Anda di halaman 1dari 37

KI

1. Otot wajah

2. Ekspresi wajah
3. Mekanisme
4. Sumber energi
LO
1. Anatomii cranium dan coli
a. Tulang
b. Otot
c. Saraf
2. Fisiologi
a. Komunikasi sel
b. Potensial aksi
c. Kontraksi otot
3. Metabolisme (sumber energi )
4. Histologi
a. Tulang
b. Otot
5. Otot bersiul dan bels palsy
1. Anatomi cranium dan coli
a. Tulang
1. Cranium
Cranium terdiri atas dua bagian yaitu :
A. Neurocranium
- Calvaria (atap tengkorak)
- Basis cranii (dasar tengkorak)
B. Splanco-Cranium
A. Neurocranium
1. Calvaria
 Calvarium terdiri atas dua tulang lapisan padat yang dipisahkan oleh tulang yang
berongga yang disebut diploe
 Clavarium terdiri atas os frontale, os occipatale, os temporale, os parietale, dan os
spheenoidale
 Identifikasi struktur :
1. Tersusun atas sutura
- Sutura Coronalis (Frontal-Parietal)
- Sutura Sagitalis (Parietal-parietal)
- Sutura Squamosa (Temporal-Parietal)
- Sutura Lambdoidea (Oksipital-Parietal)
2. Titik pertemuan
- Bregma (Pertemuan frontal dan 2 parietal)
- Lambda (Pertemuan Oksiput dan 2 parietal)
- Fontanella mayor (Bregma pada bayi)
- Fontanella Minor (Lambda pada bayi)

2. Basis Cranii
Basis Cranii dibagi menjadi dua :
1. Basis Cranii interna
- Fosaa cranii anterior
- Fossa cranii media
- Fossa crani posterior
2. Basis Crani Externa
1. Basis Cranii interna
Basis Crani interna Tulang penyusun Foramina
Fossa cranii anterior - pars orbitalis os frontalis - pars cribiformis nervus
- Ala minor os splenoidale olfactorius
- pars cribiformis os - Canalis opticus nervus
etmoidale opticus
Fossa cranii media - ala mayor os splenoidale - foramina orbitalis superior
- os temporal - foramina rotundum
- foramina ovale
- formaina spinosom
- foramina lacerum
Fossa cranii posterior -os occipitale - foramina magnum
- os temporale pars temprosa - meatus accusticus internus
- foramina jugularis
- Canallis hypoglosus

Isi nervus dari Foramen dan Fissura Basis Cranii interior


Foramen/Fissura Isi
For. Cribosa N. I
Canalis Opticus N. II
Fiss. Orbitalis Sup. N. III, IV, V/1, VI
For. Rotundum N. V/2
For. Ovale N. V/3
For. Spinosum N. meningeus, A. Meningea media
For. Lacerum A. Carotis Internus, N. petrosus
Meatus Acusticus Internus N. VII, VIII
For. Jugulare N. IX, X, XI
Canalis Hypoglosi N. XII
Foramen Magnum Medulla oblongata

2. Basis Cranii externa


a.
Tulang:
- Temporal, Palatinum, Sphenoidalis (ala mayor), Occipital
b. Foramina
For. Stylomastoid N. VII
Canalis Caroticus A. Carotis Internus
For. Incisivum N. Nasopalatinus
For. Palatinum majus N. Palatinus majus
For. Palatinum minus N. Palatinus minores
Fiss. Orbitalis Inferior N. Infraorbitalis, N. Zygomaticus

c. Struktur Khusus
- Fossa Mandibularis
- Proc. Mastoideus
- Condylus Occipitalis
B. Splancho-Cranium

1. Tulang :
Frontal, Nasal, Zygomaticus, Maxillaris, Sphenoidalis, Ethmoidalis, Lacrimalis, Vomer,
Mandibulae, palatinum
2. Sutura:
Sphenofrontalis, Frontolacrimalis, nasomaxillaris, sphenozygomatica, Zygomaticomaxillaris,
intermaxillaris, internasalis
3. Struktur khusus:
- Cavum Orbita
- Fissura orbilaris Superior et Inferior
- Sphenoidalis ala major et minor
- Cavum nasi
- Concha nasalis Superior, medius, inferior
- Fossa temporalis
- Sinus Frontalis, Maxilla, Ethmoid, Sphenoid
 Anatomi tulang Coli
a. Vertebrae Cervicalis

 C1 ATLAS

 C2 AXIS
 C3 – C7

1. Tulang Hyoid

2. Tulang-tulangRawan
KartilagoTyroidea

KartilagoCricoidea

b. Otot facei dan coli


 Kulit Kepala
SCALP
Skin - Connective tissues – Aponeurosis – Loose Areolar Tissue – Pericranium
 Musculus Regio Facei
Otot – otot ekspresi wajah :
a. Otot pada Dahi, Parietal, Pelipis
1. M. Occipitofrontalis
2. M. Temporoparietalis
3. M. Auricularis Anterior
4. M. Aurikcuaris Superior
5. M. Auricularis Posterior
b. Kelopak Mata
1. M. Orbicullaris Oculli
2. M. Depressor Supercilii
3. M. Corrugator Supercilli
4. M. Procerus
c. Otot - Otot Hidung
1. M. Nasalis
2. M. Depressor Septi Nasi
d. Otot – Otot Mulut
1. M. Orbicularis Oris
2. M. Buccinator
3. M. Depressor Labii Inferioris
4. M. Levator Labii Superioris
5. M. Mentalis
6. M. Transversus Menti
7. M. Depresor Anguli Oris
8. M. Risorius
9. M. Levator Anguli Oris
10. M. Zygomaticus Major
11. M. Zygomaticus Minor
12. M. Levator Labii Superioris Alaque Nasi
Otot otot leher :
Muskulus
Superficialis Platysma, Sternocleidomastoideus,
Trapezius
Suprahyoid Digastricus, Mylohyoid, Stylohyoid,
Geniohyoid
Infrahyoid Sternohyoid, Sternothyroid, Thyrohyoid,
Omohyoid

C. Saraf
Dua belas pasang nervus cranialis adalah bagian systema nervosum periphericum/sistem
saraf tepi (SST) dan melewati foramina atau fissura pada cavitas cranii.Semua nervus kecuali
satu, nervus accessorius [XI] berasal dari encephalon.
Selain itu, nervi craniales merniliki komponen somaticae dan viscerales yang serupa
dengan nervi spinales, dan beberapa di antaranya juga berisi komponen sensorium dan
motorium khusus (Tabel 8.4, 8.5).

Komponen sensorium khusus/special sensory terkait dengan pendengaran, penglihatan,


penghidu, keseimbangan, dan pengecapan. Komponen motorium khusus/special motor
meliputi nervi yang mempersarafi musculi skeletale yang secara embryologis berasal dari
mesoderma branchiomericum/arcus pharynx dan bukan berasal dari mesoderma somaticum.
Dalam embryologi manusia, terbentuk enam arcus pharynx/ mesoderma branchiomericum,
tetapi arcus kelima tidak pernah berkembang. Setiap arcus yang berkembang terkait dengan
perkembangan nervus cranialis atau salah satu cabangnya. Nervi craniales ini membawa
serabut efferentes yang mempersarafi musculature skeletale yang berasal dari mesoderma
branchiomericum. Persarafan musculature yang berasal dari lima arcus yang berkembang
adalah sebagai berikut: n farcus primi—nervus trigeminus[V3], n arcus secundi—nervus
facialis [VII], n arcus tertii—nervus glossopharyngeus [IX], n arcus quarti—ramus laryngeus
superior nervus vagus [X], n arcus sexti—ramus laryngeus recurrens nervus vagus [X].
1.1 Nevus olfactorius [I]
Nevus olfactorius [I] membawa serabut-serabut afferentes khusus/special afferent (SA)
untuk penghidu. Neuron sensoriusnya memiliki: n processus peripheralis yang berperan
sebagai reseptor olfactorii pada mucosa cavitas nasi, dan n processus centralis yang
mengembalikan informasi ke encephalon. Reseptor-reseptor berada pada atap dan bagian
superior cavitas nasi dan processus centralis, setelah bergabung menjadi fasciculi kecil,
memasuki cavitas crabii dengan melewati lamina cribosa tulang ethmoidale (Gambar 8.33).
Fasciculi ini berakhir dengan bersinaps pada neuron sekunder di sekunder di bulbus
olfactorius (Gambar 8.34).
1.2 Nervus opticus [II]
Nervus opticus [II] membawa serabut-serabut SA untuk penglihatan. Serabut-serabut ini
mengembalikan informasi ke encephalon dari fotoreseptor pada retina. Processus neuronal
meninggalkan reseptor retina, bergabung menjadi fasciculi kecil, dan dibawa oleh nervus
opticus menuju komponen-komponen lain systema visuale padaencephalon. Nervus opticus
memasuki cavitas cranii melalui canalis opticus (Gambar 8. 33)
1.3 Nervus oculomotorius [III]
Nervus oculomotorius [III] membawa dua tipe serabut :
 Serabut-serabut efferentes somaticae umum/general somatic efferents (GSE) yang
sebagianbesarmempersarafi musculus extraoculare.
 Serabut-serabut efferentes viscerales umum/general visceralefferents (GVE) yang
sebagianbesarmempersarafiparashympatica divisi autonomica SST.
Nervus oculomotorius [III] meninggalkan facies anterior truncus encephali di antara
mesencephalon/otak tengah dan pons (Gambar 8.34). Nervus ini memasuki tepi anterior
tentorium cerebelli, berlanjut dalam arah anterior pada dinding lateral sinus cavernosus
(Gambar 8.33, 8.34: lihat juga Gambar 8.32). Dan meninggalkan cavitas cranii melalui
fissura orbitalis superior. Pada orbita, serabut-serabut GSE pada nervus oculomotorius
mempersarafi musculi levator palpebrae superioris, rectus superior, rectus inferior, rectus
medialis, dan obliquus inferior. Serabut-serabut GVE adalah serabut-serabut
parasympathicum preganglionares yang bersinaps pada ganglion ciliaris dan akhirnya
mempersarafi musculus sphincter pupillae, yang bertanggung jawab untuk konstriksi pupil,
dan musculi ciliaris, yang bertanggung jawab untuk akomodasi lensa untuk penglihatan dekat
(Tabel 8.6)
1.4 Nervus trochlearis [IV]
Nervus trochlearis [IV] adalah nervus cranialis yang membawa serabut-serabut GSE
untuk mempersarafi musculus obliquus superior, suatu musculus extraoculare pada orbita.
Nervus ini berawal di mesencephalon dan merupakan satu-satunya nervus cranialis yang
keluar dari permukaan posterior truncus encephali (Gambar 8.34). Setelah membelok di
sekitar mesencephalon, nervus ini memasuki permukaan inferior tepi bebas tentorium
cerebelli, berlanjut ke anterior pada dinding lateral sinus cavernosus (Gambar 8.33. 8.34: lihat
juga Gambar 8.32), dan memasuki orbita melalui fissura orbitalis superior.
1.5 Nervus trigeminus [V]
Nervus trigeminus [V] adalah nervus sensorius utama regio capitis, dan juga
mempersarafi musculi yang menggerakkan rahangbawah. Nervus ini membawa serabut-
serabut afferentes somaticae umum/general somatic afferent (GSA) dan branchial efferent
(BE).
 Serabut-serabut GSA membawa input/masukan sensorium dari regio facialis, bagian
sepertiga anterior scalp, membrana mucosa cavitas nasi dan cavitas oris dan sinus
paranasales, nasopharynx, bagian auris dan meatus acusticus externus, bagian
membrana tympani, isi orbita dan conjunctiva, dura mater pada fossa cranii anterior
dan media, dan kemungkinan cellulae mastoidea.
 Serabut-serabut BE mempersarafi musculi masticatores, tensor tympani, tensor veli
palatini. mylohyoid, dan digastricus venter anterior.
Nervus trigeminus keluar dari permukaan anterolateral pons sebagai radix sensoria besar
dan radix motoria yang kecil (Gambar 8.34). Fila radicularia ini berlanjut ke depan, keluar
dari fossa cranii posterior dan masuk ke fossa cranii media dengan melintas di atas ujung
medial pars petrosa tulang temporale (Gambar 8.33).
Pada fossa cranii media radix sensoria meluas ke dalam ganglion trigeminale (Gambar 8.
33). Yang berisi soma neuron untuk neuron sensorius pada nervus trigeminus dan setara
dengan ganglion spinalis. Ganglion berada pada cekungan (impressio trigeminalis) pada
facies anterior partis petrosae tulang temporale dalam suatu cavum durale (cavum
trigeminale). Radix motoria berada di bawah dan terpisah sempurna dari radix sensoria pada
titik ini.
Tiga divisi terminal dari nervus trigeminus keluar dari tepi anterior ganglion trigeminale,
dengan urutan dari atas ke bawah adalah:
 nervus ophthalmicus (divisi ophthalmicus [V1],
 nervus maxillaris (divisi maxillaris [V2], dan
 nervus mandibularis (divisi mandibularis [V3].

1.5.1 Nervus ophthalmicus [V1]


Nervus ophthalmcus [V1] melintas ke depan pada dura dinding lateral sinus
cavernosus (lihat Gambar 8.32), meninggalkan cavitas cranii, dan memasuki orbita
melalui fissura orbitalis superior. Nervus ophthalmicus [V1] membawa cabang-cabang
sensorium dari oculus, conjunctiva, dan isi orbita, termasuk glandula lacrimalis. Nervus
ini juga menerima cabang-cabang sensorium dari cavitas nasi, sinus frontalis, cellulae
mastoidea, falx cerebri, dura pada fossa cranii anterior dan bagian superior tentorium
cerebelli, palpebra superior, dorsum nasi, dan bagian anterior scalp
1.5.2 Nervus maxillaris [V2]
Nervus maxillaris [V2] melintas ke depan pada dura mater dinding lateral sinus
cavernosus, tepat di inferior dari nervus ophthalmicus [V1] (lihat Gambar 8,32).
meninggalkan cavitas cranii melalui foramen rotundum, dan memasuki fossa
pterygopalatina. Nervus maxillaris [V2] menerima cabang-cabang sensorium dari dura
pada fossa cranii media, nasopharynx, palatum, cavitas nasi, dentes rahang atas, sinus
maxillaris, dan kulit yang menutupi sisi hidung, palpebra inferior, bucca, dan labium
superius.
1.5.3 NervusMandibularis[V3]
Nervus mandibularis [V3] meninggalkan tepi inferior ganglion trigeminale dan
meninggalkan cranium melalui foramen ovale. Radix motoria dari nervus trigeminus juga
lewat melalui foramen ovale dan bersatu dengan komponen sensorium nervus
mandibularis [V3] di luar cranium. Dengan demikian nervus mandibularis [V3] adalah
satu-satunya divisi nervus trigeminus yang berisi komponen motorium. Di luar cranium,
serabut-serabut motoriurn mempersarafi empat musculus rnasticatores (temporalis,
masseter, dan pterygoideus medialis dan pterygoideus lateralis), serta musculi tensor
tympani, tensor veli palatini, digastricus venter anterior, dan mylohyoideus. Nervus
mandibularis [V3] juga menerima cabang-cabang sensorium dari kulit regio facialis
bagian bawah. bucca, labium inferius, auris externa bagian anterior, bagian meatus
acusticus externus, dan regio temporalis. 2/3 anterior lingua, dentes inferior/ rahang
bawah, cellulae mastoidea, membrana mucosa bucca. mandibula, dan dura pada fossa
cranii media.
1.6 Nervus abducens [VI]
Nervus abducens [VI] membawa serabut-serabut GSE untuk mempersarafi musculus
rectus lateralis pada orbita. Nervus ini keluar dari truncus encephali di antara pons dan
medulla dan lewat ke depan, menembus dura yang menutupi clivus (lihat Gambar 8.33. 8.34).
Saat berlanjut ke atas dalam canalis duralis, nervus ini melintasi margo superior partis
petrosae tulang temporale. masuk dan melintasi sinus cavernosus (lihat Gambar 8.32) tepat di
inferolateral dari arteria carotis interna, dan memasuki orbita melalui fissura orbitalis
superior.
1.7 Nervus facialis [VII]
Nervus facialis [VII] membawa serabut-serabut GSA, SA, GVE dan BE:
 Serabut-serabut GSA menyediakan masukan sensorium dari bagian meatus acusticus
externus dan bagian profundus auricula.
 Serabut-serabut SA adalah untuk pengecapan dari 2/3 anterior lingua.
 Serabut-serabut GVE adalah bagian parasympathica pars autonomica SST dan
merangsang aktivitas secretomotorium pada glandula lacrimalis, submandibularis, dan
sublingualis, glandulae pada membrana mucosa cavitas nasi, dan palatum durum
dalam palatum molle.
 Serabut-serabut BE mempersarafi musculi faciales (musculus untuk ekspresi wajah)
dan scalp yang berasal dari arcus pharyngealis secundi, dan musculus stapedius,
musculus digastricus venter posterior, dan musculus stylohyoideus.
Nervus facialis [VII] melekat pada permukaan lateral truncus encephali, di antara pons
dan medulla oblongata (lihat Gambar 8.34). Nervus ini terdiri dari radix motoria yang besar
dan radix sensoria yang lebih kecil (nervus intermedius):
 Nervus intermedius berisi serabut-serabut SA untuk pengecapan, serabut-serabut
parasympathicum GVE, dan serabut-serabut GSA.
 Radix motoria yang lebih besar berisi serabut-serabut BE.
Radix motoria dan radix sensoria melintasi fossa cranii posterior dan meninggalkan
cavitas cranii melalui meatus acusticus internus (lihat Gambar 8.33). Setelah memasuki
canalis facialis pada pars petrosa tulang temporale. kedua radix bergabung dan membentuk
nervus facialis [VII]. Dekat dengan titik ini nervus membesar menjadi ganglion geniculatum,
yang serupa dengan ganglion spinale yang berisi soma neuron sensorius.
Pada ganglion geniculatum. nervus facialis [VII] berbelok dan mengeluarkan cabang
nervus petrosus major, yang membawa sebagian besar serabut-serabut parasympathicum
preganglionares (GVE) (Tabel 8.6).
Nervus facialis [VII] berlanjut di sepanjang canalis facialis, memberi cabang nervus
stapedius dan chordatympani, sebelum keluar dari cranium melalui foramen
stylomastoideum. Chorda tympani membawa serabut-serabut pengecapan (SA) dari 2/3
anterior lingua dan serabut-serabut parasympathicum preganglionaresnya (GVE) ditujukan
untuk ganglion submandibualris (Tabel 8.6).

1.8 Nervus vestibulocochlearis [VIII]


Nervus vestibulocochlearis [VIII] membawa serabut-serabut SA untuk pendengaran dan
keseimbangan, dan terdiri dari dua divisi:
 komponen vestibularis untuk keseimbangan, dan
 komponen cochlearis untuk pendengaran.
Nervus vestibulocochlearis [VIII] melekat ke permukaan lateral truncus encephali, di
antara pons dan medulla, setelah keluar dari meatus acusticus internus dan melintasi fossa
cranii posterior (lihat Gambar 8.33, 8.34). Kedua divisi bersatu menjadi satu nervus yang
tampak pada fossa cranii posterior di dalam substantia pars petrosa tulang temporale.
1.9 Nervus glossopharyngeus [IX]
Nervus glossopharyngeus [IX] membawa serabut-serabut GVA, GSA, SA, GVE, dan BE:
 Serabut-serabut GVA menerima input sensorium dari glomus caroticum dan sinus
caroticus.
 Serabut-serabut GSA menerimaq input sensorium dari 1/3 posterior lingua, tonsilla
palatina, oropharynx/pars oralis pharyngis, dan mucosa auris media, cellulae
mastoidea, dan tuba pharyngotympanica.
 Serabut-serabut SA adalah untuk pengecapan dari 1/3 posterior lingua.
 Serabut-serabut GVE adalah bagian parasympathica pars autonomica SST dan
merangsang aktivitas secretomotorium pada glandula parotidea.
 Serabut-serabut BE mempersarafi musculus yang berasal dari arcus pharynx tertii
(musculus stylopharyngeus).
Nervus glossopharyngeus [IX] muncul sebagai beberapa fila radicularia pada permukaan
anterolateral bagian superior medulla oblongata (lihat Gambar 8.34). Fila radicularia
melintasi fossa cranii posterior dan memasuki foramen jugulare (lihat Gambar 8.33).
Di dalam foramen jugulare, dan sebelum keluar dari foramen, fila radicularia bergabung
membentuk nervus glossopharyngeus. Di dalam atau tepat di luar dari foramen jugulare
terdapat dua ganglion (ganglion superius dan ganglion inferlus), yang berisi soma neuron dari
neuron sensorius nervus glossopharyngeus [IX].
Nervus tympanicus
Nervus tympanicus adalah cabang dari nervus glossopharyngeus [1X] yang keluar di
dalam atau tepat di luar foramen jugulare. Cabang ini masuk kembali ke tulang temporale,
memasuki cavitas auris media, dan berperan dalam pembentukan plexus tympanicus. Di
dalam cavitas auris media nervus ini berperan dalam persarafan sensorium untuk mucosa
cavitas, tuba pharyngotympanica/ auditiva. dan cellulae mastoidea.
Nervus tympanicus juga berkontribusi untuk serabut-serabut GVE,yang meninggalkan
plexus tympanicus pada nervus petrosus minor—nervus kecil yang keluar dari tulang
temporale, memasuki fossa cranii media, dan turun melalui foramen ovale untuk keluar dari
cavitas cranii; membawa serabut-serabut parasympathicum preganglionares menuju ganglion
oticum (lihat Tabel 8.6).
1.10 Nervus vagus [X]
Nervus vagus [X] membawa serabut-serabut GSA, GVA, SA, GVE, dan BE:
 Serabut-serabut GSA membawa input sensorium dari larynx, pars laryngea
pharyngis/laryngopharynx, bagian profundus auricula, bagian meatus acusticus
externus, dan dura mater pada fossa cranii posterior.
 Serabut-serabut GVA membawa input sensorium dari kemoreseptor glomus
caroticum dan baroreseptor arcus aortae, dan esophagus, bronchi, pulmones, cor, dan
viscera abdomen pada preenteron dan mesenteron.
 Serabut-serabut SA adalah untuk pengecapan di sekitar epiglottis dan pharynx.
 Serabut-serabut GVE adalah bagian parasympathica pars autonomica SST dan
merangsang otot polos dan glandulae pada pharynx, larynx, viscera thoracica, dan
viscera abdomen pre-enternon dan mesentron.
 Serabut-serabut BE mempersarafi satu musculus lingua (palatoglossus), musculi
palatum molle (kecuali tensor palatini), pharynx (kecuali stylopharyngeus), dan
larynx.
Nervus vagus keluar sebagai kumpulan fila radicularia pada permukaan anterolateral
medulla oblongata, tepat di inferior dari fila radicularia yang muncul untuk membentuk
nervus glossopharyngeus [IX] (lihat Gambar 8.34). Fila radicularia menyeberangi fossa cranii
posterior dan memasuki foramen jugulare (lihat Gambar 8.33). Di dalam foramen ini, dan
sebelum keluar darinya, fila radicularia bergabung untuk membentuknervus vagus [X]. Di
dalam atau tepat di luar foramen jugulare terdapat dua ganglion, ganglion superius dan
ganglion inferius, yang berisi soma neuron sensorius nervus vagus [X].
1.11 Nervus accessorius [XI]
Nervus accessorius adalah nervus cranialis yang membawa serabut-serabut GSE untuk
mempersarafi musculus sternocleidomastoideus dan musculus trapezius. Merupakan nervus
cranialis yang unik karena radicesnya berasal dari neuron motorius pada 5 segmentum teratas
medulla spinalis pars cervicalis. Serabut-serabutnya meninggalkan permukaan lateral medulla
spinalis dan, bergabung bersama saat naik ke atas, memasuki cavitas cranii melalui foramen
magnum (lihat Gambar 8.34).Nervus accessorius [XI] tetap melalui fossa cranii posterior dan
keluar melalui foramen jugulare (lihat Gambar 8.33). Kemudian nervus ini turun pada regio
cervicalis untuk mempersarafi musculus sternocleidomastoideus dan musculus trapezius dari
permukaan dalamnya.
Radix cranialis nervus accessorius
Beberapa deskripsi nervus accessorius [XI] mengacu pada beberapa fila radicularia yang
keluar dari bagian caudal medulla oblongata pada permukaan anterolateral, tepat di inferior
dari fila radicularia yang keluar untuk membentuk nervus vagus [X], sebagai radix "cranialis"
nervus accessorius (lihat Gambar 8.34). Saat meninggalkan medulla, radices craniales
berjalan bersama radices "spinales" nervus accessorius [XI] menuju foramen jugulare, di sini
radices craniales bergabung dengan nervus vagus [X]. Sebagai bagian nervus vagus [X],
radices tersebut didistribusikan ke musculature pharynx yang dipersarafi oleh nervus vagus
[X] dan oleh karena itu digambarkan sebagai bagian nervus vagus [X].
1.12 Nervus hypoglossus [XII]
Nervus hypoglossus membawa serabut-serabut GSE untuk mempersarafi semua musculus
intrinsik dan sebagian besar musculus ekstrinsik lingua. Nervus ini keluar sebagai beberapa
fila radicularia dari permukaan anterior medulla oblongata, ke lateral melintasi fossa cranii
posterior dan keluar melalui canalis nervi hypoglossi (lihat Gambar 8.33. 8.34). Nervus ini
mempersarafi musculi hyoglossus, styloglossus, dan genioglossus dan semua musculus
instrinsik lingua.

2. Fisiologi
A. Komunikasi sel
a. Jalur Komunikasi
Sel pengirim  Pensinyalan (Electrical/Chemical)  Jalur Pensinyalan (Gap
Junction, Contact Dependent, Local Communication, Long Distance
Communication)  Target Cell (Reseptor
b. Bentuk Pensinyalan
Electrical Chemical
Potensial Aksi sepanjang Zat kimia yang dilepaskan sel untuk sel lain
membran sel. Contoh: Sitokin, kemokin
Contoh: Sel saraf

c. Jalur persinyalan
1. GAP junction

 Taut celah antar sel yang disusun oleh 6 protein (conexion) dan lubang dari 6 protein
tersebut disebut dengan connector
 Gap junction ini bisa dilalui oleh bentuk persinyalan elektik dan juga kimia
 Kerja dari gap juntion ini untuk melakukan kontraksi bersama sehingga terjadi satu
kesatuan sel
 Contoh nya pada otot jantung
2. Contact Dependent Signals

 Persinyalan kimia melalui molekul permukaan membran dengan cara adhesi.


 Contoh molekul permukaanya adalah CAMs (Cell Ahesion Mollecule)
 Contoh aplikasinya pada respon sisitem imun.
3. Local Communication

 Autocrine : hasil sekresi nya akan


digunakan lansgung pada sel nya
sendiri
 Parakrin : hasil sekresinya akan digunkaan untuk menghasilkan respon pada sel yang
ada disekitarnya.
4. Long distance Communication

 Digunakan untuk komunikasi jarak jauh


 Bisa dilakukan dengan menggunkan sel saraf dan juga dengan sistem
endokrin/hormon
 Sinyal nya dapat diterima baik dari rangsangan listrik maupun kimiawi
 Jenis sinyal kimia yg digunakan:

Neurocrine Neurotransmitter:
Oleh saraf langsung pd celah sinaptik
Neuromodulator: Lebih
lambat, sebagai
autokrin/parakrin
Neurohormon: Neurocrine
yang dilepas kedalam
pemb. darah
Endocrine Hormon
Oleh sel
kelenjar
endokrin

c. Receptor pd Sel target


Sinyal bisa mencapai sel target tertentu tanpa salah alamat karena ada reseptor spesifik pd sel.
Jenis reseptor:
Permukaan Untuk Sinyal kimia yang
lipofobik (tdk bisa
menembus membran sel yg
berupa fosfolipid bilayer).
Mengaktifkan Second
Mesenger
Intrasel Untuk sinyal kimia yang
bisa menembus membran
sel. Bertujuan mengubah
metabolisme dalam plasma
sel
Intranukleus Mengaktifkan respon
genetik
Proses perubahan sinyal kimia/elektrik dari ekstrasel menjadi sinyal intrasel yang membentuk
suatu repon.
- First Messenger: Sinyal kimia/listrik dari ekstrasel
- Second Messenger: sinyal kedua yang diaktifkan oleh first messenger

d. Tahapan Komunikasi Sel


Dalam berkomunikasi, sel mempunyai proses komunikasi yang dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu :
1. Penerimaan (reseption), merupakan pendeteksian sinyal yang dating dari luar sel oleh sel
target. Sel kimiawi terdeteksi apabila sinyal itu terikat pada protein seluler, biasanya pada
permukaan sel yang bersangkutan.
2. Transduksi, diawali dengan pengikatan molekul sinyal mengubah protein reseptor.
Tahap transduksi ini mengubah sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat menimbulkan
respon seluler spesifik. Pada system Sutherland, pengikastan epinefrin kebagian luar
protein reseptor dalam membrane plasma sel hati berlangsung melalui serangkaian langka
untuk mengaktifkan glikogen fosforilase. Transduksi ini kadang-kadang terjadi dalam
satu langkah, tetapi lebih sering membutuhkan suatu urutan perubahan dalam sederetan
molekul yang berbeda (jalur transduksi) sinyal. Molekul di sepanjang jalur itu sering
disebut molekul relay.

B. Potensial Aksi
 Potensial aksi adalah perubahan singkat, cepat, dan besar (100 mV) pada
potensial membran manakala potensial sesungguhnya berbalik sehingga
bagian dalam sel peka-rangsang sepintas menjadi lebih positif ketimbang
bagian luar.
 Potensial aksi terjadi melalui bukit akson yang telah mendapatkan
rangsangan dari luar dan akan disalurkan sampai pada terminal akson
sehingga terjadilah proses potensial aksi
 Proses potensial aksi
C. Kontraksi Otot
 Bermula dari potensial aksi di saraf yang kemudian akan diteruskan sampai pada
serabut otot.
3. Metabolisme
 Katabolisme adalah penguraian dari molekul kompleks menjadi lebih sederhana
 Katabolisme ini akan menghasilkan energi berupa ATP yang akan dipergunakan dalam
berbagai hal dalam hal ini adalah kontraksi otot
 Katabolisme ini sendiri bisa dibagi menjadi dua yaitu aerob (dalam prosesnya membutuhkan
oksigen) dan anaerob (dalam prosesnya tidak membutuhkan oksigen)
 Untuk aerob:
1. Glikolisis (terjadi di sitosol)
Hasil akhir :

2. Siklus krebs terjadi di matriks mitokondria


3. Transfer elektron terjadi di krista
Acumulation of energy from aerob:
1. Glikolisis : 2 ATP + 2 Asam piruvat +2 NADH
2. Dekarboksilasi oksidatif : 2 asetil CO-A dan 2 NADH
3. Siklus krebs : 2 ATP + 6 NADH + 2 FADH
4. Transport elektron
 Satu NADH dikonversi ke ATP bernilai 3 dan Satu FADH dikonversi ke
ATP bernilaai 2 ATP
 Total ada 10 NADH X 3 = 30 ATP
Ada 2 FADH X 2 = 4 ATP
Ditambah 2 ATP yang sudah dihasilkan lansgung = 2 ATP
Total keseluruhan ada 36 ATP

 Untuk Anaerob
1. Fermentasi alkohol

2. Fermentasi Asam laktat


Hasil akhir :
1. Fermentasi alkohol : 2 etanol + 2 ATP
2. Fermentasi asam laktat : 2 asam laktat + 2 ATP
TOTAL ATP = 4

4. Histologi
a. Tulang
Jenis Tulang:
T. Rawan (Kartilago) Tulang Sejati
1. Hyalin 1. Tulang muda (Immature bone)
2. Elastis 2. Tulang Dewasa (Mature/Compact
3. Fibrosa bone)

A. Tulang Rawan (Kartilago)


Hyalin Elastis Fibrosa
Kolagen halus, matriks homogen Sabut elastis, sabut Kolagen kasar, kondrosit
kolagen sedikit pipih
Contoh:
Cuping hidung, sendi tulang Contoh: Contoh:
panjang Epligotis, daun Symphisis pubis, diskus
telinga vertebra

B. Tulang Sejati
Tulang sejati diliputi:
- Periosteum (luar): Fibrous layer & Osteogenik
- Endosteum (dalam): Ostogenik & Hematopoietik
Immature Bone Mature Bone
Osteoblast > Osteosit Kondrosit > Kondroblast
ada trabekulae Ada sistem Havers
tidak ada sistem havers Saluran havers terdiri dari jaringan ikat
perisoteum tebal kendor dan berisi pembuluh darah,
serat kolagen kasar berbetnuk tabung dinding tebal, dan
sel osteoblast ada di permukaan trabekula lumen sempit
sel osteoklast ada di lakuna howhsip Lamela Havers, mengeliling saluran
havers
Lakuna ,ruang berisi osteosit
Kanalikuli, saluran halus yang
menghubungkan lakuna-lakuna,
lakuna dengan saluran havers, dan
lukan – permukaan tulang.
Terdapat kanal volkman.

b. Otot
Otot adalah jaringan tubuh manusia berupa alat gerak aktif yang menggerakkan tulang
sehingga menyebabkan suatu organisme atau individu dapat bergerak. Otot bekerja dengan
cara berkontraksi dan berelaksasi.
Fungsi otot digunakan sebagai Pergerakan, Pertahanan postur tubuh, Menstabilkan sendi,
Menghasilkan panas.
Karakteristik Otot
1. Kontraktilitas : Pemendekan yang menghasilkan tenaga menarik
2. Eksitabilitas : Serabut saraf mengakibatkan perjalanan impuls
3. Ekstensibilitas : Dengan kontraksinya akan meregangkan otot yang berlawanan
4. Elastisitas : Membalik dengan pasif setelah diregangkan
Tipe Otot
Tipe otot dibedakan menjadi 3
1. Otot
Rangka

- Serabut / fibers
- Miofibril terbuat dari filamin
- Sarkomer :
* unit dasar kontraksi
* miofibril
* ikatan berupa diskus / garis Z

2. Otot Jantung
- Berkas dari miokardial yang tebal
- Sel otot pada jantung tidak disebut sebagai serabut
- Bercabang
- Bersambung padaintercalateddiscs
- Inti di tengah berjumlah 1-2

3. Otot Polos
- Berbentuk spindel
- Peristalsis
- Komtraksinya lambat
- Ada di 6 lokasi : Dalam mata, Dinding pembuluh darah, Saluran nafas,
Saluran Pencernaan, Organ urinarius, Organ reproduktif.

5. LO tambahan
Otot otot untuk bersiul,mengerutkan dahi dan berkumur.
Yang mengatur bersiul,mengerutkan dahi dan berkumur serta ekspresi wajah lainnya adalah
syaraf cranial pada nervus VII atau yang biasa disebut N. Facialis. LBerdasarkan jurnal
kedokteran bagian neurologi Universitas Gajah Mada,Yogyakarta, Nervus facialis (N. VII)
pada manusia mempunyai 3 fungsi :

a. Mengatur ekspresi muka / emosi (fungsi somatomotoris)


b. Mensyarafi kelenjar pengecap lidah bagian 2/3 anterior (fungsi viseresensoris)
c. Mengatur sekresi air liur dan air mata (fungsi visceromotoris)
Jika terjadi gangguan pada N. VII atau N. Facialis salah satunya akan menyebabkan bell’s
palsy. Bell’s palsy merupakan salah satu gangguan yang sering terjadi pada wajah. Bell’s
palsy yaitu suatu kelemahan pada wajah dengan tipe lower motor neuron yang disebabkan
karena adanya keterlibatan saraf fasialis yang idiopatik di luar sistem saraf pusat, yang tidak
disertai penyakit neurologik lainnya (Lowis, 2012). Bell’s palsy dapat terjadi pada segala
usia, namun sering djumpai pada usia 20-50 tahun. Angka kejadian bell’s palsy yaitu sekitar
20-25 orang per 100.000 populasi. Resiko terkena bell’s palsy lebih banyak terjadi pada
wanita dari pada laki-laki (Setiawan, 2009).
Masalah-masalah yang dapat terjadi pada penderita bell’s palsy yaitu terjadi kelumpuhan
otot-otot wajah, yang ditandai
(1) pada saat diam: sisi yang terserang nampak kerutan di dahi, alis lebih rendah, celah mata
lebih besar, lipatan nasolabial menghilang, bentuk cuping hidung tidak simetris, dan mulut
mencong ke sisi yang sehat.
(2) pada saat bergerak: penderita tidak dapat mengangkat alis, mengkerutkan dahi, menutup
mata, meringis, menggembungkan pipi, bersiul, dan menegangkan otot.
(3) pada saat mengkerucutkan bibir kedepan atau mecucu, terjadi deviasi ke sisi yang sehat.
Fisioterapi mempunyai peran dalam mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan karena
kondisi bell’s palsy, antara lain mengembalikan elastisitas otot,menjaga sifat fisiologis otot,
mencegah kontraktur otot, serta mengembalikan kekuatan otot

Diagnosa Bell’s Palsy dengan pemeriksaan somatomotorik ada 10 cara :


1. Penderita disuruh mengerutkan dahi dan mengangkat alis (otot yang dicoba m.
Frontalis)
2. Penderita disuruh mengerutkan alis (otot yang dicoba m. Sourcillier)
3. Penderita disuruh mengangkat dan mengerutkan hidung ke atas (otot yang dicoba
m. Pyramidalis)
4. Penderita disuruh memejamkan mata kuat – kuat (otot yang dicoba m. Orbicularis
Oculi)
5. Penderita disuruh tertawa lebar sembari memperlihatkan gigi (otot yang dicoba m.
Zygomaticus)
6. Penderita disuruh memoncongkan mulut ke depan sambil memperlihatkan gigi
(otot yang dicoba m. Lowlever Communis)
7. Penderita disuruh mengembungkan pipi (otot yang dicoba m. Buccinator)
8. Penderita disuruh bersiul (otot yang dicoba m. Orbicularis Oris)
9. Penderita disuruh menarik kedua bibir ke bawah (otot yang dicoba m.
Triangularis)
10. Penderita disuruh memoncongkan mulutnya yang tertutup rapat ke depan (otot
yang dicoba m. Mentalis)

Pada setiap gerakannya perlu dilihat kanan dan kiri wajah dan dibandingkan

Anda mungkin juga menyukai