan steriknya besar
sehingga kompleks Cu-sitrat yang direaksikan
dengan glukosa mengalami reaksi transfer
Pada Tabel 2 tampak bahwa waktu adsorpsi elektron. Reaksi yang terjadi dapat di lihat pada
30 menit konsentrasi larutan sisa paling kecil. Gambar 9.
Hal ini menunjukkan bahwa leaching paling Jadi dalam reaksi reduksi oksidasi senyawa
kecil sehingga kekuatan immobilisasinya kompleks, antara reduktor dengan oksidator
paling besar. (antara nukleofil dengan logam pusat) tidak
Karakterisasi fisik lainnya untuk film nata harus bertemu secara langsung. Perubahan fisik
de coco adalah penentuan kerapatan. Hasil sebelum dan sesudah bereaksi dapat di lihat
kerapatan yang diperoleh adalah 0,21 g/cm3. pada Gambar 10.

CHO
H OH
2+ HO H
Cu + Cu2O + asam glukonat
H OH
H OH produk reduksi kecoklatan
CH2OH
glukosa
Gambar 9. Reaksi reduksi oksidasi glukosa dengan Cu2+.

(a) (b)

Gambar 10. Karakter fisik selulosa nata-Benedict sebelum (a) dan sesudah bereaksi dengan
glukosa (b).
Jurnal ILMU DASAR Vol. 12 No. 2. 2011 : 200 – 209 207

Tabel. 3. Variasi warna sensor terhadap panjang gelombang maksimum.


No Warna sensor glukosa λmax (nm) Intensitas
1 Kuning 590 1,20
2 jingga 655 4,73
3 Merah bata 530 2,50

1hari 2 hari 4 hari 5 hari 6 hari


Gambar 11. Penentuan waktu pakai sensor glukosa.

133.00
y = -0.001x + 131.68
132.00
R2 = 0.9895
131.00
Intensitas

130.00
129.00

128.00
127.00

126.00
0 1000 2000 3000 4000 5000
Gambar 4.16 Kurva kalibrasi
[Glukosa] metode
Standard (ppm)adsorpsi.

Gambar 12. Kurva kalibrasi glukosa dengan metode adsorpsi.

Warna yang dihasilkan dapat dikategorikan Karakterisasi yang digunakan adalah perubahan
menjadi tiga, yaitu kuning, jingga, dan merah warna setelah bereaksi dengan glukosa dengan
bata. Warna ini menunjukkan peningkatan pemanasan pada konsentrasi glukosa 1000
konsentrasi glukosa, dari konsentrasi rendah ke ppm.
tinggi. Pemisahan ini juga ditunjukkan dari Berdasarkan Gambar 11 tampak bahwa
penentuan panjang gelombang maksimum dari perubahan warna sensor tersebut relatif tetap
setiap perubahan warna. dari sehari sampai enam hari waktu
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel penyimpanan. Hal ini dapat dikatakan bahwa
3, untuk penentuan konsentrasi glukosa sampel sampai dengan waktu simpan enam hari film
dengan menggunakan spektrometer reflektan, nata de coco-benedict masih dapat digunakan
maka panjang gelombang yang digunakan untuk sensor glukosa.
adalah panjang gelombang maksimum warna
jingga. Klasifikasi warna yang dihasilkan Karakteristik sensor selulosa nata-benedict
tersebut lebih untuk analisa kualitatif, terhadap glukosa
sedangkan pengukuran dengan menggunakan Karakteristik sensor selulosa nata-Benedict
spektrometer untuk analisa secara kuantitatif. secara spektrofotometri dalam pengukurannya
Penentuan waktu pakai sensor glukosa ini terhadap glukosa ini meliputi linier range, limit
dilakukan sampai waktu enam hari. deteksi, sensitivitas, reprodusibilitas.
208 Karakterisasi Film.............. (Dwi Indarti & Asnawati)

Linier range Reprodusibilitas


Linier range ditentukan berdasarkan kurva Reprodusibilitas merupakan suatu metode
kalibrasi dengan memplotkan konsentrasi pengulangan yang dilakukan agar dihasilkan
glukosa standard dengan intensitasnya pada limit antar pengukuran sekecil mungkin atau
panjang gelombang maksimum serta kondisi data yang dihasilkan harus presisi. Diharapkan
optimumnya. Kurva kalibrasi ini dibuat pada hasil pengukuran memberikan nilai 95% setiap
konsentrasi glukosa standard antara 0-5000 satu kali pengulangan atau lebih yang berbeda.
ppm seperti terlihat pada Gambar 12. Reprodusibilitas yang dinyatakan dengan KV
Intensitas yang terukur pada kurva kalibrasi (Koefisien Variasi) menunjukkan tingkat
merupakan intensitas produk Cu2O, sesuai kesalahan pengukuran akibat pengulangan. KV
reaksi pada Gambar 9. hasil dari metode adsorpsi adalah 0,2013%
Gambar 12 menunjukkan bahwa intensitas yang berarti dalam 100x pengukuran dilakukan
selulosa nata-Benedict pada kondisi optimum kesalahan 0,2013 kali.
kedua metode diukur pada panjang gelombang
625,64 nm menurun sesuai dengan kenaikan Pengukuran sampel urin
konsentrasi glukosa. Hubungan linier ini Sampel urin yang digunakan diambil dari
menunjukkan bahwa konsentrasi berbanding Rumah Sakit Paru. Sampel diukur kadar
terbalik dengan intensitas sinyal produk yang glukosanya menggunakan sensor dalam kondisi
direfleksikan. Semakin tinggi konsentrasi optimum metode adsorpsi kemudian
glukosa maka semakin rendah intensitas yang dibandingkan dengan kadar glukosa dalam urin
direfleksikan karena produk Cu2O yang dengan reagen Nelson-Somogyi.
dihasilkan makin besar. Menurunnya intensitas
disebabkan sensor yang merefleksikan sinar Tabel 4 . Kadar glukosa dalam sampel urin.
dihalangi oleh terbentuknya endapan Cu2O. NO Adsorpsi (ppm) Reagen Nelson
Koefisien regresi berdasarkan Gambar 12. (ppm)
sebesar 0,9895 artinya ±99% perubahan 1 4964,29 5060,36
intensitas dipengaruhi oleh perubahan 2 4892,86 4967,50
konsentrasi glukosa standard, sedangkan ±1% 3 4857,14 4952,14
dipengaruhi faktor lain. 4 4750,00 4921,07
5 4571,43 4364,64
Limit Deteksi
Limit deteksi suatu metode pengukuran adalah Berdasarkan Tabel 4 dan hasil perhitungan
konsentrasi terkecil dari analit yang dapat dengan uji t sensor selulosa nata-Benedict
diukur oleh alat dengan baik. Semakin kecil metode adsorpsi yang dibandingkan dengan
konsentrasi yang bisa dideteksi maka semakin metode Nelson-Somogyi, diperoleh hasil t
baik karakteristik sensor tersebut. Berdasarkan hitung < t Tabel. Hal itu berarti Ho diterima,
kurva kalibrasi diperoleh limit deteksi metode yang menunjukkan bahwa pengukuran
adsorpsi pada daerah konsentrasi 0-5000 ppm menggunakan sensor selulosa nata-Benedict
adalah 780 ppm. Jadi konsentrasi terkecil yang bersesuaian (tidak ada perbedaan yang
bisa diukur oleh alat adalah 780 ppm. signifikan) dengan hasil pengukuran
menggunakan metode Nelson-Somogyi.
Sensitivitas
Sensitivitas merupakan rasio perubahan sinyal KESIMPULAN
tiap unit perubahan konsentrasi analit.
Sensitivitas sensor selulosa nata-Benedict ini Dari penelitian yang dilakukan dapat diperoleh
diperoleh berdasarkan slope dari kurva kesimpulan sebagai berikut: Hasil yang
kalibrasi dengan range 0-5000 ppm pada diperoleh dari karakterisasi morfologi (SEM)
Gambar 11. Sensitivitas metode adsorpsi menunjukkan bahwa reagen benedict
sebesar 0,001 artinya tiap satu satuan teradsorpsi pada film nata de coco meskipun
perubahan konsentrasi akan menghasilkan terjadi leaching 14,7% dengan lama pencelupan
perubahan intensitas sebesar 0,001. Semakin 5, konsentrasi Benedict optimum 0,2682 M dan
kecil harga sensitivitas berarti semakin sensitif lama pencelupan optimum 40 menit pada
metode itu. panjang gelombang maksimum 541,57 nm.
Hasil karakterisasi sensor selulosa nata-
Benedict terhadap glukosa: koefisien regresi
Jurnal ILMU DASAR Vol. 12 No. 2. 2011 : 200 – 209 209

sebesar 0,9895, limit deteksi sebesar 780 ppm, Mulyasuryani A & Srihardiastutie A. 2011.
sensitivitas sebesar 0,001, reprodusibilitas Conductimetric Biosensor for the Detection of
sebesar 0,2013% pada metode adsorpsi. Hasil Uric Acid by Immobilization Uricase on Nata de
pengukuran kadar gula sampel urin CocoMembrane-Pt Electrode. Analytical
Chemistry Insights. 6: 47–51.
menggunakan sensor metode adsorpsi Piluharto B. 2001. Kajian sifat fisik Film Tipis Nata
bersesuaian dengan data kadar gula De Coco Sebagai Membran Ultrafiltrasi
menggunakan reagen Nelson tetapi berbeda Shibazaki H. 1993, Bacterial Cellulose Membrane
signifikan dengan data kadar gula di darah. As Separation Medium, J. of Appied Polymer
Science. 50.
DAFTAR PUSTAKA Shirale DJ, Gade VK, Gaikwad PD, Savale PA,
Kharat HJ, Kakde KP, Pathan AJ & Shirsat MD.
David JH, Peck & Helena. 1998. Analitycal 2006. Studies of immobilized glucose oxidase
Biochemistry. Thirt edition, logman, New York. on galvanostatically synthesized poly(N-
Eggins, BR. 1997. Biosensor : An Intruduction. New methylpyrrole) film with PVS-NaNO3
York : John Wiley and Sons. composite dopant. Int. J. Electrochem. Sci. 1:
Gaikwad PD, Shirale DJ, Gade VK, Savale PA, 62-70.
Kharat HJ, Kakde KP & Shirsat MD. 2006. Soln R, Dockb E, Christenson A, Winther-Nielsen
Immobilization of GOD on Electrochemically M, Carlssond C, Emn´eus J, Ruzgas T. Skl´adal
Synthesized PANI Film by Cross-linking via P. 2005. Amperometric screen-printed biosensor
Glutaraldehyde for Determination of Glucose. arrays with co-immobilised oxidoreductases and
Int. J. Electrochem. Sci.1: 425-434. cholinesterases. Anal. Chim. Acta. 528: 9–19.
Hans Diehl. 1995. Waspadai Diabetes Mellitus, Tanabe T, Hamasaki K & Ueno A. 2001.
Kolesterol, Hipertensi. Indasia Publishing House Immobilized Fluorescent Cyclodexteri on a
Bandung. Cellulose Membrane as a Chemosensor for
Iguchi M. 2000. Review Bacterial Cellulose-A Molecule detection. Anal. Chem. 73 : 3126-
Masterpiece of Nature’s Arts. J. Material 3130.
Science. 35. Wang HJ, Zhou CM, Peng F & Yu H. 2007 Glucose
Kiso Y, Kitao T, Nishimura K. 1999. Adsorption biosensor based on platinum nanoparticles
properties of cyclic compound on cellulose supported sulfonated-carbon nanotubes modified
acetate. J Appl Polym Sci. 71: 1657-1663. glassy carbon electrode. Int. J. Electrochem.
Kuswandi B & Naranaswamy R 1999. Capillarry Sci.2: 508 – 516.
Optode: Determination of Mercury (II) in Wang X, Ke-Xue Z & Hui-Ming Z. 2011.
Aqeous Solution. Analytical Letter. Immobilization of Glucose Oxidase in Alginate-
Kuswandi B & Naranaswamy R. 1999. Solid State Chitosan Microcapsules. Int. J. Mol. Sci. 12:
Reagen Base on Immobilised Thiazolylazo Dyes 3042-3045
of Optical Toxid Metal Ions Sensing in Flow Zhu J, Zhu Z, Lai Z, Wang R, Guo X, Wu X,.Zhang
System, Eurosensors. 5A2. G, Zhang Z, Wang Y & Chen Z. 2002. Planar
Lehninger, 1997, Dasar-dasar Biokimia, Jilid I, Amperometric Glucose Sensor Based on
terjemahan Aloysius, Erlangga, Jakarta. Glucose Oxidase Immobilized by Chitosan Film
on Prussian Blue Layer. Sensors. 2: 127-136.

Anda mungkin juga menyukai