Anda di halaman 1dari 10

Tata Kelola dan Akuntabilitas Etis Korporat

Randi Maipan 1620532024

Syafrul Antoni 1620532028

Magister Akuntansi

Universitas Andalas

2016
1. Pendahuluan
Pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya menaruh harapan
besar terhadap bisnis, direksi, eksekutif, dan akuntan profesional tentang apa yang
dikerjakan dan bagaimana cara mereka melakukannya. Pada saat yang sama,
lingkungan tempat bisnis beroperasi semakin kompleks sehingga hal tersebut menjadi
tantangan etika bagi mereka. Jika mereka sampai melakukan tindakan yang
melanggar etika, maka hal tersebut dapat menimbulkan risiko yang besar dan akan
berpengaruh buruk bagi reputasi dan pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Jadi, sangat dibutuhkan sistem tata kelola perusahaan yang menyediakan
aturan serta akuntabilitas yang tepat untuk kepentingan pemegang saham dan semua
pemangku kepentingan lainnya.

Kerangka Tata Kelola dan Akuntabilitas Modern untuk Pemegang Saham dan
Para Pemangku Kepentingan Lainnya.

Ekspektasi Baru – Kerangka Kerja untuk Mengembalikan Kredibilitas


Kasus pelanggaran etika yang berujung pada kegagalan bisnis, audit, dan tata
kelola perusahaan berskala besar seperti Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom
telah mengakibatkan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan-perusahaan
di Amerika. Hal ini merupakan suatu bencana besar di lingkungan bisnis, dan telah
menjadi pemicu harapan baru dalam tata kelola dan akuntabilitas perusahaan.
Menyikapi hal tersebut, para politisi Amerika menciptakan kerangka tata kelola dan
akuntabilitas baru yang dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act (SOX) yang bertujuan
untuk memulihkan kembali kepercayaan investor dan memfokuskan kembali tata
kelola perusahaan pada tanggung jawab direksi terhadap kewajiban fidusia mereka,
yakni tanggung jawab terhadap kepentingan pemegang saham dan para pemangku
kepentingan lainnya.

Akuntabilitas kepada Pemegang Saham atau Pemangku Kepentingan


Enron, Arthur, dan WorldCom menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan
dirancang untuk mendukung eksekutif, direksi dan beberapa pemegang saham yang
sebenarnya tidak selalu berpihak kepada pemegang saham saat ini yang menginginkan
sukses jangka panjang, seperti pensiunan, karyawan, dan lain sebagainya.
Reformasi SOX dirancang untuk memfokuskan kembali model tata kelola
pada tanggungjawab direksi pada tugas fidusia mereka yang lampaui kepentingan
mereka sendiri dibandingkan dengan kepentingan pemegang saham secara
keseluruhan.

Secara de facto mereka menyadari bahwa mereka bertanggungjawab kepada


seluruh pemangku kepentingan dan mungkin yang paling penting pada dasarnya,
tetapi mereka tidak lagi hanya kelompok pemangku kepentingan yang
kepentingannya seharusnya mempengaruhi tindakan perusahaan.

Untuk meminimalisir reaksi pemangku kepentingan yang membahayakan dan


mengoptimalkan peluang dimasa yang akan datang, perusahaan harus menilai
bagaimana tindakan mereka berpengaruh terhadap kepentingan kelompok pemangku
kepentingan mereka yang penting.

Dalam proses tata kelola, dewan direksi harus mempertimbangkan semua


kepentingan pemangku kepentingan dan memastikan bahwa mereka dibangun dlaam
visi, misi, strategi, kebjikan, kode etik, praktik,sesuai mekanisme, dan pengaturan
umpan balik. Jika ini gagal dilakukan, tindakan perusahaan mungkin gagal untuk
memertimbangkan kepentingan yang penting, dan perusahaan dapat kehilangan
dukungan dari satu lebih kelompok pemangku kepentingan.

Selain itu, peran auditor internal perusahaan adalah untuk menilai apakah
kebijakan perusahaan telah bersifat komprehensif dan terus ditaati. Selain unsur,
SAOG modern haruslah berupa Ethics Officer (EO) yang mengawasi budaya etika
dan berfungsi sebagai orang kepada siapa orang mengungkapkan rahasia.

Mengidentifikasi Nilai-nilai organisasi – Landasan Perilaku


Kerangka kerja baru untuk akuntabilitas didasarkan pada keinginan
menanggapi kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya,
kerangka kerja tata modern harus mengarahkan personel perusahaan untuk
mengintegrasikan kepentingan-kepentingan mereka kedalam strategi, perencanaan,
dan pengambilan keputusan .
Masyarakat tidak hanya memiliki harapan, tentang apa yang dilakukan, tetapi
juga pada bagaimana hal itu berlangsung. Akibatnya, menemukan apakah
kepentingan tersebut adalah kepentingan yang paling penting.

Pada dasarnya, apa yang perlu dilakukan adalah mengeksplorasi kepentingan


pemangku kepentingan dan harapan bagi organisasi, sehingga sikap hormat ini dapat
dibangun kedalam nilai nilai yang mengendalikan perilaku.

Mekanisme Pedoman – Budaya Etis dan Kode Etik


Nilai nilai yang ingin ditanamkan oleh direktur sebuah perusahaan dalam
rangka memotivasi keyakinan dan tindakan personel perlu disampaikan untuk
memberikan bimbingan yang diperlukan. Biasanya bimbingan tersebut berbentuk
kode etik yang menyatakan nilai-nilai yang dipilih, prinsip prinsip yang mengalir dari
nilai dan peraturan peraturan yang harus diikuti untuk memastikan bahwa nilai nilai
yang sesuai telah dihormati.

Sayangnya kode etik yang berdiri sendiri mungkin tidak lebih dari seni etis yang
mengantung di dinding, tetapi jarang dipelajari atau diikuti. Pengalaman
membuktikan bahwa untuk menjadi efektif, kode (etik) harus diperkuat oleh budaya
etika yang komprehensif.

Ancaman Terhadap Tata Kelola yang Baik dan Akuntabilitas

Kesalahpahaman Tujuan dan Tugas Fidusia


Banyak direksi dan karyawan Enron jelas percaya bahwa tujuan perusahaan telah
menjadi yang paling diuntungkan oleh tindakan yang membawa keuntungan jangka
pendek:
1. Melalui ketidakjujuran etika
2. Semua itu merupakan transaksi SPE
3. Memberikan keuntungan untuk diri sendiri dengan mengorbankan pemangku
kepentingan lainnya

Sering kali karyawan tergoda untuk mengambil jalan pintas etika, dan mereka
melakukannya karena mereka percaya bahwa manajemen puncak mereka
menginginkannya, mereka diperintahkan untuk melakukannya, atau mereka didorong
untuk melakukannya dengan program insentif sesaat atau dapat dimanipulasi.
Kegagalan untuk Mengidentifikasi dan Mengelola Risiko
Biasanya, ada pemeriksaan yang dirancang untuk melindungi aset oleh auditor
internal yang juga akan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan. Auditor eksternal
memeriksa laporan keuangan dan melihat bahwa kontrol internal telah ditetapkan dan
akan memastikan laporan keuangan yang akurat. Namun, mengingat Enron,
WorldCom, dan bencana baru lainnya, kedua jenis auditor sekarang diharapkan untuk
menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencari kegiatan yang mencurigakan
dimana ada niat untuk menipu.

Hanya dalam segelintir perusahaan telah ada proses yang sistematis tahunan
yang dirancang untuk memfokuskan perhatian direksi, eksekutif, dan penasehat pada
bidang-bidang dimana tindakan perusahaan mungkin tidak memenuhi harapan
pemangku kepentingan

Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan terjadi ketika penilaian indepenpen atau pengambilan
keputusan seseorang goyah atau ada kemungkinan goyah karena adanya
kepentingan lain yang bergantung pada penilaian tersebut. Sumber utama konflik
kepentingan adalah hubungan dan keluarga dan kepentingan ekonomi.

Penyebab konflik kepentingan:


a. Penilaian yang terombang ambing
b. Kepentingan pribadi
c. Kecurangan
d. Kesalahpahaman
e. Slippery slope

Manajemen untuk Menghindari dan Meminimalkan Konsekuensi


Untuk memperbaiki keprihatinan atas konflik kepentingan, tiga pendekatan
umum harus dipertimbangkan yaitu: penghindaran, pengungkapan atas pemangku
kepentingan yang mengandalkan keputusan, manajemen konflik kepentingan
sehingga manfaat dari penilaian yang dibuat dapat lebih besar dari biaya.
Teori Agensi, Etika, dan Sears
Menurut teori agensi, pemegang saham berharap dan ingin para manajer dan
pada gilirannya karyawan nonmanajerial, akan berperilaku sesuai dengan tujuannya
yang ditetapkan oleh perusahaan.

Tembok Cina/Firewall
Tembok cina tersebut tidak nyata dalam arti tiga dimensi, tetapi merujuk kepada
sekumpulan tindakan multidimensi seperti:
a. Instruksi untuk menjaga reformasi rahasia
b. Instruksi untuk tidak membaca, mendengarkan, atau bertindak berdasarkan tipe
tipe tertentu dari informasi
c. Program pendidikan dan bantuan oleh manajemen puncak
d. Pengawasan dan prosedur penandatanganan kepatuhan
e. Pemeriksaan insider
f. Hambatan fisik untuk transmisi infromasi
g. Penunjukan pejabat kepatuhan (compliance officer) yang akan memantau
efektivitas tembok
h. Sanksi disiplin karena pelanggaran terhadap tembok

Ahli Forensik dan Bukti: 20/60/20 Rule


Akuntan professional aharus mempertimbangkan apakah konflik kepentingan
telah menyebabkan pelanggaran serius terhadap tugas, suatu perbuatan curang, atau
kerugian yang harus dipulihkan berdasarkan polis asuransi. Dalam hal demikian,
seorang ahli investigasi dan forensik dapat dipanggil jika personel perusahaan yang
ada akan meemtik manfaat bantuan mereka. Para ahli ini akan menggunakan teknik
yang sesuai dengan pemahaman tentang situasi.

Teori GONE: Mengidentifikasi situasi Berpotensi Bahaya dan Kemungkinan


Pelaku
Ahli forensik menunjukkan bahwa dalam kebanyakan kasus penipuan atau
perilaku opotunistik, mereka dapat mulai mengidentifikasi calon pelaku melalui teori
GONE.
GONE:

G: Keserakahan
O: Kesempatan untuk mengambil keuntungan
N: Perlu untuk apapun yang diambil
E: Harapan Tertangkap yang Rendah

Tugas Tergantung pada Peran Seseorang


Meskipun analisis konflik kepentingan telah difokuskan pada individu, perlu
dicatat bahwa analisis tersebut berlaku sama pada kelompok dalam sebuah
perusahaan, organisasi, atau profesi, tetapi baik sebagai individu atau kelompok
individu, seringkali sebuah peranan diambil, dan oleh karena itu tugas yang diambil
alih dan diharapkan oleh mereka yang mengandalkan tindakan yang akan diambil,
adalah yang mendefinisikan sifat konflik kepentingan.

Elemen Kunci Tata Kelola Perusahaan dan Akuntabilitas

Mengembangkan, Melaksanakan, dan Mengelola Budaya Etis Perusahaan


Para direktur, Pemilik, dan Manajemen senior berada dalam proses menyadari
bahwa mereka dan karyawan mereka perlu memahami bahwa (1) organisasi mereka
akan bijaksana bila mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan, bukan
hanya pemegang saham, dan bahwa (2) nilai-nilai etika yang tepat harus
mempertimbangkan ketika keputusan dibuat. Oleh karena, organisasi, professional,
dan nilai-nilai pribadi memberikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan,
sangat penting bahwa organisasi menciptakan lingkungan budaya dimana nilai-nilai
bersama yang diciptakan, dipahami, dibina, dan dilakukan oleh semua pihak yang
terkait.

Seperti Edgar Schein, percaya bahwa mengembangkan nilai-nilai yang benar


bersama dalam sebuah organisasi, dan komitmen atas mereka, dapat membawa
banyak manfaat. Dia mengambil pandangan bahwa budaya organisasi merupakan
kerangka kerja kognitif, yang terdiri dari sikap, nilai, norma perilaku, dan harapan
bersama oleh anggota organisasi.

Para peneliti melanjutkan untuk mengevaluasi efektivitas dampak dari orientasi


pada beberapa dimensi dengan memberikan lebih dari 10.000 karyawan survei dipilih
secara acak di enam perusahaan besar Amerika dari berbagai industri. Tujuh dimensi
yang dampaknya dievaluasi adalah:
a. Perilaku tidak etis/ilegal
b. Kesadaran karyawan akan isu etis yang timbul ditempat kerja
c. Mencari saran etika/kepatuhan dalam perusahaan
d. Menyampaikan kabar buruk kepada manajemen
e. Etika/pelanggaran kepatuhan dilaporkan dalam organisasi
f. Pengambilan keputusan yang lebih baik dalam perusahaan karena adanya program
etika/kepatuhan
g. Komitmen karyawan terhadap organisasi

Kode Etik Perusahaan


Kode etik dalam tingkah laku bisnis di perusahaan merupakan implementasi
salah satu prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Kode etik dapat didefinisikan
sebagai mekanisme struktural perusahaan yang digunakan sebagai tanda komitmen
mereka terhadap prinsip-prinsip etika. Mekanisme tersebut dipandang sebagai suatu
cara yang efektif untuk mendukung kebiasaan etika dalam menjalankan bisnis. Kode
etik menuntut karyawan dan pimpinan perusahaan untuk melakukan praktik-praktik
etika bisnis terbaik dalam semua hal yang dilakukan atas nama perusahaan. Jika
prinsip tersebut telah mengakar di dalam budaya perusahaan, maka seluruh karyawan
dan pimpinan perusahaan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi mana
yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam aktivitas bisnis perusahaan.
Pelanggaran kode etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat dikategorikan
sebagai pelanggaran hukum.

Etika Kepemimpinan
Salah satu unsur penting dari tata kelola dan akuntabilitas perusahaan adalah
“tone at the top” dan peran pimpinan dalam membangun, membina, melaksanakan,
dan memantau budaya perusahaan yang diharapkan. Jika para pemimpin senior atau
junior hanya bersuara untuk menyatakan nilai-nilai yang diinginkan di dalam
perusahaan, maka karyawan akan mempertimbangkan hal tersebut sebagai suatu yang
tidak patut diperhatikan. Meskipun budaya formal organisasi menetapkan nilai
tersebut, namun jika tidak didukung oleh budaya informal maka hal tersebut hanya
akan diangap sebagai suatu ocehan atau istilah lainnya “window dressing”.
Kewajiban Direktur dan Pejabat
Tata kelola etika dan akuntabilitas perusahaan bukan hanya sekedar bisnis
yang bagus, namun merupakan suatu hukum. SOX Seksi 404 mengharuskan
perusahaan meneliti efektivitas sistem pengendalian internal mereka terkait dengan
pelaporan keuangan. CEO, CFO, dan auditor harus melaporkan dan menyatakan
efektivitas tersebut. Pendekatan COSO terkait dengan sistem pengendalian internal
menjelaskan bagaimana cara suatu perusahaan mencapai tujuannnya melalui 4
dimensi, yaitu strategi, operasi, pelaporan, dan kepatuhan. Melalui 4 dimensi tersebut,
kerangka manajemen etika melibatkan 8 unsur yang saling terkait mengenai cara
manajemen menjalankan perusahaan dan bagaimana mereka terintegrasi dengan
proses manajemen yang meliputi lingkungan internal, penetapan tujuan, identifikasi
kejadian, penilaian risiko, tanggapan terhadap risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, dan pemantauan (monitoring).
Etika dan budaya etis perusahaan memainkan peran penting dalam penetapan
pengendalian lingkungan, dan juga dalam menciptakan manajemen risiko etika yang
efektif yang berorientasi pada sistem pengendalian internal dan perilaku yang
dihasilkan. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menentukan “tone at the top”, kode
etik, kepedulian pegawai, tekanan untuk memperoleh tujuan yang tidak realistis,
kesediaan manajemen untuk mengabaikan pengendalian, kepatuhan dalam penilaian
kinerja, pemantauan terhadap efektivitas pengendalian internal, program “whistle-
blowing”, dan tindakan perbaikan dalam menanggapi pelanggaran kode etik.

Acuan Akuntabilitas Publik


Salah satu perkembangan terkini yang perlu dipertimbangkan oleh dewan
direksi dan manajemen ketika mengembangkan nilai-nilai, kebijakan, dan prinsip-
prinsip yang mendasari budaya perusahaan dan tindakan karyawan mereka adalah
gelombang baru dalam pengawasan pemangku kepentingan dan kebutuhan untuk
transparansi dan akuntabilitas publik. Jika direksi mampu mengenali dan
mempersiapkan perusahaan mereka di era baru dimana akan berhadapan dengan
akuntabilitas para pemangku kepentingan yang efektif dan juga sistem tata kelola
yang beretika, mereka tidak hanya akan mengurangi risiko, tapi juga akan
menghasilkan keuntungan kompetitif dari perlanggan, karyawan, mitra, lingkungan,
dan para stakeholder lainnya yang tentunya menarik bagi pemegang saham. Intinya,
direksi, eksekutif, dan akuntan profesional harus fokus sepenuhnya terhadap
pengembangan dan pemeliharaan budaya integritas jika mereka ingin memuaskan
harapan seluruh pemangku kepentingannya

2. Daftar Pustaka
Leonard J. Brooks, Paul Dunn.(2008). Etika Bisnis dan Profesi Untuk Direktur,
Eksekutif, dan Akuntan. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai